BAB I PENDAHULUAN. serta hilangnya pekerjaan masyarakat. Aset natural, finansial, fisik, manusia, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan. kualitas karena terdapat kerusakan lingkungan dimana kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas dan dampak yang ditimbulkan bencana terhadap manusia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. geografis Indonesia yang demikian menempatkan Indonesia di posisi silang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. wisata pendakian Gunung Sinabung yang memberikan pesona alam tersendiri.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dibawah koordinasi Satkorlak Bencana Gempa dan Tsunami di Banda

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SUSUNAN PERTANYAAN WAWANCARA PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN KUNCI. Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Sinabung?

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Penanggulangan Bencana di Indonesia. Pertemuan ke-6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bencana alam dapat memberikan dampak dalam penurunan ekonomi lokal serta hilangnya pekerjaan masyarakat. Aset natural, finansial, fisik, manusia, dan sosial dapat terdampak sehingga pasar menjadi kacau dan efek dari semua itu adalah terganggunya kondisi sosial serta ekonomi wilayah yang mengalami bencana (FAO & ILO, 2009). Dengan adanya peristiwa alam yang menyebabkan masyarakat menjadi korban bencana perlu melakukan pertahanan diri untuk pulih dari kondisi rentan yang menyebabkan perubahan yang signifikan dalam kehidupan mereka. Konsep penghidupan mencakup aspek-aspek aset atau modal (yang rinciannya dapat berupa modal alamiah, modal fisik, modal manusia, modal finansial, dan modal sosial), kegiatan atau aktivitas, dan akses ke sumberdaya (yang dimensi oleh isntitusi dan hubungan sosial) yang secara bersama-sama menentukan kondisi penghidupan yang diperoleh oleh individu atau rumah tangga tertentu (Ellis, 2000). Dalam melakukan strategi penghidupan ini, baik jangka pendek maupun jangka panjang, masyarakat miskin menggunakan dua pendekatan yang digunakan untuk mempercepat target yang akan diraih. Pertama pendekatan aktif yaitu dengan menambah pemasukan, dan yang kedua dengan pendekatan pasif yaitu dengan 1

memperkecil pengeluaran. Bahkan upaya strategi bertahan hidup ini mengadopsi dua pendekatan sekaligus (Darwin,1999). Salah satu bencana alam yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan terhadap lingkungan fisik adalah meletusnya gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Gunung Sinabung yang bergejolak ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi aktif kembali dan meletus untuk pertama kalinya pada tahun 2010 (BPBD, 2014). Menurut Sutopo Purwo Nugroho (2015 dalam laporan BNPB 2015), setelah hampir 100 tahun, gunung api berjenis strato ini kembali meletus, pada 2010, terjadi beberapa kali letusan yang di antaranya berupa letusan freatik dengan menunjukkan semburan-semburan abu vulkanik dalam skala yang kecil dan sampai kepada puncak letusannya hingga menyebabkan status Gunung Sinabung berubah dari tipe B menjadi tipe A. Berselang tiga tahun, Gunung Sinabung menunjukkan aktivitas vulkanik, sampai 18 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Akibat peristiwa ini, status Gunung Sinabung dinaikkan ke level siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi waspada. Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung dinaikkan ke level tertinggi, awas. Status level 4 (Awas) ini terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Gunung Sinabung telah beberapa kali mengalami perpanjangan masa tanggap darurat. Hingga sampai 10 Agustus 2015 kondisi Gunung Sinabung masih mengalami erupsi dan jumlah pengungsi juga mengalami fluktuatif (BPBD Kabupaten Karo, 2015). 2

Berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari BNPB per tanggal 12 Februari 2014 jumlah korban jiwa pasca bencana erupsi Gunung Sinabung adalah 17 orang meninggal dunia. Selain korban jiwa, permukiman yang terletak di sekitar lereng Gunung Sinabung mengalami kerusakan cukup parah. Beberapa permukiman bahkan sampai terkubur oleh material yang keluar pada saat erupsi Sinabung. Pemutakhiran data terakhir, rumah yang mengalami kerusakan adalah sebanyak 1.393 unit, dengan rincian 220 unit rumah rusak berat, sebanyak 1.100 unit rumah rusak sedang dan 73 unit rumah rusak ringan. Dampak bencana juga mengakibatkan kerusakan sejumlah gedung pemerintahan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas perdagangan (http://www.karokab.go.id. Diakses tanggal 23 Agustus 2015). Akibat bencana erupsi, sumber daya yang digunakan untuk pertanian, perkebunan mengalami kerusakan dan hampir 50 % tidak dapat digunakan (BPBD Kabupaten Karo, 2015). Dampak tersebut tentu saja mengakibatkan kerugian secara ekonomi dan kelangsungan masyarakat secara sosial.lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang mengalami kerusakan itu adalah meliputi tanaman pangan 1.837 ha, holtikultura seluas 5.716 ha, tanaman buah 1.630 ha,biofarmaka 1,7 ha, dan perkebunan seluas 2.856 ha (http://www.beritasatu.com/nasional/1608157ker ugian-akibat-bencana-sinabung-triliunan rupiah.html. Diakses tanggal 30 Agustus 2015) Kerugian material yang ditimbulkan selama erupsi Gunung Sinabung sangat besar. Erupsi Gunung Sinabung yang mengeluarkan ancaman lava, lahar, dan awan panas ketika hujan deras menyebabkan adanya daerah rawan bahaya lahar 3

dingin yang bahayanya bisa lebih luas dari erupsi Gunung Sinabung. Dampak erupsi secara pasti juga sulit dihitung karena erupsi masih berlangsung. Hasil perhitungan sementara dari kerugian dan kerusakan akibat erupsi Gunung Sinabung dari tanggal 15 september 2013 hingga akhir 2014 diperkirakan adalah 1,49 triliyun. Perkiraan kerusakan dan kerugian pasca bencana mengindikasikan bahwa kerusakan dan kerugian terparah di sektor ekonomi produktif meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan, pariwisata, perikanan, UKM, dan industri mencapai Rp. 896,64 milyar. Sedangkan kerugian dan kerusakan di sektor permukiman Rp 501 milyar, infrastruktur Rp 23,65 milyar, sosial Rp Rp 53,43 milyar, dan lintas sektor (sub-sektor pemerintahan dan lingkungan) Rp 18,03 milyar. Kerusakan dan kerugian ini belum termasuk dampak akibat lahar hujan (BNPB, 2015). Menurut laporan Humas dan Media Center Penanganan Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Sinabung, Sutopo Purwo Nugroho, penduduk yang berada pada wilayah zona rawan bencana dalam radius 0-6 km dari kawah Gunung Sinabung harus direlokasi ke tempat-tempat yang lebih aman. Penduduk yang mengungsi berasal dari 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Payung, Kecamatan S impang Empat, Kecamatan Naman Teran dan Kecamatan Tiganderket. Akibat dari peristiwa besar ini mengakibatkan masyarakat kehilangan atas akses lahan dan permukiman yang mereka miliki sehingga mempengaruhi asset penghidupan yang ada (http://bnpb.go.id/berita/2485/sinabung-dinaikkan-menjadiawas.diakses tanggal 23 September 2015). 4

Penduduk yang mengalami kerusakan maupun kehilangan rumah dengan terpaksa harus meninggalkan tempat tinggal mereka sebelumnya dan menempati tempat tinggal yang baru sebagai tempat untuk melangsungkan hidup. Untuk membantu para korban erupsi Gunung Sinabung, pemerintah dan berbagai donatur menyediakan beberapa tempat tinggal yang jauh dari radius awan panas sebagai tempat kelangsungan hidup penduduk untuk melakukan aktivitas. Dilihat dari sisi tempat tinggal, selama erupsi berlangsung hingga saat ini, korban erupsi Sinabung berada di hunian berbeda yakni ada yang tinggal di hunian tetap, hunian sementara, posko pengungsian dan di rumah sewaan/kontrakan. Berada di tempat tinggal yang baru tentu berdampak pada kemunduran pranata-pranata sosial ekonomi sebagai akibat dari rusaknya tatanan penghidupan yang telah lama dibangun masyarakat saat erupsi terjadi. Masyarakat korban erupsi yang berada di beberapa tempat tinggal tersebut menggambarkan sebuah komunitas yang terhempas dan mengalami tekanan hidup yang serba sulit akibat hilangnya harta benda, rumah/tempat tinggal, pekerjaan dan diperparah lagi dengan terbatasnya sumber daya alam di sekitar lokasi tempat tinggal yang baru yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan ekonomi rumah tangga. Selain itu, mereka yang menjadi korban erupsi juga dihadapkan dengan keterbatasan sumber nafkah dan kesempatan kerja yang sangat minim dalam mengalokasikan sumber daya untuk meminimalisasi tekanan ekonomi baik di sektor pertanian maupun di luar sektor pertanian Sehubungan dengan hal tersebut, kondisi ini menyebabkan perubahan status mereka yang semula bekerja menjadi menganggur, semula memiliki lahan untuk 5

bertani dan beternak kini sudah mengalami kerusakan akibat tutupan abu vulkanik, mereka dulu mempunyai usaha menjadi kehilangan usaha, dan hal ini menghilang begitu saja. Bahkan, buruh tani, buruh tanam sudah tidak memiliki alternatif pekerjaan lagi. Penduduk yang semula tinggal dengan lingkungan nyaman dan cukup memadai kini mengalami perubahan yang drastis akibat sarana dan prasarana mengalami kerusakan karena erupsi Sinabung. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa erupsi Sinabung ini tidak hanya berdampak pada aspek fisik saja melainkan mengganggu proses kehidupan masyarakat secara keseluruhan 1.2 Perumusan Masalah Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, erupsi Gunung Sinabung akan terus terjadi. Bahkan, diprediksi akan terjadi lima tahun ke depan sebagaimana kajian Meteorologi dan Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Untuk itu, pengungsi yang berada pada zona rawan bencana tetap berada di pengungsian. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kabupaten Karo per tanggal 27 Agustus 2015, jumlah penduduk korban erupsi Sinabung yang mengungsi sebanyak 5.198 KK tersebar di beberapa jenis tempat tinggal yakni hunian tetap, hunian sementara, posko pengungsian dan rumah sewaan. Dampak yang dirasakan oleh rumah tangga korban erupsi dalam melangsungkan hidup di daerah tempat tinggal pengungsian huntara, huntap, posko pengungsian dan rumah sewaan adalah keterbatasan dalam pemanfatan sumber daya alam. Ketika bahaya gunung api, seperti awan panas dan lahar, menghancurkan aset ekonomi masyarakat, seperti lahan pertanian, permukiman, 6

mengakibatkan masyarakat kehilangan pekerjaan dan sumber mata pencaharian yang menjadi tumpuan hidup sebelumnya. Untuk menghadapi kesulitan dan hambatan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat perlu menciptakan berbagai strategi bertahan hidup untuk mendapatkan pendapatan dan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia maupun pengembangan keanekaragaman pekerjaan. Dengan latar belakang pemikiran di atas, perlu untuk memahami kondisi dari korban pengungsi terlebih bagaimana mereka bisa survive baik dalam menetap sementara atau tidak ingin pulang, maka timbul beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Bagaimana strategi kelangsungan hidup rumah tangga korban erupsi Gunung Sinabung dalam memenuhi kebutuhan hidup di daerah penelitian? 2. Bagaimana strategi kelangsungan hidup rumah tangga korban erupsi Gunung Sinabung dalam memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan tempat tinggal? 3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi kelangsungan hidup rumah tangga korban erupsi Gunung Sinabung dalam memenuhi kebutuhan hidup di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan menggambarkan strategi bertahan hidup rumah tangga di daerah penelitian. Adapun secara khusus, tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut: 7

1. Mengkaji strategi kelangsungan hidup korban erupsi Gunung Sinabung dalam memenuhi kebutuhan hidup di daerah penelitian. 2. Mengkaji strategi kelangsungan hidup rumah tangga korban erupsi Gunung Sinabung dalam memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan tempat tinggal. 3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan strategi kelangsungan hidup rumah tangga korban erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam khasanah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang studi kependudukan tentang strategi kelangsungan hidup rumah tangga korban erupsi Sinabung serta dapat dijadikan pembanding bagi penelitian yang sama. 2. Manfaat praktis, yaitu dapat memberikan masukan dan pertimbangan serta sumbang saran kepada pemerintah ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap pemecahan, penanganan dan perumusan kebijakan terkait dengan masalah kehidupan rumah tangga korban bencana alam dengan realitas kehidupannya yang terlihat dari struktur bertahan hidup yang mereka lakukan di beberapa hunian saat ini. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang strategi kelangsungan hidup rumah tangga korban erupsi Sinabung di Kabupaten Karo ini sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan, sehingga penelitian ini masih relevan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. 8

Penelitian-penelitian tentang strategi kelangsungan hidup sudah banyak dilakukan oleh peneliti lainnya dan penelitian tersebut sangat bervariasi dalam hal strategistrateginya sehingga tekanan pembahasannya menghasilkan sisi-sisi yang berbeda. Beberapa penelitian sebelumnya mengenai strategi bertahan hidup telah banyak dilakukan para peneliti, antara lain sebagai berikut: 1. Kasman (2003), tentang Strategi Kelangsungan Hidup Eks Pengungsi: Kasus Eks Pengungsi Poso di Kota Palu, menyimpulkan bahwa strategi kelangsungan hidup yang dilakukan eks pengungsi dikelompokkan menjadi empat. Rumah tangga yang dikepalai perempuan memilih cara bertahan hidup dengan cara penghematan sedangkan yang dikepalai laki-laki adalah memanfaatkan anggota rumah tangga. Penelitian ini lebih menekankan kepada perbedaan strategi yang dilakukan oleh eks pengungsi berdasarkan ciri sosial demografi. Sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan adalah menekankan perbedaan strategi yang dilakukan oleh berdasarkan rumah tangga yang sangat rentan, kurang rentan, dan tempat tinggal yakni di hunian tetap, hunian sementara, posko pengungsian dan rumah sewaan. 2. Baiquni (2006), tentang Pengelolaan Sumber Daya Perdesaan dan Strategi Penghidupan Rumahtangga di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, menyimpulkan bahwa perubahan struktur di pedesaaan dilihat dari aspek penduduk, ekonomi dan lingkungan. Krisis yang terjadi di pedesaaan terjadi ketika krisis di perkotaan semakin parah. Krisis itu juga terjadi ketika pemerintah mencabut subsidi pupuk dan pestisida. Perubahan strategi rumah tangga adalah dengan akumulasi dan konsolidasi. Penelitian ini menekankan 9

kepada strategi penghidupan masyarakat desa pada periode lima tahun pertama krisis yang dilihat dari berbagai sudut pandang pengelolaan sumber daya dan lingkungan. Konsep dalam pengembangan sumber daya dilihat dari faktor makro, meso dan mikro. Fokus penelitian ini adalah mencakup lima desa yang didasarkan kepada keragaman fisiografis dan agroekosistem yang menceriminkan lahan kering, desa lahan basah dan kombinasi keduanya. Hal ini berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan yakni menekankan kepada masyarakat yang menjadi korban bencana erupsi Sinabung di beberapa tempat tinggal sebagai mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat. 3. Udin (2009), tentang Pola Kelangsungan Hidup Masyarakat di Daerah Perdesaan, menyimpulan bahwa ekonomi lemah terkonsentrasi pada pemanfaatan sumber daya. Faktor penentu dalam penerapan strategi adalah modal fiskal dan modal finansial. Penelitian ini menekankan pada strategi penghidupan rumah tangga dalam meningkatkan pendapatan pada tiap strata ekonomi serta faktor-faktor penentu dalam penerapan strategi penghidupan rumah tangga dalam peningkatan pendapatan pada tiap strata ekonomi. Dalam hal ini tentunya jelas berbeda dengan fokus tujuan penelitian yang peneliti lakukan. Kajian yang mendalam yang peneliti lakukan adalah berkaitan dengan strategi kelangsungan hidup masyarakat korban erupsi Sinabung. 4. Suriastini (2010), tentang Bertahan Hidup di Tengah Krisis: Studi Dampak Jangka Pendek dan Menengah Tragedi Bom Bali I, 2002-2005. Penelitian menyimpulkan bahwa adanya perubahan pendapatan dan strategi bertahan hidup pasca bom Bali I. Strategi bertahan hidup rumah tangga dalam masa krisis 10

yaitu: mengurangi konsumsi, berganti status pekerjaan, berganti lapangan pekerjaan, menambah jam kerja rumah tangga. Faktor ekonomi, demografi, sosial dan lokasi geografi rumah tangga menentukan pilihan strategi rumah tangga. Penelitian ini menekankan pada perubahan pendapatan sesudah bom Bali I, strategi bertahan hidup yang diadopsi dari rumah tangga dan bagaimana konstribusi strategi bertahan hidup tersebut terhadap kesejahteraan rumah tangga dilihat dari jangka panjang dan jangka pendek. 5. Alnursa (2013), tentang Strategi Bertahan Hidup Kepala Rumah tangga Perempuan di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah (kasus di Negeri Hila). Menyimpulkan strategi bertahan hidup kepala rumah tangga perempuan di Negeri Hila lebih terkosentrasi pada strategi pemanfaatan sumber daya rumah tangga dibandingkan dengan strategi diversifikasi pekerjaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumah tangganya. Penelitian ini dibatasi pada strategi pemanfaatan sumber daya rumah tangga dan diversifikasi pekerjaan saja dengan asumsi bahwa kebutuhan pokok terpenuhi. Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan dilihat dari unit analisis. Unit analisis yang peneliti gunakan adalah rumah tangga erupsi Sinabung sementara penelitian alnursa (2013) adalah kepala rumah tangga perempuan. 11

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti,Tahun, Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian 1 Jaya Kasman, 2003, Strategi Kelangsungan Hidup Eks Pengungsi: Kasus Eks Pengungsi Poso di Kota Palu 2 M. Baiquni, 2006, Pengelolaan Sumber daya Pedesaan dan Strategi Rumah Tangga di Daerah Provinsi Yogyakarta Pada Masa 1. Mengetahui variasi strategi kelangsungan hidup eks pengungsi Poso yang mereka gunakan untuk survive di kota Palu 2. Mengetahui perbedaan strategi kelangsungan hidup rumah tangga eks pengungsi berdasarkan ciri-ciri sosial dan demografi. 1. Mengkaji perubahan struktural sosial ekonomi perdesaan DIY. 2. Mengkaji strategi penghidupan perdesaan dan responnya terhadap krisis ekonomi dan ekologi. 3. Mengkaji keberlanjutan sumber daya dan Metode penelitian ini yang digunakan adalah metode survey dan studi kasus, dengan teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi, FGD. Studi kasus metode survey, dengan metode Participatory Apprasial, RRA, FGD, wawancara mendalam. Teknik analisis adalah kuantitatif dan kualitatif (livelihood 1. Bentuk-bentuk strategi kelangsungan hidup yang digunakan di lakukan eks pengungsi Poso dikelompokkan menjadi 4 yakni melakukan pekerjaan sampingan, mengembangkan jaringan sosial, dan pemanfaatan anggota rumah tangga 2. Rumah tangga pengungsi dikepalai perempuan lebih memilih cara penghematan, sedangkan laki-laki memanfaatkan anggota rumah tangga. Anggota keluarga 1-2 menggunakan strategi jaringan sosial, 3-4 menggunakan pemanfaat anggota rumah tangga 1. Perubahan struktural di perdesaan menunjukkan adanya variasi ditinjau dari aspek kependudukan, dinamika sosial, aktivitas ekonomi maupun daya dukung ekosistemnya. 2. Krisis di perdesaan DIY tidak serta merta terjadi, namun baru terasa sekitar enam bulan ketika krisis di 12

Krisis (1998-2003) 3 Kationo Udin, 2009, Pola Penghidupan Masyarakat Di daerah Perdesaaan Pada Strata Ekonomi yang Berbeda Tabel 1.1 Lanjutan merumuskan model alternatif pengelolaan sumber daya perdesaan. 1. Mengkaji strategi penghidupan rumah tangga dalam peningkatan pendapatan pada tiap strata ekonomi di daerah penelitian 2. Mengkaji faktor penentu penerapan strategi penghidupan rumah tangga dalam peningkatan pendapatan pada tiap strata ekonomi di daerah penelitian. 3. Menyusun arahan pengembangan strategy and sustainable). Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan tekik wawancara terstruktur yang menggunakan kuesioner dan observasi lapangan. Teknik Pengambilan sampel adalah stratified random sampling, teknik analisis adalah perkotaan semakin parah. Krisis ekonomi baru terasa ketika pemerintah mencabut subsidi pupuk dan pestisida serta ketika banyak penganggur kembali ke desa. Perubahan strategi penghidupan selama 5 tahun terakhir sejak krisis 1997 di perdesaan tidaklah terlalu besar. 3. Terdapat variasi antar desa dan antar strategi rumah tangga dengan pola penurunan jumlah rumah tangga survival dan jumlah rumah tangga konsolidasi menurun. Desa lahan kering lebih sensitif terhadap krisis ekonomi dan juga teknologi terutama kemarau panjang. 1. Ekonomi lemah terkonsentasi pada pemanfaatan sumberdaya, strata 2. menengah pada peningkatan hasil pertanian, dan ekonomi kuat penerapan strategi investasi 3. Faktor penentu dalam penerapan strategi adalah modal fisikal dan finansial 4. Arahan pengembangan adalah ditujukan pada strategi rumah tangga ekonomi lemah 13

Tabel 1.1 Lanjutan 4 Ni Wayan Suriastini, 2010, Bertahan Hidup di Tengah Krisis: Studi Dampak Jangka Pendek dan Menengah Tragedi Bom Bali I, 2002-2005 5 Darling Surya Alnursa, 2013, Strategi Betahan Hidup Kepala Rumah tangga strategi penghidupan yang efektif pada tiap strata ekonomi rumahtangga dalam rangka peningkatan pendapatan 1. Mengetahui perubahan pendapatan rumah tangga sesudah tragedi bom Bali 2002, pertahun selama 3 tahun, menggunakan data panel rumah tangga dan individu tahun 2002, 2003, 2004, 2005. 2. Mengetahui bentuk-bentuk strategi bertahan hidup yang diadopsi rumah tangga setelah tragedibom Bali 2002 dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. 3. Mengetahui kontribusi strategi bertahan hidup rumah tangga pada kesejahteraan rumah tangga dalam jangka pendek dan menengah 1. Mengkaji secara mendalam strategi bertahan hidup kepala rumah tangga perempuan dalam mempertahankan statistik kuantitatif dan kualitatif (Tabel Frekuensi dan tabel silang) Jenis penelitian ini adalah Penelitian Survei (data sekunder) menggunakan Metode Sampling menggunakan data SUSENAS dan EST-Bali. Analisis deskriptif, regresi linier, regresi logistik, dan multinominal logistic. Analisis kualitatif dengan wawancara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik wawancara 1. Tragedi Bom Bali, dalam jangka pendek adalah penurunan upah riil yang berujung pada pendapatan rumah tangga sebesar 25 % 2. Strategi bertahan hidup rumah tangga dalam masa krisis yaitu: mengurangi konsumsi, berganti status pekerjaan, berganti lapangan pekerjaan, menambah jamkerja rumah tangga. 3. Faktor ekonomi, demografi, sosial dan lokasi geografi rumahtangga menentukan pilihan strategi rumah tangga. 1. Strategi bertahan hidup yang dikembangkan kepala rumah tangga perempuan adalah strategi pemanfaatan sumber daya rumah tangga dan srtategi 14

Tabel 1.1 Lanjutan Perempuan Di Kecamatan Leihutu Kabupaten Maluku Tengah (Kasus di Negeri Hila) kelangsungan hidup rumah tangga di daerah penelitian 2. Mengkaji faktorfakor sosial ekonomi rumahtangga yang berhubungan dengan komponenkomponen strategi bertahan hidup kepala rumah tangga perempuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumah tangga di daerah penelitian terstruktur menggunakan kuesioner dan observasi lapangan. Penentuan sampel secara simple random sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, (tabel silang, tabel frekuensi) diversifikasi pekerjaan untuk mempertahankan kelangsungan hidp rumah tangga. 2. Faktor sosial ekonomi rumah tangga yang berhubungan dengan komponen strategi bertahan hidup adalah jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah menyangkut lokasi penelitian yang dilakukan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian, metode dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda sehingga dinyatakan bahwa penelitian ini benar-benar asli. 15