BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 4.1 Badan Perizinan dan Penanaman Modal Kota Bandar Lampung

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

FORMULIR PERMOHONAN IZIN USAHA PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL / PUSAT PERBELANJAAN / TOKO MODERN

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2011 NOMOR 34 SERI E NOMOR 11

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN

Nomor :... Tahun... Lampiran :... Kepada Yth Perihal : Permohonan Daftar Ulang Ijin Ka. Dinas Penanaman Modal dan

BUPATI SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 06 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

7. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republi

8.1. Keuangan Daerah APBD

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PROSEDUR MAJA LABO DAHU IZIN GANGGUAN (HO) KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PEMERINTAH KOTA BIMA WUJUDKAN PELAYANAN PRIMA BEBAS KKN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Badan Perizinan dan Penanaman Modal Kota Bandar Lampung Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Bandar Lampung, yang memiliki dua tugas pokok yaitu Penanamam Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu. Adapun filosofi yang dibangun adalah bagaimana memberikan pelayanan perizinan terpadu yang cepat, murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau. Dengan demikian diharapkan melalui perizinan yang mudah akan mendorong investasi di daerah. Investasi yang meningkat akan mendorong terciptanya kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan akhirnya meningkatan perekonomian daerah. Visi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung adalah Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Cepat, Mudah, Transparan, dan Akuntabel Untuk Mendorong Investasi di Bandar Lampung. Wujud dari visi tersebut adalah meningkatnya iklim invesatsi yang kondusif dan meningkatnya PAD dari sistem perizinan, dengan sistem ini pertumbuhan investasi daerah (PMA 70

dan PMDN) sebesar 9% serta kemudahan dan bebas biaya perizinan bagi usaha kecil. Misi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung di dalam mewujudkan Visi SKPD dijabarkan sebagai berikut : 1. Menciptakan pelayanan perizinan yang prima melalui peningkatan kualitas SDM aparatur yang sistem kerja yang baik dengan tujuan melaksanakan pelayanan perizinan yang prima. 2. Mewujudkan iklim investasi yang kondusif dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dengan tujuan menciptakan dan mengembangkan potensi investasi melalui kerjasama dan kemitraan antar pemerintah daerah dan swasta. Berdasarkan visi dan misi di atas maka Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung menetapkan sasaran sebagai berikut : 1. Melaksanakan pelayanan perizinan yang prima, dengan sasaran meningkatnya minat masyarakat untuk mengurus dokumen perizinan. 2. Menciptakan dan mengembangkan potensi investasi melalui kerjasama dan kemitraan antar pemerintah daerah dan swasta dengan sasaran 3. Meningkatnya minat investasi di Kota Bandar Lampung; Bentuk fasilitasi yang diberikan pemerintah kepada Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanam Modal Asing (PMA) berdasarkan Undang- undang Nomor 57 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, antara lain berupa: 71

1. Pengurangan pajak penghasilan 2. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan 3. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong 4. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau peralatan 5. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat 6. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan Penyelenggaraan penanaman modal sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merupakan bentuk kegiatan menanam modal baik yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri maupun penanam modal asing dengan menggunakan modal asing sepenuhnya maupun berpatungan dengan penanam modal dalam negeri untuk melakukan usahanya di wilayah Republik Indonesia. Penyelenggaraan penanaman modal bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dalam negeri maupun dari luar negeri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 72

Penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum dibidang penanaman modal, biaya ekonomi berdaya saing tinggi serta iklim usaha yang kondusif dibidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan. Penyelenggaraan penanaman modal harus diselenggarakan berdasarkan asas (a) kepastian hukum, (b) keterbukaan, (c) akuntabilitas, (d) perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal Negara, (e) kebersamaan, (f) efisiensi berkeadilan, (g) berkelanjutan, (h) berwawasan lingkungan, (i) kemandirian dan (j) keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Urusan penyelenggaraan dibidang penanaman modal merupakan salah satu urusan wajib pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dibidang Penanaman Modal didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota diantaranya adalah : 73

1. Melaksanakan pemantauan, bimbingan dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal di tingkat kabupaten/kota, serta 2. Mengumpulkan dan mengolah data kegiatan penanaman modal dan realisasi proyek penanaman modal skala kabupaten/kota. Berdasarkan aturan tersebut, BPMP Kota Bandar Lampung memiliki kewenangan untuk melakukan monitoring pelaksanaan penanaman modal di Kota Bandar Lampung baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) dengan maksud untuk mengetahui perkembangan rencana dan realisasi pelaksanaan penanaman modal berdasarkan data yang diterima baik dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indoneisa (BKPM RI) maupun dari Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Provinsi Lampung. 4.2 Kondisi Ekonomi Kota Bandar Lampung a. Struktur Perekonomian Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari besarnya sumbangan masing-masing lapangan usaha terhadap Distribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor Industri paling tinggi adalah Pengelolaan Tanpa Migas meski mengalami penurunan di tahun 2010 menjadi sebesar, selanjutnya sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 20,60%. Pada sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami peningkatan sebesar 15,92%. Berikut adalah tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010: 74

