PENGARUH BENTUK SALURAN TURUN (SPRUE) TERHADAP CACAT POROSITAS DAN NILAI KEKERASAN PADA PENGECORAN ALUMINIUM MENGGUNAKAN METODE LOST FOAM CASTING

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMPANG INGATE TERHADAP CACAT POROSITAS DAN NILAI KEKERASAN PADA PROSES PENGECORAN ALUMINIUM MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR SKRIPSI

PENGARUH UKURAN RISER TERHADAP CACAT PENYUSUTAN DAN CACAT POROSITAS PRODUK COR ALUMINIUM CETAKAN PASIR

KAJIAN JUMLAH SALURAN MASUK (INGATE) TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO HASIL PENGECORAN Al-11Si DENGAN CETAKAN PASIR

PENGARUH BENTUK RISER TERHADAP CACAT PENYUSUTAN DAN POROSITAS PRODUK COR ALUMINIUM CETAKAN PASIR DENGAN METODE LOST FOAM CASTING

PENGARUH UKURAN NECK RISER TERHADAP CACAT PENYUSUTAN DAN CACAT POROSITAS PADA PROSES PENGECORAN ALUMINIUM MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR SKRIPSI

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

PENGARUH UKURAN PASIR TERHADAP POROSITAS DAN DENSITAS PADA PENGECORAN ALUMINIUM SILIKON (95% Al- 5% Si) DENGAN METODE PENGECORAN EVAPORATIF

PENGARUH VARIASI BENTUK GEOMETRI SALURAN TURUN (SPRUE) TERHADAP HASIL CORAN ALUMINIUM (AL) DENGAN CETAKAN RCS (RESIN COATED SAND)

Gambar 1 Sistem Saluran

BAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

PENGARUH BENTUK PENAMPANG RUNNER TERHADAP CACAT POROSITAS DAN NILAI KEKERASAN PRODUK COR ALUMINIUM CETAKAN PASIR SKRIPSI

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

PENERAPAN MODEL SALURAN DAN CAWAN TUANG UNTUK MENGATASI CACAT POROSITAS PRODUK COR DI IKM BUDI JAYA LOGAM JUWANA KABUPATEN PATI

KARAKTERISTIK PENGECORAN LOST FOAM PADA BESI COR KELABU DENGAN VARIASI KETEBALAN BENDA

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

Pengaruh Bentuk Riser Terhadap Cacat Penyusutan Produk Cor Aluminium Cetakan Pasir

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

PENGARUH VARIASI SUDUT KEMIRINGAN SALURAN TURUN (SPRUE) 90, 65 DAN 45 TERHADAP HASIL CORAN ALUMINIUM (AL) PADA PRODUK HANDLE REM DENGAN CETAKAN PASIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MODEL SALURAN TUANG PADA CETAKAN PASIR TERHADAP HASIL COR LOGAM

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KETEBALAN BENDA TERHADAP KEKERASAN BESI COR KELABU DENGAN PENGECORAN LOST FOAM

Multiple Channel Fluidity Test Castings Pengujian ini digunakan untuk mengetahui fluiditas aliran logam cair saat

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KETEBALAN BENDA TERHADAP KEKERASAN BESI COR KELABU DENGAN PENGECORAN LOST FOAM

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP DENSITAS DAN POROSITAS PADUAN ALUMINIUM SILIKON (Al-7%Si) DENGAN METODE EVAPORATIVE CASTING

PEMBUATAN PRODUK COR SEPATU REM TROMOL DENGAN BAHAN ALUMUNIUM

PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING

PENGARUH UKURAN RISER TERHADAP CACAT PENYUSUTAN DAN CACAT POROSITAS PRODUK COR ALUMINIUM CETAKAN PASIR

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

KAJIAN LETAK SALURAN MASUK (INGATE) TERHADAP CACAT POROSITAS, KEKERASAN, DAN UKURAN BUTIR PADUAN ALUMINIUM PADA PENGECORAN MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR

PROSES PEMBUATAN FLANGE DENGAN BAHAN ALUMUNIUM (AL) MENGGUNAKAN VARIASI MEDIA CETAKAN PASIR CO₂ DAN CETAKAN LOGAM

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

PENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

11 BAB II LANDASAN TEORI

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

PENGARUH VARIASI DIMENSI SALURAN TUANG TERHADAP FLUIDITAS, POROSITAS DAN KEKERASAN PENGECORAN DENGAN BAHAN BAKU ALUMINIUM BEKAS

