ANALISIS PEMILIHAN VENDOR DENGAN PENERAPAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN BENCHMARKING PADA PERUSAHAAN PINEGOODS&CO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian

PENERAPAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS TATA RIAS KECANTIKAN DI KABUPATAN GARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

Pengertian Metode AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

Analytic Hierarchy Process

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ngatawi (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pemilihan Supplier

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Titis Handayani Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang. Abstract

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

SISTEM BANTU PEMILIHAN PAGAR MENGGUNAKAN AHP PADA UD.ADI PUTRA ARTIKEL SKRIPSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN REKOMENDASI PENGANGKATAN KARYAWAN PESERTA TRAINING MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.

DECISION SUPPORT SYSTEMS FOR THE SELECTION OF OUTSTANDING STUDENTS BY USING ANALYTIC HIERARCHY PROSES METHOD (CASE STUDY: LKP El-RAHMA SAMARINDA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

BAB 2 LANDASAN TEORI

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

III. METODE PENELITIAN

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

III. METODOLOGI PENELITIAN

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Transkripsi:

ANALISIS PEMILIHAN VENDOR DENGAN PENERAPAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN BENCHMARKING PADA PERUSAHAAN PINEGOODS&CO Andrew Taudjaja, Lim Sanny Universitas Bina Nusantara, Jakarta Andrew.tanudjaja@yahoo.com, Lsanny2004@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk membantu perusahaan PineGoods&Co. memilih vendor yang akan bekerja sama dengan pihak perusahaan. Pemilihan vendor terbaik sangat penting dan harus dipertimbangkan dengan baik karena berdampak terhadap masa depan perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus lebih cermat dalam memilih vendor potensial sesuai dengan kriteria perusahaan. Analisis dengan pengunaan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk pengambilan keputusan dan benchmarking untuk memberikan masukan terbaik bagi vendor perusahaan dirasa tepat. Pengumpulan data AHP menggunakan metode wawancara kepada pihak pengambil keputusan dan juga observasi langsung, pengolahan data AHP dan pengujian konsistensi menghasilkan kesimpulan beberapa kriteria yang harus di perhatikan dan alternatif pemilihan vendor potensial PineGoods&Co. yang paling potensial adalah di vendor yang terletak di bandung. Sedangkan untuk benchmarking dibuat dulu peringkat setiap vendor berdasarkan kriteria. Setelah itu berdasarkan perbedaan peringkat dapat diberikan best practice atau masukan terbaik bagi vendor yang tidak potensial agar dapat lebih baik kedepannya. Kata kunci : AHP, benchmarking, best practice ABSTRACT The purpose of this research is to help PineGoods&Co. to choose which vendor who will works as partner. The best selection of vendor is very important and should be carefully considered because it affects the future of the company. So, company should be more carefully in selecting potential vendors who fit the criteria of the company. It is therefore felt to use AHP ( Analytical Hierarchy Process ) for decision making and benchmarking to provide the best input to the appropriate vendor companies. AHP data collection using interviews to the decision makers as well as direct observation, data processing and testing the consistency of AHP several criteria lead to the conclusion that it should be considered a potential vendor selection and alternative PineGoods & Co. The most potential is in the vendor. And for benchmarking, determine a rank each vendor based on the criteria. After that, based on the difference in ratings can be given best practice or best input for the vendor who is not a potential to be better in the future.

