Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

dokumen-dokumen yang mirip
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

Persepsi Masyarakat terhadap Kirab Budaya dalam Nawu Sendhang Seliran di Mataram Islam Sayangan Jagalan Banguntapan Bantul

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen

ANALISIS BENTUK DAN NILAI KESENIAN NDOLALAK PUTRI DWI LESTARI DESA PLIPIR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

Pola Perilaku Agama Kejawen Padepokan Bedogol Desa Sidaurip Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

Pelestarian Bentuk dan Makna Kesenian Kuda Lumping Turonggo Mudo Desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo

AJARAN ETIKA JAWA DI PADEPOKAN PAYUNG AGUNG CILACAP

NILAI PENDIDIKAN RELIGI PADA UPACARA SELAPANAN DALAM TRADISI ADAT JAWA (Studi Kasus di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten)

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan. dan pengawasan dalam pengelolaan jum at berinfaq Dengan

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB III METODE PENELITIAN. baru saja diadakan pemilihan kepala dusun atau biasa disebut Dukuh, disini. menjabat yakni pada usia dukuh 65 tahun.

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen

BAB III METODE PENELITIAN

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB IV ANALISIS RITUAL MOLANG AREH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan oleh perusahaan kertas

BAB V PENUTUP Kesimpulan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk

Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

PENGARUH DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN UPACARA SEDEKAH BUMI TERHADAP MASYARAKAT DESA BAGUNG SUMBERHADI KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam

BAB III METODE PENELITIAN

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

TRADISI THEDAK SITEN JAWA DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER. Andi Wete Polili Mahasiswa Program Doktor Linguistik FIB USU

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

UNSUR UNSUR ETNISITAS DALAM FILM INDONESIA. (Analisis Isi Film Merah Putih Karya Yadi Sugandi) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. dampak facebook terhadap perubahan pola komunikasi antar pribadi mahasiswa

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor)

BAB III METODE PENELITIAN. proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. proses kreatif proses kreatif program acara Young Creative di Balikpapan Televisi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- lain.

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mengetahui Manajemen Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis. Multikultural di SDN Percobaan Palangkaraya

BAB I PENDAHULUAN. keberagamaan, cita-cita, perspektif, orientasi hidup. Tingginya pluralisme bangsa Indonesia membuat potensi konflik bangsa

Transkripsi:

FUNGSI TRADISI SRAKALAN TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PADA TAHUN 1980 DAN TAHUN 2013 DI DESA PIYONO KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO (KAJIAN PERUBAHAN BUDAYA) Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa tanjung_zahro@yahoo.com Abstrak: Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, (1) Prosesi tradisi srakalan yang dilaksanakan di desa Piyono, (2) Makna simbolis ubarampe yang digunakan dalam tradisi srakalan di desa Piyono, dan (3) perubahan fungsi tradisi srakalan terhadap kehidupan social masyarakat pada tahun 1980 dan tahun 2013 di desa Piyono Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Tempat dan waktu penelitian dilaksanakan di desa Piyono, waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2013 sampai Maret 2014. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dengan wawancara semi terstruktur dan teknik catat terhadap para informan yang telah mengetahui tradisi srakalan. Pengumpulan data dilakukan melalui metode pustaka, observasi, dan wawancara mendalam dengan narasumber yang aktif pelaksanaan tradisi srakalan. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan handphone untuk merekam dan kamera untuk mengambil gambar serta merekam. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, (a) Prosesi tradisi srakalan yaitu persiapan dan pelaksanaan tradisi srakalan, (b) ubarampe dan makna simbolis dalam tradisi srakalan:payung. Maknanya untuk pelindung, ketika bayi menjadi seorang pemimpin diharapkan bias mengayomi. Godhongtowo, maknanya untuk penyejuk. Beras kuning yang dicampur dengan uang receh, maknanya untuk kemakmuran dan saling menolong dengan harta yang dimiliki, jenang abang putih, melambangkan ayah dan ibu, sebagai anak harus patuh pada orang tua, bunga tujuh rupa, melambangkan dengan keanekaragaman dan kemajemukan masyarakat, manusia di tuntut untuk lebih sabar dalam berusaha dan beribadah kepada Allah Swt, dan(c) Perubahan fungsi tradisi srakalan pada tahun 1980 dan tahun 2013 secara umum membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat, yakni membantu dalam pembentukan karakter masyarakat yang berada di desa Piyono kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo, srakalan juga menunjukkan membawa fungsi perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat untuk menjadi masyarakat yang lebih baik dalam beragama dan meciptakan kebaikan bagi diri sendiri dan juga masyarakat, yang salah satunya kebaikan tersebut diwujudkan dengan memanjatkan kalimat toyibah melalui budaya srakalan. Kata Kunci: Prosesi srakalan, makna ubarampe, perubahan fungsi. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 39