PENGARUH PERBEDAAN JUMLAH DAN POSISI SALURAN MASUK (INGATE) TERHADAP HASIL CORAN PRODUK CONNECTING ROD DARI BAHAN ALUMINIUM

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

Studi Eksperimen Pengaruh Jenis Saluran pada Aluminium Sand Casting terhadap Porositas Produk Toroidal Piston

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal ISSN , e-issn

PENGARUH VARIASI BENTUK GEOMETRI SALURAN TURUN (SPRUE) TERHADAP HASIL CORAN ALUMINIUM (AL) DENGAN CETAKAN RCS (RESIN COATED SAND)

Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si

VARIASI UKURAN PASIR CETAK TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK CORAN SCRAP PISTON SEPEDA MOTOR. Sigit Gunawan 1, Sigit Budi Hartono 2 2.

TUGAS AKHIR. Disusun sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH PERBEDAAN LAJU WAKTU PROSES PEMBEKUAN HASIL COR ALUMINIUM 319 DENGAN CETAKAN LOGAM TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

PENGARUH KETEBALAN LAPISAN POLA PADA METODE LOST FOAM CASTING TERHADAP AKURASI UKURAN BESI COR NODULAR FCD 450

PENGARUH VARIASI MEDIA CETAKAN PASIR KALI, CETAKAN PASIR CO₂ DAN CETAKAN LOGAM TERHADAP HASIL PRODUK FLANGE CORAN ALUMUNIUM (Al)

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

ISSN hal

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR KELABU PADA PENGECORAN EVAPORATIVE DENGAN VARIASI UKURAN PASIR CETAK

Studi Penambahan Gula Tetes Pada Cetakan Pasir Terhadap Kuantitas Cacat Blow-hole

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 6 No. 4, Oktober 2017 ( )

ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM HASIL PENGECORAN CETAKAN PASIR

Analisa Pengaruh Penambahan Abu Serbuk Kayu Meranti Terhadap Karakteristik Pasir Cetak dan Cacat Porositas Hasil Pengecoran Aluminium 6061

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Dimensi Cil dalam (Internal Chill) terhadap Cacat Penyusutan (Shrinkage) pada Pengecoran Aluminium 6061

Redesain Dapur Krusibel Dan Penggunaannya Untuk Mengetahui Pengaruh Pemakaian Pasir Resin Pada Cetakan Centrifugal Casting

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK KAYU MERANTI TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN

TUGAS SARJANA KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PRODUK CORAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI KOMPOSISI TEMBAGA

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADA PROSES EVAPORATIVE CASTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMUNIUM SILIKON (AL-7%SI) Oleh :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

Pengaruh Dimensi Saluran Masuk pada Scrap Aluminium Sand Casting Pulley terhadap Kekerasan, Ketangguhan dan Struktur Mikro

RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA

PENGARUH PENAMBAHAN 12%Mg HASIL REMELTING ALUMINIUM VELG BEKAS TERHADAP FLUIDITY DAN KEKERASAN DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG

STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALMINIUM DAUR ULANG (Al 6,4%Si 1,93%Fe)

BAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN

HUBUNGAN VARIASI JENIS PASIR CETAK TERHADAP SIFAT MEKANIK BESI COR KELABU

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

43 PENGARUH BENTUK SALURAN TURUN (SPRUE) TERHADAP CACAT POROSITAS DAN NILAI KEKERASAN PADA PENGECORAN ALUMINIUM MENGGUNAKAN METODE LOST FOAM CASTING Eko Sriwahyudi 1, Bambang Kusharjanta 2, Wahyu Purwo 2 1 Program Sarjana Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Keywords : Sprue shape Aluminum Alloy Porosity Hardness Abstract : This study is aimed to determine the effect of cross-sectional shape of the sprue on porosity defect and hardness number of aluminum alloy castings using the lost foam casting process. The raw material used in this study is derived from waste aluminum of bus pistons. Variations in cross-sectional shape sprue used are: circle, square, and triangle.the Porosity test conducted by comparing the true density with apparent density. The porosity testing using ASTM E-252 standart. The hardness number testing is conducted by using a Rockwell hardness testing machine with 1.59 mm of indenter steel diameter and 100 kg of test force. The results showed that sprue with a square cross-sectional shape has lower average porosity percentage of 2.30% and higher average hardness values at 69.9 HRB Highest of porosity percentage values on sprue triangle at 4.93% and the lowest hardness value of 55.9 HRB 1. PENDAHULUAN Pengecoran lost foam adalah alternatif baru dalam memproduksi benda-benda dengan metode pengecoran. Pengecoran lost foam adalah salah satu jenis proses pengecoran logam dengan pola sekali pakai dimana pola yang digunakan adalah polistyrene. Metode lost foam casting ditemukan oleh Shroyer pada tahun 1958. Proses pengecoran ini dimulai dengan membuat pola polystyrene foam dengan kerapatan / densitas tertentu yang sesuai dan telah direncanakan. Diawali dengan proses pembuatan bagian-bagian pola dan system saluran dan dilakukan proses penggabungan untuk mendapatkan bentuk keseluruhan dari benda yang utuh. Sistem saluran digabungkan diabungkan dengan pola ngan proses pengeleman. Beberapa pola dapat dirangkai dalam satu sistem saluran, pola yang telah terangkai dengan sistem saluran dinamakan dengan cluster. Pola ditimbun dengan pasir yang dipadatkan dengan cara digetarkan dengan suatu alat pengetar. Pasir akan akan menahan pola agar tidak mengalami pergeseran dan tetap pada posisinya saat pengisian logam cair. Logam cair dituang melalui pouring basin dan pola akan terurai menjadi gas karena terkena panas logam cair saat masuk ke cetakan. Uraian pola akan keluar melewati lapisan pola dan melalui pasir. Setelah dingin, dilakukan pembongkaran cetakan dan dilakukan perlakuan panas jika diperlukan. Penggunaan metode pengecoran lost foam mengalami peningkatan cukup besar sejak tahun 1990. Pada tahun 1997 sebanyak 140.700 ton aluminium, besi cor dan baja sudah diproduksi dengan proses pengecoran lost foam (Hunter, 1998). Pengecoran cetakan pasir dengan metode lost foam ini adalah salah satu metode pengecoran yang sering tak terhindarkan dari cacat. Setelah finishing, benda cor sebaiknya diteliti untuk mengetahui kualitas benda cor. Pengecekan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan bantuan alat. Golongan cacat pengecoran ada beberapa macam, antara lain cold shuts, hot tears, retak, inklusi, mis-run, porositas, dan penyusutan mikro (ASM International, 2009). Cacat coran tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah desain sistem saluran yang kurang sempurna. Sistem saluran pada cetakan pasir meliputi cawan tuang, saluran turun (sprue), saluran pengalir (runner), saluran penambah (riser), dan saluran masuk (ingate). Saluran turun (Sprue) adalah suatu saluran vertikal tempat untuk penuangan logam cair yang berada pada daerah diatas saluran runner yang akan meneruskan logam cair kedalam ingate, produk cor dan riser. Desain saluran turun ( sprue) merupakan bagian yang penting saat logam cair dituangkan. Disain saluran turun ( sprue) harus menghindarkan terjadinya turbulensi logam cair. Tingginya turbulensi di sini akan mengakibatkan terjadinya beberapa cacat, diantaranya terjadinya cacat porositas dan cacat penyusutan. Disini akan diteliti pengaruh bentuk penampang saluran turun (sprue) pada sistem saluran terhadap porositas, dan kekerasan pada pengecoran cetakan pasir metode lost foam.

