MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG TOWER C KEBAGUSAN CITY JAKARTA MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

TUGAS AKHIR RC

Modifikasi Perencanaan Gedung Office Block Pemerintahan Kota Batu Menggunakan Struktur Komposit Baja Beton

BAB V ANALISA STRUKTUR PRIMER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WILAYAH I JAWA TIMUR MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

BAB I PENDAHULUAN 1.3. Maksud dan Tujuan 1.4. Batasan Masalah

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERKANTORAN TELKOMSEL DI SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN BAJA-BETON KOMPOSIT

Gedung Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Barwijaya merupakan gedung yang terdiri dari 9 lantai yang dibangun dalam rangka untuk memenuhi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sekolah dengan fasilitas yang lengkap, maka dibangunlah Sekolah Santa Clara yang terletak di Jalan Ngagel

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP KELAS 1 RSUD SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

REVIEW DESAIN STRUKTUR GEDUNG CENTER FOR DEVELOPMENT OF ADVANCE SCIENCE AND TECHNOLOGY (CDAST) UNIVERSITAS JEMBER DENGAN KONSTRUKSI BAJA TAHAN GEMPA

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

Arah X Tabel Analisa Δs akibat gempa arah x Lantai drift Δs drift Δs Syarat hx tiap tingkat antar tingkat Drift Ke (m) (cm) (cm) (cm)

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN MULYOREJO DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING EKSENTRIK

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

Tugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

LAMPIRAN 1 PRELIMINARY DESAIN

TUBAGUS KAMALUDIN DOSEN PEMBIMBING : Prof. Tavio, ST., MT., Ph.D. Dr. Ir. Hidayat Soegihardjo, M.S.

PRESENTASI TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASAR MENGGUNAKAN BAJA DENGAN SISTEM. Oleh Heri Istiono

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM GANDA DI WILAYAH GEMPA TINGGI

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

Analisis Profil Baja Kastilasi. Ni Kadek Astariani

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

32 Media Bina Ilmiah ISSN No

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

Baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik karena sifat daktilitas dari baja itu sendiri.

TUGAS AKHIR RC

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

Studi Analisis Tinggi Lubang Baja Kastilasi dengan Pengaku.Ni Kadek Astariani 25

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASAR MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG HOTEL NAWASAKA SURABAYA DENGAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

MAHASISWA ERNA WIDYASTUTI. DOSEN PEMBIMBING Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.

BAB IV ANALISIS STRUKTUR ATAS. Data-data yang digunakan dalam perancangan ini :

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR FLAT SLAB DENGAN SISTEM STRUKTUR SRPMM DAN SHEAR WALL PADA GEDUNG RSUD KEPANJEN MALANG

Kata kunci : Dinding Geser, Rangka, Sistem Ganda, Zona Gempa Kuat. Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

menggunakan ketebalan 300 mm.

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

MODUL 6. S e s i 4 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

MODIFIKASI PERENCANAAM GEDUNG PERKULIAHAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA DI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA DAN BETON

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN STRUKTUR

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

STRUKTUR BAJA 2 TKS 1514 / 3 SKS

SEMINAR TUGAS AKHIR 5 LOADING. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITS SURABAYA

Transkripsi:

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON Nama Mahasiswa : Raka Steven Christian Junior NRP : 3107100015 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Ir. Isdarmanu, M.Sc Ir. R. Soewardojo, M.Sc ABSTRAK Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua di Indonesia, dimana pergerakan roda ekonomi yang semakin lama semakin berkembang dan meningkat dengan pesat. Kebutuhan suatu sarana pendukung juga sangat di perlukan mengingat perkembangan kota Surabaya yang semakin meningkat. Salah satunya adalah kebutuhan akan sarana kesehatan yaitu gedung rumah sakit. Sebagai bahan studi perencanaan, akan dilakukan modifikasi terhadap struktur Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya. Awalnya, gedung ini didesain menggunakan struktur beton bertulang yang terdiri dari 4 lantai, panjang bangunan 74.325m, lebar 53.575m, dan tinggi 16.8m. Dan selanjutnya akan di modifikasi menjadi 10 lantai (tinggi bangunan direncanakan 45 m, dengan asumsi tiap lantai memiliki tinggi 4.5 m) dengan menggunakan struktur komposit baja-beton. Struktur komposit merupakan perpaduan antara beton dan baja profil. Jika ditinjau dari segi kualitas dan efisiensi waktu pekerjaan bangunan dengan struktur baja komposit lebih menguntungkan. Dengan menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu komponen struktur ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut : dapat mereduksi berat profil baja yang dipakai, tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi, meningkatkan kekakuan lantai, dapat menambah panjang bentang layan. Pada akhirnya dari penyusunan tugas akhir ini penulis mengharapkan dapat merencanakan suatu struktur komposit yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan tersebut. Kata kunci : Rumah Sakit Royal Surabaya, Komposit Baja-Beton.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua di Indonesia, dimana pergerakan roda ekonomi yang semakin lama semakin berkembang dan meningkat dengan pesat. Kebutuhan suatu sarana pendukung juga sangat di perlukan mengingat perkembangan kota Surabaya yang semakin meningkat. Salah satunya adalah kebutuhan akan sarana kesehatan yaitu gedung rumah sakit. Sebagai bahan studi perencanaan, akan dilakukan modifikasi terhadap struktur Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya. Awalnya, gedung ini didesain menggunakan struktur beton bertulang yang terdiri dari 3 lantai+basement, panjang bangunan 74.325m, lebar 53.575m, dan tinggi 16.8m. Dan selanjutnya akan di modifikasi menjadi 10 lantai (tinggi bangunan direncanakan 45 m, dan tinggi tiap lantai 4.5 m) tanpa menggunakan Basement dengan menggunakan struktur komposit baja-beton. Tujuan dari diadakannya modifikasi ini adalah untuk membuka ruang kota agar dapat dibuat fasilitas umum seperti taman kota, dll. Selain itu, modifikasi ini juga dilakukan karena struktur komposit baja-beton lebih ekonomis jika dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa. Struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda secara fisik maupun sifatnya, dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut. Dalam ilmu Teknik Sipil, struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang berbeda secara sifat dan fisik (misalnya baja dengan beton) yang bekerja sama untuk memikul beban luar. Struktur yang memanfaatkan aksi komposit baja-beton saat ini dilakukan hampir di semua struktur bangunan dimana baja dan beton saling melekat seperti gedung atau jembatan. Struktur komposit dapat menahan beban lebih besar sekitar 33% sampai 50% atau lebih dari beban yang dapat ditahan oleh balok baja profil bila bekerja sendiri sebagai non-komposit. (Khatulistiani, 2003) Meskipun beton bertulang dan beton prategang juga termasuk dalam material komposit, tetapi keduanya tidak secara tegas dimasukkan dalam kelompok konstruksi komposit karena tulangan bajanya tidak secara struktur memikul beban. Lain halnya dengan konstruksi komposit balok-baja-pelat-beton komposit dimana balok dapat memikul berat sendiri. Struktur komposit semakin banyak di pakai dalam rekayasa struktur. Dari beberapa penelitian, struktur komposit mampu memberikan kinerja struktur yang baik dan lebih efektif dalam meningkatkan kapasitas pembebanan, kekakuan, dan keunggulan ekonomis. Peraturan yang digunakan pada perencanaan ini menggunakan peraturan yang terbaru yaitu SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja, dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. 1.2 Perumusan Masalah Dalam memodifikasi perencanaan Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya dengan menggunakan struktur komposit baja beton, ditinjau beberapa masalah antara lain : 1. Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift? 2. Bagaimana mengasumsikan pembebanan setelah adanya modifikasi? 3. Bagaimana pemodelan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS v 9.7.1? 4. Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom? 5. Bagaimana merencanakan sambungan yang sesuai? 6. Bagaimana merencanakan pondasi yang sesuai dengan besarnya beban yang dipikul? 7. Bagaimana menuangkan hasil perencanaan dalam bentuk gambar teknik? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari modifikasi perencanaan Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya dengan menggunakan struktur komposit baja beton yaitu : 1. Merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift. 2. Mengasumsikan pembebanan setelah adanya modifikasi.

3. Memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS v 9.7.1. 4. Merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom. 5. Merencanakan sambungan yang sesuai. 6. Merencanakan pondasi yang sesuai dengan besarnya beban yang dipikul. 7. Menuangkan hasil perencanaan dalam bentuk gambar teknik. 1.4 Batasan Masalah Ruang lingkup permasalahan dan pembahasan pada tugas akhir ini dibatasi oleh beberapa hal antara lain : 1. Perencanaan struktur utama meliputi balok induk dan kolom, sedangkan struktur sekunder meliputi pelat lantai, balok anak, tangga dan lift. 2. Perhitungan struktur pondasi untuk beban terbesar pada kolom di tepi dan tengah gedung. 3. Perencanaan tidak meliputi instalasi mekanikal, elektrikal dan saluran air. 4. Tidak meninjau dari segi metode pelaksanaan, analisa biaya, arsitektural, dan manajemen konstruksi. 5. Program bantú yang digunakan adalah Etabs V 9.6.0 dan Autocad. 1.5 Manfaat Manfaat yang bisa didapatkan dari modifikasi perencanaan ini adalah : 1. Dapat merencanakan struktur komposit yang memenuhi persyaratan keamanan struktur. 2. Dari perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat perencanaan sehingga kegagalan struktur bisa diminimalisasi. 3. Dari segi ekonomis, struktur komposit baja-beton dapat dijadikan alternatif mengingat struktur komposit baja-beton lebih ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa atau struktur baja biasa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Perkembangan Komposit Banyak sistem beton betulang di Eropa pada tahun 18-an mengunakan balok besi gulungan sebagai pengganti tulangan biasa. Dua sistem utama pada abad ke-20, System Hennebique (Belgia-Prancis) dan Sistem Modifikasi Monier (Jerman) menggunakan berbagai variasi dari pelat lantai yang di kompositkan dengan kolom baja atau balok baja. Pada tahun 1892, Francois Hennebique mematenkan sistem yang kelak dikenal sebagai sistem komposit baja-beton. Seorang insinyur Austria, Joseph Melan, mengembangkan sistem komposit lengkung baru untuk jembatan. Sistem ini dipatenkan pada tahun 1892. Keuntungan dari sistem ini adalah lebih ekonomis bila di bandingkan dengan pelengkung dari beton bertulang biasa. Di Jepang, struktur komposit lebih populer bila dibandingkan dengan beton bertulang pada awalnya. Sebagai contoh adalah gedung Marunouchi (gedung perkantoran terbesar di Tokyo pada tahun 1920-an) yang di desain oleh George Fuller Company. Gedung ini menggunakan struktur komposit pada bagian Basement nya, dan baja pada tingkat tingkat di atasnya. (Sassa, 2007). Struktur komposit selalu ada dalam sejarah konstruksi. Struktur komposit didesain dan dikembangkan oleh insinyur insinyur bidang spesialis gedung dan jembatan antara tahun 1910 sampai 1938. Struktur komposit, sebuah sistem konservatif yang dibandingkan dengan beton biasa dan beton pratekan, telah di inovasikan di Jepang pada saat negeri itu sedang berkembang. (Sassa, 2007). Metode untuk desain struktur komposit berkembang terus sesuai perkembangan analisa terhadap perencanaan struktur. Pada awalnya, perencanaan komposit menggunakan metode Allowable Stress Design (ASD). Kemudian pada tahun 1986, di Amerika, perencanaan komposit berkembang dengan menggunakan metode LRFD (Load Resistance Factor Design) (Khatulistiani, 2003). Struktur komposit antara beton dan balok baja merupakan struktur yang memanfaatkan kelebihan dari beton dan baja yang bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan. Kelebihan tersebut adalah beton kuat terhadap tekan dan baja kuat terhadap tarik. Balok baja yang menumpu konstruksi pelat beton yang di cor ditempat, sebelumnya didesain berdasarkan asumsi bahwa pelat beton dan baja dalam menahan beban bekerja secara terpisah. Pengaruh komposit dari pelat beton dan baja yang bekerja bersama sama tidak diperhitungkan. Pengabaian ini berdasarkan asumsi bahwa ikatan antara pelat beton dengan bagian atas balok baja tidak

