KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

dokumen-dokumen yang mirip
LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. hanya memberikan informasi saja atau mengarahkan ke satu tujuan saja.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. nantinya akan membawa bangsa menuju kearah kemajuan karena di. taraf kemajuan peradapan suatu bangsa.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan memerankan peran yang sangat penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), UU RI No.20 Tahun 2003 beserta penjelasannya,(bandung: Nuansa Aulia, 2008), h.114

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

Transkripsi:

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Oleh VEATOR RENYAAN NIM: Q 100070046 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003; pasal 1, ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ungkapan ini merupakan makna teologis pendidikan yakni menciptakan warga negara yang Indonesia yang bertaqwa, berakhlak mulia dan terampil. Guna mencapai tujuan sebagaimana yang diamantkan dalam undang-undang ini diselenggarakan kegiatan pembelajaran yang bersifat formal, nonformal serta informal dalam berbagai jenjang mulai dari pendidikan anak usia dini sampai dengan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan menengah yang meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenjang pendidikan formal. Para siswa sekolah menengah ini rata-rata berada pada usia 13 tahun sampai 16 tahun di mana mereka berada dalam masa remaja. Masa remaja adalah masa yang paling indah, penuh dengan suka cita, keunikan, keceriaan dan menyenangkan. Masa remaja hampir tidak dapat dilupakan oleh setiap orang, karena masa remaja yang dilalui baik yang suka maupun menyulitkan bahkan yang menyedihkan. Masa remaja merupakan masa gejolak di mana seseorang menghadapi banyak persoalan dan tantangan, konflik serta kebingungan dalam proses menemukan diri dan tempatnya dalam masyarakat. 1

2 Dalam usia ini remaja mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial. Dalam masa ini masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatanperbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja. Masyarakat menjadikan sekolah sebagai tumpuan harapan akan berhasil tidaknya pendidikan. Keberhasilan belajar siswa hanya dilihat sebagai kesuksesan dan keunggulan pihak sekolah semata. Sebaliknya, kegagalan dianggap sebagai rendahnya kualitas siswa dipandang sebagai ketidakmampuan sekolah dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Di sini masyarakat beranggapan bahwa sekolah adalah couse prima kualitas pendidikan. Keberhasilan pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah belaka tetapi peran serta aktif masyarakat dan keluarga sangat dibutuhkan dalam menentukan kualitas produk. Sekolah tidak mungkin bekerja sendiri menyelenggarakan proses pendidikan. Keluarga dan masyarakat juga tidak bisa lari meninggalkan tanggung jawab pendidikan. Sekolah, keluarga dan masyarakat merupakan tripusat pendidikan harus saling bekerjasama, kompak dan secara simultan bertanggung jawab terhadap proses pendidikan. Keberhasilan dan kegagalan pendidikan harus dimengerti sebagai kebanggaan dan keprihatinan bersama. Sekolah sebagai lembaga formal dalam proses pendidikan menghadirkan siswa bukan sebagai objek yang dapat dibentuk menjadi apa saja melainkan

3 kehadiran siswa sebagai subjek pendidikan di mana dalam diri siswa memiliki karakteristik. Menurut Hamzah (2008:158) karakteristik siswa didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan. Aspek-aspek ini bias berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, dan kemampuan awal (hasil belajar) yang dimilikinya. Semuanya itu menunjuk pada karakteristik unik dari siswa yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Asumsi dasar tersebut membawa konsekuensi logis, bahwa keberadaan siswa yang unik harus dipertimbangkan dan menjadi dasar dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Siswa adalah manusia yang berkarakter khas, yang tidak dapat diperlakukan seperti mesin. Pada dasarnya fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia (Undang Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003). Perwujudannya tidak hanya bergantung pada penyelenggara sekolah, akan tetapi siswa sebagai subjek belajar, memiliki potensi dan karakteristik unik, sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Kemampuan dan kesungguhan siswa merespon pengetahuan, nilai dan ketrampilan mempunyai andil yang besar dalam keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak hal yang sangat kompleks, yaitu siswa, sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian, untuk menghasilkan siswa yang berkualitas dan berprestasi, perlu adanya optimalisasi seluruh unsur tersebut. Tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, artinya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi dan siswa siswa yang aktif mencari informasi. Guru perlu mengembangkan iklim komunikasi di kelas selama pembelajaran berlangsung. Iklim komunikasi yang dimaksud adalah adanya umpan balik interaktif antara guru dan

4 peserta didik. Dengan demikian, siswa akan mampu memberikan respon balik terhadap materi pembelajaran secara aktif dengan tidak harus menunggu informasi dari guru. Semua usaha guru dan siswa ini akan terlihat dalam akhir proses pendidikan yang untuk saat ini di SMA dinyatakan dengan hasil ujian akhir nasional. Evaluasi hasil belajar nasional menunjukkan bahwa prestasi para siswa di SMA GAMA Yogyakarta belum terlalu memuaskan walaupun para siswa telah berusaha keras dalam belajarnya. Belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh setiap siswa secara maksimal untuk mengatasi dan memperoleh sesuatu. Belajar meliputi kematangan jasmani dan rohani, jasmani sehat, kuat, umur cukup dan secara psikologis memiliki kemampuan berpikir termasuk ingatan dan fantasi, memiliki kesiapan mental (minat, motivasi) dan fisik yang sehat; memahami tujuan; arah tujuan belajar dipahami dan mengetahui manfaat belajar bagi dirinya; memiliki kesangguapan; sungguh-sungguh dalam melakukan dan mengharapkan hasil yang memuaskan serta maksimal; ulangan dan latihan; sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak; faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor yang mempengaruhi pencapaian belajar berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada dari luar dirinya.(djaali, 2008:98) Dari pendapat diatas dapat dikatakan keberhasilan seseorang siswa dalam belajar ditentukan oleh faktor dalam diri siswa yang dikenal dengan faktor internal dan faktor dari luar diri siswa yang biasanya dikenal dengan faktor eksternal. Faktor dari dalam diri siswa termasuk persepsi, motivasi dan konsep diri dan kecerdasan emosi. Motivasi berprestasi memegang peranan penting karena keberhasilan belajar sering disebabkan adanya motivasi yang kuat. Sebaliknya, kegagalan belajar juga sering disebabkan karena tidak ada atau kurangnya motivasi. Motivasi berperanan memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Istilah motivasi bisa

5 di dapat dari bahasa latin movere yang berarti menggerakkan, bahwa motivasi adalah penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi juga berupa suatu perubahan tenaga di dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan, motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Motivasi belajar tidak hanya memberikan kekuatan pada daya-upaya belajar, tetapi juga memberikan arah yang jelas sama halnya dengan mobil yang bertenaga mesin kuat, dapat mengatasi berbagai rintangan yang ditemukan di jalan, tetapi belum memberikan kepastian bahwa mobil akan sampai di tempat yang dituju. Keamanan perjalanan dan kepastian sampai pada tujuan bergantung pada pengemudi. Dalam hal motivasi belajar, siswa sendiri memegang peranan sebagai mesin yang kuat atau lemah, maupun sebagai pengemudi yang memberikan arah. Selain motivasi untuk berprestasi, konsep diri juga mempengaruhi prestasi sesorang. Konsep diri yang merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri, sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan. Konsep diri adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu yang bersangkutan (Djaali, 2008:130). Konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan pengalaman dan inteprestasi dari lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan tingkah laku dirinya. Bagaimana orang lain memperlakukan individu dan apa yang dikatakan orang lain tentang individu akan dijadikan acuan untuk menilai dirinya sendiri. Masa remaja merupakan saat individu mengalami kesadaran akan dirinya tentang bagaiman pendapat orang lain tentang dirinya. Pada masa tersebut kemampuan kognitif remaja

6 sudah mulai berkembang, sehingga remaja tidak hanya mampu membentuk pengertian mengenai apa yang ada dalam pikirannya, namun remaja akan berusaha pula untuk mengetahui pikiran orang lain tentang dirinya. Oleh karena itu tanggapan dan penilaian orang lain tentang diri individu akan dapat berpengaruh pada bagaimana individu menilai dirinya sendiri. Dampak kepada para pelajar sebagai implikasi dari perilaku tersebut di atas ia dapat berusaha agar memperoleh prestasi akademik yang baik anatar lain dalam hal prestasi belajar di sekolah. Disamping motivasi berprestasi dan konsep diri faktor lain yang ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dalam diri siswa adalah persepsi. Persepsi individu akan mempengaruhi penyeleksian tujuan yang spesifik. Kebutuhan dan tujuan memiliki hubungan saling ketergantungan. Bagaimanapun juga orang tidak selalu sadar akan kebutuhannya seperti tujuannya, individu selalu sedikit banyak sadar akan kebutuhan fisiologis daripada kebutuhan psikologisnya. Banyak orang tahu kapan mereka merasa lapar, kedinginan dan mereka mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memenuhi kebutuhan. Orang yang sama mungkin tidak secara disengaja sadar akan kebutuhannya untuk penerimaan harga diri atau status. Tuntutan masyarakat terhadap penyerasian nilai-nilai dan norma serta perilaku anak di sekolah merupakan tugas yang berat bagi para guru di sekolah. Perbedaan jenis kelamin antara anak laki-laki dan perempuan agar mereka semua mendapatkan hak yang sama dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat saling menukar kebiasaan diantara mereka tetapi tidak dari norma serta tata tertib sekolah. Secara psikologis anak perempuan lebih cenderung menekankan pada perasaan dan lebih menyenangi mainan boneka, sedangkan anak laki-laki lebih cenderung menonjolkan kekuatan pisik dan logika. Ada tiga perbedaan antara perilaku anak