44 2. TUJUAN PENELITIAN a. Mengetahui pengaruh bentuk saluran turun ( sprue) terhadap terjadinya cacat porositas aluminium paduan pada lost foam casting. b. Mengetahui pengaruh bentuk penampang saluran turun (sprue) terhadap tingkat kekerasan aluminium paduan pada lost foam casting. 3. TINJAUAN PUSTAKA Roziqin, dkk (2012) telah meneliti tentang pengaruh model saluran tuang terhadap nilai kekeraaasan pada pengecoran aluminium bekas dengan cetakan pasir. Hasil pada pengamatan struktur mikro, menunjukkan pola saluran C lebih sedikit cacat porositasnya dibandingkan dengan pola saluran A dan B. Pada Uji kekerasan menunjukkan bahwa pola saluran A pada spesimen A1 dan A3 mempunyai kekerasan yang paling tinggi diantara spesimen yang lain. Hal tersebut karena laju pembekuan terakhir terletak pada bagian tengah coran. Jadi semakin lama laju pembekuannya semakin rendah kekerasannya. Ardhiyanto (2011) meneliti tentang pengaruh bentuk penampang saluran turun (sprue) terhadap cacat porositas, batas butir dan tingkat kekerasannya dengan metode sand casting. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bentuk penampang saluran turun mempunyai pengaruh terhadap porositas, kekerasan, dan ukuran butir, semakin besar persentase porositas suatu logam maka semakin rendah nilai kekerasan logam tersebut dan semakin besar ukuran butirnya. Sebaliknya semakin kecil persentase porositas suatu logam maka semakin tinggi nilai kekerasan logam tersebut dan semakin kecil ukuran butirnya. Hidayat dan Slamet (2010) meneliti tentang pengaruh model saluran tuang pada cetakan pasir terhadap hasil cetakan dengan menggunakan variasi cawan tuang (basin) yaitu offset basin dan stepped offset basin. Dari pemeriksaan mikrografi menunjukkan penggunaan cawan tuang offset basin maupun offset stepped basin didapat nilai cacat porositas lebih kecil dibandingkan tanpa cawan tuang. Kasala, dkk. (2010) meneliti tentang gating system dengan variasi system saluran bawah dan system saluran vortex-gate diperoleh hasil peningkatan kekuatan tarik ultimate untuk sistem penuangan dengan desain vortex-gate. Pada uji metalografi, untuk sistem penuangan bawah memperlihatkan lebih banyak porositas dan cacat oxide film. Sistem penuangan dengan desain vortex-gate lebih berpotensial untuk meningkatkan kualitas coran. Tjitro dan Gunawan (2003) dalam penelitiannya tentang pengaruh bentuk penampang riser terhadap cacat porositas. Bentuk penampang riser yang digunakan yaitu bulat dan segi empat. Dari hasil penelitian menggunakan pemeriksaan mikrografi menunjukkan bahwa bentuk penampang riser mempunyai pengaruh terhadap timbulnya cacat porositas. Persentase cacat porositas produk coran dengan penampang riser segi empat lebih besar dibandingkan penampang riser bulat. 4. METODE PENELITIAN 4.1 Persiapan Pola Jenis pola yang digunakan adalah pola tunggal dengan bahan styrofoam. Pola merupakan bentuk tiruan dari produk cor yang akan dibuat. Dimensi pola dibuat lebih besar daripada dimensi produk cor sebab untuk mengkompensasi penyusutan dimensi yang terjadi produk cor maupun untuk menyediakan toleransi bagi pengerjaan pemesinan selanjutnya. Bentuk pola pola yang akan dibuat seperti dibawah ini dengan menggunakan ukuran jenis saluran turun (sprue) yang bebeda-beda: a. Bentuk pola Riser Spesimen Sprue Ingate Weel Gambar 4.1. Bentuk pola

45 b. Spesimen Gambar 4.2. Dimensi saluran turun (sprue) Gambar 4.3. Penampang spesimen tampak depan Gambar 4.4. Penampang spesimen tampak atas 4.2 Pelapisan Pola Styrofoam Proses awal pelapisan pola adalah dengan disiapkannya semen tahan api (refractory) dan air. Dilanjutkan dengan dicampurkannya semen refractory dan air secukupnya dengan perbandingan 2:1. Proses pelapisan pola dengan campuran dengan cara kanvas dioleskan pada permukaan pola dan pola dikeringkan dibawah sinar mata hari sampai kering. 4.3 Pembuatan Cetakan Pasir Pembuatan cetakan dilakukan dengan menyiapkan bak kayu yang berisi pasir silika dengan tinggi 3cm dari dasar. Dilanjutkan dengan pola yang Sudah dilapisi ditanam ke dalam bak kayu. BAk kayu diisi pasir sampai batas atas sprue secara merata, dan mengulangi langkah selanjutnya untuk variasi II dan III. 4.4 Tahap Peleburan Proses peleburan dimulai dengan aluminium dari piston bus dimasukkan ke dalam kowi pada dapur crucible. Aluminium yang telah dimasukkan ke dalam kowi dilebur sampai suhu 700 0 C di atas titik cairnya. 4.5 Tahap Penuangan Cetakan pasir yang sudah jadi didekatkan dengan crucible. Aluminium cair diambil dan dituangkan diatas cawan tuang secara kontinyu dan waktu penuangan diukur dengan menggunakan stopwatch. 4.6 Tahap Pembongkaran Cetakan Pasir Setelah dingin kemudian membongkar cetakan pasir dan membersihkan coran dari pasir sampai bersih. Serta sistem saluran dipisahkan dari produk cor dan memberi tanda pada produk cor di setiap variasi bentuk saluran turun (sprue).