dapat diandalkan. Namun dengan kemajuan penggunaan las, pengunaan penyambung geser mekanis menjadi praktis untuk menahan gaya geser horizontal. (Widiarsa & Deskarta,2007) 2.3 Aksi Komposit Aksi komposit timbul bila dua batang struktural pemikul beban seperti konstruksi lantai beton dan balok baja penyangga disambung secara integral dan melendut secara satu kesatuan. Besarnya aksi komposit yang timbul bergantung pada penataan yang dibuat untuk menjamin regangan linear tunggal dari atas plat beton sampai muka bawah penampang baja (Salmon & Johnson, 1991). 2.6 Kolom Komposit Kolom komposit dapat dibentuk dari pipa baja yang diisi dengan beton polos atau dapat pula dari profil baja hasil gilas panas yang dibungkus dengan beton dan diberi tulangan baja serta sengkang, seperti halnya pada kolom beton biasa. 2.7 Dek Baja Gelombang Perkembangan struktur komposit dimulai dengan digunakannya dek baja gelombang, yang selain berfungsi sebagai bekisting saat pelat beton dicetak, juga berfungsi sebagai tulangan positif bagi pelat beton. Penggunaan dek baja juga dapat dipertimbangkan sebagai dukungan dalam arah lateral dari balok sebelum beton mulai mengeras. Persyaratan dek baja gelombang dan penghubung gesernya untuk digunakan dalam komponen struktur komposit diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 12.4.5.1. Gambar 2.1 Perbandingan Antara Balok yang Melendut dengan Aksi Komposit dan Tanpa Aksi Komposit (Salmon & Johnson, 1991) 2.4 Lendutan Komponen struktur komposit memiliki momen inersia yang lebih besar daripada komponen struktur non komposit, akibatnya lendutan pada komponen struktur komposit akan lebih kecil. Momen inersia dari komponen struktur komposit hanya dapat tercapai setelah beton mengeras, sehingga lendutan yang diakibatkan oleh beban-beban yang bekerja sebelum beton mengeras, dihitung berdasarkan momen inersia dari profil baja saja. 2.5 Balok Komposit Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini akan menyebabkan balok melentur. Balok komposit dapat dibentuk dari profil baja yang diberi penghubung geser (shear connector) pada sayap atas profil baja atau dapat pula dari profil baja yang dibungkus dengan beton. Gambar 2.5 Penampang Melintang Dek Baja Gelombang (SNI 03-1729-2002) 2.8 Penghubung Geser Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh sejumlah penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan. Besarnya gaya geser horizontal yang harus dipikul oleh penghubung geser diatur dalam SNI 03-1729- 2002 pasal 12.6.2 BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi ini akan menguraikan dan menjelaskan urutan pelaksanaan penyelesaian tugas akhir. Mulai dari pengumpulan data, literatur, preliminary design, analisa elemen (primer dan sekunder), analisa beban (gravitasi, angin, gempa), dan pedoman perencanaan, sampai dengan kesimpulan akhir dari analisa struktur ini yaitu untuk mendapatkan perencanaan gedung.

3.2 Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir Mulai Pengumpulan Data Studi Literatur Preliminary Desain Pembebanan Elemen Struktur Sekunder Not Ok Analisa Struktur Sekunder Kontrol Desain 4.2 Perencanaan Tangga 4.2.1 Data data perencanaan tangga Mutu baja (BJ 41) : fy 2500 kg/cm 2 Mutu beton (fc ) : fc 30 Mpa Ketingian antar lantai : 450 cm Tinggi bordes : 225 cm Tinggi injakan (t) : 17.3 cm Lebar inkajan (i) : 30 cm Jumlah injakan (Σt) : 13.005 13 buah Not Ok Ok Pembebanan Elemen Struktur Primer Analisa Struktur Primer Lebar bordes Panjang bordes Lebar tangga : 135 cm : 300 cm : 120 cm Kontrol Desain Ok Perencanaan Pondasi Penggambaran Hasil Perencanaan Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Penyelesaian Tugas Akhir BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER Gambar 4.4 Denah Tangga 4.1 Perencanaan Pelat Lantai 4.1.1 Perencanaan pelat lantai atap 110mm 30 53 Tulangan negatif Ø 10-250 Pelat Bondex Balok Gambar 4.2 Potongan Pelat Lantai Atap 4.1.2 Perencanaan pelat lantai 1 9 Gambar 4.5 Potongan C-C 110mm 20 90 53 Tulangan negatif Ø 10-150 Pelat Bondex Balok Gambar 4.3 Potongan Pelat Lantai 1 9 4.3 Perencanaan Balok Lift (BF) 4.3.1 Data Perencanaan Perencanaan balok lift meliputi balok penumpu,balok penggantung lift dan balok pemisah lift. Untuk lift pada bangunan ini menggunakan Hospital Bed Elevators yang diproduksi oleh Hyundai Co.Ltd. Data data lift yang digunakan adalah sebagai berikut (untuk 1 car): Tipe lift : General Type (2S, 2SD) Merk : Hyundai

Kecepatan : 90 m/min Kapasitas : 10 orang (700 kg) Lebar pintu (opening width) : 0 mm Dimensi sangkar (car size) : - internal : 1500 x 2500 mm 2 - eksternal : 1560 x 2692 mm 2 Dimensi ruang luncur : 2300 x 3050 mm 2 Beban reaksi ruang mesin: - R 1 60 kg - R 2 4100 kg 4.3.2 Perencanaan balok penggantung lift (BF1) Balok penggantung lift direncanakan menggunakan profil WF 350x175x7x11 4.3.3 Perencanaan balok penumpu lift (BF2) Balok penumpu lift direncanakan menggunakan profil WF 350x250x9x14 4.3.4 Perencanaan balok pemisah lift (BF3) Balok pemisah lift direncanakan menggunakan profil WF 300x150x5.5x8 4.4 Perencanaan Balok Anak Lantai (BL) 4.4.1 Perencanaan balok anak lantai BL1 Balok anak lantai BL3 direncanakan menggunakan profil WF 350x250x9x14 4.5 Perencanaan Balok Anak Atap (BA) 4.5.1 Perencanaan balok anak atap BA1 Balok anak atap BA1 direncanakan menggunakan profil WF 400x200x7x12 4.5.2 Perencanaan balok anak atap BA2 Balok anak lantai BA2 direncanakan menggunakan profil WF 500x200x9x14 BAB V PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER 5.1 Data Gedung Data data dari Gedung Rumah Sakit Royal Surabaya yang dibutuhkan dalam pembebanan adalah sebagai berikut: Mutu baja : BJ 41 Mutu beton (fc ) : 30 MPa Lebar gedung : 23 m Panjang gedung : 48 m Tinggi total gedung : 45 m Tinggi antar lantai : 4.5 m 5.2 Pembebanan dan Analisa Struktur Gambar 4.15 Denah Balok Anak Lantai BL1 Balok anak lantai BL1 direncanakan menggunakan profil WF 400x200x7x11 4.4.2 Perencanaan balok anak lantai BL2 Gambar 4.20 Denah Balok Anak Lantai BL2 Balok anak lantai BL2 direncanakan menggunakan profil WF 400x200x7x11 4.4.3 Perencanaan balok anak lantai BL3 Gambar 5.1 Pemodelan 3D Struktur Gedung Dengan ETABS v.9.7.1 Gambar 4.25 Denah Balok Anak Lantai BL3

