+ BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVII, 5 Agustus INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN SEBESAR 111,73 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi komsumen terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. Jumlah sampel STK triwulan II- di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebanyak 379 rumah tangga. Responden STK mulai triwulan I- dipilih pada strata blok sensus kategori sedang dan tinggi berdasarkan wealth index dan merupakan subsampel dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antartriwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antarwaktu. Pada saat yang sama juga dilakukan penyempurnaan kuesioner dan cara penghitungan indeksnya. B. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan II- Nilai ITK DIY pada Triwulan II- tercatat sebesar 111,73 dan berada pada taraf optimis. Angka ini juga menggambarkan kondisi ekonomi konsumen yang lebih baik selama triwulan berjalan atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. C. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan II- Nilai ITK DIY pada Triwulan III- diperkirakan mencapai 113,85; artinya kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan membaik atau mengalami peningkatan dengan level optimisme yang jauh lebih tinggi dari Triwulan II-. 1. Indeks Tendensi Konsumen DIY Triwulan II- Nilai Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama triwulan II- tercatat sebesar 111,73. Angka ini menggambarkan persepsi konsumen (rumah tangga) terkait kondisi ekonomi mereka selama triwulan berjalan yang berada pada taraf optimis (ITK>100) atau kondisi ekonominya cenderung membaik. Level optimisme konsumen selama triwulan II- juga mengalami peningkatan yang cukup nyata dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berada pada taraf pesimis (ITK<100). Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh peningkatan ketiga indeks penyusunnya, yakni indeks pendapatan kini, indeks volume konsumsi makanan dan non makanan, dan indeks pengaruh inflasi terhadap pengeluaran rumah tangga. Ketiga indeks penyusun ITK tersebut berada pada taraf optimis. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 48/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 1
Indeks pendapatan kini yang merepresentasikan perkembangan jumlah pendapatan yang diterima konsumen selama triwulan berjalan dibandingkan dengan pendapatan triwulan sebelumnya tercatat sebesar 112,48. Nilai indeks ini berada dalam taraf optimis dengan level yang lebih tinggi dibanding dengan kedua indeks penyusun lainnya. Secara umum, nilai indeks tersebut menggambarkan persepsi mayoritas konsumen yang lebih optimis terkait dengan pendapatan yang mereka terima selama triwulan berjalan karena nilainya cenderung lebih tinggi atau lebih meningkat dari triwulan sebelumnya. Mayoritas rumah tangga konsumen menyatakan bahwa mereka memperoleh tambahan penghasilan/gaji atau upah/bonus dalam jumlah nominal yang lebih besar dari triwulan sebelumnya. Fenomena peningkatan pendapatan ini berkaitan momentum pergantian tahun ajaran baru sekolah, bulan puasa Ramadhan dan persiapan hari raya Idul Fitri, serta pencairan gaji ketigabelas bagi Pegawai Negeri Sipil. Indeks konsumsi makanan dan non makanan juga berada pada taraf optimis dan memberi andil positif terhadap nilai ITK triwulan II- dengan nilai indeks sebesar 111,99. Persepsi optimis konsumen terkait dengan konsumsi berbagai komoditas barang dan jasa didorong oleh peningkatan kuantitas/volume maupun frekuensi konsumsi kelompok komoditas makanan dan makanan. Indeks konsumsi kelompok komoditas makanan tercatat sebesar 124,17, sementara indeks konsumsi non makanan sebesar 108,51. Semua jenis kelompok komoditas memiliki nilai indeks konsumsi yang optimis, kecuali pada kelompok komoditas akomodasi. Kelompok akomodasi hanya memiliki nilai indeks sebesar 98,64 dan berada pada taraf pesimis. Fenomena ini terjadi, karena konsumen cenderung menunda konsumsi kelompok komoditas akomodasi sampai perayaan hari raya Idul Fitri di triwulan mendatang. Indeks kuantitas/frekuensi konsumsi yang tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan/minuman dan kelompok makanan/minuman jadi, rokok/tembakau, dan makan di