46 4.7 Pengujian Cacat Porositas Produk pengecoran yang sudah dipisahkan dari sistem saluran disiapkan untuk pengujian komposisi kimia. Kemudian nilai true density dihitung dengan menggunakan ASTM E-252. Massa produk cor diukur dengan menggunakan timbangan digital dan nilai apparent density dihitung dengan persamaan 1 : ρ = ρ, (Harmanto S., 2012)......(1) Menghitung persentase porositas dengan menggunakan rumus : % = ( ρ ) 100%, (HarmantoS., 2012...(2) ρ Dimana : % P : Persentase porositas produk cor (%) : True density (gr/cm 3 ) : Apparent density (gr/cm 3 ) 4.8 Uji Keras Rockwell Proses pengujian kekerasan diawali dengan penyiapan spesimen uji dengan variasi ssaluran turun jenis lingkaran, bujur sangkar dan segitiga sama sisi dengan jumlah spesimen masing-masing variasi sebanyak 3 buah. Pengujian kekerasan menggunakan alat uji keras Rockwell dengan skala B dengan indentor bola baja berdiameter 1,59mm dengan beban 100kg. Kemudian permukaan spesimen diratakan dengan ampelas 200 sebelum dilakukannya pengujian kekerasan. Pengujin kekerasan Rockwell dilakukan sesuai dengan standar ASTM E-18 dengan tiap spesimen 5 titik pengujian dan nilai rata-rata kekerasannya diambil dari 5 titik tiap-tiap variaasi spesimen. 4.9 Diagram Alir Penelitian MULA PEMBUATAN POLA STYROFOAM (variasi sprue berbentuk lingkaran, bujursangkar, dan segitiga) PEMBUATAN CETAKAN PASIR PENGECORAN FINISHING UJI DENSITAS = UJI POROSITAS UJI KERAS Rockwell B % = 100% ANALIS A DATA KESIMPULA SELESAI Gambar 4.5. Diagram alir penelitian

47 5. HASIL DAN ANALISA 5.1 Cacat porositas Pengujian porositas dilakukan dengan mencari densitas spesimen lebih dulu yaitu dengan cara menimbang massa spesimen di dalam air (gaya Archimides), sedangkan densitas nyata didapat dari perhitungan komposisi kimia alumunium paduan berdasarkan ASTM E-252. Prosentase Porositas (%) 6 4 2 0 3.28 Gambar 5.1. Diagram nilai prosentase porositas rata-rata tiap variasi Dari tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase porositas tertinggi terdapat pada spesimen dengan bentuk penampang segitiga sama sisi yaitu sebesar 4.93 %, dan rata-rata persentase porositas terendah terdapat padaspesimen dengan penampang sprue berbentuk segitiga yaitu sebesar 2.30 %. Sedangkan rata- rata persentase porositas pada spesimen dengan bentuk penampang sprue lingkaran berada di antara bujur sangkar dan segtiga sama sisi, yaitu sebesar 3,28 %. Bentuk penampang penampang saluran turun sangat berpengaruh dengan prosentase porositas. Pada saluran berbentuk segitiga memiliki tingkat porositas yang paling tinggi, ini disebabkan pada saluran berbentuk segitiga terjadi pergolakan aliran (turbulensi) pada saat penuangan, disebabkan adanya penyempitan dinding yang menyebabkan timbulnya aliran yang tidak beraturan. Saluran turun berbentuk bujur sangkar memiliki prosentase porositas terkecil, karena pada saat penuangan alirannya lebih stabil dibandingkan saluran berbentuk segitiga. Hal ini disebabkan karena pada bentuk dinding bujur sangkar penyempitan dindingnya tidak terlalu kecil, sehingga aliran cenderung stabil dan tidak timbul turbulensi. Pada saluran turun berbentuk lingkaran memiliki nilai porositasnya diatara sprue berbentuk bujur sangkar dan segitiga sama sisi. Bentuk penampang lingkaran menyebabkan aliran memutar atau pusaran yang dapat menimbulkan pergolakan aliran (turbulensi). Hal ini disebabkan pada saat proses penuangan berlangsung, aliran logam cair turun yang melewati saluran turun bergerak bebas (memutar) karena tidak adanya sudut pada dinding saluran turun yang menahan aliran tersebut supaya alirannya bergerak beraturan. Dari penelitian tentang bentuk sprue sebelumnya juga memiliki nilai terendah pada bujursangar dan terendah pada segitiga, hal ini terjadi karena pengaruh bentuk penampang sprue yang berpengaruh dengan tingkat turbulensi aliran pada saat penuangan (Ardhiyanto., 2011). Beeley, (2001), menemukan bahwa kelancaran dan keseragaman logam cair diperlukan untuk menghindari jebakan udara, oksidasi logam dan erosi cetakan. Aluminium cair yang bergolak tersebut menyebabkan gas hidrogen terperangkap di dalam produk coran, sehingga menimbulkan cacat porositas. Besar porositas berhubungan dengan angka Reynold. Angka Reynold sendiri dapat diketahui dengan mencari kecepatan alir terlebih dahulu dengan rumus dari persamaan 2.5, kemudian hasilnya dimasukkan pada rumus persamaan 2.4 sehingga dapat diketahui tingkat turbulensi yang dihasilkan. Dimana tingkat turbulensi dapat diketahui dari nilai angka Reynold (Re) yaitu : Re < 2000 termasuk aliran laminar 2000 < Re < 4000 termasuk aliran transisi Re > 4000 termasuk aliran turbulen 2.30 4.93 Lingkaran Bujur Sangkar Segitiga Sama Sisi Gambar 5.2. Diagram Hubungan bilangan Reynold dengan tiap variasi

