BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keluarga juga tempat dimana anak diajarkan paling awal untuk bergaul dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumah, mengurus, mendidik, dan mengasuh anak.

BAB III OBJEK PENELITIAN. primitif dan masyarakat modern. Dahulu keluarga (keluarga inti) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lembaga terkecil namun memberikan pengaruh yang

SUSI RACHMAWATI F

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. yang masih lengkap keduanya sedangkan keluarga tidak utuh atau yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai orang tua yang memiliki anak, tugas utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

2015 PENYESUAIAN PERANAN IBU BEKERJA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab utama atas sosialisasi anak anaknya dan pemenuhan kebutuhan pokok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perjanjian yang sakral (mitsaqan ghalidha) antara suami dan istri.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. mereka kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat. cinta, kasih sayang, dan saling menghormati (Kertamuda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa antara lain ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Struktur keluarga merupakan subsistem dari struktur sosial. Struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan-satuan keluarga. Hanya dalam masyarakat yang kompleks dengan peradaban yang lebih tinggi keluarga berhenti untuk memenuhi fungsi-fungsi ini, demikian juga pada masyarakat lokal seperti halnya pembagian kelas-kelas sosialnya, cenderung untuk mempertahankan kesatuankesatuan keluarga. Dahulu keluarga (keluarga inti) merupakan struktur organisasi yang terkecil dalam masyarakat meliputi ayah, ibu dan anak. Fenomena yang marak terjadi akhirakhir ini adalah kondisi keluarga yang tidak memiliki struktur keluarga sebagaimana mestinya. Dalam artian sudah ada pergeseran dalam struktur keluarga, yaitu adanya keluarga yang hanya orangtua tunggal dan anak seperti ibu dan anak ataupun ayah dan anak yang pada umumnya disebut single parent. 1

Single parent, ini merupakan fenomena yang sering terjadi di lingkungan sekitar kita. Struktur keluarga yang baru memunculkan berbagai pandangan bagi beberapa masyarakat. Bentuk struktur keluarga yang memiliki perbedaan pada struktur keluarga pada umumnya. Ayah, ibu dan anak seperti itu lazimnya struktur sebuah keluarga.saat ini sudah ada perubahan pada struktur keluarga, kelengkapan anggota keluarga sudah tidak menjadi permasalahan berarti dalam pembahasan struktur keluarga. Ketika sebuah keluarga hanya ada ibu dan anak ataupun ayah dan anak pun dikatakan sebuah keluarga walaupun jika diamati dari struktur keluarga itu memiliki perbedaan. Meluasnya fenomena menjadi orangtua tunggal maka semakin banyak pula deskripsi definisi dari single parent itu sendiri. Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah atau ibu) seorang diri karena kehilangan atau terpisah dengan pasangannya. Single parent disebabkan oleh dua hal yaitu diinginkan (sengaja) dan tidak diinginkan (tragedi). Dalam kondisi yang sengaja, biasanya dianut oleh kaum feminist yang menginginkan kebebasan dalam menentukan komposisi suatu keluarga, dalam kondisi seperti ini biasanya wanita sudah mempersiapkan dirinya secara matang. Mereka lebih mandiri dalam segi finansial dan memiliki prinsip yang dipegang dalam menjalani kehidupannya sebagai single parent. Akan tetapi menjadi single parent juga terkadang menjadi suatu pilihan yang memang sebenarnya tidak diinginkan oleh seorang wanita atau pria itu sendiri. Single parent bisa jadi karena pasangan yang menikah tetapi tiba-tiba salah satunya meninggal dunia atau bercerai. Kondisi menjadi lebih sulit oleh pelakunya. Orangtua tunggal yang keberadaannya 2

dalam keluarga memiliki peranan ganda, masalah pergolakan perasaan, kesiapan ekonomi, dan bagaimana menghadapi masalah dalam kehidupan sosial masyarakat. Di Indonesia, berdasarkan data dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah perempuan yang menjadi single parent jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Tabel 1 Data Perempuan dan Laki-laki Single Parent di Indonesia Golongan Cerai Mati / Widowed Umur Age Group Perempuan Laki-laki 15-19 1,556 3,822 20-24 16,148 7,584 25-29 45,209 17,820 30-34 89,413 24,023 35-39 187,299 34,441 40-44 341,637 64,132 45-49 527.877 95,496 50-54 746,883 142,841 55-59 886,464 172,030 60-64 1,097,725 255.045 65-69 1,066,134 225,369 70-74 979,973 234,818 75 + 1,082,792 352,809 Total 6,541,761 1,375,440 sumber: badan pusat statistik 2015 Data di atas menunjukkan bahwa laki-laki yang menjadi duda karena kematian dan perceraian dengan istrinya di Indonesia berjumlah 1,375,440 orang. Sedangkan perempuan yang menjadi janda karena kematian dan perceraian dengan suaminya berjumlah 6,541,761 orang. Data di atas juga menunjukkan bahwa sekitar satu juta ayah di Indonesia yang istrinya telah meninggal dan yang telah bercerai dengan 3