Keywords: AHP, benchmarking, best practice PENDAHULUAN Berdasarkan pengamatan dalam negeri salah satu yang cukup berkembang adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur atau pembuatan suatu produk. Produk produk yang dihasilkan pun beragam dan berkualitas mulai dari baju, celana, tas ransel, dan masi banyak lagi. Hal ini diperkuat dengan data dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia yang menyatakan laju pertumbuhan perusahaan manufaktur di Indonesia dari tahun 2009 (4,6289%) sampai 2012 TW 1 (6.3077%) terus beranjak naik (Kemenperin, 2012). Demikian persaingan antar perusahaan sejenis tidak dapat dihindari. Salah satu perusahaan tersebut adalah PineGoods&Co. PineGoods&Co adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur dengan produk yang dihasilkan adalah tas ransel berbahan dry denim atau jeans utuh. Dalam perkembangannya perusahaan bekerjasama dengan beberapa vendor yang sampai dengan saat ini masih berjalan dengan cukup baik. Namun, perusahaan menganggap perlu dilakukan penilaian terhadap vendor mereka dengan harapan dapat mempertahankan vendor potensial mereka serta meningkatkan kualitas Hal ini dikarenakan perusahaan manufaktur di Indonesia hingga saat ini masih menggunakan jasa pihak kedua, yaitu vendor. Alasan perusahaan menggunakan vendor dengan tujuan dapat ditekannya biaya produksi barang dibanding perusahaan memproduksinya sendiri. Dalam hal ini perusahaan perlu dengan cermat memilih vendor yang sesuai dengan kriteria perusahaan. Ini dilakukan untuk menghindari hal yang tidak dinginkan seperti salah satunya adalah kualitas yang buruk dan akhirnya tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melihat atau menilai vendor yang ada adalah dengan bekerjasama dengan vendor lainnya (tidak terpaku dengan 1 vendor saja). Namun hal tersebut tidak membantu menyelesaikan persoalan karena setiap vendor memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. Dari permasalahan diatas dirasa cukup menarik untuk dilakukannya analisa sehingga dapat mencarikan alternatif untuk perusahaan terkait kriteria seperti apa yang PineGoods&Co. inginkan untuk vendor-vendornya, memilih dan mempertahankan vendor yang dianggap potensial, serta meningkatkan kualitas untuk vendor mereka agar lebih baik kedepannya dengan tujuan penelitian: 1. Untuk mengetahui apa kriteria yang menjadi prioritas dalam pemilihan vendor PineGoods&Co. 2. Untuk mengetahui vendor yang sebaiknya dipilih dan dipertahankan oleh PineGoods&Co. agar dapat terjalin kerjasama dalam jangka waktu panjang. 3. Untuk mengetahui best practice seperti apa saja yang dapat diterapkan kepada vendor yang diangap tidak potensial sebagai acuan vendor tersebut agar lebih baik kedepannya Disini penerapan analisis menggunakan metode analitical hierarchy process (AHP) dan benchmarking. Dengan metode yang dipakai, diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menilai vendor mana yang terbaik dan agar vendor lebih baik kedepannya dalam proses produksi. Metode AHP Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah pengambilan keputusan multikriteria dengan dukungan metodologi yang telah diakui dan diterima sebagai prioritas yang secara teori dapat memberikan jawaban yang berbeda dalam masalah pengambilan keputusan serta memberikan peringkat pada alternatif solusinya (Kazibudzki dantadeusz, 2013). AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Pada penerapan metode AHP yang diutamakan adalah kualitas data dari responden, dan tidak tergantung pada kuantitasnya (Saaty, 1993). Oleh karena itu, penilaian AHP memerlukan para pakar sebagai responden dalam pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif. Para pakar disini merupakan orang-orang kompeten yang benar-benar menguasai, mempengaruhi pengambilan kebijakan atau benar-benar mengetahui informasi yang dibutuhkan. Untuk jumlah responden dalam metode AHP tidak memiliki perumusan tertentu, namun hanya ada batas minimum yaitu dua orang responden.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut : Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi criteria). Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup banyak digunakan dalam penyusunan prioritas. Di samping bersifar multi kriteria, AHP juga didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan logis. Pemilihan atau penyusunan prioritas dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan terstruktur. Kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli yang representatif berkaitan dengan alternatif- alternatif yang akan disusun prioritasnya (Bougeois, 2005). Dalam pengambilan keputusan dengan metode AHP, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Mendefinisikan suatu kegiatan yang memerlukan pemilihan dalam pengambilan keputusannya, seperti; Menentukan kriteria dan alternatif-alternatif tersebut terhadap indentitas kegiatan membuat hierarkinya. Membuat matriks pairwise comparison berdasarkan criteria focus dengan memperhatikan prinsip-prinsip comparative judgment. Buatlah matriks pairwise comparison dengan memperhatikan prinsip - prinsip comparative judgment berdasarkan kriteria pada tingkat diatasnya. Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Suryadi dan Ramdhani, 1998) : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. 2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan). 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5. 4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan.

Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah: Intensitas Kepentingan 1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %. Metode Benchmarking Minat dalam benchmarking telah meningkat secara signifikan sejak tahun 1979 ketika pertama kali diperkenalkan Xerox (Camp, 1989). Belakangan, benchmarking merupakan alat yang banyak digunakan oleh banyak perusahaan. Konsep benchmarking telah menyebar secara geografis ke bagian besar dunia dan diimplementasikan dalam berbagai manufaktur dan jasa bisnis, termasuk perawatan kesehatan, pemerintah, dan organisasi pendidikan (Camp, 1995) oleh (Asrofah, et al., 2010). Pengenalan benchmarking sebagai agen perubahan dalam bisnis kepada pendekatan saintifik dilakuakn oleh Camp (1989). Benchmarking merupakan proses akselerasi dan integras kualitas agar Total Quality Management terlaksana dengan cepat (Balm, 1993; Zairi 1994) oleh (Amran, 2012). Mengutip pendapat dati Tiena Gustina Amran (2012) Terjadinya pembaharuan artinya melakukan perubahan kearah yang lebih baik dibandingkan dengan keadaan organisasi dan perusahaan, produk yang lebih berkualitas ataupun proses lainnya. Selanjutnya terjadi proses pembelajaran (learning process) dimana yang terbaik dijadikan sebagai rujukan agar perubahan dengan lompatan jauh (leaffrogging). Inilah tujuan benchmarking. Karena hal itu, keberhasilan dalam persaingan memerlukan tiga aspek penting yaitu kualitas mengatasi para pesaing, mempunyai teknologi yang mendahului teknologi para pesaing dan biaya lebih rendah daripada para pesaing. Gerakan kualitas telah menunjukkan bahawa kepuasan pelanggan merupakan kunci untuk menguasai pasar dan salah satu alat untuk mencapainya digunakan pendekatan benchmarking. Benchmarking adalah teknik yang kesemuanya tentang mengidentifikasi, menangkap, dan menerapkan praktik terbaik. Dan jenis benchmarking ini biasanya disebut sebagai praktek terbaik (best practice) benchmarking (Gunasekaran, 1998). Selain itu, benchmarking adalah proses mengadaptasi praktek-praktek yang luar biasa dari dalam organisasi atau dari bisnis lain untuk membantu meningkatkan kinerja, di mana kinerja benchmarking adalah di mana sebuah perusahaan membandingkan metrik kinerja untuk orang lain. Pentingnya benchmarking sebagai enabler keunggulan bisnis telah mengharuskan studi ke keadaan saat benchmarking di Indonesia. (Asrofah, et al., 2010). Benchmarking telah diperkenalkan oleh para praktisi untuk meningkatkan keunggulan