Ringkasan mengenai berat bangunan secara lengkap disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5.1 Massa Tiap Lantai Bangunan Lantai Tinggi Hx (m) Berat (kg) Massa (kn) Inersia (kn.m 4 ) 10 45 425485 4254.85 1004499.07 9 40.5 11600 116 2787200.24 8 36 11600 116 2787200.24 7 31.5 11600 116 2787200.24 6 27 11600 116 2787200.24 5 22.5 1222236 12222.36 28854.48 4 18 1196073 11960.73 2823728.95 3 13.5 1196073 11960.73 2823728.95 2 9 1196073 11960.73 2823728.95 1 4.5 1453892 14538.92 3432396.87 11412232 114122 262378 Pada SNI 03-1726-2002 dinyatakan bahwa harus ada peninjauan eksentrisitas (ed) antara pusat massa dan pusat rotasi lantai. Rumus yang digunakan adalah: - untuk 0 < e < 0.3b ed 1.5e + 0.05b atau ed e 0.05b - untuk e > 0.3b ed 1.33e + 0.1b atau ed 1.17e 0.1b dipilih yang pengaruhnya paling menentukan untuk struktur gedung. Dimana: e : selisih antara pusat massa dan pusat kekakuan pada lantai yang ditinjau. b : ukuran horizontal terbesar denah struktur pada lantai gedung yang ditinjau, diukur tegak lurus arah pembebanan gempa. Kontrol waktu getar alami fundamental (T) Nilai T didapat dari hasil Etabs v9.7.1 yang ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 5.4 Nilai Waktu Getar Alami Mode Period Ux Uy 1 1.4173 76.065 0.007 2 1.3656 0.009 75.014 3 1.1411 0.058 0.181 4 0.4477 10.304 0.001 5 0.4299 0.002 11.202 6 0.3657 0.015 0.032 7 0.2451 4.669 0.000 8 0.2335 0.001 4.762 9 0.2027 0.015 0.018 10 0.15 3.038 0.000 - Arah-x T X 1.4173 < (0.18 x 10) 1.8 detik - Arah-y T Y 1.3656 < (0.18 x 10) 1.8 detik Sehingga, berdasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung masih memenuhi batas control waktu getar alami. Kinerja Struktur Gedung Kinerja batas layan ( s) Tabel 5.5 Analisa s arah-x Story hi (m) s (mm) s antar tingkat (mm) s maks (mm) Ket. 10 4.5 89.02 2.92 24.55 OK 9 4.5 86.1 4.64 24.55 OK 8 4.5 81.46 7.07 24.55 OK 7 4.5 74.39 9.51 24.55 OK 6 4.5 64.88 10 24.55 OK 5 4.5 54.88 11.95 24.55 OK 4 4.5 42.93 13.17 24.55 OK 3 4.5 29.76 12.44 24.55 OK 2 4.5 17.32 11.71 24.55 OK 1 4.5 5.61 5.61 24.55 OK Story Tabel 5.6 Analisa s arah-y hi (m) s (mm) s antar tingkat (mm) s maks Ket. 10 4.5 91.06 3.65 24.55 OK 9 4.5 87.41 5.98 24.55 OK 8 4.5 81.43 7.28 24.55 OK 7 4.5 74.15 9.89 24.55 OK 6 4.5 64.26 10.93 24.55 OK 5 4.5 53.33 11.96 24.55 OK 4 4.5 41.37 12.49 24.55 OK 3 4.5 28.88 12.75 24.55 OK 2 4.5 16.13 11.19 24.55 OK 1 4.5 4. 4. 24.55 OK Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) dari struktur gedung harus dibatasi. Dengan nilai ζ dari Tabel 8 SNI 03-1726-2002 dan n adalah jumlah lantai dari gedung yang akan ditinjau, maka control waktu getar alami fundamental (T) menjadi: T < ζ.n Untuk WG 3 maka nilai ζ 0.18 dan nilai n 10, sehingga:

Kinerja batas ultimate ( m) Tabel 5.7 Analisa m arah-x Story s m m hi antar antar maks (m) tingkat tingkat (mm) (mm) (mm) Ket. 10 4.5 2.92 6.42 90 OK 9 4.5 4.64 10.21 90 OK 8 4.5 7.07 15.55 90 OK 7 4.5 9.51 20.92 90 OK 6 4.5 10 22 90 OK 5 4.5 11.95 26.29 90 OK 4 4.5 13.17 28.97 90 OK 3 4.5 12.44 27.37 90 OK 2 4.5 11.71 25.76 90 OK 1 4.5 5.61 12.34 90 OK Tabel 5.8 Analisa m arah-y Story s m m hi antar antar maks (m) tingkat tingkat (mm) (mm) (mm) Ket. 10 4.5 3.65 7.89 90 OK 9 4.5 5.98 12.93 90 OK 8 4.5 7.28 15.75 90 OK 7 4.5 9.89 21.39 90 OK 6 4.5 10.93 23.64 90 OK 5 4.5 11.96 25.87 90 OK 4 4.5 12.49 27.01 90 OK 3 4.5 12.75 27.58 90 OK 2 4.5 11.19 24.20 90 OK 1 4.5 4. 10.68 90 OK 5.3 Perencanaan (BI) 5.3.1 Perencanaan balok induk melintang Balok induk direncanakan menggunakan profil WF 600 x 200 x 13 x 23. Kondisi sebelum komposit Pada kondisi sebelum komposit, berdasarkan hasil ETABS v9.7.1 diperoleh gaya gaya dalam maksimum sebagai berikut: Mmax 27513.98 kg.m (ditinjau B26, Story 3) Vmax 27084.28 kg (ditinjau B32, Story 3) a. Kontrol kuat geser h 522 40.15 tw 13 plastis 1100 1100 69.57 fy 250 h tw < 1100 fy Vn 0.6 x fy x Aw Aw d x tw 61.2x1.3 79.56 cm 2 0.6 x 2500 x 79.56 119340 kg Syarat: ΦVn Vu (Φ 0.9) 0.9 x 119340 39732.32 107406 39732.32 b. Kontrol Kuat Momen Lentur - Tekuk Lokal (local buckling) Sayap: Badan: bf 202 4.4 h 522 2. tf 2x23 40.15 tw 13 170 λ p 10.75 16 λp 106.25 250 250 bf λp h λp 2. tf tw Penampang Kompak! - Tekuk Lateral (lateral buckling) Jarak penahan lateral 300 cm Dari tabel profil untuk WF 600x200x13x23 dengan BJ 41, diperoleh: Lp 214.553 cm Lr 545.796 cm Dengan demikian: Lp < Lb < Lr...Bentang Menengah! ( ) ( Lr Lb ) Mn Cb Mr + Mp Mr Mp ( Lr Lp) Mr Sx.(fy fr) (33) (2500 700) 6084000 kg.cm 60840 kg.m Mp Zx.fy (3778)(2500) 45000 kg.cm 450 kg.m Dari output ETABS v9.7.1 diperoleh : Ma 18343.66 kg.m Mb 5502.19 kg.m Mc 18337.6 kg.m 12.5M max Cb 2.3 2.5M max+ 3Ma + 4Mb + 3Mc