istrinya harus tetap menjalankan perannya sebagai single father. Itu artinya, banyak ayah di Indonesia akan menjadi single fighter dengan tetap menjalankan suatu keluarga dan bertahan hidup tanpa didampingi pasangannya. Akibat adanya single parent, struktur keluarga pun mengalami perubahan. Orangtua tunggal baik yang diemban oleh seorang ayah ataupun seorang ibu yang harus sendiri menjalankan kehidupan yang berbeda dari sebelumnya bersama anakanaknya. Apabila kita amati memang tidak banyak pria yang terus memilih untuk menjadi orangtua tunggal setelah istrinya meninggal. Diperkirakan lebih banyak istri yang bertahan untuk terus sendiri dan menjadi orangtua tunggal dibandingkan suami. Ini semua sangat dipengaruhi oleh stereotip peran gender yang sangat memisahkan peran ibu sebagai pengasuh anak yang utama dan peran ayah adalah pencari nafkah keluarga. Jadi, masyarakat sering memandang adanya ketidakpantasan dan tidak mampu bila ayah saja yang mengasuh anak-anak. Secara historis, perempuan di bawah sistem patriarki, apa pun kelas dan ras mereka, wajib menjalankan tugas-tugas kodrati dan reproduksi sosial (melahirkan anak, mengasuh anak, menata rumah, menyiapkan makanan, merawat yang sakit dan anak-anak, pelayanan emosional dan seksual). (George Ritzer, 2010: 523). Struktur keluarga yang hanya terdiri orangtua tunggal dan anak. Pasti memberikan perbedaan signifikan, hal ini tampak pada peranan yang dimiliki oleh orangtua. Ayah sebagai single parent harus mampu membagi waktu, untuk berperan 4

sebagai ayah dan ibu sekaligus. Perannya sebagai ayah, sebagai pemimpin keluarga kecil yang dimilikinya. Kemandirian dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan secara mandiri, memberikan kasih sayang dan berperan dalam pekerjaan domestik untuk keluarga kecilnya.melakukan pekerjaan domestik dan membagidengan anak-anaknya, keluarganya pun menjadi tambahan tanggung jawab bagi laki-laki single parent. Meskipun proritas mencari nafkah, seorang laki-laki single parent harus tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang ayah yaitu mengasuh dan membesarkan anak. Rasa kasih sayang yang penuh perlu diberikan untuk anak, tidak dipungkiri anak merasakan dampak psikologis yang dapat berpengaruh pada perilaku di rumah, sekolah maupun masyarakat dan lingkungan sosialnya. Adanya perbedaan struktur keluarga memberikan efek yang tidak dapat dihindari oleh si anak. Dengan kasih sayang maka seorang ayah dapat mempersiapkan mental si anak. Menumbuhkan rasa kepercayaan dirinya dan meningkatkan rasa nyaman merupakan tugas utama. Sebagai laki-laki single parent tetap membutuhkan dukungan sosial baik berupa dukungan emosional maupun instrumental. Dukungan emosional, ditandai dengan perhatian yang simpatik terhadap orang lain yang mengalami stres. Tujuannya adalah mengurangi emosi negatif dan ketegangan yang dihasilkan. Dukungan instrumental, ditandai dengan bantuan yang lebih nyata dan terwujud. Misalnya, nasehat-nasehat membantu individu yang stres secara aktual mengubah lingkungan yang memicu stres. Misalnya, secara aktif menyelesaikan masalah atau mengubah persepsi terhadap sumber stres. 5

Kondisi single parent memang tidaklah mudah untuk dihadapi. Apalagi adanya pandangan atau komentar miring sebagian masyarakat terhadap struktur keluarga yang tidak lazim ini. Pengakuan dan penerimaan struktur keluarga yang berpola single parent dari masyarakat juga merupakan faktor yang dapat membantu bagi pemeran single parent. Penghormatan dengan menghargai single parent sebagai seorang manusia atas segala perjuangan yang dihadapinya dan menerima struktur keluarga yang dianut oleh seorang laki-laki single parent (meliputi ayah dan anak). Belas kasihan yang berlebihan tidak perlu, karena hal ini akan melemahkan mental seorang single parent. Adapun alasan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah ingin melihat dan mendalami bagaimana pembagian kerja secara seksual dalam bidang publik dan domestik yang harus dikerjakan oleh seorang ayah tunggal dan membaginya dengan anaknya. Pada umumnya kita mengetahui bahwa seorang suami yang ditinggal oleh seorang istri harus melakukan pekerjaan publik dan domestik yang menuntut kerja sama antara ayah tunggal tersebut dengan anaknya. Seorang laki-laki lebih cenderung enggan atau tidak mau untuk melakukan pekerjaan domestik, maka saya ingin melihat apakah seorang ayah tunggal akan melakukan semua pekerjaan domestik tersebut dalam kondisi tertekan atau keadaan terpaksa seorang diri, atau membagi tugas dengan anaknya, atau malah mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga (PRT). 6

1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pembagian kerja secara seksual (publik dan domestik) pada ayah tunggal dan anaknya? 1.3 Tujuan Penelitian ini adalah: Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pembagian kerja secara seksual (publik dan domestik) pada ayah tunggal dan anaknya? 1.4 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1. Manfaat Teoritis 1. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan disiplin ilmu sosial terutama bagi studi Sosiologi Keluarga dan Sosiologi Gender. 2. Untuk menambah refrensi hasil penelitian dan juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa/i sosial khususnya Sosiologi yang selanjutnya, serta diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas wawasan cakrawala pengetahuan. 7

1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis agar dapat meningkatkan kemampuan akademisi. Dan sebagai informasi tambahan bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan pembahagian kerja dan hubungan diantara ayah tunggal, keluarga dan anaknya. Dan berguna bagi perkembangan ilmu khususnya ilmu Sosiologi. 1.5 Defenisi Konsep Defenisi konsep merupakan batasan penelitian dan rangkuman peneliti dalam menjelaskan peristiwa yang akan diteliti. Adapun yang menjadi defenisi konsep pada penelitian ini yaitu : 1. Keluarga Keluarga adalah bagian terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal atau menetap di satu atap rumah dalam keadaan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Keluarga sebagai salah satu kelompok yang orang-orang di dalamnya disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, ikatan sedarah, dan adopsi. Beberapa dari hal tersebut merupakan susunan rumah tangga itu sendiri. Adanya interaksi, komunikasi satu dengan yang lainnya menimbulkan peran-peran sosial bagi suami, istri, ayah, ibu, putra dan putri, saudara laki-laki, dan saudara perempuan yang merupakan pemeliharaan kebudayaan yang sama. Jadi keluarga merupakan kesatuan sosial yang terkait satu dengan yang lainnya 8

dan masing-masing anggotanya memiliki peranan yang berlainan sesuai dengan fungsi masing-masing anggota keluarga. 2. Single Parent Single parent adalah seorang atau salah satu dari ayah atau ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus mengurus rumah tangga. Orang tua tunggal inilah yang biasa disebut dengan single parent yang hanya sendirian menghadapi masalah khusus dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang tua yang membesarkan anaknya. Bila di ukur dengan angka mungkin hanya sedikit keadaan positif yang terjadi pada keluarga yang memiliki orang tua tunggal tersebut dibandingkan dengan keluarga yang memiliki orang tua lengkap. Orang tua tunggal menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya karena di sisi lain orang tua tunggal tidak memiliki pasangan untuk membantu, mendampingi dan menjadi tempat berkeluh kesahnya. 3. Single Father Single father adalah orangtua tunggal laki-laki yang mana melaksanakan pekerjaan ganda baik di dalam sektor publik dan domestik. Dampak atau resiko yang sering kali dialami oleh orangtua tunggal tersebut, ia akan menghabiskan banyak waktunya untuk melakukan pekerjaan sehariharinya ataupun hanya terfokus terhadap tuntutan pekerjaannya semata daripada harus berperan serta dalam mengontrol keseharian anak mereka. 9

Sementara seorang ayah tunggal dituntut untuk lebih menyeimbangkan antara pekerjaan di luar rumah dan di dalam rumah. 4. Pembagian kerja secara domestik Pembagian kerja secara domestik adalah pekerjaan yang biasanya dilakukan di dalam rumah tangga seperti: memasak, mencuci, menyapu, menyetrika, dll. Pekerjaan domestik biasanya identik dengan seorang perempuan (ibu). Lalu bagaimana dengan single father yang hanya sendiri dan berperan ganda dalam merangkap sekaligus pekerjaan domestik dan juga publik. Dalam hal ini peran keluarga luas akan terlihat pada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan domestik. 5. Pembagian kerja secara publik Pembagian kerja secara publik adalah pekerjaan yang biasanya dilakukan di luar rumah atau ruang umum seperti bekerja di kantor, buruh pabrik, karyawan swasta, wiraswasta dan lainnya, dan pekerjaan ini selalu dianggap masyarakat awam sebagai pekerjaan atau mata pencaharian untuk seorang ayah atau laki-laki. 10