OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Vol.3 No1. Januari

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

BAB II KAJIAN PUSTAKA

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER

II. TINJAUAN PUSTAKA

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

III. METODE PENELITIAN

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

BAB III LIGHTNING ARRESTER

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)

PERALATAN KOPLING POWER LINE CARRIER

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA

ET 355 Transmisi Daya dan Gardu Induk: S-1, 2 SKS, semester 5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

Deteksi Lokasi Untuk Gangguan Multi Point Pada Jaring Tiang Distribusi 20 KV Dengan Menggunakan Metode Perambatan Gelombang Sinyal Arus Balik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dasman 1), Rudy Harman 2)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

SISTEM TENAGA LISTRIK. Modul ke: 09Teknik. Powerpoint Materi Sistem Tenaga Listrik. Fakultas. Program Studi Teknik Elektro

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM :

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

EVALUASI PERLINDUNGAN GARDU INDUK 150 KV PANDEAN LAMPER DI TRAFO III 60 MVA TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR

SILABUS. 5. Evaluasi - Kehadiran - Tugas - partisipasi diskusi, tanya jawab - UTS - UAS

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu :

Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

ANALISIS TEGANGAN LEBIH TRANSIEN IMPULS PERSEGI PADA UJUNG SALURAN TRANSMISI SECARA EKSPERIMENTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv

Analisa Koordinasi Isolasi Peralatan di Gardu Induk Teling 70 kv

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. lebih impuls yang disebabkan oleh adanya operasi hubung-buka (switching. ketahanan peralatan dalam memikul tegangan lebih impuls.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

KEMAMPUAN ARESTER UNTUK PENGAMAN TRANFORMATOR PADA GARDU INDUK SRONDOL 150 KV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN

Transkripsi:

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH Yuni Rahmawati, ST* Abstrak: Untuk menganalisis besar tegangan maksimum yang terjadi pada jaringan distribusi kabel cabang tungal, yang diakibatkan oleh adanya gelombang berjalan yang berupa gelombang surja petir pada titik-titik peralihan. Pada titik peralihan lebih memungkinkan terjadinya tegangan maksimum, karena adanya diskontinyuitas yang akan mengakaibatkan pantulan atau terusan pada titik, sehingga dapat terjadi pemantulan gelombang berjalan yang datang. Gelombang surja petir merupakan salah satu penyebab penuaan kabel yang mengakibatkan turunnya BIL kabel. Agar sistem proteksi tetap terjaga dengan baik penting untuk mempertahankan level proteksi surja kabel di bawah penurunan BIL kabel yang terjadi. Untuk mencari letak dan besar tegangan maksimum pada jaringan menggunakan metode diagram tangga (bounce diagram), dengan memvariasi model dari jaringan kabel tungal, yaitu dengan mengubah letak dan panjang cabang saluran. Dengan variasi peletakan dan panjang cabang saluran distribusi kabel cabang tunggal didapat hasil tegangan surja petir maksimum terletak pada ujung cabang terpendek dari saluran untuk kasus gelombang terpototng muka. Dan untuk kasus gelombang penuh tegangan surja petir maksimum terletak pada titik ujung saluran terpendek bila panjang saluran sebelum percabangan lebih kecil dari panjang cabangnya. Untuk kondisi sebaliknya tegangan surja maksimum terletak pada titik ujung cabang terpanjang. Pemasangan arester sebgai pengaman surja harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) tegangan sistem; (2) tegangan dasar; (3) tegangan pelepasan arester; (4) nilai gelombang petir. Kata-kata kunci: Tegangan maksimum, jaringan distribusi, gelombang berjalan, surja petir. Sambaran petir yang tidak langsung mengenai suatu peralatan tetapi mengenai peralatan lain kemudian masuk ke peralatan melalui proses induksi atau imbas akan menimbulkan surja tegangan atau surja arus. Surja petir ini menjadi penyebab kerusakan kabel distribusi bawah tanah terutama pada proses penuaan dini dari kabel distribusi bawah tanah ini. Apabila kabel ini dibebani kerusakan fisis akibat gangguan fisis yang lain maka akan mempercepat proses penuaan kabel. Dalam kasus ini Basic Insulation Level (BIL) dari kabel bisa turun secara drastis. Penurunan BIL kabel ini akan mengakibatkan kerusakan pada sistem distribusi apabila penurunan ini tidak disertai oleh koordinasi isolasi dengan level proteksi surja petir kabel. Harus diusahakan untuk mempertahankan level proteksi kabel (BIL kabel) di bwah level penurunan BIL kabel yang terjadi. Penting juga untuk mengurangi puncak tegangan impuls yang mengenai kabel baru guna mengurangi jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh surja petir. Tegangan puncak ini berada pada titik-titik di sepanjang saluran kabel distribusi. Utamanya pada titik-titik yang mengalami kondisi diskontinyuitas. Yaitu pada titik peralihan, percabangan ataupun titik akhir yang terbuka (open tie). Karena pada titik-titik ini terjadi pemantulan maupun penerusan gelombang, sehingga kemungkinan terjadinya penumpukan gelombang, yang memungkinkan terjadinya tegangan maksimal lebih besar pada titk-titik tersebut. Pengurangan tegangan puncak ini dapat diatasi dengan menempatkan suatu alat proteksi yaitu arrester pada titik-titik pada saluran distribusi untuk menentukan sistem *Yuni Rahmawati adalah Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang 23

karena itu penting sekali untuk mengetahui lokasi tegangan maksimum dan besar tegangan maksimum pada suatu saluran distribusi untuk menentukan sistem proteksi yang tepat pada saluran distribusi tersebut. Dalam hal ini diambil kasus pada saluran distribusi kabel bercabang tunggal karena saluran cabang tunggal merupakan dasar dari saluran bercabang banyak, sebagai gambaran perkembangan permintaan daya listrik yang selalu berkembang tiap tahunnya. Dan pada makalah ini akan dibahas di mana dan berapa besar tegangan surja petir maksimum pada kondisi proteksi tertentu, bila konfigurasi letak dan panjang cabang diubah-ubah. Setelah diketahui letak dan besar tegangan maksimum dapat ditentukan sistem proteksi yang baru. GELOMBANG BERJALAN Sumber-sumber Gelombang Berjalan Dalam keadaaan operasinya, sistem tenaga sering mengalami gangguan yang mengakibatkan terhentinya pelayanan daya. Gangguan ini lebih sering terjadi pada sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik dan biasanya disebabkan oleh naiknya tegangan pada hantaran. Yaitu jika suatu sambaran petir mengenai konduktor tersebut akan naik mencapai harga yang sama dengan hasil kali arus petir dengan harga impedansi surja hantaran yang tersambar. Kasus inilah yang dikenal dengan tegangan lebih. Karakteristik dari tegangan menyerupai bentuk gelombang yang berjalan di sepanjang hantaran yang dilaluinya. Bila tegangan melampaui tingkat ketahanan isolasi dari hantaran atau peralatan listrik lainnya, maka akan terjadi gangguan pemburukan isolasi peralatan yang dapat menyebabkan hantaran ataupun peralatan itu terbakar. Salah satu sebab yang dapat menimbulkan gelombang berjalan adalah sambaran petir secara induksi, yaitu sambaran yang tidak mengenai langsung pada suatu peralatan tetapi masuk ke suatu peralatan secara tiba-tiba pada suatu hantaran atau suatu peralatan. Energi listrik ini merambat seperti halnya bila kita melemparkan batu pada air yang tenang dalam sebuah kolam. Energi yang merambat ini berupa gelombang arus dan tegangan. Sedangkan sampai saat ini yang diketahui menjadi penyebab gelombang berjalan adalah (Hutahuruk, 1991: 1): Sambaran kilat secara langsung, Sambaran kilat secara tidak langsung, Operasi pemutusan (swiching operation), Busur tanah (arching grounds), Gangguangangguan pada sistem oleh berbagai kesalahan. Bentuk dan Spesifikasi Gelombang Berjalan Bentuk umum suatu gelombang berjalan digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Bentuk dan Spesifikasi Gelombang Berjalan (Sumber: Hutahuruk, 1991: 4) Spesifikasi dari suatu gelombang berjalan: 1. Puncak (crest) gelombang, E (kv), yaitu amplitudo maksimum dari gelombang. 2. Muka gelombang, t 1 (mikro detik), yaitu waktu dari permulaan sampai puncak. Dalam praktek ini diambil dari 10% E sampai 90% E, seperti terlihat pada gambar 2.1 b. 3. Ekor gelombang, yaitu bagian dibelakang puncak. Panjang gelombang, t 2 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada ekor gelombang. 4. Polaritas, yaiti polaritas dari gelombang, positif atau negatif. Suatu gelombang berjalan dinyatakan sebagai: E, t 1 x t 2 24

dimana; t 1 = muka gelombang (µ detik) t 2 = ekor gelombang (µ detik) Kecepatan Merambat Gelombang Berjalan Kecepatan merambat gelombang berjalan pada saluran dapat dirumuskan sebagai berikut (Westing House, 1950: 525) : 1 v (1) LC Untuk kecepatan merambat gelombang berjalan pada kawat udara dengan jari-jari r dan tinggi h dari atas tanah, maka kita dapat menghitung: (Hutahuruk, 1991: 4) L = 2 (ln (2h/r)). 10-9 H/cm 1810 11 C F/ cm i(2h / r) Dengan memasukkan nilai nilai tersebut pada persamaan (1) maka kita bisa mengerahui besar kecepatan gelombang pada kawat udara: 11 18in(2h / r).10 v (2) 9 2in(2h / r).10 v = 3 x 10 10 cm/ detik Jadi, kecepatan gelombang berjalan pada kawat udara sama nilainya dengan kecepatan udara yaitu 3x10 8 m/ detik dengan: V= kecepatan perambatan gelombang, L= induktansi saluran, C= kapasitas saluran Impedansi Surja Impedansi surja mempunyai nilai sebagai berikut (Hutahuruk 1991: 4): L z C Untuk hantaran udara besar impedansi surja adalah: z L / C (3) z L / C 2ln( R / r) 11 10 60ln 2h / r 18ln(2h / r) dengan: R= jari-jari isolasi pembungkus, r = besar jari-jari konduktor padat. Besar impedansi surja untuk kawat udara = 400-600 ohm. Pengaruh Titik Peralihan dalam Saluran Terhadap Gelombang Berjalan Apabila gelombang berjalan menemui titik peralihan dalam perambatannya di saluran, misalkan karena hubung terbuka, hubung singkat ataupun perubahan impedansi maka kondisi yang akan terjadi adalah sebagian dari gelombang itu akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan kebagian lain dari saluran tersebut. Gelombang yang datang dinamakan gelombang datang atau incident wave dan gelombang yang timbul karena titik peralihan yang arahnya berlawanan dengan gelombang datang dinamakan gelombang pantul atau reflected wave sedangkan gelombang yang diteruskan setelah menemui titik peralihan dinamakan gelombang terusan atau disebut trasmited wave. DIAGRAM TANGGA Dalam banyak persoalan penting yang berhubungan dengan gelombang berjalan, perlu diperhatikan pantulan berulang dari gelombang berjalan. Peristiwa ini terjadi ketika gelombang berjalan merambat melalui hantaran yang mempunyai impedansi surja yang berbedabeda atau mengalami titik peralihan pada saluran yang dirambatinya. Misalkan pada peristiwa saluran distribusi udara beralih ke saluran distribusi bawah tanah. Untuk keperluan studi sistem proteksi terhadap surja petir pada jaringan distribusi bawah tanah yang disatu hantaran udara, transformator di ujung akhir kabel diasumsikan sebagai saluran terbuka. Hal ini untuk mensimulasikan keadaan yang paling berbahaya yang mungkin diderita oleh transformator, dimana gelombang surja yang datang pada terminalnya akan menjadi 2 kali lipatnya. Gelombang datang ini akan dipantulkan kembali dan merambat 25