Tabel 2 PDRB Kota Bandar Lampung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 5,89 6,48 6,37 6,10 2 Pertambangan dan 0,90 0,95 0,87 0,86 Penggalian 3 Industri pengelolaan 17,44 19,73 22,48 22,45 tanpa migas 4 Listrik dan air bersih 1,58 1,40 1,28 1,30 5 Bangunan 6,44 5,50 5,29 5,23 6 Perdagangan, Hotel dan 17,00 15,60 13,96 13,66 Restaurant 7 Pengangkutan dan 19,82 20,20 20,53 20,60 Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan 14,19 14,00 14,80 15,92 dan Jasa perusahaan 9 Jasa-Jasa 16,53 16,14 14,42 13,88 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung 2010 b. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung mengalami perubahan yang terus meningkat. Pulihnya perekonomian yang terjadi di Kota Bandar Lampung sejak terjadi krisis ekonomi tahun 1998, terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan sejak tahun 1999 sebesar 3,56 hingga tahun 2010, mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,33. Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandar Lampung, pada tahun 2010 terlihat bahwa laju pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan, yang dominan Kota Bandar Lampung, yaitu berada pada Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas, serta Sektor Pembangunan. Besarnya kontribusi keempat sektor tersebut terhadap PDRB Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 berdasarkan harga konstan, 75

masing -masing sebesar 12,64; 6,67; 5,22 dan 4,63 dari keempat sektor ini saja telah mampu menyumbang setengah lebih dari total nilai PDRB Kota Bandar Lampung. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung menurut Lapangan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010, maka masing-masing angka pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya adalah 6,83 pada tahun 2007; 6,93 pada tahun 2008, 6,01 pada tahun 2009 dan 6,33 pada tahun 2010. Berikut ini, tabel Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Atas Dasar Harga Konstan 2007-2010: Tabel 3 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2007-2010 No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 2,95 3,95 2,06 1,92 2 Pertambangan dan 1,57 5,58 1,5 3,19 penggalian 3 Industri Pengolaan tanpa 10,47 4,91 7,54 5,22 migas 4 Listrik dan air bersih 7,36 2,98 1,46 2,57 5 Bangunan 5,69 6,21 1,37 4,63 6 Perdagangan, Hotel & 2,85 3,75 1,78 3,96 Restaurant 7 Pengangkutan dan 3,4 4,82 6,99 6,67 Komunikasi 8 Keuangan, persewaan dan 18,34 16,23 11,99 12,64 jasa perusahaan 9 Jasa-jasa 1,27 5,7 4,27 3,54 6,38 6,93 6,01 6,33 Sumber: Kota Bandar Lampung Dalam Angka 2010 c. PDRB Perkapita Pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan berdampak pada meningkatnya PDRB perkapita penduduk, apabila disertai dengan upaya pengendalian jumlah penduduk, PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2010 76

dapat menunjukkan besarnya PDRB riil perkapita penduduk. Perlu diketahui bahwa PDRB perkapita tidak sepenuhnya menggambarkan peningkatan pendapatan per-orang penduduk setempat, namun indikator ekonomi ini antara lain dapat digunakan untuk menilai apakah upaya pembangunan ekonomi disuatu wilayah mampu meningkatkan pencapaian nilai tambah berdasarkan kreatifitas masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya. Berikutnya adalah tabel PDRB Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010: Tabel 4 PDRB Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan UsahaAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 N Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 o 1 Pertanian 620.405 883.647 1.087.046 1.185.271 2 Pertambangan dan 95.057 130.155 149.287 165.367 Penggalian 3 Industri Pengelolaan 1.835.621 2.689.278 3.836.648 4.364.205 tanpa Migas 4 Listrik dan Air 166.298 190.871 219.111 252.868 Bersih 5 Bangunan 698.983 749.030 902.696 1.017.269 6 Perdagangan, Hotel 1.788.843 2.126.056 2.383.390 2.656.031 dan Restaurant 7 Pengangkutan dan 2.086.637 2.753.529 3.503.254 4.004.816 komunikasi 8 Keuangan, 1.493.566 1.907.985 2.525.759 1.094.100 Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 1.740.249 2.200.245 2.460.808 2.697.234 10.525.658 13.630.797 17.067.998 19.437.165 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung tahun 2010 Secara terinci, jika terlihat dari Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 77