Pendahuluan Tradisi merupakan gugusan nilai-nilai budaya yang mapan dalam kurun waktu bergenerasi. Kontemporer adalah nilai-nilai budaya baru yang sedang mencari sosok kemapanan, dan konsep-konsepnya akan menjamah berbagai bidang, misalnya politik, ekonomi, serta administrasi. Namun pada kenyataannya, bahan tradisi dan kontemporer ternyata bukanlah dua konsep yang berkesinambungan dan mengandung berbagai kemungkinan perpaduan unsur antara keduanya (Kayam dalam Sutardjo 2010: 63-64). Tradisi srakalan adalah upacara selamatan pasca melahirkan yang dilaksanakan setelah hari ketujuh. Hal itu ditujukan pada sang Bayi agar kelak menjadi anak yang soleh dan solehah. Di dalamnya meliputi tradisi potong rambut, pemberian nama pada sang Bayi. Kelengkapan tradisi srakalan terdiri dari bermacam-macam ubarampe yang memiliki makna simbolis. Ritual tradisi srakalan ini unik dan menarik, karena ada campuran tradisi Islam dan Jawa. Pada penelitian ini yang di angkat sebagai obyek penelitian yaitu perubahan fungsi tradisi srakalan terhadap kehidupan social masyarakat pada tahun 1980 dan tahun 2013. Penelitian ini penting dilakukan mengingat aktualisasi dan perubahan fungsinya terhadap kehidupan social masyarakat tentang tradisi srakalan. Hal ini dianggap bermanfaat secara praktikal maupun spiritual. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dengan wawancara mendalam dan teknik catat terhadap para informan yang telah mengetahui tradisi srakalan di desa Piyono. Data informan ini berupa informasi dan foto pada pelaksanaan tradisi tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui metode pustaka, observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam dengan narasumber yang aktif dalam pelaksanaan tradisi srakalan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan sumber berarti, membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Patton dalam Moleong, 2010: Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 40

330). Peneliti dapat membandingkan temuannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil Penelitian dan Pembahasan Munculnya ide adanya kegiatan srakalan di desa Piyono dimulai dari masyarakat yang memiliki keyakinan islam yang beraliran nahdliyin. Aliran ini beranggapan bahwa srakalan merupakan rangkaian kegiatan upacara kelahiran yang dapat dianggap bernilai ibadah. Kegiatan tersebut berangkat dari sejarah yang dilakukan oleh keluarga nabi Muhammad. Dengan dasar itulah maka kelompok islam nahdliyin yang ada di Desa Piyono beranggapan srakalan bernilai ibadah. Masyarakat Islam yang bercorak Muhammadiyah beranggapan bahwa kegiatan srakalan merupakan bid ah, karena tidak ada dasar kuat yang langsung dari hadis apalagi Al- Quran, hanya berdasarkan cerita tareh atau sejarah kelahiran nabi yang bersumber dari buku yang disebut kitab Al-Barjanji. Keyakinan minoritas yang menamakan dirinya sebagai aliran keyakinan saptodarmo, dalam menanggapi adanya upacara srakalan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat desa Piyono, mereka cenderung memberikan kritikan, bahwa kegiatan tersebut hanyalah bersifat lahiriah dan hanya simbol (saloka), Dengan adanya kemajemukan pendapat dan kritikan tersebut maka pada awal tahun 80-an terjadilah konflik dingin yang bersifat horizontal antar anggota masyarakat terkait adanya kegiatan srakalan. Dengan demikian maka perbedaan pendapat yang terjadi tersebut akhirnya dapat menjumpai titik temu yang menumbuhkan kesadaran pada masing-masing kelompok keyakinan yang ada di desa Piyono. Kegiatan pelaksanaan tradisi srakalan di desa Piyono, dibagi menjadi tiga tahap kegiatan, yaitu tahap pra srakalan, tahap pelaksanaan, dan pasca tradisi srakalan. Pelaksanaan srakalan di mulai pada hari ke tujuh. Dalam tahap pra srakalan diadakan kenduri habis asar, Acara kenduri ini pada intinya adalah membagikan makanan yang telah dimasak oleh ibu-ibu. Makanan yang dibagikan pada saat kenduri ini memiliki kekhasan sendiri, artinya berbeda dengan hidangan atau masakan yang disajikan pada Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 41

upacara kenduri yang lainnya. Jika kenduri biasanya dimasakan selain kluban, maka sebagai masakan yang khas dan harus ada pada kenduri bayi yang lahir ini adalah terdapat adanya masakan kluban. Acara ini sering pula disebut oleh warga dengan istilah nglubani-anglubanke,selanjutnya tahap pelaksanaan malamnya habis isa dilanjutkan dengan prosesi srakalan meliputi kencrengan, tabor uang receh yang direbutkan anak-anak kecil, nyukur rambut bayi, kemudian setelah prosesi srakalan selesai dilanjutkan dengan pasca srakalan yaitu wungon atau tidak tidur semalam suntuk di barengi permainan gaple dan ngibadah mujahadah tirakatan, kemudian paginya among-amongan bayi yang isinya memandikan, memijat bayi, amongamongan untuk anak-anak kecil, dilanjutkan dengan penimbangan rambut bayi kemudian bagi orang tua yang mampu membelikan emas seberat rambut tersebut dan uang senilai emas tersebut diberikan pada fakir miskin untuk sodakoh. Makna dari ubarampe yang digunakan pada tradisi srakalan adalah sebagai berikut: (1) payung, payung maknanya yaitu untuk pelindung, diharapkan kelak ketika anak tersebut menjadi pemimpin bisa member perlindungan,(2)godhongtowo memiliki makna untuk pendingin atau penyejuk, makna yang terkandung dalam kontek sosial adalah agar bayi kelak menjadi orang yang suka mendermakan pikirannya bagi banyak masyarakat, (3) beras kuning yang dicampur uang receh dalam pandangan sosial diharapkan bayi dapat merangkul berbagai kalangan yang berada disekitarnya. Makna simbolis dari beras kuning yaitu kemakmuran yang dirasakan individu harus juga diberikan kepada orang-orang disekitarnya, begitu juga uang receh disimbolkan sebagai orang yang suka menolong orang lain dengan harta yang dimiliki, (4) bunga tujuh rupa terdiri atas rangkaian beberapa bunga, antara lain mawar, melati, claudia, kenanga, soka, anggrek, dan bugenvil. Bunga memiliki aroma yang harum, makna yang terkandung dalam bunga tujuh rupa ini adalah mengingatkan manusia dengan banyaknya warna atau kemajemukan masyarakat yang ada, maka manusia dituntuk untuk lebih sabar dalam berusaha dan beribadah kepada Allah Swt, (5) jenang abang putih. Jenang abang melambangkan ayah, dan jenang putih melambangkan ibu. Jenang abang putih memiliki makna sosial bahwa bimbingan orang tua masih diperlukan anak- Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 42

anak meskipun ia menginjak dewasa, seorang anak masih memerlukan bimbingan dari ayah dan ibunya supaya hidupnya tidak tersesat dan selalu mendapat jalan yang lurus. Budaya srakalan di desa Piyono sebagaimana fungsi budaya yang lainnya tentunya membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Yaitu membantu dalam pembentukan karakter masyarakat yang barada di desa Piyono. Selain itu secara global dari periode tahun 1980 sampai dengan 2013, budaya srakalan juga menunjukan membawa fungsi perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat untuk menjadi masyarakat yang lebih baik dalam beragama dan menciptakan kebaikan bagi diri sendiri dan juga masyarakat, yang salah satunya kebaikan tersebut diwujudkan dengan memanjatkan kalimat toyibah melalui budaya srakalan. Secara rinci fungsi srakalan tahun 1980 adalah Sebagai Budaya Baru, sebagai Media Dakwah Kyai, sebagai bentuk pengakuan Penerimaan masyarakat terhadap dakwah Kyai, dan Sebagai Wahana Pengembangan Talenta dalam bidang seni. Selain itu srakalan juga Memunculkan Pusat Pelatihan dan sebagai wahana komunikasi antar golongan di desa Piyono. Sedangkan fungsi srakalan pada tahun 2013 adalah Srakalan Sebagai Salah Satu Bentuk Ibadah Maghdhoh, Sebagai Salah Satu Wujud Doa Orang Tua terhadap Anaknya, Srakalan Sebagai Bentuk Aktualisasi Doa Orang Tua, Keluarga Dan Masyarakat, dan sebagai bentuk Pendidikan orang tua kepada anak pada usia awal kelahiran sang anak. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, simpulan penelitian sebagai berikut: Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang prosesi tradisi srakalan yang dalam pelaksanaannya masih menggunakan ajaran agama Islam sebagai tuntunan yang utama. Prosesi ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pra srakalan, pelaksanaan, dan pasca srakalan. ubarampe yang digunakan memiliki makna yang berbeda-beda, ini menunjukan kebesaran Tuhan yang Maha Pencipta. ubarampe bersifat kejawen dengan perpaduan Hindu Jawa, namun pada dasarnya dari ubarampe tersebut memiliki makna satu, yaitu hanya kepada Tuhan. Mengenai perubahan fungsi, Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 43

tentunya membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Yaitu membantu dalam pembentukan karakter masyarakat yang barada di desa Piyono. Selain itu secara global dari periode tahun 1980 dan 2013, budaya srakalan juga menunjukan membawa fungsi perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat untuk menjadi masyarakat yang lebih baik dalam beragama dan menciptakan kebaikan bagi diri sendiri dan juga masyarakat, yang salah satunya kebaikan tersebut diwujudkan dengan memanjatkan kalimat toyibah melalui budaya srakalan. DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat.2010. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas Indonesia. Moleong, J Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sutardjo, Imam.2010. Kajian Budaya Jawa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sztompka, Piotr. 1993. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 44