BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. peristiwa pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT Jasa Raharja (Persero) Berikut ini akan dijelaskan tentang sejarah, visi dan misi, logo, unit

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Sumber

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder runtun

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Usaha Milik Negara (BUMN) yang beralamat di Jl. Jend. Gatot Subroto No.142

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) MEDAN. diundangkannya Undang-Undang No.86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

STANDAR PENETAPAN IURAN WAJIB KAPAL LAUT MELALUI SISTEM BORONGAN OLEH PT JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG KEPULAUAN RIAU

BAB III OBJEK PENELITIAN. Pelita I sampai dengan Pelita V. Selain bertitik tolak dari prioritas tersebut, ada

DAFTAR : PIRANTI LUNAK SATLANTAS POLRES LOMBOK TIMUR YANG MENGELUARKAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS. menyertai kehidupan dan kegiatan manusia pada umumnya. Keadaan tidak. rasa tidak aman yang umumnya disebut risiko.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1961 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA ASURANSI KERUGIAN EKA KARYA

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN TERHADAP PT. JASA RAHARJA DAN ASURANSI KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN SEBAGAI ASURANSI SOSIAL

DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM. 1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung. Keresidenan Lampung yang di rintis oleh Kompol Tjik Agus Soeharjo

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAKA LANTAS

DAFTAR ISIAN PIRANTI LUNAK PADA SAT LANTAS POLRES LOMBOK TENGAH YANG BERSUMBER DARI MABES POLRI / POLDA NTB

POSITION PAPER ANALISIS KEBIJAKAN PERSAINGAN DALAM INDUSTRI ASURANSI WAJIB KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

BAB 3 ANALISIS PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PERUSAHAAN. Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa

ANALISIS DAMPAK PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP PEMASARAN PRODUK USAHA KECIL DAN MENENGAH PADA PT JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG KALIMANTAN BARAT

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /51/ /2011 T E N T A N G FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KOTA SURABAYA

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

Analisis Dampak Program Kemitraan terhadap Pemasaran Produk Usaha Kecil dan Menengah pada PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Kalimantan Barat

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK YKPP BONTANG PADA HARI SELASA, 25 SENIN 2016

Pedoman Manajemen Risiko

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /361/ /2010 T E N T A N G FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan dalam berlalu lintas menjadi hal yang karena menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri merupakan induk dari semua

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS TAHUN 2016

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Kepolisian RI 2011, kecelakaan lalu lintas jalan sepanjang

NO ISI SURAT LAMPIRAN KETERANGAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V PENUTUP. 1. Bahwa PT. Jasa Raharja (Persero) dalam menghimpun dan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG PROSES PELAYANAN PENERBITAN SIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Sejalan dengan Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945, di daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) UUD 1945 yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum maka

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN SIM NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT: 2016 DIPERIKSA OLEH KASAT LANTAS T T D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

KESEPAKATAN KINERJA SPESIFIK. NO Faktor Kinerja Standar Kinerja Keterangan 1 Melaksanakan turjawali lalu lintas dalam rangka kamseltibcarlantas

DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET

BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR

RAHASIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT PASURUAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. perlengkapan kendaraan bermotor sudah di atur dalam Undang-Undang No

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. 1. Sejarah Singkat Polresta Bandar Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR LAMPUNG. Mengingat

INDIKATOR KINERJA UTAMA RENSTRA POLRES SIDOARJO TAHUN (PERUBAHAN)

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-SIMLING- /II/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM

STANDARD OPERATING PROCEDURE ( SOP ) TENTANG PELAYANAN SURAT KETERANGAN CATATAN KEPOLISIAN ( SKCK )

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG

PERLINDUNGAN HAK KORBAN TABRAK LARI KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS. (Studi Kasus di Satlantas Polres Salatiga)

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN BANTUL

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. tidak dikelola dengan baik. Disamping itu, perusahaan asuransi juga padat dengan

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK RIGOMASI BONTANG PADA HARI SELASA TGL 12 JULI 2016

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SURABAYA, PEMERINTAH KOTA SURABAYA, RUMAH SAKIT BHAYANGKARA HS SAMSOERI MERTOJOSO DAN

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tempat ketempat lainnya dengan cepat. Hampir tidak ada lagi tempat-tempat yang

Transkripsi:

1 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Jasa Raharja 1. Sejarah Singkat PT. Jasa Raharja Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda oleh Pemerintah RI. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.3 tahun 1960, jo Pengumuman Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No.12631/BUM II tanggal 9 Februari 1960, terdapat 8 (delapan) perusahaan asuransi yang ditetapkan sebagai Perusahaan Asuransi Kerugian Negara (PAKN) dan sekaligus diadakan pengelompokan dan penggunaan nama perusahaan sebagai berikut : Fa. Blom & Van Der Aa, Fa. Bekouw & Mijnssen, Fa. Sluiiters & co, setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu bernamapakn Ika Bhakti. NV. Assurantie Maatschappij Djakarta, NV. Assurantie Kantoor Langeveldt-Schroder, setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama PAKN Ika Dharma. NV. Assurantie Kantoor CWJ Schlencker, NV. Kantor Asuransi "Kali Besar", setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama PAKN Ika Mulya.

2 PT. Maskapai Asuransi Arah Baru setelah dinasionalisasi diberi nama PAKN Ika Sakti. Perkembangan organisasi perusahaan tidak terhenti sampai disitu saja, karena dengan adanya pengumuman Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No. 294293/BUM II tanggal 31 Desember 1960, keempat perusahaan tersebut di atas digabung dalam satu Perusahaan Asuransi Kerugian Negara (PAKN) Ika Karya. Selaniutnya PAKN Ika Karya berubah nama meniadi Perusahaan Negara Asuransi Kerugian (PNAK) Eka Karya. Berdasarkan PP No.8 tahun 1965 dengan melebur seluruh kekayaan, pegawai dan segala hutang piutang PNAK Eka Karya, mulai 1 Januari 1965 dibentuk Badan Hukum baru dengan nama 'Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja" dengan tugas khusus mengelola pelaksanaan Undang-Undang (UU) No.33 dan Undang - Undang (UU) No.34 tahun 1964. Penunjukkan PNAK Jasa Raharja sebagai pengelola kedua Undang-Undang tersebut ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No. BAPN 1-3-3 tanggal 30 Maret 1965. Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Jasa Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.750/KMK/IV/II/1970 tanggal 18 November 1970,

3 yang merupakan tindak lanjut dikeluarkannya UU. No.9 tahun 1969 tentang Bentuk- Bentuk Badan Usaha Negara. Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 dan melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang selalu diperpanjang pada setiap tahun dan terakhir No. 523/KMK/013/1989, selain mengelola pelaksanaan UU. No.33 dan UU. No. 34 tahun 1964, Jasa Raharja diberi tugas baru menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond. Kemudian sebagai upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya bagi mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup UU No.33 dan UU No.34 tahun 1964, maka dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani oleh Perum Jasa Raharja semakin bertambah luas, maka pada tahun 1980 berdasarkan pp No.39 tahun 1980 tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan nama PT (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja, yang kemudian pendiriannya dikukuhkan dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.49 tahun 1981 tanggal 28 Februari 1981, yang telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.59 tanggal 19 Maret 1998 berikut perbaikannya dengan Akta No.63 tanggal 17 Juni 1998 dibuat dihadapan notaris yang sama.

4 Pada tahun 1994, sejalan dengan diterbitkan UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang antara lain mengharuskan bahwa Perusahaan Asuransi yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial dilarang menjalankan asuransi lain selain program asuransi sosial, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 Jasa Raharja melepaskan usaha non wajib dan surety bond dan kembali menjalankan program asuransi sosial yaitu mengelola pelaksanaan UU. No.33 tahun 1964 dan UU. No.34 tahun 1964. 2. Visi dan Misi a. Visi Menjadi perusahaan terkemuka di bidang Asuransi dengan mengutamakan penyelenggaraan program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib sejalan dengan kebutuhan masyarakat. b. Misi 1) Bakti kepada Masyarakat, dengan mengutamakan perlindungan dasar dan pelayanan prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat. 2) Bakti kepada Negara, dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai penyelenggara Program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib, serta Badan Usaha Milik Negara. 3) Bakti kepada Perusahaan, dengan mewujudkan keseimbangan kepentingan agar produktivitas dapat tercapai secara optimal demi kesinambungan Perusahaan.

5 4) Bakti kepada Lingkungan, dengan memberdayakan potensi sumber daya bagi keseimbangan dan kelestarian lingkungan. 3. Tugas dan Fungsi PT. Jasa Raharja Dengan adanya program asuransi sosial sesuai dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tersebut, maka tugas dan fungsi utama PT. Jasa Raharja adalah menghimpun dana dari masyarakat dengan cara mengadakan iuran wajib yang dipungut dari penumpang umum berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Pnumpang, dimana iuran diambil dari setiap penumpang yang sah dari kendaraan bermotor umum sesuai Pasal 3 su 1a dan sumbangan wajib dari pada pihak pemilik kendaraan bermotor berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, dimana pemilik angkutan lalu lintas diharuskan memberikan sumbangan wajib setiap tahunnya sesuai dengan Pasal 2 sub 1 dimana pembayaran dilakukan pada saat pendaftaran dan perpanjangan Suran Tanda Nomr Kendaraan Bermotor (STNK), yang mana dana iuran dan sumbangan wajib tersebut akan disalurkan kemali kepada masyarakat yang menjdai korban dari keruian yang timbul akibat kecelakaan lalu lintas untuk mengurangi beban masyarakat sesuai dengan yang diatur di dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 dan Undang-undang 34 Tahun

6 1964 yang mana jaminan sosial untuk masyarakatlah yang menjadi tujuan pokoknya. B. Gambaran Umum Sat Lantas Polresta Pekanbaru Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu birokrasi yang terdiri dari beberapa satuan kerja diharuskan untuk memiliki sebuah pengorganisasian dan tata kerja yang jelas. Tata kerja tersebut diperlukan untuk mengetahui struktur organisasi, kedudukan dan fungsi serta tugas dan tanggung jawab anggota dari satuan kerja tersebut sehingga diharapkan satker tersebut dapat optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta mampu memaksimalkan hasil kinerjanya. Unit Lakalantas Polresta Pekanbaru berfungsi untuk menangani peristiwa atau kejadian laka lantas yang diketahui baik dari laporan masyarakat maupun yang dijumpai oleh anggota Polri satuan lalu lintas yang sedang melaksanakan tugas di lapangan. Maka untuk dapat meningkatkan kinerja, profesionalitas serta dapat mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat, diperlukan penyusunan organsiasi dan tata kerja Unit Laka Satlantas Polresta Pekanbaru yang diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas. 1. Visi dan Misi Sat Lantas Polresta Pekanbaru a. Visi Menjamin tegaknya hukum di jalan yang bercirikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat yang

7 demokratis sehingga terwujud keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas b. Misi Mewujudkan masyarakat pemakai jalan yang dapat memahami dan yakin kepada Polantas sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat dalam kegiatan pendidikan masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi identifikasi ranmor dan pengemudi. 2. Dasar Hukum a. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. c. Naskah sementara Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Penyidikan No. Pol : Skep / 82 / XII / 2006 / Bareskim tanggal 15 Desember 2006. d. Kesepakatan bersama Kababimkam Polri, Dirjen Bina Yan Medik Depkes RI dan Direktur Utama PT. Jasa Raharja No. Pol : Kep / 43 / XI / 2008, nomor : HK. 06. 01 / 11 / 3997 / 2008 dan nomor : SKEB / 13 / 2008 tentang Penanganan dan Penjelasan Santunan Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan jalan secara terpadu.

8 3. Maksud dan Tujuan a. Maksud Maksud diterbitkannya Organisasi dan Tata Cara Kerja (OTK) ini adalah untuk memperjelas dan menyamakan persepsi dalam Organisasi Dan Tata Cara Kerja di Unit Laka Sat lantas Polresta Pekanbaru. b. Tujuan Tujuan diterbitkannya Organisasi Dan Tata Cara Kerja (OTK) ini adalah untuk meningkatkan profesionalitas dan memacu kinerja dari Unit Laka Sat Lantas Polresta Pekanbaru. 4. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Organisasi Dan Tata Cara Kerja (OTK) ini adalah meliputi pengorganisasian di Unit Laka Satlantas Polrestata Pekanbaru. 5. Kedudukan Unit Laka Unit Pelayanan kecelakaan lalu lintas atau disingkat Unit Laka adalah Pelaksana Fungsi penyidikan kecelakaan lalu lintas berkedudukan dibawah Kasat Lantas. 6. Tugas Unit Laka Unit Laka lantas bertugas menyelenggarakan administrasi Penyidikan perkara kecelakaan lalu lintas sehingga setiap perkara kecelakaan lalu lintas menperoleh kepastian hukum dan

9 terselenggaranya keamanan, keselamatan dan ketertiban serta kelancaran lalu lintas. 7. Fungsi Unit laka Dalam melaksanakan tugas, Unit laka lantas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Mendatangi tempat kejadian dengan segera b. Menolong korban. c. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara. d. Mengolah tempat kejadian perkara. e. Mengatur kelancaran arus lalu lintas. f. Mengamankan barang bukti ;dan g. Melakukan penyidikan perkara 8. Unsur Pimpinan a. Kapolresta 1) Kapolresta adalah pimpinan Polresta yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolda Riau. 2) Kapolresta bertugas memimpin, membina dan mengkoordinasikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polresta. 3) Kapolresta berperan sebagai penanggung jawab sekaligus sebagai pengarah tim Pembina Sat Lantas Polresta pekanbaru b. Wakapolresta

10 9. Unsur Pelaksana Utama a. Kasat lantas 1) Kepala Satuan Lalu Lintas disingkat Kasat Lantas yang bertanggung jawab kepada Kapolresta dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wakapolresta. 2) Kasat lantas bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi satuan lalu lintas yang ada di bawahnya. b. Wakasat lantas 1) Wakasat lantas adalah pembantu utama Kasat lantas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kasat lantas. 2) Wakasat lantas bertugas membantu Kasat lantas dalam melaksanakan tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf di jajaran Satlantas Polresta Pekanbaru. c. Kanit laka lantas 1) Kanit Laka adalah unsur pelaksana pada Satlantas Polresta Pekanbaru yang berada dibawah Kasat lantas, yang bertanggung jawab kepada Kasat Lantas.

11 2) Kanit laka menyelenggarakan dan membina pelaksanaan administrasi penyidikan perkara kecelakaan lalu lintas. d. Kasubnit I Laka lantas 1) Kasubnit I laka Lantas adalah unsur pelaksana pada Satlantas Polresta Pekanbaru yang berada di bawah kanit laka, yang bertanggung jawab kepada kanit Laka. 2) Kasubnit I Laka Lantas membantu kanit Laka dalam menyelenggarakan Tindakan pertama di tempat kejadian perkara dan melakukan proses penyidikan perkara laka lantas. e. Kasubnit II Laka lantas 1) Kasubnit II laka lantas bertugas membantu kanit laka dalam menyelenggarakan administrasi dan register penyidikan dan pelaporan unit laka. 2) Dalam menyelenggarakan sistem pelaporan kasubnit II laka lantas bertanggung jawab kepada kanit laka. Dalam melaksanakan tugasnya kasubnit II laka lantas dibantu oleh : a) Petugas Registrasi barang bukti yang bertugas untuk membantu pimpinan dan pelayanan staf

12 pada unit laka lantas polresta pekanbaru yang berada di bawah kanit laka. b) Petugas Input data merupakan unsur pembantu pimpinan dan pelayanan staf laka lantas Polresta Pekanbary yang berada di bawah Kanit laka. c) Menerima berkas dari unit TP TKP d) Menyelenggarakan sistem Laporan Bulanan dan laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan organisasi. 10. Tata Kerja a. Dalam melaksanakan tugasnya Kasat Lantas dan setiap pimpinan satuan / seksi wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi. b. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib : 1) Mengawasi bawahannnya masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkahlangkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Mengelola sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien. 3) Menjamin ketertiban administrasi Penyidikan perkara kecelakaan lalu lintas.

13 4) Menjabarkan dan menindak lanjuti setiap kebijakan pimpinan. 11. Sat Lantas dalam melaksanakan tugas dibantu oleh : a. Urusan Pembina Operasional (Ur Bin Ops), yang bertugas melaksanakan pembinaan lalu lintas, melakukan kerjasama lintas sektoral, pengkajian masalah di bidang lalu lintas, pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rngka penegakan hukum dan Kamseltibcar Lantas, perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan ; b. Urusan administrasi dan ketatausahaan (Urmintu), yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan ; c. Unit pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli (Turjawali), yang bertugas melaksanakan kegiatan turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka penegakan hukum ; d. Unit pendidikan masyarakat dan rekayasa (Dikyasa), yang bertugas melakukan pembinaan partisipasi masyarakat dan dikmas lantas ; e. Unit registrasi dan identifikasi (Regident), yang bertugas melayani administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi : dan f. Unit kecelakaan (Laka), yang bertugas menangani kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum.