BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi

dokumen-dokumen yang mirip
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian

Kompresi Bimanual. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

MANUAL PLASENTA Pengertian Etiologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Universitas Sumatera Utara

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

Patologi persalinan (2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Ruang VK RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengalaman berasal dari kata dasar Alami yang mempunyai arti

FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA

RETENSIO PLASENTA Oleh: Eko Prabowo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu (Depkes, 2002).

PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya

Ditulis pada Senin, 16 April :11 WIB oleh fatima dalam katergori Keperawatan tag

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mochtar (2002), mengemukakan perlengketan plasenta adalah keadaan dimana

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PERTOLONGAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

cara mengisi partograf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PATHOLOGI KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG

SOP PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN)

SOP Persalinan Dengan Letak Sungsang

PENILAIAN PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010

PENGERTIAN KOMPRESI BIMANUAL

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PERSALINAN NORMAL. Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:

DAFTAR TILIK ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) PETUNJUK

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL. No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:1/5. Tgl. Terbit :

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA PUSKESMAS BONTONOMPO II KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA

HUBUNGAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI BPS SARWO ENDAH KADIPATEN, ANDONG, BOYOLALI JANUARI APRIL TAHUN 2011.

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud

Oleh Ni Ketut Alit Armini

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud. Kebidanan pada Masa Hamil sampai Masa Nifas. Asuhan Kebidanan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu

Lampiran 2

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Plasenta Previa 2

Referat Fisiologi Nifas

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

SOAL KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL NISA RAHAYU NURMUSLIMAH, S.ST

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

LAMPIRAN. Lampiran 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERDARAHAN POST PARTUM E.C. RETENSIO SISA PLASENTA. Pembimbing: Dr. H. Agung Suhadi, Sp.OG (K) Oleh: Tejo Sujatmiko

Diadjeng Setya Wardani

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

Kata Kunci : Manajemen aktif kala tiga, Perdarahan Pascapersalinan

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

Aspek Anatomis, Fisiologis, dan Klinis Vagina dan Ostium Vagina Uterus Saluran kemih Inkontinensia Peritoneum dan dinding abdomen Perubahan komposisi

Penatalaksanaan Kasus Keguguran. Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan serta Kepatuhan pada Standar Pelayanan menjadi Kunci Keberhasilan Asuhan APK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Perdarahan Pasca Persalinan. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan volume

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Lampiran 1 PERMOHONAN DATA AWAL LTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI SUBJEK PENELITIAN. Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi subjek dan responden

JADWAL KEGIATAN (TIME TABLE) PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI) PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK. USU TA

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud. Kebidanan pada Masa Hamil sampai Masa Nifas. Asuhan Kebidanan ini

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tujuan pendidikan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas. pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

Perdarahan Post Partum. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap mempunyai 3 komponen pokok : 1. Afektif Merupakan aspek emosional dari faktor sosio psikologis atau evaluasi terhadap suatu objek. 2. Kognitif Merupakan aspek intelektual, kepercayaan, ide dan konsep yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. 3. Konatif Merupakan aspek fungsional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap secara utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007). Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving) Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespon (responding) Merespon berarti memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3. Menghargai (valuing) Pada tingkat menghargai, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab berarti menerima semua resiko terhadap sesuatu yang telah dipilih. Sikap memiliki beberapa ciri yaitu: 1. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu. 2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu, sehingga dapat dipelajari. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. 4. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak objek.

5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. 6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, hal ini yang membedakan dengan pengetahuan (Maulana, 2009). B. Tindakan Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa telah yang diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar terwujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1. Persepsi (perception) Mekanisme (Mekanism) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respon terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. 3. Mekanisme (Mekanism) Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

4. Adopsi (adoption) Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah di modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007). C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Tindakan 1. Umur Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir. Variabel umur merupakan sebuah konsep yang masih abstrak, bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya (Zaluchu, 2006). Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, semakin bertambah umur maka semakin bertambah pula pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Semakin cukup umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2001). Menurut Hendra (2008), bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya. Akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 2. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya ( UU No.20 tahun 2003). Pendidikan dapat menentukan pola pikir dan

wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan kemampuannya semakin meningkat pula. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kualitas, melalui pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mudah untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media informasi lainnya, sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Nursalam, 2001). Menurut Notoatmodjo (2007), konsep dasar pendidikan merupakan suatu proses belajar yang berarti, didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih matang baik pada individu, kelompok maupun masyarakat.. 3. Lama Bekerja Lama bekerja adalah masa responden memberikan pelayanan kebidanan, baik pada instansi pemerintah maupun swasta. Seperti yang diungkapkan oleh Mapire, pertumbuhan dalam pekerjaan dapat dilalui oleh seseorang apabila telah menjalani proses belajar dan berpengalaman. Maka diharapkan yang bersangkutan memiliki kecakapan kerja yang bertambah baik serta memiliki keterampilan kerja yang bertambah dalam kualitas dan kuantitas. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh ditempat kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang akan didapat.

D. Retensio Plasenta 1. Definisi Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta melebihi waktu setengah jam setelah bayi lahir (Manuaba, 2008). Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta didalam uterus selama lebih dari satu jam setelah bayi lahir (Jones, 2001). 2. Etiologi a. Kelainan uterus 1) Kelainan kontraksi Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), ketidakefektifan kontraksi dapat menghambat pelepasan plasenta yang terjadi pada inersia uteri, atonia uteri dan tetani uteri. 2) Uterus bicornus dan subseptus Kelainan uterus ini, dapat menyebabkan retensio plasenta karena bentuk uterus yang tidak sempurna. Pada keadaan ini miometrium tidak berfungsi dengan baik, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan his yang menghambat plasenta untuk keluar dari tempat implantasinya. b. Kelainan plasenta Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium, kelainan plasenta yang dimaksud yaitu :

1) Plasenta akreta Vili korialis plasenta menanamkan diri lebih dalam ke dinding rahim tetapi belum menembus serosa. 2) Plasenta inkreta Vili korialis tumbuh lebih dalam dan menembus lapisan desidua sampai ke miometrium. 3) Plasenta perkreta Vili korialis menembus lapisan miometrium dan menembus lapisan serosa atau peritoneum dinding rahim. c. Kesalahan manajemen aktif Kala III 1) Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta. 2) Pemberian uterotonika tidak tepat pada waktunya. 3) Pemberian anestesi yang dapat melemahkan kontraksi uterus. d. Penyebab lain 1) Kandung kemih penuh Kandung kemih akan memenuhi ruang panggul sehingga dapat menghalangi terjadinya kontaksi uterus. 2) Persalinan preterm Hal ini terjadi bila persalinan preterm dilakukan atas indikasi medis bukan karena kelainan dari uterus.

3. Mekanisme Pelepasan Plasenta Kontraksi uterus akan mengurangi area plasenta, karena uterus bertambah kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi tersebut menyebabkan bagian plasenta menjadi longgar dan lemah pada dinding uterus, bagian ini akan terlepas mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya. Namun, terkadang ada sebagian kecil plasenta yang masih melekat pada dinding uterus. Proses pelepasan plasenta terjadi setahap demi setahap, dengan adanya pengumpulan darah di belakang plasenta akan dapat membantu dalam pelepasan plasenta. Bila pelepasan sudah lengkap, maka kontraksi uterus akan mendorong plasenta yang sudah lepas ke segmen bawah rahim untuk segera dilahirkan. Kala III normal dibagi ke dalam 4 fase yaitu: a. Fase laten Fase laten ditandai dengan menebalnya dinding uterus yang bebas dari tempat implantasi plasenta. Tetapi, dinding uterus tempat plasenta berimplantasi masih tipis. b. Fase kontraksi Fase kontraksi ditandai dengan menebalnya dinding uterus tempat plasenta berimplantasi, ketebalan awal kurang dari 1 cm menjadi lebih dari 2 cm. c. Fase pelepasan plasenta Fase pelepasan plasenta merupakan fase plasenta menyempurnakan pemisahan dan kemudian lepas dari dinding uterus. Terpisahnya plasenta

disebablan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat implantasi plasenta (Pribakti, 2009). Cara pelepasan plasenta ada 2 macam yaitu: 1) Secara Schultze Pelepasan plasenta dimulai pada bagian tengah seperti menutup payung, menurut cara ini perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir. 2) Secara Duncan Pelepasan plasenta dimulai dari pinggir plasenta atau serempak dari tengah ke pinggir plasenta, menurut cara ini ditandai oleh adanya perdarahan pervaginam bila plasenta mulai lepas(wiknjosastro, 2007). d. Fase pengeluaran Fase pengeluaran merupakan fase dimana plasenta bergerak turun, daerah tempat pemisahan plasenta tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di rongga uterus. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta merupakan akibat bukan sebab (Pribakti, 2009). Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu: 1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya turun hingga di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada di atas pusat.

2) Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda Alfeld). 3) Semburan darah tiba-tiba Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tibatiba menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter), keluar melalui tepi plasenta yang terlepas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). 4. Diagnosis a. Fundus uteri tinggi b. Perdarahan pascapersalinan c. Tidak adanya tanda-tanda pelepasan plasenta (Liu,2007). 5. Proses penatalaksanaan aktif kala III a. Penatalaksaan aktif Kala III pada semua ibu bersalin pervaginam b. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta, apabila perdarahan yang terjadi sebelum plasenta lahir lengkap sedangkan uterus tidak berkontraksi biasanya disebabkan oleh retensio plasenta c. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir, ulangi penataksanaan aktif Kala III dengan memberikan oksitosin 10 IU IM dan teruskan penegangan tali pusat terkendali. Teruskan melakukan

penatalaksanaan aktif Kala III selama 15 menit atau lebih, jika plasenta masih belum lahir lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir kalinya. Setelah melakukan langkah-langkah di atas dan plasenta belum juga lahir, segera rujuk ke rumah sakit bila ibu tidak mengalami perdarahan hebat d. Bila terjadi perdarahan hebat, maka plasenta harus dilahirkan secara manual (IBI, 2003). 6. Prosedur manual plasenta a. Infus sudah terpasang sebelum tindakan untuk memperbaiki keadaan umum pasien b. Informed consent kepada pasien atau keluarga pasien sebelum melakukan tindakan c. Siapkan alat, siapkan diri penolong dan siapkan pasien pada posisi litotomi d. Pencegahan infeksi sebelum tindakan 1) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun, air bersih yang mengalir dan keringkan dangan handuk bersih 2) Gunakan sarung tangan panjang yang steril e. Tindakan penetrasi ke kavum uteri 1) Memberikan obat sedatif dan analgetik melalui karet infus 2) Melakukan kateterisasi kandung kemih apabila pasien tidak dapat berkemih sendiri 3) Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar dengan lantai

4) Secara obsetrik masukkan satu tangan (ujung-ujung jari tangan saling merapat dan bertemu, punggung tangan berada dibawah) ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah 5) Tangan kiri penolong menahan fundus uteri, kemudian masukkan tangan kanan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta 6) Buka tangan obstetrik menjadi seperti salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk) f. Melepaskan plasenta dari dinding uterus 1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah a) Bila berada di belakang, tali pusat tetap berada di atas. Bila di bagian depan, pindahkan tangan di bagian depan tali pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas. b) Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus dengan punggung kanan menghadap ke dinding dalam uterus. c) Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (punggung tangan pada dinding kavum uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan. 2) Kemudian gerakkan tangan tangan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan

g. Mengeluarkan plasenta 1) Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan 2) Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta 3) Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsal kranial setelah plasenta lahir 4) Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan, periksa apakah plasenta lengkap atau tidak 5) Lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus (Depkes, 2004). 6) Bila tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali, maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera (Ikatan Bidan Indonesia, 2003). h. Tindakan pascamanual plasenta 1) Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar 2) Beri oksitosin 10 IU secara IV ke dalam cairan infus 60 tetes/menit, jika masih terjadi perdarahan berikan metergin 0,2 mg secara IM 3) Periksa dan perbaiki robekan pada seviks, vagina dan episiotomi 4) Dekontaminasi alat pascatindakan i. Perawatan pascatindakan 1) Observasi tanda vital pasien, kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam. Segera lakukan tindakan bila masih diperlukan

2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan bila masih diperlukan 3) Beri tahu ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan tetapi ibu masih memerlukan perawatan (Pribakti, 2009).