12.5(27513.98) 5 x2000000 1.1 2.3 69.57 2.5(27513.98) + 3(18343.66) + 4(5502.19) + 3(18337.6) 2500 1.712 2.3 Mn Cb Mr + ( ) ( Lr Lb Mp Mr ) ( Lr Lp) Mp ( ) ( 545.796 300) 450 60840 ( 545.796 214.796) Mn 1.712 60840 + Mp Mn 1498. 2 Mp...Pakai Mn Mp 450 kg.m Syarat : ΦMn Mu (Φ 0.9) 0.9 x 450 27513.98 85005 27513.98 c. Kontrol Lendutan Lendutan ijin: L 3 f ' 0.008333 m 0.8333 360 360 cm Dari hasil perhitungan dengan Etabs V 9.7.1 diperoleh lendutannya sebesar: y maks 0.00129 cm Syarat: y max < f ' 0.00129 < 0.8333 Kondisi Setelah Komposit Pada kondisi setelah komposit, berdasarkan hasil ETABS v9.7.1 diperoleh gaya gaya dalam maksimum sebagai berikut: M max (+) 41899.85 kgm (ditinjau B44, story 3) M max (-) -60448.6 kgm (ditinjau B40, story 3) V max 45169.62 kg (ditinjau B41, story 3) Zona Momen Positif a. Kontrol kuat geser Kuat geser balok tergantung pada perbandingan antara tinggi bersih pelat badan (h) dengan tebal pelat badan (tw). h 522 40.15 tw 13 k n E 1.1 fy dimana k n 5 untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan, sehingga: h < tw 1100 plastis fy Vn 0.6 x fy x Aw Aw d x tw 61.2x1.3 79.56 cm 2 0.6 x 2500 x 79.56 119340 kg Syarat: ΦVn Vu (Φ 0.9) 0.9 x 119340 45169.62 107406 45169.62 b. Lebar Efektif (balok interior) - b eff L/4 175 cm - b eff b o 700 cm dipakai b eff 175 cm c. Kontrol kuat momen lentur: - Tekuk Lokal (local buckling) Badan: h 522 40.15 tw 13 16 λp 106.25 h tw 250 λp Karena profil penampang kompak, maka kekuatan lentur positif dapat dihitung menggunakan distribusi tegangan plastis. - Menghitung momen nominal (Mn) Mencari tebal pelat rata rata (tb rata2 ) akibat bondeks yang dipasang sejajar balok. A lubang bondeks 8.75 x [0.5(1.2+3.2)(5.3)] 102.03 cm 2 A pelat penuh 11 x 175 1925 cm 2 A beton 1925 102.03 1822.98 1823 cm 2 tb rata2 A beton / b eff 1923 / 175 10.42 cm Menentukan gaya yang terjadi: C 0.85 x fc x tb rata2 x b eff 0.85 x 300 kg/cm 2 x 10.42cm x 175 cm 464858.6 kg

a T As x fy 107.7 cm 2 x 2500 kg/cm 2 269250 kg Karena C > T, maka garis netral terletak di pelat beton Asxfy (107.7)(2500) 6.03cm 0.85xfc' xb (0.85)(300)(175) tb beff eff a d3 C d2 0 d1 e 0.00124 < 0.8333 e. Perencanaan Penghubung Geser Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan: ds 19 mm Asc 283.4 mm 2 fu 400 Mpa 40 kg/mm 2 1.5 1.5 Ec 0.041xWc fc' 0.041(2400) 30 d Gambar 5.3 Penampang Komposit Balok Induk Melintang T 26403.5 MPa Qn 0.5xAscx fc' xec 0.5x283.4x 30x26403.5 126106.7 N 12610.67 kg/stud - Menentukan jarak jarak dari centroid gaya gaya yang bekerja d1 tb a/2 11 (6.03/2) 7.98 cm 8 cm d2 0 (Profil baja tidak mengalami tekan) d3 d/2 61.2/2 30.6 cm e d1 + d2 + d3 8 + 0 + 30.6 38.6 cm - Menghitung momen positif Mn T x e (269250)(38.6) 10393050 kg.cm 103930.5 kg.m Syarat: ΦMn Mu (Φ 0.85) 0.85 x 103930.5 41899.85 88340.93 41899.85 Momen nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat beban berfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi. d. Kontrol Lendutan Lendutan ijin: L 3 f ' 0.008333 m 0.8333 360 360 cm Dari hasil perhitungan dengan Etabs V 9.7.1 diperoleh lendutannya sebesar: y maks 0.00124 cm Syarat: y max < f ' e. Syarat: Qn Asc. fu 12610.67 < (283.4)(40) 12610.67 > 11335. pakai Qn 11335.4 kg Jumlah stud untuk setengah bentang dimana shear connector dipasang 2 buah dalam satu baris: N T 269250 11.88 pasang 2Qn (2)(11335.4) 12 Jarak seragam (S) dengan stud pada masing masing lokasi: L 300 S 25cm N 12 Jarak maksimum (S max ) 8 x t plat beton...lrfd-15.6 8 x 11cm 88 cm Jarak minimum (S min ) 6 x ds.lrfd-15.6 6 x 1.9 cm 11.4 cm Jadi, dipasang shear connector setiap jarak 20 cm Zona Momen Negatif Batang tulangan menambah kekuatan tarik nominal pada pelat beton: T n x Ar x fyr 8.75 x (0.25 x π x 1.9 2 ) x 2900 71908. kg Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang baja: Pyc As x fy 107.7 x 2500 269250 kg