kompetitif pada perusahaan mereka. Benchmarking dinilai sangat efektif digunakan untuk merekayasa ulang suatu organisasi. Program peningkatan bisnis ini bergantung pada pembangunan yang efektif, integrasi dan analisis pengukuran. (Mehregan, et al., 2010). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa benchmarking adalah suatu proses yang biasa digunakan dalam manajemen atau umumnya manajemen strategis, dimana suatu unit/bagian/organisasi mengukur dan membandingkan kinerjanya terhadap aktivitas atau kegiatan serupa unit/bagian/organisasi lain yang sejenis baik secara internal maupun eksternal. Dari hasil benchmarking, suatu perusahaan dapat memperoleh gambaran mengenai kondisi kinerja organisasinya sehingga dapat menetapkan best practice untuk meraih sasaran yang diinginkan. Kegiatan dalam benchmarking tidaklah harus peristiwa yang dilakukan satu kali waktu, namun bisa juga merupakan kegiatan berkesinambungan sehingga organisasi dapat memperoleh manfaat dalam meraih praktek aktifitas organisasi yang terbaik untuk mereka. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan data/gambaran lengkap mengenai hubungan antara fenomena yang diuji. Dimana data yang telah terkumpul kemudian disajikan kembali dengan disertai analisis sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: 1. Pengamatan langsung (Observasi) Observasi dilakukan untuk mendapat informasi yang diperlukan dari perusahaan sehingga gambaran umum tentang perusahaan termasuk masalah masalah yang ada dapat diperoleh melalui langkah ini. Pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung proses produksi, bagaimana produk perusahaan dibuat, mengunjungi pihak pihak yang bekerja sama dengan perusahaan termasuk vendor mereka. 2. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk menemukan pemasalah yang akan diteliti. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan pemilik perusahaan. Bahan wawancara mengenai latar belakang perusahaan, produk produk yang dihasilkan, strategi perusahaan dalam menjalakan bisnis, dan lainnya. 3. Studi kepustakaan Kegiatan ini mencakup berbagai hal yang untuk memperoleh data seperti melalui buku, jurnal terkait, website, artikel, serta literature lain yang mendukung objek penelitian ini. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki. Konsep dasar AHP adalah penggunaan matriks pairwise comparison (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relatif antar kriteria maupun alternatif. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya. Penilaian dalam membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidak konsistensian. Saaty (1990) telah membuktikan bahwa indeks konsistensi dari matrikber ordo n dapat diperoleh dengan rumus : CI = (λmaks-n)/(n-1) Dimana : CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index) λmaks = Nilai eigen terbesar dari matrik berordo n Nilai eigen terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vector. Batas ketidak konsistensian di ukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi (CI) dengan nilai pembangkit random (RI). Nilai ini bergantung pada ordo matrik n. Rasio konsistensi dapat dirumuskan : CR = CI/RI