48 5.2 Nilai Kekerasan Setelah melakukan pengujian kekerasan menggunakan alat uji keras Rockwell, didapatkan nilai kekerasan tiap specimen sebagai berikut: 80 60 63.1 69.9 55.9 (HRB) 40 20 0 lingkaran bujur sangkar segitiga sama sisi Gambar 5.3 Diagram kekerasan Rockwell Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai kekerasan rata-rata tertinggi dimiliki oleh specimen dengan penampang sprue berbentuk bujur sangkar yaitu sebesar 69,9HRB, dan nilai kekerasan rata-rata terendah dimiliki oleh spesimen dengan penampang sprue berbentuk segitiga samasisi yaitu sebesar 55,9HRB. Sedangkan spesimen dengan penampang sprue berbentuk lingkaran mempunyai nilai kekerasan diantara lingkaran dan segitiga sama sisi yaitu sebesar 63,1HRB. Hal tersebut terjadi karena cacat porositas menyebabkan nilai kekerasan logam berkurang. Spesimen dengan bentuk penampang sprue persegiempat mempunyai nilai kekerasan tertinggi karena persentase porositasnya paling rendah. 5.3 Hubungan Cacat Porositas dengan Nilai Kekerasan Berdasarkan data persentase porositas dan nilai kekerasan tiap spesimen yang telah diperoleh, dapat dibuat sebuah grafik hubungan cacat porositas dengan nilai kekerasan tiap spesimen sebagai berikut: Gambar 5.4 Grafik Hubungan Cacat Porositas dengan Nilai Kekerasan Rockwell. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi persentase cacat porositas,maka semakin rendah nilai kekerasannya. Sebaliknya, semakin rendah persentase cacat porositas, maka semakin tinggi nilai kekerasannya. Hal ini dinyatakan dengan rata-rata persentase cacat porositas dan nilai kekerasan Rockwell pada spesimen dengan penampang sprue bujur sangkar sebesar 2,30% dan 69,9 HRB, sedangkan rata-rata persentase cacat porositas dan nilai kekerasan Rockwell pada specimen dengan bentuk penampang sprue segitiga sama sisi sebesar 4,93% dan 55,9HRB. Prosentase porositas berbanding terbalik dengan tingkat kekerasan, dimana apabila jumlah prosentase porositasnya sedikit maka tingkat kekerasannya akan tinggi dan apabila prosentase porositasnya tinggi maka kekerasannya akan cenderung turun. Hal ini disebabkan karena banyaknya rongga-rongga dalam produk akan mengurangi kekuatannya sehingga kekerasannya akan menurun.