2007-2010, sektor yang mengalami peningkatan, adalah pada Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas sebesar 4.364.205,52; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 4.004.816,84; Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 3.094.100,10. Disusul oleh Sektor Jasa-Jasa sebesar 2.697.234,71; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 2.656.031,29; Sektor Pertanian sebesar 1.185.271,01; Sektor Bangunan Sebesar 1.017.269,97; Sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 252.868,21 serta Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 165.367,62. d. Perdagangan Pembangunan pada sektor perdagangan bertujuan untuk meningkatkan produksi sesuai dengan perkembangan kebutuhan pembangunan yang diarahkan pada usaha untuk memperlancar arus barang dan jasa dari pusat produksi ke pasar konsumsi serta terciptanya perkembangan harga yang kompetitif. Perdagangan luar Negeri lebih diarahkan untuk menunjang daya saing komoditas ekspor yang langsung dilakukan melalui pelabuhan panjang. Berikut tabel volume ekspor menurut jenis barang yang dilakukan melalui pelabuhan panjang, Tabel 5 Volume Ekspor Melalui Pelabuhan Panjang Menurut Jenis Barang N Jenis Barang 2005 2006 2007 2008 2009 o 1 Karet 18.598 15.005 55.407 69.205 26.429 2 Kopi 333.749 140.295 248.826 304.812 387.275 3 Lada 24.185 9.045 6.311 7.258 42.667 4 Jagung 0 0 0 0 0 5 Makanan ternak 1.374 1.364 0 0 0 6 Kayu 1.247 1.524 6.691 18.665 1.683 7 Lain-lain 3.525.858 4.414.407 4.181.344 5.260.165 4.809.112 Sumber : PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Panjang tahun 2009 78

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa meskipun sempat terjadi penurunan ekspor pada kopi dan lada pada tahun 2006, namun terjadi peningkatan kembali pada tahun-tahun berikutnya. Penurunan terjadi pada ekspor karet, makanan ternak, kayu, dan lain-lain. Dikota Bandar Lampung saat ini terdapat beberapa pasar tradisional maupun pasar modern atau swalayan seperti terlihat pada tabel dibawah ini, Tabel 6 Daftar Nama-Nama Pasar Modern Menurut Lokasi Di Kota Bandar Lampung No Nama Pasar Swalayan Lokasi 1 Central Plaza Jl. Kartini 2 Ramayana Supermarket Jl. Raden Intan 3 Plaza Lotus Jl. Raden Intan 4 Chandra Supermarket Jl. Pemuda 5 Mall Kartini Jl. Kartini 6 Chandra Supermarket Teluk Telukbetung 7 Simpur Center Jl. Jend. Suprapto 8 Gelael Jl. Jend. Sudirman 9 Robinson Jl. Zainal Abidin 10 Giant Hypermarket Jl. Zainal Abidin 11 Giant Hypermarket Jl. P. Antasari Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindag Kota Bandar Lampung tahun 2012 Berdasarkan data yang diperoleh bahwa terdapat 11 Pasar Modern yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bandar Lampung pada tahun 2012. Tabel 7 Daftar Nama-Nama Pasar Tradisional Menurut Lokasi Di Kota Bandar Lampung No Nama pasar Tradisional Lokasi 1 Pasar Kangkung Kel. Kangkung 2 Pasar Gudang Lelang Kel. Kangkung 3 Pasar Tugu Kel. Kampung Sawah 4 Pasar Bawah Kel. Gunung Sari 5 Pasar Smep Kel. Pasir Gintung 6 Pasar Gintung Kel. Pasir Gintung 7 Pasar Tamin Kel. Suka Jawa 8 Pasar Cimeng Kel. Cimeng 9 Pasar Way Halim Kel. Perum Way Halim 10 Pasar Panjang Kel. Panjang 79

11 Pasar Way Kandis Kel. Perum Way Kandis 12 Pasar Langkapura Kel. Langkapura 13 Pasar Kemiling Kel. Gunung Terang Sumber : Dinas Pasar Kota Bandar Lampung tahun 2012 Berdasarkan data yang diperoleh bahwa terdapat 13 Pasar Tradisional yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bandar Lampung pada tahun 2012. 4.3 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang persyaratan dan penataan minimarket di Kota Bandar Lampung diterbitkan sejak Agustus 2011. Sebelum perwali ini diterbitkan, kebijakan sebelumnya yang dipakai yaitu Peraturan Daerah Bandar Lampung No 3 Tahun 1989 tentang Izin Tempat Usaha dan Pemasangan Merk dan Peraturan Daerah Bandar Lampung No 1 Tahun 2009 tentang Retribusi Izin Usaha dan Pendaftaran Usaha. Kedua kebijakan ini belum mengatur secara spesifik mengenai peraturan minimarket. Peraturan mengenai minimarket pertama kali diterbitkan pada Maret 2009 yakni Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 17 Tahun 2009 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung. Penyusunan Peraturan Walikota Bandar Lampung tentang persyaratan dan penataan minimarket, baik sebelum ataupun setelah revisi dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung bersama satuan kerja terkait telah mengacu pada ketentuan-ketentuan yang diatur baik dalam Peraturan 80

Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern maupun Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 53/M- DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat P erbelanjaan dan Toko Modern. Tujuan diterbitkan Peraturan Walikota Bandar Lampung tentang Persyaratan dan Penataan minimarket yaitu : 1. Menata keberadaan minimarket di Kota Bandar Lampung baik yang telah memiliki izin maupun yang belum memiliki izin. 2. Melindungi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) khususnya warung-warung tradisional dan mendorong pertumbuhan di daerah serta menciptakan iklim usaha yang sehat 3. Mengendalikan pemanfaatan ruang kota yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota serta untuk menciptakan estetika ruang kota Secara umum Peraturan Walikota mengatur tentang persyaratan pembangunan minimarket, tata letak, perizinan, permodalan, waktu operasi, kewajiban dan larangan serta sanksi administrasi. Menurut Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011, persyaratan pembangunan minimarket harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 81

1. Lokasi pendirian minimarket mangacu pada encana tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung dan Rencana Detail Ruang Kota (RDTRK) Bandar Lampung 2. Bangunan tidak melanggar Garis Sempadan Bangunan (GSB) 3. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m 2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan atau Toko Modern 4. Memiliki luas lantai penjualan kurang dari 400m 2 (empat ratus meter persegi) 5. Minimarket dapat berdiri pada lokasi jalan arteri dan jalan kolektor dan tidak diperkenankan pada jalan lokal dan lingkungan, kecuali pada kompleks perumahan 6. Minimarket hanya dapat didirikan pada radius minimal 50 (lima puluh) meter dari as tikungan jalan/persimpangan dan jembatan pada ruas jalan arteri dan jalan kolektor, kecuali yang berada pada kompleks pertokoan/pusat perbelanjaan dan memiliki lahan parkir yang memadai. 7. Pendirian minimarket pada kompleks perumahan berada pada fasilitas umum yang telah ditetapkan pada site plan. 8. Pada lokasi pendirian minimarket hanya diperkenankan maksimal 4 (empat) unit minimarket dalam radius 200 meter dengan jarak antar lokasi pendirian minimarket minimal 500 (lima ratus) meter 82

9. Usaha minimarket harus berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari pasr tradisional dan berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari warung / pedagang eceran Persyaratan izin pendirian pasar modern yang dikeluarkan oleh BPMP Kota Bandar Lampung adalah : 1. Isi formulir lengkap dengan materai cukup 2. Sketsa Lokasi 3. Foto copy PBB tahun berjalan 4. Asli dan foto copy keterangan beda PBB 5. Asli dan foto copy Advis Camat 6. Foto copy KTP pemohon 7. Foto copy KTP pihak ke 2 8. Asli dan foto copy surat kuasa bermaterai 6000 9. Foto copy akte pendirian pusat awal s/d akhir 10. Foto copy akte cabang / pertunjukan kacab ditandatangani Direktur Pusat 11. Foto copy NPWP 12. Foto copy SIUP, TDP Pusat 13. Asli dan Foto copy Neraca (bila cabang neraca cabang) bermaterai cukup 14. Asli dan Foto copy persetujuan Walikota 15. Foto copy IMB bangunan 16. Foto copy ANDALALIN 17. Foto copy akte pengesahan kehakiman 18. Asli dan Foto copy izin lingkungan diketahui RT 83

19. Foto copy perjanjian kerjasama koperasi 20. Semua persyaratan rangkap 3 (asli dipermohonan SITU) dan dimasukan dalam satu mam folio (jadi 3 set : SITU, SIUP, TDP). Jika terjadi pelanggaran terhadap Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket dapat dikenakan sanksi berupa : 1. Teguran tertulis sebanyak-banyaknya tiga kali 2. Pemanggilan 3. Penutupan sementara kegiatan usaha minimarket 4. Pencabutan izin yang dikeluarkan oleh Walikota Bandar Lampung. 84