restoran dengan nilai indeks masing-masing sebesar 124,73 dan 123,61. Tingginya indeks konsumsi kelompok bahan makanan dan makanan jadi berkaitan dengan momentum puasa Ramadhan, karena pada saat tersebut pola konsumsi makanan mayoritas konsumen justru lebih bervariasi. Sementara, indeks konsumsi kelompok komoditas yang laiinya relatif bervariasi dengan nilai di atas 100. Tabel 1 Indeks Tendensi Konsumen DIY menurut Variabel Pembentuknya dan Indeks Tendensi Konsumen Provinsi-provinsi di Pulau Jawa serta Nasional Variabel Pembentuk (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Pendapatan rumah tangga kini 113,31 117,13 113,01 117,02 101,35 87,57 112,48 Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi 110,86 119,08 121,83 117,66 114,50 111,66 110,12 Tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran dan bukan makanan *) 110,89 119,58 109,13 110,95 115,75 101,72 111,99 Indeks Tendensi Konsumen DIY 112,11 118,18 114,56 115,89 108,03 97,18 111,73 Jateng 108,08 112,53 114,80 116,00 106,03 103,97 103,60 Jabar 110,04 112,42 112,95 113,72 107,09 104,43 105,67 DKI 113,55 117,56 117,79 118,75 109,93 99,71 109,71 Jatim 108,67 111,84 112,86 115,99 110,23 100,75 103,88 Banten 110,05 115,41 115,89 116,09 107,83 104,07 108,19 Nasional 109,64 110,03 110,76 112,44 107,63 100,87 105,22 Ket: *) Bukan makanan mencakup: kelompok pakaian,pembelian pulsa HP, rekreasi/hiburan, akomodasi, transportasi, dan perwwatan kesehatan. 2 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 48/08/34/Th.XVII, 5 Agustus
Persepsi konsumen terkait dengan pengaruh perubahan harga terhadap total konsumsi selama Triwulan II- memiliki indeks sebesar 110,12 dan berada pada taraf optimis. Namun demikian, level optimismenya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 111,66. Persepsi optimis terkait dengan pengaruh perubahan harga terhadap total konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh kondisi barang dan jasa selama triwulan II- yang secara umum relatif stabil dengan inflasi sebesar 1,09 persen. Secara nasional, nilai ITK DIY pada Triwulan II- berada di peringkat pertama terbesar di atas Provinsi Sulawesi Barat (111,64) dan DKI Jakarta (109,71). Nilai ITK pada level nasional dalam waktu yang sama tercatat sebesar 105,22 (Tabel 1). Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) DIY Triwulan III- Nilai ITK DIY pada Triwulan III- diperkirakan sebesar 113,85. Hal ini berarti kondisi ekonomi konsumen selama satu triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat lebih baik dengan level optimismenya yang lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan II- (nilai indeks 111,73). Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai perkiraan ITK Triwulan II- dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga selama Triwulan II- yang diperkirakan akan meningkat dengan indeks 114,85. Peningkatan perkiraan pendapatan rumah tangga selama satu triwulan mendatang akan mendorong meningkatnya rencana konsumsi atau pembelian barang tahan lama (elektronik, perhiasan, perangkat komunikasi, meubelair, peralatan rumah tangga, kendaraan bermotor, tanah, rumah), rekreasi dan pesta/hajatan dengan nilai indeks sebesar 112,06. Tabel 2 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Provinsi DIY menurut Variabel Pembentuknya dan Indeks Tendensi Konsumen Provinsi-provinsi di Pulau Jawa serta Nasional Variabel Pembentuk (1) (2) Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang 114,85 Rencana pembelian barang-barang tahan lama (elektronik, perhiasan, perangkat komunikasi, meubelair, peralatan rumah tangga, kendaraan bermotor, tanah, rumah), rekreasi, dan pesta/hajatan 112,08 Indeks Tendensi Konsumen DIY 113,85 Jateng 113,68 Jabar 111,40 DKI 116,38 Jatim 114,29 Banten 114,41 Nasional 112,18 Secara nasional, nilai perkiraan ITK DIY selama Triwulan III- yang akan datang berada pada peringkat kesepuluh tertinggi di antara Provinsi Jawa Timur (114,29) dan Jawa Tengah (113,68). Nilai ITK Triwulan III- pada level nasional diperkirakan sebesar 112,18 dan yang tertinggi dicapai Provinsi DKI Jakarta (116,38). Sementara, perkiraan nilai ITK triwulan III- provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa berkisar antara 111,40 sampai 116,38. Pola perbandingan antara ITK pada triwulan berjalan (ITK riil) dengan nilai perkiraan ITK triwulan yang bersangkutan menunjukkan perbedaan yang bervariasi. Sejak Triwulan I-, selisih antara ITK riil dengan ITK perkiraan terlihat cukup signifikan. Triwulan I- selisihnya mencapai 9,16 poin dengan posisi ITK perkiraan di bawah ITK riil. Pada Triwulan II- sampai Triwulan I- posisinya berbalik, nilai riil ITK selalu lebih rendah dari nilai yang diperkirakan dan selisihnya juga terlihat semakin meningkat menjadi 10,6 poin di triwulan I- dan 5,2 poin di triwulan I-. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 48/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 3
Gambar 1 Indeks Tendensi Konsumen Riil dan Indeks Tendensi Konsumen Perkiraan DI Yogyakarta, Triwulan I- sampai Triwulan III- 130 120 110 100 90 106,6 105,6 ITK Terkini 111,9 110,0 108,5 110,5 111,6 109,7 Perkiraan ITK 112,9 109,9 109,2 109,5 112,6 109,5 110,2 106,1 110,5 110,7 116,2 111,5 114,1 112,1 120,6 118,2 119,3 114,6 114,6 115,9 109,0 108,0 107,8 PESIMIS 97,2 116,9 111,7 113,9 80 2011 2011 TW II- TW III- 4 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 48/08/34/Th.XVII, 5 Agustus
No. Tabel 3 Indeks Tendensi Konsumen 1) Triwulan II- dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III- Tingkat Nasional dan Provinsi Provinsi Pendapatan Ruta Kini Triwulan II- Pengaruh Inflasi thd Tingkat Konsumsi Konsumsi Bahan Makanan, dan Non Makanan ITK Kini Pendapatan Ruta Mendatang Perkiraan Triwulan III- Rencana Pembelian Barang Tahan Lama, Rekreasi dan Pesta/Hajatan ITK Mendatang 2) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 NAD 107,52 105,08 112,47 107,92 108,13 100,02 105,19 2 Sumatera Utara 100,31 102,15 103,98 101,60 107,95 100,67 105,31 3 Sumatera Barat 98,38 101,74 106,61 101,07 103,98 113,32 107,38 4 R i a u 101,48 107,07 109,56 104,74 106,92 117,45 110,75 5 J a m b i 100,36 94,20 104,50 99,57 101,20 113,86 105,81 6 Sumatera Selatan 100,51 99,77 108,24 101,97 112,81 117,18 114,41 7 Bengkulu 107,99 101,33 105,10 105,55 113,93 102,71 109,86 8 Lampung 100,12 104,61 105,84 102,57 113,31 103,51 109,76 9 Kep, Babel 96,89 96,33 102,32 97,90 112,37 102,82 108,91 10 Kep, R i a u 106,23 114,76 107,43 108,82 118,33 102,86 112,72 11 DKI Jakarta 107,19 114,90 109,11 109,71 122,64 105,39 116,38 12 Jawa Barat 103,25 110,02 105,93 105,67 116,76 101,98 111,40 13 Jawa Tengah 102,24 103,43 107,08 103,60 120,45 101,78 113,68 14 D.I. Yogyakarta 112,48 110,12 111,99 111,73 114,85 112,08 113,85 15 JawaTimur 103,19 104,77 104,40 103,88 119,63 104,91 114,29 16 Banten 107,24 107,07 111,85 108,19 116,99 109,85 114,41 17 B a l i 107,51 100,08 107,20 105,42 112,87 103,78 109,58 18 NTB 103,32 94,12 106,18 101,43 123,86 95,18 113,45 19 NTT 100,50 101,73 98,03 100,30 113,38 113,28 113,36 20 Kalimantan Barat 106,40 103,92 103,27 105,05 113,48 110,19 112,29 21 Kalimantan Tengah 105,41 108,31 106,19 106,37 110,80 113,02 111,62 22 Kalimantan Selatan 111,57 104,07 100,81 107,21 106,56 118,77 111,01 23 Kalimantan Timur 104,55 115,68 103,70 107,40 110,01 107,19 109,00 24 Sulawesi Utara 104,77 100,75 103,79 103,46 112,62 107,44 110,75 25 Sulawesi Tengah 102,36 104,41 112,18 105,03 120,02 105,51 114,76 26 Sulawesi Selatan 104,26 110,12 106,03 106,24 111,47 113,29 112,14 27 Sulawesi Tenggara 103,86 100,10 103,24 102,70 117,82 110,88 115,31 28 Gorontalo 113,86 95,40 115,06 109,08 117,22 113,92 116,03 29 Sulawesi Barat 114,73 106,69 110,55 111,64 117,56 113,12 115,96 30 Maluku 107,65 106,63 107,68 107,38 107,19 118,40 111,27 31 Maluku Utara 105,61 99,84 104,54 103,81 112,76 117,04 114,32 32 Papua Barat 113,10 96,67 115,42 109,12 112,04 109,86 111,26 33 Papua 113,69 100,49 101,94 107,57 110,37 115,57 112,27 Indonesia 104,39 105,69 106,59 105,22 115,48 106,36 112,18 Keterangan: 1) ITK berkisar antara 0 sampai dengan 200, dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITK < 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya. b. Nilai ITK = 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) dibanding triwulan sebelumnya. c. Nilai ITK > 100, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. 2) Angka Perkiraan ITK Triwulan III- Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 48/08/34/Th.XVII, 5 Agustus 5