49 Untuk mengetahui mengetahui cacat porositas, juga dilakukan pengamatan dengan struktur makro. Berikut ini adalah foto mikro untuk tiap variasi dengan perbesaran 40 X: (a) (b) (c) Gambar 5.5 Pengamatan foto mikro (a) Spesimen dengan sprue berpenampang lingkaran; (b) Spesimen dengan sprue berpenampang bujur sangkar; (c) Spesimen dengan sprue berpenampang segitiga sama sisi. Lingkaranlingkaran menunjukkan porositas. 6. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bentuk penampang sprue berpengaruh terhadap terjadinya cacat porositas produk coran aluminium cetakan pasir, dimana penampang bujursangkar mempunyai persentase porositas terendah dan segitiga samasisi tertinggi. 2. Bentuk penampang sprue berpengaruh terhadap nilai kekerasan produk cor aluminium cetakan pasir, dimana lingkaran merupakan bentuk penampang sprue dengan nilai kekerasan tertinggi dan segitiga samasisi terendah Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan: 1. Melakukan penelitian terhadap variasi panjang sprue. 2. Melakukan penelitian terhadap variasi bentuk penampang sprue. Daftar Pustaka Ahmad, R., & Hashim, MY., 2011, Effect of Vortex Runner Gating System on The Mechanical Strength of Al- 12Si Alloy Castings. Archives of Metallurgy and Materials, 56: 991-997. Annual Book ASTM Standart. 1998. USA Ardhiyanto, N.K., 2011, Pengaruh Bentuk Penampang Saluran Turun (Sprue) Terhadap Cacat Porositas, Batas Butir dan, Kekerasan Pada Pengecoran Aluminium Paduan Dengan Cetakan Pasir, Skripsi, UNS, Surakarta. ASM International., 2009, Casting Design and Performance, Ohio : Materials Park. Beeley, P., 2001, Foundry Technology Second Edition, Oxford : Butterworth Heinemann. Gantara, A., 2011, Pengaruh Diameter Bawah Sprue pada Pengecoran Produk Pulley Terhadap Distribusi Kekerasan dan Porositas Hasil Coran, Skripsi Tidak Diterbitkan, Malang Jurusan Mesin FT Unibraw, 2011. Gupta, N., Kant, M., Kerketta, J.M., 2011, Simulation of a Rectangular Object With Shrinkage Defect, Indian Foundry Journal, 57 (5): 32-39.

50 Hidayat, T., & Slamet, S., 2010, Pengaruh Model Saluran Tuang Pada Cetakan Pasir Terhadap Hasil Cetakan, Skripsi,UMK, Kudus. Kuldeepak, 2012, Numerical Optimisation of Gating System Parameters Aluminum Metal Casting by Using Taguchi s Roboust De Technique, Journal of Mechanical and Production, Vol.2:61-79. Kumar, S., Kumar, P., & Shan, H,S., 2007, Optimization of Tensile Properties of Evaporative Pattern Casting Process Through Taguchi s Method, Journal of Materials Processing Technology, 204 : 56-59. Murjoko, 2011, Pengaruh Letak Saluran Masuk Terhadap Cacat Porositas Kekerasan Dan Ukuran Butir Aluminium Paduan Pada Proses Pengecoran Menggunakan Cetakan Pasir, Skripsi, UNS, Surakarta. Roziqin, K., Purwanto, H., & Syafa at, I., 2012, Pengaruh Model Sistem Saluran Pada Proses Pengecoran Aluminium Daur Ulang Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Coran Puli Diameter 76mm Dengan Cetakan Pasir, Jurnal Teknik Mesin, 8 (1): 33-39. Shafiee, M.R.H., Hashim, M.Y.B., Said, M.N.B., 2009, Effects of Gating Design on The Mechanical Strength of Thin Section Castings, Proceeding of MUCEET, Pahang: MUCEET, pp: 1-4. Subhi, Z.A., 2012, The Effects of Vortex Gate Design on Mechanical Strength of Thin Section Casting of LM 25 (Al 7Si-0.3Mg) Aluminum Casting Alloy, Thesis, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, Malaysia. Sun, Z.,et al. 2008, Gating System Design for a Magnesium Alloy Casting, J. Mater. Sci. Tech., 24 (1): 93-95. Surdia, T., & Chijiwa, K., 2000, Teknik Pengecoran Logam, Jakarta: Pradnya Paramita. Tjitro, S., & Gunawan, H., 2003, Analisa Pengaruh Bentuk Penampang Riser Terhadap Cacat Porositas, Jurnal Teknik Mesin, 5 (1): 1 4.