tb d c beff δ T 2fy fy d2 Pyc Gambar 5.4 Distribusi Tegangan Negatif Melintang Karena Pyc > T, maka garis netral terletak pada profil baja, berlaku persamaan: (Pyc T)/2 (269250-71908.)/2 98670.53 kg d1 d3 5.4 Perencanaan Kolom Komposit 5.4.1 Perencanaan Kolom Komposit Lantai 1-5 Dari hasil perhitungan dengan bantuan etabs v.9.7.1 diperoleh gaya gaya dalam maksimum pada C18 story 1 : Pu 134892.1 kg Mux 71153.51 kg.m Muy 75413.51 kg.m Kolom komposit direncanakan menggunakan profil K588x300x12x20 Bahan : BJ 41 : fy 2500 kg/cm 2 fu 4100 kg/cm 2 Beton : fc 30 Mpa 300 kg/cm 2 Ø12-250 4D22 Gaya pada sayap: Tf bf x tf x fy 20.2 x 2.3 x 2500 116150 kg Tf > (Pyc T)/2 sehingga garis netral jatuh pada flens profil Luas flens tertekan: ( Pyc T ) / 2 98670.53 A' 39.47 cm 2 fy 2500 A' 39.47 A' b. δ δ 1.95 cm b 20.2 Menentukan jarak jarak dari centroid gaya gaya yang bekerja: d1 tb c 11 2 9 cm d2 δ/2 1.95/2 0.975 cm d3 d/2 60/2 30 cm Perhitungan momen negatif : Mn T.(d1 + d2) + Pyc.(d3 d2) 71908. (9 + 0.975) + 269250 (30 0.975) 8532272.93 kg.cm 85322.73 kg.m Syarat: ΦMn Mu (Φ 0.85) 0.85 x 85322.73 60448.6 72524.32 60448.6 5.3.2 Perencanaan balok induk memanjang Balok induk direncanakan menggunakan profil WF 600 x 200 x 13 x 23. Gambar 5.7 Penampang Kolom Komposit Zx 2x(300x20x284) + 2x(274x12x137) + 4x(274x6x3) + 4x(150x20x75) 5228640 mm 3 5228.64 cm 3 Zy 2x(300x20x290) + 2x(274x12x143) + 4x(268x6x3) + 4x(150x20x75) 5339664 mm 3 5339.66 cm 3 Selubung beton : 750 x 750 mm 2 Ac 750 x 750 562500 mm 2 fc 30 Mpa Berat jenis beton : w 2400 kg/m 3 Tulangan sengkang terpasang : Ø12 250 Tulangan utama : 4 D 22 Ar 4 x (¼ x π x 22 2 ) 1520.53 mm 2 Spasi 750 2x40 2x12 22 624 mm Cek luas penampang minimum profil baja : As 385 0.068 6.8% > 4% Ac 5625 Cek Jarak sengkang: 250 mm < 2/3 x 750 500 mm

Cek luas tulangan longitudinal : Ast ¼ x π x 22 2 3.13 mm 2 > 0.18 x 624 112.32 mm 2 Cek mutu beton yang digunakan : (fc 30 MPa) 21 Mpa fc 55 Mpa KL KL BI Potongan Memanjang Cek mutu baja tulangan : (fyr 250 MPa) fyr < 3 Mpa Modifikasi tegangan leleh untuk kolom komposit Luas total tulangan utama : Aut Ar 1520.53 mm 2 Luas bersih penampang beton : Acn Ac As Aut 562500 38500 1520.53 523847.47 mm 2 Untuk profil baja berselubung beton : c 1 0.7 c 2 0.6 c 3 0.2 Aut Acn f my f y + c1. f yr + c2. fc' As As 1520.53 523847.47 f my 250 + 0.7x250x + 0.6x30x 38500 38500 501.83 MPa 1.5 Ec 0.041xWc fc' 0.041(2400) 26403.5 Mpa Es 2x10 5 Mpa Em E + c 3 x Ec x (Acn/As) (2x10 5 )+0.2(26403.5)(523847.47/38500) 271851.46 Mpa 1.5 30 Jari jari girasi modifikasi (rm) : rm 0.3 x b 0.3 x 750 225 mm > iy (dipakai rm) BI KL BI KL Potongan Melintang Gambar 5.8 Portal Bangunan Tekuk terhadap sumbu x : Ic Ix kolom Ix 127020 2. L kolom 450 GA 4.38 Ix 103000 L balok 0 GB 1 (Kolom dengan perletakan jepit) Jenis rangka bergoyang, sehingga dari nomogram didapatkan nilai: Kcx 1.65 Lkx Kcx x L 1.65 x 450 742.5 cm Lkx 742.5 λx 33 cm r m 22.5 Tekuk terhadap sumbu y : Ic Iy kolom Iy 132585 2. L kolom 450 GA 1.2 Ix 103000 103000 + L 300 700 balok GB 1(Kolom dengan perletakan jepit) Jenis rangka bergoyang, sehingga dari nomogram didapatkan nilai: Kcy 1.35 Lky Kcy x L 1.35 x 450 607.5 cm Lky 607.5 λy 27 cm r m 22.5 λ λx 33 cm (Menentukan!) λ fmy 33 501.83 λc 0.45 π Em π 271851.46

