BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001

pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang masih berkembang harus terus. melakukan inovasi dalam pembangunannya.

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. peningkatan taraf hidup yang lebih baik untuk perkembangan negara juga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suatu bentuk apresiasi pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan. kewenangan yang semakin besar kepada daerah dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah. Sumber penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CATATAN ATAS APBN-P 2015 DAN PROSPEK APBN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REALISASI SEMENTARA APBNP

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

TINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I. Oleh : Kelompok II. M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan yang berlaku (Chaizi dalam Susanti, 2010 :

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi

PENERIMAAN NEGARA. Kelompok 4 Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari LOGO

UU No.19 Tahun 2001 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TA 2002

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber : Perhitungan Anggaran Negara & Nota RAPBN, diolah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang. dan dipergunakan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

DATA POKOK APBN

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Salah satu sumber pemasukan yang paling vital yaitu perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sebesar km². Dari total luas keseluruhan tersebut, sebesar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, terus berusaha untuk meningkatkan penerimaan yang bersumber dari dalam negeri khususnya dari sektor pajak. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri. Disisi lain pengeluaran negara adalah pengeluaran yang bersifat pembiayaan seperti pengeluaran rutin, belanja pegawai, subsidi, pembayaran utang beserta bunganya. Pengeluaran ini biasanya ditutup dengan penerimaan dalam negeri utama yakni dari sektor migas dan non migas. Penerimaan negara terbesar saat ini adalah berasal dari penerimaan pajak, salah satu diantaranya adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Bila kita melihat struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2011, terlihat bahwa sisi penerimaan Negara non migas atau penerimaan perpajakan sebesar Rp. 850,25 triliyun (anggaran.depkeu.go.id). Jumlah penerimaan pajak ini merupakan dari Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) sebelumnya yang berjumlah sebesar Rp. 839,54 triliyun sehingga terjadi perubahan sebesar Rp. 10,71 triliun atau naik sebesar Rp. 10,71 triliun atau naik sebesar 1,28%. Dibandingkan dengan PDB sampai dengan Triwulan III tahun 2011 sebesar Rp. 5.482,4 triliyun (data BPS), maka rasio

penerimaan pajak adalah sebesar 15,51% sedangkan terhadap keseluruhan APBN sumbangannya adalah sebesar 76,95%. Revisi ini diperlukan mengingat defisit anggaran yang cukup tinggi yaitu sebesar 124,66 triliyun yang diakibatkan oleh pembengkakan pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Keadaan ini memaksa pemerintah mencari sumber pendanaan baru yang dapat menutupi kekurangan penerimaan pada APBN tahun berjalan. Tabel 1.1. APBN Indonesia Tahun 2011 (Miliar Rupiah) 2011 RAPBN APBN A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.086.369,6 1.104.902 I. Penerimaan Dalam Negeri 1.082.630,1 1.101.162,5 1. Penerimaan Perpajakan 839.540,3 850.255,5 a. Pajak Dalam Negeri 816.422,3 827.246,2 b. Pajak Perdagangan Internasional 23.118 23.009,3 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 243.089,7 250.907 II. Hibah 3.739,5 3.739,5 B. Belanja Negara 1.202.046,2 1.229.558,5 I. Belanja Pemerintah Pusat 823.627 836.578,2 1. K/L 410.409,2 432.779,3 2. Non K/L 413.217,9 403.798,9 II. Transfer Ke Daerah 378.419,2 392.980,3 1. Dana Perimbangan 329.099,3 334.324 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 49.319,9 58.656,3 III. Suspen 0 0 C. Keseimbangan Primer 726,2 (9.447,3) D. Surplus/Defisit Anggaran (A B) (115.676,6) (124.656,5) E. Pembiayaan 115.676,6 124.656,5 I. Pembiayaan Dalam Negeri 118.672,6 125.266 II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (2.995,9) (609,5) Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 0 0 Sumber : anggaran.depkeu.go.id

