A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ariani Arsad, 2014

atau siswa yang mendapatkan sekor lebih tinggi daripada kemampuan yang sebenarnya (spuriously high). Sekor bisa menjadi tidak wajar ketika responden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal

I. PENDAHULUAN. Kegiatan evaluasi sebagai bagian tak terpisahkan dari aktivitas pembelajaran

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Pengukuran dalam Pendidikan 1 B. Teori Sekor Klasik dan Teori Sekor Modern 4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Evaluasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMPN 2 Bandar Lampung. pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 4 Oktober 2014 di

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

HALAMAN SAMPUL BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Evaluasi itu

TABEL III. 1 PROSES PENELITIAN No Kegiatan Waktu. 1 Pengajuan Sinopsis November Proses pengerjaan proposal Desember 2014

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang... 1 B. Batasan Masalah... 3 C. Rumusan Masalah... 4 D. Tujuan Penelitian... 4 E. Manfaat Penelitian...

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest one

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

Partial Credit Model (PCM) dalam Penskoran Politomi pada Teori Respon Butir

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

r P1, r P2,..., r p30 r R1, r R2,..., r R30

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB III METODE PENELITIAAN. mengetahui pengaruh yang muncul. Dalam penelitian ini penulis melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan ilmiah. Menurut Frankel dan Wallen dalam Yusuf, Muri. yang terjadi, dan 5) menguji hipotesis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh akan diolah dengan menggunakan teknik kuantitatif yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODE PENELITIAN. apapun tetapi hanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada di sekolah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif jenis quasi eksperimen.

PENYUSUNAN TES BENTUK URAIAN DAN OBJEKTIF. Heri Retnawati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut tidak dipilih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2014 sampai dengan 7 Juli 2014

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Terbanggi Besar yang terletak di desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan teknik statistik. 1 Berdasarkan rumusan masalah dan. menggunakan satu kelompok eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendekati eksperimen. Desain yang digunakan adalah Nonequivalen Control

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi Guru Mata Pelajaran Qur an Hadits dalam Perencanaan. Evaluasi Hasil Belajar Siswa di MTs Negeri Ngantru

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tanggal 18 20

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dimana suatu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai upaya dalam mengoptimalkan komponen komponen pengajaran.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahfahaman dari judul yang dikemukakan, maka. diperlukan penjelasan tentang istilah berikut ini:

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu penelitian akan mendapatkan hasil yang memuaskan apabila didukung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen

PENDAHULUAN. Lehman (dalam Ana Ratna Wulan, 2005) mengemukakan bahwa:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rombongan belajar kelas VII, 7 rombongan belajar kelas VIII, dan 7

BAB III METODE PENELITIAN

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan. Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Muhammad Idris 1), Arvyaty 2)

BAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini adalah penelitian kuantitatif. Berdasarkan pada Variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi SMP Negeri 5 Stabat. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Berdasarkan pandangan tersebut, tampak bahwa semua kegiatan didunia ini tidak bisa lepas dari pengukuran. Keberhasilan suatu program dapat diketahui melalui suatu pengukuran, begitu juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian-penelitian yang dilakukan dalam semua bidang selalu melibatkan kegiatan pengukuran, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Oleh karena itu, pengukuran memegang peranan penting, baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun untuk penyajian informasi bagi pembuat kebijakan (Mardapi, 2008:2). Pada dasarnya pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu dinyatakan dengan angka. Kesalahan yang terjadi pada pengukuran ilmuilmu sosial biasanya disebabkan oleh alat ukur, cara mengukur dan keadaan objek yang diukur. Masalah evaluasi hasil belajar meliputi alat ukur yang digunakan, cara menggunakan, cara penilaian dan evaluasinya. Pengukuran yang tepat dapat memberikan informasi yang akurat mengenai penguasaan seseorang atau sekelompok orang terhadap materi yang dipelajari, dan informasi itu berguna untuk mengambil sebuah keputusan. Kesahihan alat ukur dapat dilihat dari konstruk alat ukur, yaitu mengukur seperti yang direncanakan. Alat ukur yang baik memberi hasil yang konstan bila digunakan berulang-ulang, asalkan kemampuan yang diukur tidak berubah. Pengukuran hasil belajar di sekolah dilakukan dengan menggunakan alat ukur yaitu berupa instrumen yang mana alat ini untuk mengukur hasil belajar kognitif yang dinamakan tes.