Termasuk kolom menengah karena 0.25 < λc < 1.2, sehingga : 1.43 1.43 w 1.102 1.6 0.67λc 1.6 0.67(0.45) fmy 501.83 fcr 455.4 MPa 4554 w 1.102 kg/cm 2 Kuat nominal kolom komposit : Pn As x fcr 385 x 4554 1753290 kg Kuat rencana kolom komposit : Øc x Pn 0.85 x 1753290 1490296.5 kg Syarat : Pu < Øc x Pn 134892.1 < 1490296.5 5.4.2 Kolom Lantai 6-10 Dari hasil perhitungan dengan bantuan etabs v.9.7.1 diperoleh gaya gaya dalam maksimum pada C4 story 6 : Pu 32689.66 kg Mux 257.45 kg.m Muy 44734.19 kg.m Kolom komposit direncanakan menggunakan profil K500x200x10x16 Bahan : BJ 41 : fy 2500 kg/cm 2 fu 4100 kg/cm 2 Beton : fc 30 Mpa 300 kg/cm 2 Ø12-250 4D22 Gambar 5.9 Penampang Kolom Komposit Zx 2x(200x16x242) + 2x(234x10x117) + 4x(234x5x2.5) + 4x(100x16x50) 24260 mm 3 2428.06 cm 3 Berat jenis beton : w 2400 kg/m 3 Tulangan sengkang terpasang : Ø12 250 Tulangan utama : 4 D 22 Ar 4 x (¼ x π x 22 2 ) 1520.53 mm 2 Spasi 750 2x40 2x12 22 624 mm Cek luas penampang minimum profil baja : As 228. 4 0.0406 4.06% > 4% Ac 5625 Cek Jarak sengkang: 250 mm < 2/3 x 750 500 mm Cek luas tulangan longitudinal : Ast ¼ x π x 22 2 3.13 mm 2 > 0.18 x 624 112.32 mm 2 Cek mutu beton yang digunakan : (fc 30 MPa) 21 Mpa fc 55 Mpa Cek mutu baja tulangan : (fyr 250 MPa) fyr < 3 Mpa Modifikasi tegangan leleh untuk kolom komposit Luas total tulangan utama : Aut Ar 1520.53 mm 2 Luas bersih penampang beton : Acn Ac As Aut 562500 22840 1520.53 538139.47 mm 2 Untuk profil baja berselubung beton : c 1 0.7 c 2 0.6 c 3 0.2 Aut Acn f my f y + c1. f yr + c2. fc' As As 1520.53 f my 250 + 0.7x250x + 0.6x30x 22840 538139.47 22840 Zy 2x(200x16x247) + 2x(234x10x122) + 4x(229x5x2.5) + 4x(100x16x50) 2483210 mm 3 2483.21 cm 3 Selubung beton : 750 x 750 mm 2 Ac 750 x 750 562500 mm 2 fc 30 Mpa 685.75 MPa 1.5 Ec 0.041xWc fc' 0.041(2400) 1.5 30

26403.5 Mpa Es 2x10 5 Mpa Em E + c 3 x Ec x (Acn/As) (2x10 5 ) + 0.2(26403.5)(538139.47/22840) 324420 Mpa GB Ix L Ix L kolom balok 490 127020 + 450 450 103000 0 3.05 Jari jari girasi modifikasi (rm) : rm 0.3 x b 0.3 x 750 225 mm > iy (dipakai rm) K2 K2 K1 BI BI Potongan Memanjang K2 K2 K1 BI BI Potongan Melintang Gambar 5.10 Portal Bangunan KL1 : K 588x300x12x20 Ix 127020 cm 4 ix 18.16 cm Iy 132585 cm 4 iy 18.16 cm As 385 cm 2 KL2 : K 500x200x10x16 Ix 490 cm 4 ix 14.79 cm Iy 52189 cm 4 iy 15.17 cm As 228.4 cm 2 BL : Ix 103000 cm 4 Tekuk terhadap sumbu x : Ic Ix kolom Ix 490 GA L Ix L kolom balok 2. 450 1.72 103000 0 Jenis rangka bergoyang, sehingga dari nomogram didapatkan nilai: Kcx 1.68 Lkx Kcx x L 1.68 x 450 756 cm Lkx 756 λx 33.6 22.5 r m Tekuk terhadap sumbu y : Ic Iy kolom Iy 52189 2. L kolom 450 GA 1.57 Ix 103000 L balok 700 Iy 52189 132585 + L kolom 450 450 GB 2.8 Ix 103000 L 700 balok Jenis rangka bergoyang, sehingga dari nomogram didapatkan nilai: Kcy 1.65 Lky Kcy x L 1.65 x 450 742.5 cm Lky 742.5 λy 33 r m 22.5 λ λx 33.6 (Menentukan!) λ fmy 33.6 685.75 λc 0.49 π Em π 324420 Termasuk kolom menengah karena 0.25 < λc < 1.2, sehingga : 1.43 1.43 w 1.6 0.67λc 1.6 0.67(0.49) 1.125 fmy 685.75 fcr 609.55 MPa 6095.5 w 1.125 kg/cm 2 Kuat nominal kolom komposit : Pn As x fcr 228.4 x 6095.5 1392212.2kg

Kuat rencana kolom komposit : Øc x Pn 0.85 x 1392212.2 11833.37 kg 6.4 Sambungan Memanjang dengan Kolom Lantai 1 5 Syarat : Pu < Øc x Pn 32689.66 < 11833.37 Kolom K 588x300x12x20 Potongan Profil WF 400x400x30x50 157 Potongan Profil WF400x400x45x70 BAB VI PERENCANAAN SAMBUNGAN Baut Ø22 40 Profil L 100x100x10 40 600 Baut Ø22 Profil L 100x100x10 Potongan Profil WF 400x400x45x70 6.1 Sambungan Balok Anak Lantai (BL1) dengan 157 Potongan Profil WF 400x400x30x50 400 110 Pelat Lantai Profil L 70x70x7 Baut Ø16 Balok Anak Lantai WF 400x200x7x11 35 60 35 110 Profil L 70x70x7 Pelat Lantai 35 60 35 Baut Ø16 Balok Anak Lantai WF 400x200x7x11 Gambar 6.1 Sambungan Balok Anak Lantai dengan Gambar 6.6 Sambungan Memanjang dengan Kolom Lantai 1 5 6.5 Sambungan Melintang dengan Kolom Lantai 6 10 Kolom K 500x200x10x16 Potongan Profil WF 400x400x45x70 6.2 Sambungan Balok Anak Atap (BA1) dengan Potongan Profil WF 400x400x45x70 107 107 Profil L 100x100x10 Pelat Lantai Pelat Lantai Baut Ø22 Profil L 100x100x10 40 600 Baut Ø22 110 110 40 Profil L 70x70x7 Baut Ø16 Balok Anak Atap WF 400x200x7x11 35 60 35 Profil L 70x70x7 35 60 35 Baut Ø16 Balok Anak Atap WF 400x200x7x11 Gambar 6.2 Sambungan Balok Anak Atap dengan 6.3 Sambungan Melintang dengan Kolom Lantai 1 5 Kolom K 588x300x12x20 Profil T 400x400x45x70 107 107 Potongan Profil WF 400x400x45x70 400 Potongan Profil WF 400x400x45x70 Gambar 6.8 Sambungan Melintang dengan Kolom Lantai 6 10 6.6 Sambungan Memanjang dengan Kolom Lantai 6 10 Potongan Profil WF 400x400x45x70 107 107 Kolom K 588x300x12x20 Profil L 100x100x10 Potongan Profil WF400x400x45x70 Baut Ø22 40 Profil L 100x100x10 600 Baut Ø22 Potongan Profil WF 400x400x30x50 40 157 400 Profil T 400x400x45x70 Baut Ø22 40 Profil L 100x100x10 600 Baut Ø22 Profil L 100x100x10 107 107 40 Potongan Profil WF 400x400x45x70 400 Potongan Profil WF 400x400x45x70 157 Gambar 6.4 Sambungan Melintang dengan Kolom Lantai 1-5 Potongan Profil WF 400x400x30x50 Gambar 6.10 Sambungan Memanjang dengan Kolom Lantai 6 10