Bila nilai CR lebih kecil dari 10%, ketidak konsistensian pendapat masih dianggap dapat diterima. Dibawah ini akan dijelaskan simulasi tentang langkah-langkah pengolahan dengan menggunakan metode (AHP). a. Menentukan Kriteria Peneliti, pemilik perusahaan, manager operasional dan manager umum berdiskusi mengenai kriteria seperti apa yang diinginkan oleh pihak perusahaan untuk penentuan vendor potensial PineGoods&Co. Sehingga kedepannya perusahaan bisa berjalan sesuai dengan keinginan perusahaan. b. Menentukan Alternatif Setelah menentukan kriteria yang di inginkan, tahap selanjutnya memilih beberapa vendor yang dianggap potensial secara random menurut pihak perusahaan. c. Pengumpulan Data untuk Alternatif Pengumpulan data di dapatkan dari wawancara dan pengamatan langsung ke lokasi vendor di beberapa tempat. Langkah ini di sesuaikan dengan kriteria yang sudah di tentukan sebelumnya. d. Menyusun pertanyaan wawancara Penyusunan pertanyaan wawancara dibuat berdasarkan metode perbandingan berpasangan untuk mengetahui tingkat bobot dari setiap kriteria, dan alternatif. Nilai bobot mulai dari angka 1 hingga 9, pemberian bobot ini bergantung pada tingkat kepentingan diantara kriteria. Kuesioner berisi tentang perbandingan kepentingan antara tiap kriteria dengan kriteria lainnya begitu juga dengan tiap alternatif. e. Pertanyaan wawancara Pertanyaan yang sudah disusun lalu ditanyakan secara langsung ke pemilik perusahaan. f. Mengkaji data hasil wawancara Hasil wawancara yang diperoleh lalu dimasukkan ke dalam tabel-tabel kemudian diolah menjadi bahan perhitungan untuk langkah berikutnya. g. Melakukan Perhitungan Pembobotan pada Kriteria Melakukan perhitungan pemobotan pada kriteria dan alternatif pada tiap tingkat hierarki sesuai dengan rumus perhitungan metode AHP. Rumus dan cara perhitungannya sudah dijelaskan pada landasan teori dan untuk lebih rinci pada bab selanjutnya. h. Menguji Konsistensi Pada tahap ini dilakukan perhitungan konsistensi kepada bobot setiap kriteria dan alternatf. Tujuannya untuk mengetahui apakah data yang diperoleh layak dan dapat digunakan dan diterapkan. Jika hasil uji yang diperoleh tidak konsisten, maka akan dilakukan pengulang dari langkah awal. Benchmarking (best practice) Pada tahap ini, nilai bobot yang keluar setelah hasil perhitungan (AHP) dapat membantu untuk menentukan nilai tingkatan kriteria yang ada dari setiap vendor. Lalu berdasarkan hasil dari tingkatan tersebut, dapat dijadikan bahan perbandingan oleh pihak vendor yang tidak potensial dan sebagai bahan masukan (best practice) pula agar kedepannya vendor yang dianggap tidak potensial dapat memperbaiki hal yang dianggap kurang oleh pihak peneliti dan perusahaan agar kedepannya dapat lebih baik. Berdasarkan hasil penjelasan dari semua metode analisis diatas dapat dijabarkan proses awal dimulai, yaitu dari tahap penentuan kriteria yang sesuai dengan perusahaan, perbandingkan antar kriteria, perbandingan alternatif dengan kriteria, proses perhitungan AHP sampai proses benchmarking untuk menentukan best practice. Kemudian untuk proses perhitungan dengan metode AHP didapatkan nilai tiap vendor. Dan dari nilai nilai tersebut dapat dilihat dan dibandingkan satu dan yang lainnya untuk mengetahui nilai terbesar. Nilai terbesar dari perhitungan tersebut digunakan untuk menentukan vendor mana yang terbaik. Setelah itu barulah proses benchmarking dilakukan untuk menentukan best practice yang mana hal tersebut dapat diberikan kepada vendor yang tidak potensial sebagai masukan agar lebih baik. Untuk membuktikan apakah metode yang dipakai merupakan metode yang terbaik maka hasil dari kedua metode tersebut di implementasikan kedalam kondisi perusahaan terkait. Dimana kondisi itu adalah penentuan pemilihan vendor potensial bagi perusahaan PineGoods&Co. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan untuk metode AHP Setelah mengevaluasi kriteria apa saja yang di inginkan perusahaan, langkah selanjutnya adalah menyusun kriteria kedalam bentuk hierarki. Data hierarki dapat dilihat pada Gambar 1. Keterangan : 1 tingkat 1 : Fokus 2 tingkat 2 : Kriteria 3 tingkat 3 : Alternatif Gambar 1 Hierarki Pemilihan Vendor Setelah kriteria ditentukan dan struktur hierarki dibuat, dilakukan pemberian bobot pada hubungan antara kriteria dengan Tahap ini dilakakukan dengan membuat martix pairwaise comparisson dan dilanjutkan dengan menormalisasinya. Tabel 1 Pairwise Comparisson Matriks antar Kriteria Harga Kualitas Pengiriman Pelayanan Harga 1 1 2 3 Kualitas 1 1 3 0.5 Pengiriman 0.5 0.33 1 0.33 Pelayanan 0.33 2 3 1 Jumlah 2.83 4.33 9 4.83 Keterangan: 2.83 didapat dengan menjumlahkan setiap kolom (1+1+0.5+0.33) 4.33 didapat dengan menjumlahkan setiap kolom (1+1+0.33+2) Normalisasi dilakukan dengan cara membagi setiap entry pada tabel diatas dengan masing masing kolom Jumlah yang didapatkan pada Tabel. Tabel berikut di bawah ini akan menjelaskan bagaimana cara menormalisasi Tabel 2 Normalisasi Matriks antar Kriteria Harga Kualitas Pengiriman Pelayanan Jumlah Row Avg Harga 0.35 0.23 0.22 0.62 1.42 0.35 Kualitas 0.35 0.23 0.33 0.1 1.01 0.25 Pengiriman 0.17 0.07 0.11 0.06 0.41 0.1 Pelayanan 0.11 0.46 0.33 0.2 1.1 0.27 Keterangan: 0.35 didapat dengan cara: 1/2.83, dst.

0.23 didapat dengan cara: 1/4.33, dst. Setelah tabel tersebut dinormalisasi kemudian dilakukan rata rata untuk setiap barisnya (row average ). Row Average inilah yang dinamakan Vector Priority. Dapat dilihat di tabel 2. 1.42 didapat dari penjumlahan baris. (0.35+0.23+0.22+0.62) 0.35 adalah Vector Priority didapat dengan cara (1.42/4) Ket: 4 adalah jumlah kriteria (harga, kualitas, pengiriman, pelayanan) Setelah didapatkan vector priority (row average) dari masing masing kriteria lalu dilakukan pengecekan konsistensi datanya. Di dalam pengecekan konsistensi data ini, digunakan derajat kesalahannya adalah 10 % dimana berarti CR harus 0,1. Untuk menghitung berapa nilai CR, pertama kali kita harus menghitung terlebih dahulu λmax (Eigen Maksimum), dan Consistency Index nya (CI). 1. Menentukan nilai Eigen Maksimum (λmaks) Λmaks diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian antara jumlah matrik Pairwise Comparison bentuk desimal dengan vector priority (row average). Λmaks = (2,83 x 0,35) + (4,33 x 0.25) + (9 x 0,1) + (4.83 x 0.27) = 0.99 + 1.08 + 0.9 + 1.30 = 4.27 2. Menghitung Indeks Konsistensi (CI) CI = (λmaks-n)/n-1 n = jumlah kriteria CI = (4.27-4)/4-1 = 0.27/3 = 0.09 3. Menghitung Rasio Konsistensi (CR) Rasio Konsistensi =CI/RI, nilai RI untuk n = 4 adalah 0,9 ( lihat daftar Indeks random konsistensi (RI) di tabel 3) CR = CI/RI = 0,09/0,9 = 0,1 Karena CR 0,100 bearti preferensi pembobotan adalah konsisten Tabel 3 Random Indeks Penentuan Bobot Vendor Potensial Berdasarkan Kriteria Setelah mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria, kemudian ditentukan bobot setiap alternatif vendor berdasarkan setiap kriterianya a. Analisa Vector Priority berdasarkan Kriteria Harga Tabel 4 Pairwise Comparisson Vendor berdasarkan kriteria harga Harga Vendor 1 Vendor 2 Vendor 1 1 3 Vendor 2 0.33 1 Jumlah 1.33 4

Tabel 5 Normalisasi Vendor berdasarkan kriteria Harga Harga Vendor 1 Vendor 2 Jumlah Row Avg Vendor 1 0.75 0.75 1.5 0.75 Vendor 2 0.25 0.25 0.5 0.25 Menghitung Rasio Konsistensi (CR) Rasio Konsistensi =CI/RI, nilai RI untuk n = 2 adalah 0,00 CR = CI/RI = 0/0,0 = 0 Karena CR 0,100 bearti preferensi pembobotan adalah konsisten b. Analisa Vector Priority berdasarkan Kriteria Kualitas Tabel 6 Pairwise Comparisson Vendor berdasarkan kriteria kualitas Kualitas Vendor 1 Vendor 2 Vendor 1 1 2 Vendor 2 0.5 1 Jumlah 1.5 3 Tabel 7 Normalisasi Vendor berdasarkan kriteria kualitas Kualitas Vendor 1 Vendor 2 Jumalh Row Avg Vendor 1 0.67 0.67 1.34 0.67 Vendor 2 0.33 0.33 0.66 0.33 Menghitung Rasio Konsistensi (CR) Rasio Konsistensi =CI/RI, nilai RI untuk n = 2 adalah 0,00 CR = CI/RI = 0/0,0 = 0 Karena CR 0,100 bearti preferensi pembobotan adalah konsisten c. Analisa Vector Priority berdasarkan Kriteria Pengiriman Tabel 8 Pairwise Comparisson Vendor berdasarkan kriteria harga Pengiriman Vendor 1 Vendor 2 Vendor 1 1 3 Vendor 2 0.33 1 Jumlah 1.33 4 Tabel 9 Normalisasi vendor berdasarkan kriteria pengiriman Pengiriman Vendor 1 Vendor 2 Jumalh Row Avg Vendor 1 0.75 0.75 1.5 0.75 Vendor 2 0.25 0.25 0.5 0.25 Menghitung Rasio Konsistensi (CR) Rasio Konsistensi =CI/RI, nilai RI untuk n = 2 adalah 0,00 CR = CI/RI = 0/0,0 = 0 Karena CR 0,100 bearti preferensi pembobotan adalah konsisten d. Analisa Vector Priority berdasarkan Kriteria Pelayanan

Tabel 10 Pairwise Comparisson Vendor berdasarkan kriteria pelayanan Pelayanan Vendor 1 Vendor 2 Vendor 1 1 0.33 Vendor 2 3 1 Jumlah 4 1.33 Tabel 11 Normalisasi vendor berdasarkan kriteria pelayanan Pelayanan Vendor 1 Vendor 2 Jumalh Row Avg Vendor 1 0.25 0.25 0.5 0.25 Vendor 2 0.75 0.75 1.5 0.75 Menghitung Rasio Konsistensi (CR) Rasio Konsistensi =CI/RI, nilai RI untuk n = 2 adalah 0,00 CR = CI/RI = 0/0,0 = 0 Karena CR 0,100 bearti preferensi pembobotan adalah konsisten. Dari hasil analisa Vector Priority penentuan vendor potensial PineGoods&Co. diatas didapatkan data sebagai berikut. Tabel 12 Tabel Vector Priority Vendor Potensial PineGoods&Co. Vendor 1 Vendor 2 Harga 0.75 0.25 Kualitas 0.67 0.33 Pengiriman 0.75 0.25 Pelayanan 0.25 0.75 Setelah mendapatkan nilai dari masing masing vendor potensial dan setelah dihitung konsistensi datanya. Langkah terakhir yang harus dilakukan untuk memilih vendor potensial adalah menghitung nilai aggregate masing masing vendor. Nilai aggregate diperoleh dengan mengalikan Vector Priority masing masing kriteria dengan nilai vector priority vendor pada kriteria yang bersangkutan. Hasil penilaiannya dapat dilihat pada tabel 13 dibawah ini. Tabel 13 Hasil Penilaian Akhir Bobot Vendor 1 Vendor 2 Harga 0.35 *0.2625 *0.0875 Kualitas 0.25 0.1675 0.0925 Pengiriman 0.1 0.075 0.025 Pelayanan 0.27 0.0675 0.2225 Jumlah 0.5725 0.4275 * Diperoleh dari Vector Priority Vendor x Vector Priority kriteria 0.75 x 0.35 = 0.2625 0.25 x 0.35 = 0.0875

Pembahasan Hasil Benchmarking Setelah hasil perhitungan AHP dan pembahasannya selesai, selanjutnya proses benchmarking dilakukan. Pada tahap ini pemberian ranking atau nilai pada setiap kriteria terhadap vendor dilakukan. Pemberian ranking dilihat dari tabel 12 hasil penilaian akhir dengan mengurutkan berdasarkan dari nilai tertinggi sampai terendah. Hasilnya sebagai berikut. Tabel 14 Benchmarking Pilihan Hasil AHP Ranking / Vendor Vendor 1 Vendor 2 1 Harga Pelayanan 2 Kualitas Kualitas 3 Pengiriman Harga 4 Pelayanan Pengiriman KESIMPULAN Berdasarkan tujuan penelitian, pengolahan data, dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Berdasarkan perhitungan AHP, diperoleh prioritas kriteria yang paling penting dalam penentuan vendor potensial dimana harga, kualitas, pengiriman, dan yang terakhir pelayanan menjadi prioritas perusahaan dalam memilih vendor potensial. Sehingga kedepannya keempat hal tersebut merupakan kriteria utama yang dapat dijadikan sebagai dasar pemilihan vendor lainnya. 2. Hasil Analisis dengan metode AHP menyatakan bahwa alternatif vendor potensial yang terpilih dan paling sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh PineGoods&Co. adalah vendor 1 yang terletak di bandung. Data AHP yang diperoleh dari wawancara langsung dengan pemilik perusahaan dihitung dan didapat hasil akhir bahwa vendor 1 lebih unggul, yakni 57.25% dan sesuai dengan kriteria yang di inginkan perusahaan. Sehingga vendor 1 perlu dipertahankan untuk menjalin kerjasama dalam waktu panjang. 3. Best practice yang dapat diterapkan kepada vendor yang diangap tidak potensial dari kriteria harga produk adalah vendor 2 dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif dengan vendor 1. Kriteria kualitas produk adalah perlu ditingkatkannya ketelitian dalam proses pembuatan, proses quality check, dan cara penyimpanan produk sebelum dikirim ke konsumen agar produk cacat dapat terminimalisir. Kriteria waktu pengiriman adalah jika tempat penyimpanan produk penuh segera mengirim produk ke perusahaan walaupun kuantitas yang dipesan belum terpenuhi. Hal ini untuk mengurangi tingkat keterlambatan dari vendor sendiri dan perusahan untuk memasarkan produknya. Kriteria alternatif pelayanan adalah meningkatkan kualitas layanan dibagian komplain pelanggan seperti penanganan produk cacat atau hasil produk yang tidak sesuai standar perusahaan untuk lebih dijadikan pembelajaran tidak hanya tanggapan biasa. Best practice dari keempat kriteria tersebut diharapkan dapat menjadi acuan vendor yang dianggap tidak potensial agar lebih baik kedepannya. Dengan demikian, pemilihan vendor potensial dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat membantu perusahaan dalam memilih vendor potensial yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh perusahaan dan benchmarking dapat memberikan best practice kepada vendor yang dianggap tidak potensial sebagai acuan agar lebih baik kedepannya. Jadi dengan adanya metode AHP dan benchmarking (best practice) akan mempermudah pengambilan keputusan dan menetapkan langkah terbaik oleh perusahaan untuk vendor mereka dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. (2005). Prinsip Prinsip Riset Operasi. Erlangga, Jakarta. Amran, Tiena Gustina. (2012). Pemilihan Pemasok Komponen Otomotif dengan Analytical Hierarchy Process dan Benchmarking. INASEA, Vol. 13 No.1, 34-46. Asrofah, Tutie Zailani; Suhaiza; Fernando dan Yudi. (2010). Best practices for the effectiveness of benchmarking in the Indonesian manufacturing companies. Benchmarking 17.1, 115-143. Deitiana, Tita. (2011). Manajemen Operasional dan Strategi dan analisa. Mitra Wacana Media, Jakarta. Griffin, Ricky. 2008, Manajemen. Erlangga, Jakarta Heizer, Jay dan Barry Render. (2009). Manajemen Operasi. (buku-1). Salemba Empat, Jakarta. Heizer, Jay dan Barry Render. (2010). Manajemen Operasi. (buku-2). Salemba Empat, Jakarta. Herjanto, E. (2007). Manajemen Operasi. (edisi 3). PT Grasindo, Jakarta. Kazibudzki dan Tadeusz, Pawel. (2013). On Some Discoveries in the Field of Scientific Methods for Management within the Concept of Analytic Hierarchy Process. International Journal of Business and Management, 8.8, 22-30. Latifah, S., Prinsip-PrinsipDasar ANALYTIC HIERARCHY PROCESS, (on-line), e-usu Reposritory@2005 Universitas Sumatera Utara, 28 Maret 2008. Mehregan, Mohammad Reza, dkk. (2010). An optimisational model of benchmarking. Benchmarking 17.6, 876-888. Prasetya, Hery dan Fitri Lukiastuti. (2011). Manajemen Operasi. CAPS, Yogyakarta. Robbins, Stephen P. dan Marry Coulter. (2009). Manajemen. Salemba Empat, Jakarta. Saaty, T.L., The Analytic Hierarchy Process, McGraw-Hill, New York. 1980 Sarjono, Haryadi. (2010). Aplikasi Riset Operasi. Salemba Empat, Jakarta. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. 2013. Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas. (10-7-2013) dari http://www.kemenperin.go.id/statistik/pdb_growthc.php RIWAYAT PENULIS Andrew Tanudjaja lahir di kota Jakarta pada 28 Febuari 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 Universitas Bina Nusantara dalam bidang Bisnis Manajemen pada 2014.