sepanjang kabel menuju titik peralihan (titik sambung antara hantaran udara dengan kabel), terjadi penerusan gelombang ke hantaran udara dan pantulan gelombang ke kabel menuju titik terbuka. Di titik terbuka gelombang surja menjadi ganda dan dipantulkan kembali ke kabel, demikian seterusnya yang akan menimbulkan pantulan berulang. Karena gelombang berjalan tergantung pada waktu, maka superposisi gelombang datang dan pantul akan semakin besar. Adanya pantulan berulang ini selain dapat merusak isolasi kabel juga transformatornya. Untuk itu diperlukan alat pelindung yang dapat melindungi paralatan dari kerusakan karena gelombang surja, terutama kerusakan akibat proses pantulan berulang. Metode Diagram Tangga Untuk menentukan Diagram Tangga, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai beriut: a Letakkan titik-titik sambungan menurut skala yang sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk melalui tiap seksi. b Pilihlah skala waktu vertikal sebelah kiri dari diagram itu. c Lukislah jalannya gelombang itu secara diagonal. Keuntungan dari pemilihan panjang seksi yang disesuaikan dengan waktu yang diperlukan oleh gelombang seksi itu adalah semua diagonal mempunyai kemiringan (slope) yang sama. Dari diagram itu dapat dilihat: 1. Semua gelombang menurun dalam perambatannya. 2. Posisi dari suatu gelombang pada saat tertentu diberikan oleh skala waktu vertikal. 3. Jumlah tegangan pada tiap titik pada waktu tertentu ialah superposisi dari semua gelombang yang telah sampai pada titik itu pada saat tersebut. 4. Asal mula tiap gelombang dapat dicari dengan mudah yaitu dari mana datangnya dan gelombang mana yang berkomposisi dengannya. 5. Dengan diikutsertakannya redaman dapat dihitung berapa turunnya gelombang dalam perambatannya di tiap seksi. PEMILIHAN ARESTER Tegangan sistem Tegangan tertinggi yang mungkin timbul pada kawat pada waktu terjadi gangguan kawat ke tanah. Tegangan tertingi ini tergantung juga pada metode pengetanahan sistem. Beberapa metode pengetanahan yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Hutahuruk, 1991: 105): 1. Sistem yang tidak diketanahkan atau sistem terisolasi Pada sistem yang tidak diketanahkan atau sistem terisolasi, tegangan yang mungkin timbul pada arrester dapat lebih besar dari tegangan jala-jala. Tegangan maksimum untuk pemakaian arrester diambil 105-110% dari tegangan jala-jala, jadi ada penambahan sekitar 5-10%. Alat proteksi seperti ini dinamakan arrester 100%. 2. Sistem yang diketanahkan melalui kumparan Peterson Tegangan maksimum pada gangguan tanah sama dengan tegangan jala-jala, maka untuk sistem ini lebih baik menggunakan arrester 100%. 3. Sistem yang diketanahkan dengan Impedensi Pada sistem ini dibagi menjadi dua, yaitu: a Sistem yang diketanahkan efektif, yaitu suatu sistem yang pada waktu terjadi gangguan ke tanah melampaui 80 % tegangan jala-jala. b Sistem yang diketanahkan tidak efektif, yaitu bila tegangan pada fase sehat dalam keadaan gangguanke tanah lebih besar dari 80 % tapi kurang dari 100 %. 26

Tegangan Dasar Tegangan dasar arrester ditentukan berdasarkan tegangan sistem maksimum yang mungkin terjadi ditambah dengan suatu toleransi yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Arismunandar, 1990): E r = U m (4) Dimana: E r = tegangan dasar arrester = koefisien pembumian = toleransi (fluktuasi tegangan, efek feranti) U m = tegangan sistem maksimum Koefisien pembumian () menunjukkan kenaikan pada fasa sehat pada waktu terjadi gangguan satu fasa ke tanah. Nilai kurang dari 0,8 pada pembumian efektif, sedangkan pembumian dengan tahanan nilai 1,0. Biasanya tegangan dasar arrester dipilih antara 0,7-0,85 U m (termasuk toleransi) pada sistem yang dikebumikan efektif. Dan pada sistem yang dikebumikan dengan tahanan besar tegangan dasarnya 1,2 U m. Pengenal Arrester Pada umumnya pengenal atau rating arrester hanya pengenal tegangan. Pada beberapa tabung pelindung atau arrester jenis ekspulsi diperlukan juga pengenal arusnya untuk menentukan thermal arrester capacity tersebut. Supaya pemakaian lebih efektif dan ekonomis, kita perlu karakteristik dari arrester tersebut, yaitu: 1. Pengenal tegangan: nilai tegangan paling sedikit sama dengan tegangan maksimum yang mungkin timbul selama adanya gangguan. 2. Karakteristik perlindungan atau impuls: gelombang tegangan impuls tertinggi yang terjadi pada terminal arrester sebelum arrester bekerja dinamakan tegangan percikan impuls maksimum (maximum impulse spark over voltage). Bentuk gelombang tegangan impuls maksimum adalah 1,2 x 50s (standar IEC) atau dalam standar USA 1,5 x 40 s. Jadi jika tegangan puncak surja petir yang datang mempunyai nilai yang lebih tinggi atau sama dengan tegangan percikan maksimum arrester, maka arrester akan bekerja memotong surja dan mengalirkan arusnya ke tanah. 3. Kemampuan pemutusan arus frekuensi dasar. Arus pelepasan nominal adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang yang digunakan untuk menentukan kelas dari arrester. Bentuk gelombang arus pelepasan nominal: 8 x 20 s (standar IEC) atau 10 x 20 s (standar USA). Dengan harga puncak arus: 20.000, 10.000, 5000 dan 1500 4. Kemampuan menahan atau melewatkan arus surja. ANALISIS TEGANGAN MAKSIMUM Untuk mencari besar dan letak tegangan maksimum yang terjadi pada saluran yang mengalamisuatu titik diskontinuitas metoda yang cocok digunakan adalah metode diagram tangga (bounce digram). Dengan metode ini akan terlihat jelas posisi dan arah gerak dari setiap gelombang yang datang. Selain itu terdeteksi pengaruh redaman dan pantulan gelombang. Parameter Saluran Kabel Bercabang Tunggal Model saluran distribusi cabang tunggal digambarkan berikut : A B C D Gambar 2. Model saluran distribusi cabang tunggal. Besar impedansi surja kawat udara yang diambil adalah 500 Ohm (Hutahuruk, 1991 : 4). Sedangkan besar impedansi surja 27

kabel tergantung pada jenis kabel yang dipakai pada saluran. Untuk kabel XLPE 3 x 240 mm 2, impedansi surja kabelnya sebesar 39,56 Ohm. Sedangkan pada titik C dan titik D sebagai titik terbuka besar impedansi surjanya adalah tidak terhingga (). Dari data induktansi dan kapasitansi di atas juga dapat diketahui kecepatan penjalaran gelombang pada kabel jenis tersebut. Dari persamaan didapat besar kecepatanpenjalaran gelombang pada kabel jenis XLPE 3 x 240 mm 2 adalah 1.10 8 m.s -1, sepertiga dari kecepatan penjalaran gelombang pada kawat udara. Tegangan Pelepasan Arrester Besar rating arrester untuk saluran distribusi 20 kv dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : E r = 1,2 x U m = 1,2 x 110 % x 20 = 26,4 kv Dengan nilai 26,4 kv tersebut dapat ditentukan besar tegangan pelepasan arrester pada tabel Karakteristik Kerja Arrester dan tegangan pelepasan yang didapat adalah 139 kv. Nilai Gelombang Petir Bentuk gelombang standar menurut IEC (International Electrotechnical Commision) adalah 1,2 x 50 s. Nilai 1,2 menyatakan waktu muka gelombang (Tf) dan 50 menyatakan waktu ekor gelombang (Tt). Analisi dan Perhitungan Menggunakan Bantuan Program Komputer Untuk mendapatkan penjalaran gelombang pada berbagai waktu sesuai dengan yang diinginkan secara lebih jelas, teliti dan terinci mengenai berapa besar tegangan pada titik-titik yang ada pada saluran diperlukan bantuan dengan menggunakan pemrograman komputer. Bahasa pemrograman komputer yang dipakai adalah bahasa Pascal 7.0. Pemrograman ini dibuat berdasarkan metode diagram tangga (bounce diagram). Logika atau diagram alir dari program adalah sebagai berikut: MULAI INPUT DATA INISIALISASI CABANG I CABANG II CABANG III SELESAI Gambar 3. Alur pemprograman (sumber: perencanaan) Penjebaran Tegangan Maksimum Gelombang surja petir yang akan dibahas pada analisis adalah gelombang petir yang telah melalui arrester, yaitu berupa tegangan pelepasan arrester. Ada dua jenis gelombang yang akan dianalisis, biasanya digunakan dalam pengujian trafo (Arismunandar, 1991 : 115). Yaitu gelombang yang terpotong pada muka dan gelombang penuh. Gelombang yang terpotong pada muka adalah gelombang yang mempunyai panjang gelombang sama dengan panjang muka gelombang, dalam analisis ini besarnya 1, 2 s (waktu muka petir standar) dengan besar 139 kv yang merupakan besar tegangan pelepasan arrester. Dengan demikian letak tegangan maksimum pada penjalaran gelombang terpotong muka terdapat pada titik ujung cabang yang lebih pendek. Besar tegangan maksimum yang terjadi pada keseluruhan 28

kasus adalah 185,4 kv dan merupakan superposisi tegangan datang pada titik ujung dengan tegnagan pantul dari titik tersebut. Sedangkan hasil perhitungan untuk gelombang penuh adalah seperti pada tabel 1 (lampiran). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa besar dan letak tegangan maksimum yang terjadi pada kasus gelombang penuh bervariasi. Besar tegangan berkisar 186,7 309 kv. Letak tegangan maksimum terjadi pada saluran terpendek bila panjang AC lebih kecil dari panjang cabang. Dan tegangan akan terjadi pada cabang yang lebih panjang bila AC lebih besar dari panjang cabang. Hutahuruk, T.S. 1991. Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja, Erlangga, Jakarta Pansini, A.J. 1978. Undergroubding Electric Lines, Hayden Book Company, New Jersey Turan Gonen. 1986. Electric Power Distribution Engineering, McGraw Hill Book Co, New York PENUTUP Dari analisis dan perhitungan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dengan mengubah-ubah konfigurasi letak dan panjang cabang saluran distribusi cabang tunggal, untuk kondisi peletakan arrester pada titik peralihan antara saluran udara dengan saluran kabel bawah tanah, tegangan maksimum surja petir terjadi pada kasus gelombang penuh, tegangan maksimum terletak pada titik acak, tetapi sebagian besar tegangan maksimum terjadi pada saluran terpendek bila panjang saluran sebelum percabangan lebih kecil dari panjang cabang. Dan sebaliknya tegangan maksimum terletak pada cabang yang lebih panjang bila panjang saluran sebelum percabangan lebih besar dari panjang cabang. 2. Perubahan letak dan panjang cabang juga berpengaruh pada besarnya tegangan surja petir maksimum, yaitu : Sedang untuk kasus gelombang penuh besarnya bervariasi antara 187 kv 309 kv DAFTAR RUJUKAN Arismunandar, A.1990 Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta Arismunandar,A. 1991. Teknik Tenaga Listrik, Pradnya Paramita, Jakarta 29

LAMPIRAN Tabel 1. Peletakan tegangan maksimum penuh y 25 x 20 40 60 80 306 309 309 309 50 299, 257,8 309 309 75 300,8 192 309 309 100 187 191,9 309 309 30