Dari sektor perpajakan sendiri menyumbang dana ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp. 850,25 triliyun, angka ini menunjukkan hampir 77 % pembiayaan Negara berasal dari sektor perpajakan. Maknanya partisipasi masyarakat pembayar pajak sangatlah diharapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan dana untuk pembiayaan Negara. Tabel berikut ini menunjukkan penerimaan pajak di dalam APBN sejak Tahun Anggaran 1989/1990-2010. Tabel 1.2. Penerimaan Pajak Tahun Anggaran 1989/1990-2010 (Ttrilyun Rupiah) Tahun Anggaran Pajak Dalam Negeri PPh PPN PBB Cukai Pajak Lainnya Pajak Perdagangan Internasional Bea Masuk Pajak Ekspor Jumlah PDB Rasio (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) REPELITA V 1989/1990 5,75 5,99 0,6 1,48 0,19 1,89 0,17 16,07 147,45 10,9 1990/1991 8,25 8,12 0,79 1,79 0,22 2,8 0,04 22,01 173,31 12,7 1991/1992 9,73 9,15 0,94 1,91 0,29 2,87 0,02 24,91 200,86 12,4 1992/1993 12,52 10,74 1,11 2,24 0,25 3,22 0,008 30,088 236,91 12,7 1993/1994 14,76 13,94 1,48 2,63 0,28 3,56 0,014 36,664 308,10 11,9 1994/1995 18,76 16,54 1,65 3,15 0,3 3,9 0,13 44,43 364,18 12,2 1995/1996 21,01 18,52 1,89 3,59 0,45 3,03 0,19 48,68 434,64 11,2 1996/1997 27,06 20,35 2,41 4,26 0,59 2,58 0,08 57,33 511,88 11,2 1997/1998 34,39 25,19 2,64 5,1 0,48 2,99 0,13 70,92 633,21 11,2 1998/1999 55,94 27,8 3,56 7,73 0,41 2,31 4,63 102,38 947,96 10,8 1999/2000 72,7 33,1 4,1 10,4 0,6 4,2 0,8 125,9 1.134,23 11,1 2000 57,1 35 4,5 11,3 0,9 6,7 0,3 115,8 989,74 11,7 2001 92,8 55,8 6,3 17,6 1,7 9,8 0,7 184,7 1.477,60 12,5 2004 134,9 87,6 14,7 29,2 1,8 12,4 0,3 280,9 2.302,46 12,2 2005 175,5 101,3 19,6 33,3 2,1 14,9 0,3 347,0 2.776,00 12,5 2006 208,8 123 24,1 37,8 2,3 12,1 1,1 409,2 3.326,83 12,3 2007 238,4 154,5 29,7 44,7 2,7 16,7 4,2 491,0 3.959,69 12,4 2008 327,5 209,6 31,0 51,3 3,0 22,8 13,6 658,7 4.952,76 13,3 2009 317,6 193,1 30,8 56,7 3,1 18,1 0,6 620,0 5.636,58 11,0 2010 362,2 263,0 32,5 59,3 3,8 17,1 5,5 743,4 6.247,06 11,9 Sumber : Nota Keuangan APBN

Lantas bagaimana caranya Departemen Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak mampu menghimpun dana sebanyak itu dari Wajib Pajak. Program yang dilakukan adalah Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi merupakan jawabannya. Program ini harus dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan jumlah dan kualitas pembayar pajak sehingga mampu memberikan sumbangan keuangan bagi negara. Untuk mengisi kas APBN, pajak yang dipungut untuk mengisi kas APBN disebut sebagai pajak pusat sedang untuk mengisi kas APBD pajak yang dipungut disebut sebagai pajak daerah. Pajak pusat antara lain terdiri dari : PPN, PPn BM, PPh, PBB, dan BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan). PBB dan BPHTB sebelumnya adalah merupakan pajak pusat yang setelah dihimpun dikembalikan ke daerah oleh pemerintah pusat, karena PBB dan BPHTB pada hakekatnya adalah pajak properti, yang umumnya diserahkan kepada daerah, sebelum tahun 2010 pemungutan BPHTB dilakukan oleh pemerintah pusat namun mulai tahun 2010 pemungutan BPHTB dilakukan oleh Pemerintah Daerah, dan untuk PBB berdasarkan Per-61/PJ/2010 pemungutan PBB dikelola sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah selambat-lambatnya tahun 2014 dan untuk Kota Medan dikelola oleh Pemerintah Daerah mulai tahun 2012. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan menjadi kajian penelitian yang diteliti oleh peneliti dan tertuang dalam tesis ini. Hal ini dikarenakan mengingat keunikan jenis pajak ini yang menembus segala lapisan publik dalam pengenaannya dan pemungutannya serta sumbangannya yang cukup signifikan dalam kas APBN dan kas APBD.