7 laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki cenderung menunjukkan kekuatan pisik dan lebih aktif, sedangkan anak perempuan bersikap menahan diri dan lebih disiplin serta bersikap lebih dewasa dari pada laki-laki". Sejak sekolah ini didirikan tahun 1982 animo masyarakat untuk masuk kesekolah ini besar. Para lulusan sekolah ini banyak yang telah menduduki berbagai jabatan penting. Akan tetapi sekitar 5 tahun terakhir ini para guru dan pengelola merasa prihatin dengan ulah para siswa bahkan alumninya. Mereka sukar dibina dan diatur bahkan membuat kelompok yang bukan membangun sekolah ini lebih baik, tetapi justru membuat sekolah menjadi lebih buruk. Jika ditegur mereka justru merasa bangga bahkan dapat bereaksi yang negatif. Ditambah lagi dengan faktor asal siswa SMA GAMA Yogyakarta dari berbagai daerah di Indonesia sehingga memiliki kearakteristik yang beraneka ragam. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang baik dari faktor dalam diri siswa maupun dari faktor luar siswa. Untuk memperoleh prestasi belajar yang maksimal kiranya para guru dalam kegiatan pengajaran perlu memperhatikan kedua faktor ini. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa antara lain: minat belajar, motivasi berprestasi, sikap, persepsi, konsep diri, inteleligensi dan kecerdasan emosi. Sedangkan faktor yang berasal dari luar siswa meliputi: lingkungan sosial, sarana prasarana sekolah, metode mengajar guru, kepemimpinan. Agar pencapaian tujuan akhir pendidikan di SMA GAMA mencapai hasil maksimal maka faktor ini perlu mendapat perhatian baik dari guru maupun kepala sekolah. Berdasarkan uraian diatas tampak bahwa untuk memperoleh pretasi belajar yang tinggi diperlukan motivasi berprestasi, konsep diri siswa dan persepsi siswa tentang cara mengajar guru dan jenis kelamin siswa. Untuk itu dalam kegiatan pengajaran guru perlu memperhatikan keempat faktor ini. Dari uarain ini penulis

8 tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Kontribusi Konsep Diri dan Persepsi Mengajar Guru Terhadap Motivasi Berprestasi Ditinjau dari Jenis Kelamin Siswa SMA GAMA Yogyakarta. B. Rumusan Masalah 1. Secara Deskriptif Sejauh mana kecenderungan motivasi berprestasi, konsep diri dan persepsi mengajar guru siswa SMA GAMA Yogyakarta tahun 2009? 2. Secara Korelasional a. Adakah kontribusi konsep diri, persepsi mengajar guru dan jenis kelamin terhadap motivasi berprestasi siswa SMA GAMA Yogyakarta tahun 2009? b. Adakah pengaruh jenis kelamin terhadap kontribusi konsep diri, persepsi mengajar guru terhadap motivasi berprestasi siswa SMA GAMA Yogyakarta tahun 2009? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Secara Deskriptif Untuk mengetahui kecenderungan konsep diri, persepsi cara mengajar guru dan motivasi berprestasi siswa SMA GAMA Yogyakarta tahun 2009. 2. Secara Korelasional a. Untuk mengetahui kontribusi konsep diri dan persepsi mengajar guru dengan motivasi berprestasi ditinjau dari jenis kelamin siswa SMA GAMA Yogyakarta tahun 2009.

9 b. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kontribusi konsep diri dan persepsi mengajar guru dengan motivasi berprestasi siswa SMA GAMA Yogyakarta tahun 2009. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah memberikan kontribusi keilmuan tentang pengaruh kontribusi konsep diri dan persepsi mengajar guru terhadap motivasi berprestasi ditinjau dari jenis kelamin bagi perserta didik SMA GAMA Yogyakarta dan dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian berikut yang sejenis. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah bagi sekolah dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengimplementasi hasil penelitian ini dalam aktivitas pembelajaran dan pembinaan para siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.