6.7 Sambungan Antar Kolom Lantai 1-5 6.9 Sambungan Antar Kolom Lantai 5 & 6 Gambar 6.11 Sambungan Antar Kolom Lt.1 5 6.8 Sambungan Antar Kolom Lantai 6-10 Gambar 6.13 Sambungan Antar Kolom Lantai 5 & 6 6.10 Sambungan Kolom dengan Base Plate Sengkang Ø12-200 4Ø22 Tebal base plate 25mm KC588x300x12x20 85.0 75.0 F Angkur Ø25 F 75.0 85.0 KC588x300x12x20 4Ø22 Kolom beton 750x750 Tebal base plate 25mm Angkur Ø25 Sengkang Ø12-200 Potongan F-F Gambar 6.16 Sambungan Kolom dengan Base Plate Gambar 6.12 Sambungan Antar Kolom Lt.6-10

Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr D22-200 D22-100 D28-100 D22-100 D28-100 Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr D22-100 D22-200 D28-200 BAB VII PERENCANAAN PONDASI Pondasi Interior 2 (P3) A 7.1 Perencanaan Pondasi Gedung Pondasi gedung rumah sakit ini menggunakan pondasi tiang pancang produksi PT Wika dengan spesifikasi sebagai berikut : Diameter 600 mm Tebal 100 mm Kelas A1 Allowable axial 252.7 ton Bending momen crack 17 tm Bending momen ultimate 25.5 tm Direncanakan menggunakan tiang pancang diameter 60 cm dengan kedalaman 12.5 m Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr B D22-150 D28-150 D22-150 D22-100 D28-150 D28-100 Pot. A - A D22-100 D28-100 A Lantai Kerja 1Pc : 3Ps : 5Kr B D22-100 D22-150 Pot. B - B D28-100 D28-150 7.2 Perancangan Poer Pondasi Tepi (P1) A BAB VIII PENUTUP B B D22-200 D28-200 D22-200 D22-200 D22-200 D22-200 D28-200 Lantai Kerja D28-200 Lantai Kerja D28-200 1Pc : 3Ps : 5Kr 1Pc : 3Ps : 5Kr Pot. A - A Pot. B - B Pondasi Interior 1 (P2) B D22-200 D28-200 A D22-200 D28-200 A B A D28-200 D28-100 Pot. A - A Pot. B - B 8.1 Kesimpulan Dari hasil analisa dan perhitungan pada tugas akhir ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder terlebih dahulu seperti perhitungan tangga, pelat lantai, dan balok anak terhadap beban-beban yang bekerja baik beban mati, beban hidup maupun beban terpusat. 2. Dilakukan kontrol terhadap balok utama pada kondisi sebelum komposit dan kondisi setelah komposit. Kontrol yang dilakukan meliputi : kontrol lendutan, kontrol penampang (local buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol geser. 3. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom komposit yang meliputi kontrol luas minimum beton pada kolom komposit, perhitungan kuat tekan aksial kolom, perhitungan kuat lentur kolom, dan kontrol kombinasi aksial dan lentur. 4. Rigid connection digunakan untuk sambungan antara balok-kolom. Simple connection digunakan pada sambungan balok anak dengan balok induk. 5. Dimensi dimensi dari struktu yang diganakan adalah sebagai berikut : Dimensi kolom : Beton Profil : 750 mm x 750 mm : K 588 x 300 x 12 x20 K 500 x 200 x 10 x 16 Profil balok induk : WF 600 x 200 x 13 x 23 Profil balok anak atap :

BA1 : WF 400 x 200 x 7 x 11 BA2 : WF 500 x 200 x 9 x 14 Profil balok anak lantai : BL1 : WF 400 x 200 x 7 x 11 BL2 : WF 400 x 200 x 7 x 11 BL3 : WF 350 x 250 x 9 x 14 Profil balok lift : BF1 : WF 350 x 175 x 7 x 11 BF2 : WF 350 x 250 x 9 x 14 BF3 : WF 300 x 150 x 5.5 x 8 Profil balok tangga : Utama : WF 200 x 150 x 6 x 9 Penumpu : WF 250 x 125 x 5 x 8 6. Struktur bangunan bawah menggunakan pondasi dalam berupa tiang pancang berdiameter 60cm sedalam 12.5 meter. 8.2 Saran Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya. DAFTAR PUSTAKA Amon, Rene., Bruce Knobloch., dan Atanu Mazumder. 1999. Perencanaan Konstruksi Baja Untuk Insinyur dan Arsitek 2. Jakarta : PT. Pradinya Paramita. Badan Standarisasi Nasional. 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002). Bandung : BSN. Badan Standarisasi Nasional. 2000. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729- 2000). Bandung : BSN. Untuk Gedung (PPIUG) 1983. Jakarta : DPU. Marwan dan Isdarmanu. 2006. Buku Ajar : Struktur Baja I. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. McCormac, Jack C. 1995. Structural Steel Design LRFD Method Second Edition. United States of Amerika : Harper Collins College Publishers. Purwono, Rachmat., Tavio., Iswandi Imran., dan I Gusti Putu Raka. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847- 2002) Dilengkapi Penjelasan. Surabaya : itspress. Salmon, Charles G., dan John E. Johnson. 1991. Struktur Baja : Desain dan Perilaku Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03 1729 2002). Jakarta : Erlangga. Smith, J C. 1996. Structural Steel Design LRFD Approach Second Edition. United States of Amerika : John Wiley & Sons, Inc. Suprobo, Priyo. 2000. Desain Balok Komposit Baja Beton. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. Widiarsa, Ida Bagus Rai., dan Putu Deskarta. 2007. Kuat Geser Baja Komposit Dengan Variasi Tinggi Penghubung Geser Tipe-T Ditinjau Dari Uji Geser Murni. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 11, No 1. Bowles, Joseph E. 1991. Analisis dan Desain Pondasi Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia