POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI BERDASARKAN AGROEKOLOGI ZONE (AEZ) DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak dengan pendekatan Zonasi Agroekologi (ZAE) yang

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATANI KELAPA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PETA ZONA AGRO-EKOLOGI SKALA 1:

PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR

Karakteristik Lahan dan Arahan Komoditas Berdasarkan Agroekologi Zone untuk Pengembangan Pertanian di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

KEADAAN UMUM WILAYAH

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

III. METODE PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012

PENYUSUNAN PETA ZONA AGROEKOLOGI (ZAE) DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TOBA SKRIPSI OLEH: KHAIRULLAH AGROEKOTEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB III LANDASAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kalimantan Timur. Lembuswana

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

REALISASI INVESTASI DAN REALISASI PENERBITAN IZIN PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di

PROSPEK INDUSTRI DAN SUMBER POTENSIAL MINYAK/LEMAK (INDUSTRIAL PROSPECT AND POTENCIAL SOURCES OF FAT AND OIL)

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Bab II. Tinjauan Pustaka

Analisis Prioritas Komoditas Unggulan Perkebunan Daerah Kabupaten Buru (Pre-eminent Commodity Preference Analysis of Plantation of Sub-Province Buru)

Busyra Buyung Saidi*, Suharyon dan Nur Asni

PERENCANAAN LOKASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT DI KABUPATEN MANDAILING NATAL, PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

POTENSI, PELUANG DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

SEBARAN KEBUN KELAPA SAWIT AKTUAL DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI LAHAN BERGAMBUT DI PULAU SUMATERA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

Komoditas Perkebunan Unggulan yang Berbasis Pada Pengembangan Wilayah Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

Prosiding BPTP Karangploso No. 02 ISSN: PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

di kota tetap Balikpapan menjanjikan. Era ini (tahun milik setara Produksi ton atau Segar) ton CPO (Crude skala cukup luas saat Paser

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR. Kata Pengantar

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

Analisa Kesesuaian Lahan Dan Potensi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Tanah Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI BERDASARKAN AGROEKOLOGI ZONE (AEZ) DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Tarbiyatul M. 1), N. R. Ahmadi 1), dan Handi Supriadi 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur Jalan Pangeran M. Noor Sempaja, Samarinda 75119 2) Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Jalan Raya Pakuwon km 2 Parungkuda, Sukabumi 43357 supriadihandi@yahoo.co.id ABSTRAK Kalimantan Timur sebagai provinsi terbesar kedua dan terkaya di Kawasan Timur Indonesia (KTI), berpotensi untuk pengembangan agribisnis perkebunan sekaligus sebagai pintu gerbang utama wilayah Asia Pasifik. Luas lahan potensial untuk pengembangan agribisnis perkebunan di Kalimantan Timur sekitar 5.324.488 ha, namun baru sekitar 18,7% (996.618 ha) yang telah dimanfaatkan. Terdapat 6 komoditas unggulan sub-sektor perkebunan antara lain : kopi, kelapa, kakao, karet, kelapa sawit, dan lada. Komoditas kopi merupakan salah satu komoditas yang telah lama diusahakan oleh petani dengan luasan relatif terbatas. Areal tanaman kopi tersebar di seluruh kabupaten/kota, dan pada tahun 2012 telah mencapai 14.035 ha dengan produksi 2.189 ton. Berdasarkan AEZ Kalimantan Timur skala 1:250.000, luas lahan yang dapat dikembangkan dan sesuai untuk komoditas kopi pada zona IIax (1.615.380 ha) dan tersebar di masing-masing Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Paser 106.500 ha, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota Samarinda dan Kota Bontang 321.644 ha, Kabupaten Kutai Barat 261.640 ha, Kabupaten Kutai Timur 347.171 ha, Kabupaten Berau 199.883 ha, Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan 112.514 ha, Kabupaten Nunukan 117.178 ha, Kabupaten Malinau 62.182 ha, dan Penajam Paser Utara serta Kota Balikpapan 86.669 ha. Kata kunci: Kopi, zona agroekologi, Kalimantan Timur ABSTRACT East Kalimantan as the second largest and richest province in eastern Indonesia (KTI) has the potential for the development of agribusiness plantations as well as the main gate of the Asia Pacific region. Potential land area for the development of agribusiness plantations in East Kalimantan approximately 5.324.488 ha, but only about of 18.7% ( 996.618 ha ) has been utilized. There are 6 leading commodity in plantation sub-sector : coffee, coconut, cocoa, rubber, palm oil, and black pepper. Coffee is one commodity that has long cultivated by farmers with relatively limited area. The area of the coffee plants spread across the districts/cities, and by 2012 had reached 14.035 ha with a production about of 2,189 tons. Based on AEZ of East Kalimantan with 1:250.000 scale, the area that can be developed and appropriate for coffee at zone of IIax (1.615.380 ha) and scattered in each Regency/City as follows : Paser 106.500 ha, Kutai Kartanegara Regency, Samarinda and Bontang about of 321.644 ha, West Kutai Regency about of 261.640 ha, East Kutai Regency about of 347.171 ha, Berau Regency about of 199.883 ha, Bulungan and Tarakan City about of 112.514 ha, Nunukan Regency about of 117.178 ha, Malinau Regency about of 62.182 ha, and North Penajam Paser and Balikpapan City about of 86.669 ha. Keywords: Coffee, agroecological zone, East Kalimantan Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi 141

PENDAHULUAN Berdasarkan RUTRW (Rencana Umum Tata Ruang Wilayah) Provinsi Kalimantan Timur, sumberdaya lahan yang sudah dipetakan seluas 20.039.500 ha, yang terdiri dari Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) seluas 10.121.258 ha (50,51%), Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) seluas 5.324.488 ha (26,57%) dan Kawasan Lindung (KL) seluas 4.593.754 ha (22,22%). Lahan pertanian tanaman pangan dan perkebunan termasuk dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan. Luas tanaman perkebunan secara keseluruhan di Kalimantan Timur pada tahun 2009, yaitu 703.361 ha (Bappeda, 2012). Komoditas yang dikembangkan pada subsektor perkebunan adalah karet, kelapa, kelapa sawit, kakao, lada, dan kopi. Komoditas tanaman perkebunan yang dominan berkembang di Kalimantan Timur yaitu kelapa sawit dan karet dengan produksi yang dicapai kelapa sawit 2,3 juta ton dan karet 49 ribu ton. Perkebunan kopi di Kalimantan Timur berkembang dengan status perkebunan rakyat. Data statistik tahun 2012 Kalimantan Timur menunjukkan luasan kopi rakyat di Kalimantan Timur ada 14.035 ha dengan produksi, yaitu 2.189 ton (BPS Kaltim, 2013). Tren 5 tahun terakhir menunjukkan penurunan luas yang dikarena alih fungsi lahan menjadi tambang. Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Apabila lahan tidak gunakan dengan tepat, produktivitas akan cepat menurun dan ekosistem menjadi terancam kerusakan. Penggunaan lahan yang tepat selain menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan manfaat untuk pemakai pada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk generasi penerus di masa mendatang. Dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat ditentukan. Metode penyusunan AEZ dilakukan melalui penggabungan antara karakteristik fisiografi lahan (kelerengan, drainase, tinggi tempat) dan iklim (curah hujan dan suhu). Data karakteristik fisiografi lahan dan iklim diperoleh melalui pengolahan peta kontur, peta ketinggian tempat, dan data curah hujan menjadi peta digital kemiringan, kelembaban, rejim suhu, dan drainase. Peta-peta digital yang telah dihasilkan tersebut ditumpang-susunkan sehingga diperoleh ZAE sebagai satuan pemetaan. Pengkajian ini bertujuan memberikan data dan informasi lahan perkebunan yang dapat dikembangkan untuk komoditas kopi di Kalimantan Timur. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan adalah data dan informasi hasil zona agroekologi Provinsi Kalimantan Timur skala 1:250.000 (Heriansyah et al., 2000). Pemanfaatan data dan pendayagunaan data dan informasi tersebut mengacu ada sistem pakar (Expert system) yang dikembangkan oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (Amien, 1995). Pada dasarnya prinsip metode tersebut adalah pencocokan (matching) antara karakteristik sumberdaya lahan dan iklim dengan persyaratan tipe penggunaan lahan atau kelompok komoditas tanaman (Djaenuddin et al., 2003). Pembagian Zona agroekologi berdasarkan atas zona relief (lereng) dan zona iklim (Amien, 1992). Tahap selanjutnya adalah kegiatan tumpang tepat (overlay) antara hasil zonasi dengan peta penggunaan lahan (present landuse). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wilayah Secara geografis Provinsi Kalimantan Timur terletak 113 0 44 199 0 00 BT dan 4 0 24 LU dan 2 0 25 LS dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Malaysia, sebelah timur berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi, sebelah selatan berbatasan dengan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sebelah barat berbatasan dengan 142 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi

Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Serawak Malaysia. Berdasarkan kondisi fisik dan alam, luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur yaitu 24.523.789 ha, terdiri dari luas daratan 20.039.500 ha (81,71%) dan perairan laut 4.484.280 ha (18,29%). Provinsi Kalimantan Timur termasuk daerah beriklim tropis yang memiliki zona agroklimat A yang merupakan zona basah dan zona E (kering) dengan bulan basah kurang dari 2 bulan. Pola curah hujan secara umum didominasi oleh pola hujan bimodal (73,62%), pola ini mempunyai dua puncak (Pola C) yang terjadi pada periode Maret-April dan Desember, sisanya 26,38% berpola hujan tunggal (Pola A dan B). Landform atau fisiografi wilayah Kalimantan Timur dikelompokkan ke dalam 6 grup yang menghasilkan 27 satuan peta tanah. Landform paling dominan adalah grup Tektonik/struktural (66,34%), Volkan (19,7%), Marin (4,84%), Karst (3,3%), Gambut (2,95%), dan Aluvial (2,86%). Tanah-tanah di wilayah kalimantan Timur dapat diklasifikasikan ke dalam 7 ordo, yaitu Ultisol, Inceptisol, Oxisol, Andisol, Spodosol, Entisol, dan Histosol. Potensi Lahan Tanaman Perkebunan menurut Zona Agroekologi Berdasarkan matching antara karakteristik sumberdaya lahan dan iklim dengan persyaratan tipe penggunaan lahan untuk komoditas subsektor perkebunan, maka zona yang dapat dikembangkan untuk budidaya tanaman tahunan adalah zona II. Wilayah zona II merupakan daerah perbukitan dengan lereng dominan 16-40% subzona pada wilayah ini ada 2 yaitu IIax yang merupakan dataran rendah dengan iklim basah dengan ketinggian <700 m dpl dan IIbx yang merupakan dataran tinggi beriklim basah dengan ketinggian >700 m dpl. Untuk pengembangan komoditas kopi, kakao, karet, dan tanaman perkebunan lainnya hanya cocok dikembangkan di subzona IIax. Total luas zona tersebut, yaitu 1.615.380,6 ha (8,38%) sebagaimana Gambar 1. Total luas lahan perkebunan di Kalimantan Timur pada tahun 2011 terdapat 996.618 ha, dimana 827.347 ha (83,03%) ditanami kelapa sawit, 84.713 ha (8,5%) ditanami karet, 29.804 ha diperuntukkan tanaman kelapa, sisanya 54.754 ha (5,49%) untuk komoditas kakao, lada dan kopi. Bila dilihat potensi lahan perkebunan di Kalimantan Timur berdasarkan sebaran zona II ax pada masing-masing kabupaten (Tabel 1 dan Gambar 2 10), maka terdapat selisih antara potensi lahan dengan luas lahan fungsional untuk subsektor perkebunan yaitu 618.763 ha. Artinya perluasan areal tanam untuk subsektor perkebunan sangat mungkin untuk dikembangkan terutama tanaman perkebunan yang berorientasi perkebunan rakyat seperti kopi, kakao, lada dan karet. Melihat prospek dari keempat komoditas tersebut yang merupakan komoditas unggulan dan pasar baik dalam maupun luar negeri masih sangat kekurangan. Tabel 1. Sebaran potensi lahan perkebunan di Kalimantan Timur Zona II ax Kabupaten Peta Arahan Tata Ruang Ha % Pertanian Penajam Paser Utara dan Balikpapan 86.669,0 21,48 Lampiran 1 Pasir 106.500,3 10,48 Lampiran 2 Kutai Kartanegara, Samarinda, dan Bontang 321.644,0 11,57 Lampiran 3 Kutai Barat 261.640,0 7,70 Lampiran 5 Kutai Timur 347.170,9 12,44 Lampiran 4 Berau 199.882,5 9,68 Lampiran 6 Bulungan dan Tarakan 112.513,5 7,75 Lampiran 7 Nunukan 117.178,3 7,52 Lampiran 8 Malinau 62.182,1 1,63 Lampiran 9 Total 1.615.380,6 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi 143

Gambar 1. Sebaran zona-zona tata ruang pertanian di Kalimantan Timur KESIMPULAN Berdasarkan AEZ Provinsi Kalimantan Timur skala 1:250.000, luas lahan yang dapat dikembangkan dan sesuai untuk komoditas kopi pada zona Iiax, yaitu seluas 1.615.380 ha. Zona trsebut tersebar di masing-masing kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Paser 106.500 ha, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota Samarinda dan Kota Bontang 321.644 ha, Kabupaten Kutai Barat 261.640 ha, Kabupaten Kutai Timur 347.171 ha, Kabupaten Berau 199.883 ha, Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan 112.514 ha, Kabupaten Nunukan 117.178 ha, Kabupaten Malinau 62.182 ha, dan Penajam Paser Utara serta Kota Balikpapan 86.669 ha. DAFTAR PUSTAKA Amien, L. I., 1995. Karakterisasi dan Zonaagroekologi. Pembahasan Menetapkan Karakterisasi Zona Agroekologi. Puslitbangtanak dan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Bappeda dan Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. 2012. Kalimantan Timur Dalam Angka 2012. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kalimantan Timur Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. Badan Pusat Statistik Kaltim. 2013. Kalimantan Timur Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. 144 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi

Potensi Pengembangan Tanaman Kopi Berdasarkan Agroekologi Zone (AEZ) Di Provinsi Kalimantan Timur Djaenuddin, D., H. Marwan, dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Versi 3. 2000. Balai Penelitian Tanah, Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Bogor. Heriansyah, R. Sintawati, dan R. A. Saptati. 2000. Laporan Akhir Karakterisasi dan Analysis Zona Agroekologi (ZAE). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. http://www.peternakan.litbang.deptan.go.id/ fullteks/semnas/pro04-111.pdf. [11 November 2013]. Lampiran 1 Lampiran 2 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi 145

Potensi Pengembangan Tanaman Kopi Berdasarkan Agroekologi Zone (AEZ) Di Provinsi Kalimantan Timur Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 146 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi

Potensi Pengembangan Tanaman Kopi Berdasarkan Agroekologi Zone (AEZ) Di Provinsi Kalimantan Timur Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi 147

Lampiran 9 148 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi