BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amanda Putri Selvia, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. desa maupun kota, termasuk di Kecamatan Medan Selayang. Medan, dan GBKP Runggun Sunggal-Asam Kumbang Medan.

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAHASA IBU (BAHASA DAERAH) DI PALANGKARAYA: PERGESERAN DAN PEMERTAHANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

BAB I PEDAHULUAN. pesisir, desa Rantau Panjang ini juga merupakan desa tertua di Kecamatan Pantai

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

Angket Penelitian. I. Identitas Responden. 1. Nama : 2. Usia : 3. Pekerjaan : 4. Jenis kelamin : a. Laki- laki. b. Perempuan. 4. Etnis : a.

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN. belakang budaya yang sama dan. beraneka ragam seni tradisi banyak yang hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beragam pula yang dilakukan oleh masing masing etnis itu sendiri. Tumbuhantumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

Kondisi Geograis Negara Indonesia KONDISI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Di setiap tempat di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

PERANAN UNESCO TERHADAP PENGKLAIMAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat banyaknya penelitian tentang bahasa daerah. Penelitian-penelitian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting keberadaanya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Februari 2016 s/d 18 Februari 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Badan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi. masalah pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, UNESCO,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. 2

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

BAB I PENDAHULUAN. makanan tidak hanya sekadar untuk mengenyangkan perut, kini orang. Globalisasi merupakan proses berkembangnya era baru dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat penghubung dan pengenal bagi masing-masing. merupakan alat kontrol utama manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupaya menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Latar belakang umum

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meida Taftiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di daerah geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan pendokumentasian bahasa yang dilaporkan oleh Summer Institute of Linguistics (Grimes, 1996) menyebutkan bahwa ada 6703 bahasa di dunia. Dilihat dari lima wilayah persebarannya (Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan Pasifik), kawasan Asia merupakan tempat beradanya 2.165 bahasa (33%). Sementara kawasan Eropa hanya mempunyai 225 bahasa (3%). Di kawasan Pasifik ditemukan 1.302 bahasa (19%), di Amerika ada 1000 bahasa (15%), dan di benua hitam Afrika tercatat 2.011 bahasa (30%). UNESCO mencatat bahwa setidaknya ada lebih dari seribu bahasa terancam punah. Atlas bahasa terbaru yang diluncurkan UNESCO menunjukan bahwa beberapa bahasa yaitu bahasa Tandia di Papua Barat, Bahasa Nusa Laut, Piru, dan Naka ela di Maluku, bahasa Enyak di Alaska, Bahasa Maku, Yuruti di Brasil, bahasa Homa di Kenya, dan bahasa Rangkas dan Tolcha di India dinyatakan punah. Bahasabahasa lain seperti bahasa Hulung, Loun, Amahai, dan Kamaria di Maluku, bahasa Durlankere, Mansim, Dusner, Worla, dan Saponi di Papua Barat, bahasa Baghati dan Honduri di India, dan bahasa Samatu, Lamu, dan Laji di Cina tergolong dalam bahasa yang sangat terancam punah (Budhiono, 2009).

Dalam Ethnologue: Language Of The World (2005) dikemukakan bahwa di Indonesia terdapat 742 bahasa, dimana 737 diantaranya masih digunakan oleh penuturnya. Beberapa bahasa yang masih hidup tersebut terancam punah. Hal tersebut disebabkan oleh penuturnya yang semakin berkurang dan ada juga yang terdesak oleh pengaruh bahasa daerah lain. Arief Rachman (2007) memetakan kepunahan bahasa daerah di Indonesia sebagai berikut, ada lebih dari 50 bahasa daerah di Kalimantan, satu di antaranya terancam punah. Di Sumatera, dari 13 bahasa daerah yang ada, 2 di antaranya terancam punah dan 1 lainnya sudah punah. Namun, di Jawa tidak ada bahasa daerah yang terancam punah. Sedangkan di Sulawesi dari 110 bahasa yang ada, 36 bahasa terancam punah dan 1 sudah punah, di Maluku dari 80 bahasa yang ada 22 terancam punah dan 11 sudah punah, di daerah Timor, Flores, Bima dan Sumba dari 50 bahasa yang ada, 8 bahasa terancam punah. Di daerah Papua dan Halmahera dari 271 bahasa, 56 bahasa terancam punah. Dikatakan lebih lanjut bahwa data yang diberikan oleh Frans Rumbrawer dari Universitas Cendrawasih pada tahun 2006 lebih mengejutkan lagi, yaitu pada kasus tanah Papua, 9 bahasa dinyatakan telah punah, 32 bahasa segera punah, dan 208 bahasa terancam punah. Secara Kuantitas, jumlah penutur bahasa-bahasa daerah di Indonesia cukup berbeda. Ada bahasa daerah yang masih bertahan dengan jumlah penuturnya yang relatif besar, tetapi ada pula bahasa daerah yang jumlah penuturnya tinggal sedikit saja. Namun demikian, walaupun secara kuantitas jumlah penuturnya kecil, hal tersebut tidak selalu menjadi indikator punahnya suatu bahasa tetapi loyalitasnya terhadap bahasanya cukup kuat sehingga terhindar dari ancaman kepunahan

(Coulmas, 1997:276). Namun pewarisan bahasa daerah kepada kaum muda merupakan hal yang tetap untuk dilakukan agar bahasa daerah tetap bertahan. Bahasa daerah selain digunakan untuk berkomunikasi pada suatu suku bangsa yang ada, namun juga diyakini dapat mempererat solidaritas antar mereka. Sehingga bahasa daerah tersebut merupakan hal yang sangat penting untuk dapat dilestarikan dan di sosialisasikan oleh masing-masing suku bangsa tersebut kepada generasi penerusnya. Pada lembaga keluarga terdapat berbagai macam fungsi keluarga yang salah satu adalah sosialisasi. Dalam proses sosialisasi bahasa kepada anak, keluarga merupakan lembaga pertama yang melakukan sosialisasi dan pengenalan bahasa kepada anak, baik bahasa resmi yaitu Bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah. Kecenderungan anak yang tinggal di daerah perkotaan justru dilakukan pengenalan bahasa asing dibandingkan dengan pengenalan terhadap bahasa daerah yang notabene merupakan bahasa yang mayoritas digunakan oleh keluarga besar mereka. (Budhiono, 2009). Hasil survai Gunarwan (1993) atas 126 orang subyek dari Jakarta, Bandung, dan Palangkaraya mengungkapkan angka rata-rata penilaian subyek atas 11 ciri-ciri penutur bahasa Indonesia dan penutur bahasa Inggris secara keseluruhan menempatkan bahasa Inggris lebih tinggi daripada bahasa Indonesia. Sosialisasi bahasa daerah dalam keluarga merupakan proses pengenalan bahasa daerah pada anak dan bagaimana anak tersebut memahami dan mengerti tentang bahasa daerah. Sosialisasi bahasa daerah ini dimulai sejak masa kanak-kanak. Sosialisasi bahasa daerah di kalangan anak-anak merupakan upaya untuk mengenal bahasa daerah. Apabila usia anak meningkat ke umur remaja maka sosilalisasi bahasa daerah tersebut ditujukan agar mereka lebih mengerti dan memahami tentang bahasa

daerah sehingga mendorong mereka mencintai bahasa daerah. Tujuan akhir dari sosialisasi bahasa daerah ini adalah mempersiapkan dan membuat individu memahami tentang bahasa daerah dan hal tersebut harus dipertahankan. Perkembangan pengetahuan terhadap bahasa daerah tidak terlepas dari bagaimana sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anak sampai mereka beranjak remaja dan menjadi dewasa. Remaja adalah salah satu generasi yang memegang peranan penting dalam pelestarian bahasa daerah yang seharusnya mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tua mengenai pentingnya bahasa daerah. Berkembang atau punahnya bahasa daerah itu tergantung bagimana remaja sadar dan tahu pentingnya bahasa daerah dan pentingnya pelestarian budaya, yang merupakan kekayaan bangsa. Namun, sekarang ini remaja mengacuhkan keberadaan bahasa daerah mereka dan hanya sedikit yang peduli terhadap bahasa daerah. Disebabkan, karena adanya anggapan jika berbahasa daerah dianggap tidak modern dan kampungan. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan semakin tertinggalnya bahasa daerah di masa sekarang ini. Bahasa daerah semakin tertinggal dengan adanya les tambahan bahasa Inggris yang diberikan kepada anaknya. Namun lebih parahnya lagi, adanya anggapan bahwa bahasa daerah adalah bahasanya masyarakat miskin dan tidak berpendidikan. Dikarenakan bahasa Inggrislah yang dimasukkan dalam mata pelajaran sekolah, bukannya bahasa daerah. Sehingga munculah streotipe bahwa bahasa kaum kaya adalah bahasa Inggris dan bukannya bahasa daerah. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di kalangan remaja dan keluarga GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang. Pengetahuan mereka tentang bahasa