2 Tes sebagai alat bantu mengukur berisikan serangkaian pertanyaan atau tugas yang harus dijawab, dikerjakan atau dilaksanakan oleh responden yang dites (Susetyo,2011:2). Kemampuan kognitif seseorang atau sekelompok diketahui melalui tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar memuat butir-butir soal yang disusun untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau sekelompok orang. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya tingkat kemampuan siswa secara langsung, yaitu melalui respon siswa terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan. Oleh karena itu agar diperoleh informasi yang akurat dibutuhkan tes yang handal (Rasyid dan Mansur, 2007:9). Supaya hasil dari pengukuran tersebut menggambarkan yang sesungguhnya, maka dalam pengelolaannya dan termasuk penyelenggaraanya harus dilakukan secara profesional, akurat, objektif dan adil. Rendahnya mutu pendidikan berhubungan dengan rendahnya hasil belajar, dan berhubungan pula dengan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran serta membuat evaluasi belajar. Guru merasa kurang terampil dalam menyusun tes hasil belajar yang benar dan bermakna (Supriyati, 2003:4). Kenyataan yang dihadapi sekarang tes yang dipergunakan di sekolah saat ini pada umumnya dibuat oleh guru. Masih banyak guru tidak mengetahui prosedur pembuatan tes yang baik. Kebanyakan tes disusun dalam jangka waktu yang sangat singkat bahkan ada juga yang mengadopsi langsung butir-butir tes yang telah tersedia dibuku panduan belajar, dan perangkat tersebut langsung diberikan sebagai perangkat tes untuk melakukan evaluasi baik sumatif maupun formatif, tidak menutup kemungkinan alat tes yang digunakan oleh guru sebagai evaluasi tidak dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur. Kesalahan pengukuran ini mengakibatkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan, maka dalam melaksanakan evalusi pembelajaran guru memerlukan alat ukur yang dapat mengukur dengan tepat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Hasil tes yang diperolah dengan cara tidak adil, tidak dapat memberikan informasi untuk mengetahui prestasi siswa yang sebenarnya, dan hasil tes seperti itu dapat memberikan informasi yang keliru mengenai keberhasilan (Azwar, 1996:14).

3 Oleh karena itu guru harus mempersiapkan perangkat tes yang sahih dan terandal untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Seorang tenaga pengajar haruslah mengetahui dasar-dasar penyusunan tes prestasi belajar yang baik agar dapat memperoleh hasil ukur yang akurat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel). Mereka harus pula mengetahui aspek-aspek penggunaannya yang layak di kelas, mengetahui cara-cara pemberian angka, dan yang paling penting adalah mengetahui pula cara interpretasi hasil pengukuran tersebut (Azwar, 1987:9). Dalam penyelenggaraan evaluasi hasil belajar, guru terkadang mendapat kesulitan untuk menyelenggarakan tes, diantaranya tes formatif dan sumatif. Permasalahannya adalah guru memiliki kelas pararel yang cukup banyak. Contohnya Tes formatif biasanya diselenggarakan sesuai dengan jam pelajaran masing-masing. Jika hanya menggunakan satu instrumen saja tidak menutup kemungkinan saling mencontek dan kebocoran soal antar sesama murid tidak dapat dihindari. Maka untuk menghindari situasi demikian para guru membuat lebih dari satu perangkat tes yang tujuannya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Perangkat-perangkat tes yang lebih dari satu tersebut dibuat dari kisi-kisi yang sama dan untuk mengukur tingkat kemampuan yang sama, namun tidak menutup kemungkinan memiliki karakteristik soal yang berbeda yaitu dari segi validitas, reliabilitas soal, tingkat kesukaran maupun daya pembedanya. Menurut Hambleton yang dikutif oleh Rustam (2000) Sebenarnya tidak pernah dua perangkat atau lebih mempunyai item yang sama tingkat kesukarannya. Maka dalam hal ini ada siswa yang dirugikan karena mengerjakan soal yang sulit, ada juga siswa yang beruntung karena mendapatkan soal yang mudah. Malahan hasil sekor-sekor dari evaluasi tersebut diperbandingkan untuk menentukan prestasi siswa atau penentuan kenaikan kelas, hal ini merupakan hal yang tidak adil maka pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa tidak mencerminkan prestasi yang sebenarnya. Jika permasalahan ini dibiarkan berlarut-larut tanpa ditanggulangi maka sistem evaluasi yang digunakan oleh para pendidik sebagai pembuat keputusan atas prestasi siswa memiliki kecacatan. Jadi perlu ada terobosan yang bisa menanggulangi permasalahan yang telah dialami oleh para pendidik selama ini.

4 Sudah saatnya para penerima didikan mendapatkan perlakuan yang adil yang bisa mencerminkan dan menentukkan prestasi yang telah menjadi hak mereka. Untuk mendapatkan informasi yang adil bagi setiap siswa selain diperlukan alat ukur yang baik juga proses perhitungan sekor tes yang baik. Pendapat Setiadi yang dikutip oleh Supriyati (2003:7) bahwa alat ukur yang baik meliputi perangkat tes yang dapat mengestimasi kemampuan seseorang dengan kesalahan pengukuran yang sekecil-kecilnya. Proses perhitungan sekor tes yang baik adalah suatu proses yang mana seluruh siswa bisa mendapatkan perlakuan yang adil dari hasil evaluasi tersebut. Lagi pula proses ini dapat mengukur prestasi yang sebenarnya sesuai dengan kemampuan siswa dan dapat membedakan yang mana siswa yang pandai atau yang tidak. Untuk mengatasi permasalahan didalam pemberian sekor tes yang adil maka dapat dilakukan cara melakukan penyetaraan sekor, yaitu menyetarakan sekor-sekor tes yang didapat dari kedua perangkat atau lebih yang berbeda Penyetaraan sekor merupakan proses secara statistik untuk menentukan hubungan antar skala sekor dari dua atau lebih tes agar sekor-sekor tersebut diperlakukan secara adil (Weiss, 1983:147). Dengan melalui proses penyetaraan sekor maka peserta tes tidak merasa dirugikan atau diuntungkan karena mendapatkan perangkat tes yang sulit atau mudah. Penyetaraan sekor ini memberlakukan pensekoran yang dapat mengestimasi kesalahan pengukuran sekecil-kecilnya. Menggunakan penyetaraan sekor dapat memberikan informasi hasil tes yang objektif, artinya siswa yang pandai hendaknya mendapatkan sekor lebih tinggi daripada siswa yang berkemampuan sedang dan rendah (Supriyati, 2003:13). Dalam pengukuran tes klasik penyetaraan sekor terdapat dua arah yaitu penyetaraan horizontal dan vertikal. Penyetaraan horizontal dilakukan untuk mengukur responden yang setara dan juga atribut yang setara, sementara penyetaraan vertikal dilakukan untuk mengukur responden yang tidak setara (Dali, 2012:350). Sesuai permasalahan yang telah diuraikan diatas maka penelitian ini terfokus pada penyetaraan horizontal.

5 Didalam penyetaraan sekor tes horizontal terdapat beberapa rancangan yang dapat dipakai dalam menyamakan sekor yaitu penyetaraan pada kelompok tunggal, kelompok bersama dan kelompok butir anchor. Rancangan yang cukup cermat dalam mengatasi kelas pararel yang banyak yaitu dengan rancangan kelompok butir anchor. Pada rancangan ini perangkat tes yang lebih dari satu dikemas secara pararel dengan butir anchor. Butir anchor yang dimaksud adalah dimana terdapat butir yang sama dibeberapa perangkat tes tersebut dan berbaur dengan butir yang non anchor. Belum bisa dipastikan dengan jelas berapa jumlah anchor yang dapat digunakan pada perangkat-perangkat tes tersebut. Namun sekor-sekor yang berasal dari perangkat tes yang berbeda harus berasal dari perangkat tes yang memiliki reabilitas yang sama merata, dan juga taraf kesukaran yang merata (Dali, 1992:347). Jadi sebelum dilakukan penyetaraan sekor pada penelitian ini perlu peninjauan terhadap karakteristik kedua instrumen tersebut yang meliputi reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda. Dalam penyetaraan sekor secara klasik terdapat dua metode penyetaraan diantaranya adalah metode penyetaraan linier dan metode penyetaraan ekipersentil. Metode penyetaraan secara linier hubungan sekor setara dan sekor asal linier. Pada penyetaraan secara ekipersentil, peringkat secara persentil pada sekor setara disamakan dengan peringkat persentil pada sekor asal sehingga hubungan mereka menjadi pada umumnya nonlinier (Dali, 2012:356). Penelitian ini terfokus hanya pada metode penyetaraan linier. Menurut Weiss (1983,148) asumsi penyetaraan dengan cara linier adalah sekor tes distribusinya berbeda, distribusi tersebut terkait dengan rerata dan simpangan bakunya. Kebutuhan akan betapa pentingnya penyetaraan sekor memang telah lama disadari dan sangat bermanfaat untuk dikembangkan dalam pengukuran pendidikan. Namun karena pemikiran dan penelitian terhadap penyetaraan sekor ini yang masih sangat terbatas. Adapun beberapa penelitian-penelitian yang telah ada sekarang ini kebanyakan penyetaraan sekor hanya dilakukan dalam ruang lingkup pengukuran dalam pembelajaran sain saja, jarang sekali atau bahkan belum ditemukan penelitian penyetaraan sekor dalam pengukuran pembelajaran Bahasa Inggris.

6 Seharusnya penyetaraan sekor ini harus bisa diterapkan dalam pengukuran pendidikan semua bidang ilmu. Diantara beberapa penelitian tersebut melakukan penyetaraan sekor terhadap perangkat-perangkat tes untuk menemukan persamaan konversinya. Diantaranya seperti Rustam (2000) meneliti penyetaraan terhadap perangkat tes Matematika, dari hasil penelitiannya ditemukan suatu formula penyetaraan terhadap dua perangkat tes program D2 UT untuk wilayah kota Bogor dan Bandar Lampung. Selanjutnya Syahril (1998) yang mana dari hasil penelitiannya menunjukkan dari beberapa perangkat tes Kimia SMU untuk kotamadya Banjarmasin sebelum dilakukan penyetaraan memiliki tingkat kesukaran yang berbeda maka harus beberapa perangkat tersebut harus dilakukan kesetaraan sekor untuk menentukan prestasi siswa. Berpijak dari beberapa penelitian-penelitian yang telah ada ini lah maka peneliti tertarik untuk melakukan pengukuran terhadap kedua perangkat tes Bahasa Inggris yang berbeda dalam bentuk penyetaraan sekor. Mengingat penelitian-penelitian mengenai penyetaraan sekor sebelumnya diteliti banyak dalam pengukuran pelajaran sain dan sangat jarang ditemukan dalam pengukuran pada bidang ilmu bahasa. Maka sesuai dengan latar belakang peneliti seorang guru Bahasa Inggris maka dalam penelitian ini pelajaran Bahasa Inggris yang digunakan untuk tingkat SLTA.

7 B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan didalam latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan diantaranya adalah: 1. Bahwa tes yang digunakan di sekolah-sekolah pada umumnya dibuat oleh guru. Namun, masih banyak para guru kurang mengetahui prosedur pembuatan tes yang baik. 2. Bahwa kebanyakan alat evaluasi yang digunakan oleh guru disusun dalam waktu yang sangat singkat bahkan mengadopsi dari buku panduan belajar tanpa dianalisis terlebih dahulu, dan langsung diberikan kepada siswa sebagai tes sumatif dan formatif untuk menentukkan keberhasilan peserta didiknya. 3. Bahwa guru sering mendapatkan kesulitan dalam menyelenggarakan tes formatif atau tes sumatif karena memiliki kelas pararel yang begitu banyak. Kalau hanya memiliki satu instrumen saja maka saling mencontek dan kebocoran soal antar murid tidak dapat dihindari. Untuk mengatasi hal tersebut guru membuat tes lebih dari satu perangkat tes. 4. Bahwa perangkat-perangkat tes yang dibuat lebih dari satu tidak menutup kemungkinan memiliki karakterisitik yang berbeda dari segi reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran dan juga daya pembedanya. 5. Bahwa sekor-sekor dari perangkat tes yang berbeda jika diperbandingkan sebagai penentuan prestasi peserta didik maka akan memberikan perlakuan yang tidak adil. 6. Bahwa penyetaraan sekor pada saat ini banyak dilakukan dalam pengukuran pembelajaran sains, sangat sulit ditemukan penyetaraan sekor dalam pengukuran bahasa.

8 C. PEMBATASAN MASALAH Dari yang telah dikemukakan didalam indentifikasi masalah penelitian mengingat begitu banyak permasalahan yang muncul terhadap evaluasi pembelajaran. Maka penelitian ini dibatasi pada pengukuran hasil belajar siswa terhadap sekor yang berasal dari kedua perangkat tes yang berbeda dikategorikan dengan perangkat tes (X) dan perangkat tes (Y). Dimana kedua perangkat tes ini disusun secara pararel dan memiliki butir anchor (internal). Butir anchor yang dimaksud adalah butir yang sama yang mana menyebar diantara kedua perangkat tes tersebut. Perangkat tes yang dimaksud adalah perangkat tes Bahasa Inggris yang dibuat dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Sebelum dilakukan proses penyetaraan perlu peninjauan terhadap karakteristik kedua instrumen tersebut atau dianalisis untuk menentukan bagaimana reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari perangkat tes. Dan juga akan dianalisis tingkat kesukaran dan daya pembeda dari butir anchor tersebut. Skor-skor mentah yang dihasilkan dari kedua perangkat tes yang berbeda itu dikonversikan dengan penyetaraan sekor dengan arah penyetaraan horizontal dalam metode penyetaraan linier dan menggunakan rancangan common item nonequivalent groups design. D. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik kedua perangkat tes Bahasa Inggris X dan Y tersebut? 2. Bagaimanakah persamaan atau rumusan konversi penyetaraan sekor dari dua perangkat tes X dan Y?

9 E. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisikan karakteristik dari kedua perangkat tes Bahasa Inggris X dan Y. 2. Menemukan persamaan konversi penyetaraan sekor dari dua perangkat tes Bahasa Inggris X dan Y. F. MANFAAT PENELITIAN Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang menyangkut pengukuran dan evaluasi pendidikan. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan awal bagi peneliti-peneliti lanjutan sebagai bahan kajian untuk mengelaborasi lebih mendalam terhadap variabel yang diteliti, meskipun sedikit hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru-guru bidang studi yang memiliki kelas pararel dalam menyelenggarakan tes, agar dapat membuat tes yang benar-benar mengukur kemampuan siswa yang bisa membedakan antara siswa yang pandai dan tidak pandai. Selain itu dengan penyetaraan sekor dapat memberikan penilaian yang akurat dan memberikan penilaian yang adil buat peserta didiknya