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya alam yang memberikan kesempatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab secara profesional yang diwujudkan dengan penyusunan pembagian keuangan dan menggali sumber-sumber pembiayaan lain secara optimal. Dalam rangka otonomi daerah, PBB dan BPHTB termasuk pajak yang diandalkan dalam mengisi kas daerah dan merupakan sumber penerimaan yang cukup signifikan dalam mengisi kas APBD sehingga perannya sangat penting dalam realisasi otonomi daerah yang membutuhkan dana yang memadai dalam mendukung kegiatan pemerintah daerah. Penerimaan PBB diharapkan terus meningkat setiap tahunnya, namun dalam hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB, diantaranya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat bunga, inflasi dan jumlah penduduk, dan lainnya. Perkembangan penerimaan PBB dan BPHTB Kota Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.3. Penerimaan PBB dan BPHTB Kota Medan Tahun 2000-2009 (Ribuan Rupiah) No Tahun Penerimaan PBB BPHTB 1 2000 31.532.805 6.783.632 2 2001 51.279.690 8.273.204 3 2002 66.850.476 2.580.603 4 2003 97.294.733 7.981.421 5 2004 121.049.970 3.984.578 6 2005 133.274.495 80.099.851 7 2006 154.853.176 69.134.045 8 2007 169.873.819 101.467.263 9 2008 189.868.061 145.472.330 10 2009 202.860.042 140.425.441 Sumber : Data Penerimaan PBB & BPHTB Kota Medan Berdasarkan Tabel 1.3. di atas, terlihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan, peningkatan tertinggi pada tahun 2009. Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Medan. 1.2. Perumusan Masalah Pada era otonomi daerah setiap daerah memasuki era baru dalam penataan sistem pemerintahan dan sistem perekonomian. Dengan otonomi daerah diharapkan peran daerah dalam mendukung perekonomian nasional menjadi semakin besar karena kondisi perekonomian yang cenderung menuntut adanya peran aktif dari pemerintah daerah untuk lebih banyak menggali potensi perekonomian di daerahnya, serta memainkan peranan yang lebih besar dalam merangsang aktivitas perekonomian daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja suatu perekonomian. Kinerja ekonomi daerah tercermin dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pemanfaatan indikator PDRB, seperti pertumbuhan ekonomi akan mendorong peningkatan permintaan tanah untuk memenuhi kebutuhan investasi seperti pembangunan kawasan industri, perhotelan, perkantoran, pusat perdagangan, dan untuk pemukiman. Produk Domestik Regional Bruto menunjukkan kemampuan seseorang untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, termasuk membayar pajak. Kemampuan seseorang untuk membayar pajak didukung oleh tingkat pendapatan masyarakat, kekayaan, dan konsumsi seseorang maka semakin tinggi tingkat kemampuan seseorang dalam membayar pajak. Tingkat inflasi biasanya akan mendorong tingkat harga atau nilai properti. Sementara tingkat bunga dapat mendorong masyarakat untuk berinvestasi dalam kepemilikan property atau dapat juga mendorong masyarakat untuk melakukan tabungan di perbankan. Dengan latar belakang pentingnya penerimaan PBB untuk pembangunan daerah dan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB, maka perlu kiranya dilakukan suatu penelitian. Berdasarkan dari latar belekang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan?. 2. Apakah terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan?.

3. Apakah terdapat pengaruh tingkat suku bunga terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan?. 4. Apakah terdapat pengaruh jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan?. 5. Apakah terdapat pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan?. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penerimaan PBB di wilayah Kota Medan yaitu: 1. Untuk menganalisis pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan. 2. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan. 3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan. 4. Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan. 5. Untuk menganalisis pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat yang berarti, yaitu : 1. Bagi Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak dan Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendapatan Daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak dengan tetap menjaga laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk tinjauan pembangunan ekonomi. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan diharapkan dapat menambah referensi dalam bidang ilmu ekonomi khususnya perpajakan di Indonesia. 3. Bagi Penulis diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu ekonomi serta meningkatkan kemampuan analisis aspek-aspek ekonomi khususnya di bidang perpajakan.