daerah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pertama, remaja yang tidak tahu berbahasa daerah sama sekali. Kedua, remaja yang hanya mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain yang berbahasa daerah, tetapi kurang mampu dalam berkata-kata dalam bahasa daerah. Ketiga, remaja yang fasih dalam berbahasa daerah. Dari keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai peran dan penggunaan bahasa daerah di dalam keluarga. Di GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang para jemaat merupakan masyarakat yang homogen, karena mereka terdiri dari satu kebudayaan dan suku bangsa yaitu suku bangsa karo. Selain suku bangsa yang homogen, GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang secara tidak langsung juga memberikan pengajaran bahasa daerah terlihat dari kuantitas kebaktian tiap bulannya. Dalam sebulan terdapat empat kali kebaktian yang diselenggarakan oleh GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang, kebaktian dengan bahasa daerah (Karo) sebanyak tiga kali dan kebaktian dengan bahasa Indonesia sebanyak satu kali. Hal tersebut mengakibatkan betapa perlunya kemampuan dalam berbahasa daerah pada remaja, karena mereka merupakan pelestari bahasa daerah agar kedepannya bahasa daerah tidak hilang seiiring berkembangnya waktu. Berdasarkan keadaan di atas tentang keberadaan bahasa daerah di tengah-tengah keluarga, maka peneliti memilih penelitian di atas. 1.2. Perumusan Masalah Hal yang sangat penting untuk memulai suatu penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya dengan jelas sehingga akan

jelas bagi peneliti dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa (Arikunto, 2006:24). Adapun perumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah: 1. Bagaimana penggunaan bahasa daerah (Karo) pada keluarga GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang berdasarkan kategori sosial? 2. Hubungan diantara berbagai kategori sosial dalam pengunaan bahasa daerah (Karo) pada keluarga GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk Mengetahui penggunaan bahasa daerah (Karo) di dalam keluarga berdasarkan kategori sosial. 2. Untuk Mengetahui apakah ada korelasi antara kategori sosial dengan penggunaan bahasa daerah (Karo) dalam keluarga. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.4.1. Manfaat Teoritis Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai penggunaan bahasa daerah (Karo) di dalam keluarga berdasarkan kategori sosial dan hubungan antara kategori sosial terhadap pengguanan bahasa daerah (Karo) pada Keluarga GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang sehingga dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori ilmu - ilmu sosial khususnya Sosiologi.

1.4.2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bentuk bacaan untuk memperkaya wawasan setiap individu yang membaca hasil penelitian ini dan menjadi bahan evaluasi diri keluarga dan masyarakat tentang pentingnya bahasa daerah. 1.5. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dalil atau prinsip yang logis yang dapat diterima secara rasional mempercayainya sebagai kebenaran sebelum diuji atau disesuaikan dengan fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan yang mendukung atau menolak kebenarannya (Nawawi; 1995). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam suatu penelitian harus diuji. Oleh karena itu, perumusan hipotesa yang baik adalah hipotesa yang dapat diuji kebenarannya atau ketidakbenarannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesa yang dapat dibuat dalam penelitian ini adalah: H 0 : Tidak terdapat hubungan pengaruh yang signifikan antara Kategori Sosial terhadap Bahasa Daerah (Karo). H 1 : Terdapat hubungan pengaruh yang signifikan antara Kategori Sosial terhadap Bahasa Daerah (Karo). 1.6. Definisi Konsep Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide maupun gagasan (Hasan, 2002:17). Untuk menjelaskan maksud dan pengertian konsep-konsep yang terdapat di dalam penelitian ini, maka akan dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai adalah sebagai berikut.

Kategori sosial Berangkat dari pendapat Koentjaraningrat yang menjelaskan bahwa kategori sosial merupakan kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri khas atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri khas tersebut dilakukan dengan maksud untuk memudahkan penggolongan dalam suatu tujuan dan biasanya dikenakan oleh pihak luar tanpa disadari oleh pihak yang bersangkutan. Seperti yang peneliti akan lakukan terhadap kehidupan keluarga GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang yang perlu dilakukan penggolongan untuk memudahkan penelitian, walupun pihak yang diteliti tidak menyadari hal tersebut. Kategori Sosial yang dibuat oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Ekonomi Tingkat ekonomi yang dimaksud adalah berdasarkan kemampuan finansial yang dimiliki oleh masing-masing runggun yang ada pada GBKP Klasis Medan- Kp.Lalang. Dalam hal pengklasifikasian ini, peneliti mengikuti klasifikasi yang dilakukan oleh GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang yang terdiri dari tiga rayon yaitu rayon A, B, dan C. Menurut Pengurus GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang, pengklasifiksian tersebut berdasarkan: kemampuan finansial anggota tiap runggun, jumlah kepala keluarga yang ada di runggun tersebut, dan juga setoran-setoran (kolekte, perpuluhan, iuran, dll) yang diberikan oleh runggun tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengklasifikasikan tiga tingkatan ekonomi berdasarkan rayon, dimana Rayon A mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi, kemudian Rayon B dan Rayon C.

Namun pengklasifikasian yang digunakan peneliti adalah berdasarkan pendapatan keluarga dan hal tersebut didukung oleh UMR (Upah Minimum Regional) didukung lagi oleh klasifikasi yang ditentukan oleh peneliti. Pengklasifikasian jumlah pendapatan di tujukan agar dari setiap pendapatn keluarga terwakili. Dari pendapatan rendah, menengah sampai dengan pendapatan yang besar. sehingga terjadi keaneka-ragaman jumlah pendapatan. Pengklasifikasian akan dilakukan berdasarkan jumlah pendapatan sebagai berikut: Pendapatan keluarga > Rp. 4.000.000. Pendapatan keluarga < Rp. 3.900.000 Rp. 2.000.000. Pendapatan keluarga < Rp. 1.900.000. 2. Daerah Tempat Tinggal Daerah tempat tinggal diklasifikasikan berdasarkan daerah tempat bermukim responden yang mempunyai etnis yang sama ataupun berbeda-beda. Baik minoritas, mayoritas ataupun dengan jumlah yang hampir sama antar etnisnya. Pengklasifikasian berdasarkan daerah tempat tinggal dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh pengaruh daerah tempat tinggal mempengaruhi penggunaan bahasa daerah. Hal tersebut menjadi alasan peneliti mengklasifikasikan daerah tempat tinggal berdasarkan: Daerah tempat tinggal mayoritas etnis Karo. Daerah tempat tinggal beragam etnis. Daerah tempat tinggal minoritas etnis Karo

Bahasa Daerah Bahasa daerah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tentang penggunaan bahasa daerah (karo) pada keluarga, sesama etnis, dan juga berbeda etnis. 1. Keluarga Pada keluarga yang menjadi batasan peneliti adalah melihat bagaimana komunikasi ataupun penggunaan bahasa daerah (karo) didalam keluarga. Dalam hal ini peneliti melihat komunikasi antara orang tua-anak, anak-orang tua, anakabang/kakak/adik. 2. Sesama Etnis Sesama etnis yaitu komunikasi ataupun penggunaan bahasa daerah (karo) pada sesama anggota jemaat GBKP, pada tetangga yang berada disekitar daerah tempat tinggal, dan juga pada keluarga besar yang sesama etnis. 3. Berbeda Etnis Berbeda etnis yaitu komunikasi ataupun penggunaan bahasa pada tetangga yang berada disekitar daerah tempat tinggal, dan pada keluarga besar yang berbeda etnis. 1.7. Operasional Variabel Operasional variabel adalah suatu batasan yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau mempersepsikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Operasional variabel juga dimaksudkan untuk mencegah salah tafsir dan perluasan permasalahan dari serangkaian proses penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (Kategori Sosial) antara lain status ekonomi, dan lingkungan daerah

tempat tinggal, sedangkan variabel terikat (Bahasa Daerah) melihat penggunaan bahasa daerah antara keluarga (orang tua-istri/suami, orang tua-anak, anak-orang tua, anak-saudara), sesama etnis (sesama anggota jemaat GBKP Klasis Medan-Kp.Lalang, tetangga, keluarga besar), berbeda etnis (tetangga, keluarga besar). Kedua variabel tersebut ingin dilihat bagaimana hubungan yang ada antara satu variabel dengan variabel lainnya. 1.8. Bagan Operasional Variabel Untuk lebih jelasnya di bawah ini ditunjukkan dalam bentuk skemanya : Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y) Kategori Sosial Status Ekonomi Lingkungan daerah tempat tinggal Bahasa Daerah (Karo) Keluarga Sesama Etnis Berbeda Etnis