BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006; 12).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. bersama-sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula. mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program yang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. ajaran 2016/2017 memiliki jumlah santri sebanyak santri. 2. Dengan potensi santri yang banyak tersebut, mengharuskan pimpinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

MEMPERSIAPKAN KEMATANGAN BELAJAR ANAK UNTUK MEMASUKI JENJANG PENDIDIKAN FORMAL YUSI RIKSA YUSTIANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Istilah remaja atau adolescence

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan di berbagai bidang pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Manusia moderen seharusnya mampu memadukan perkembangan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada kalangan pelajar saat ini yang mengakibatkan citra dari sekolah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami perkembangan tahap demi tahap yang terjadi selama rentang kehidupannya. Perkembangan tersebut dapat terjadi pada beberapa aspek, yaitu perkembangan secara fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati masa anak-anak akhir yaitu masa remaja. Masa remaja adalah salah satu masa dalam jenjang kehidupan manusia yang mengalami banyak perubahan sangat drastis dalam diri seseorang. Remaja mengalami perubahan dalam hidupnya terkait dengan tugas-tugas perkembangan mereka yang akan dilewati semakin kompleks. Seperti halnya aspek fisik, kognitif, sosial, serta emosional. Perubahan ini tentunya akan sangat mempengaruhi kehidupan mereka dan sering mendatangkan kebingungan dalam diri mereka yang berdampak pada banyaknya tuntutan dalam pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi identitas diri mereka. Semakin bertambahnya usia pada masa remaja, semakin banyak pula pilihan dan proses pengambilan keputusan telah remaja lakukan, sehingga membawa dampak pada pembentukan identitas diri mereka (Swasthie, 2006; 1). Sebagai remaja mereka harus melaksanakan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usia perkembangannya. Kebutuhan remaja baik psikis maupun fisik harusnya dipenuhi dengan seimbang agar tidak terjadi ketimpangan pada 1

2 diri remaja itu sendiri. Berdasarkan teori kebutuhan yang dikembangkan oleh David McClelland dan teman-temannya yang berfokus pada tiga kebutuhan remaja didefinisikan sebagai berikut: (1) kebutuhan berprestasi; dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil. (2) Kebutuhan berkuasa; kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya. (3) Kebutuhan berafiliasi: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antar personal yang ramah dan akrab. Pada kebutuhan berafiliasi, remaja harus dapat beradaptasi dengan lingkungan. Salah satu hasil dari pengaruh adaptasi lingkungan pada remaja yaitu perkembangan sosial-emosional.(http://wiki, MC%20larend.htm#Teori_Kebutuhan_McClellend diakses pada tanggal 25 Oktober 2011 pukul 17.33). Lingkungan masyarakat merupakan faktor yang berperan penting dalam perkembangan remaja, di lingkungan inilah remaja melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar, mengenal orang lain dan melakukan aktifitas sosial bersama guna kepentingan dirinya sendiri dan kepentingan orang lain. Sebagai contoh jika lingkungan remaja mendukung dalam peran perkembangan sosial-emosionalnya mereka akan melewati tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Namun jika sebaliknya maka mereka akan mengalami hambatan-hambatan yang terjadi selama masa perkembangannya. Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Oleh karena itu sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri

3 pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Meskipun emosi remaja sering kuat, tidak terkendali, dan nampaknya irrasional, tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilaku emosional (http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id/indek.php?option=com_content&task =view&id=12&itemid=11diakses pada tanggal 9 Oktober 2011 pukul 21:54). Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti tempat tinggal, keluarga, sekolah, temanteman sebaya, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat beraktivitas, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif (Santrock, 2002; 14). Banyak diantara mereka yang mengalami kesulitan perkembangan secara emosional dengan ditandai maraknya perilaku-perilaku menyimpang yang terjadi pada remaja. Hal ini bisa saja terjadi jika kebutuhan mereka belum terpenuhi secara maksimal. Berdasarkan data dari PBB, lebih dari 2.000 anak meninggal dunia setiap hari karena kecelakaan lalu lintas. Sedangkan menurut laporan global WHO dan UNICEF, setiap tahun 830.000 anak hingga remaja usia 19 tahun tewas akibat berbagai kecelakaan. Ketua Satgas Remaja IDAI dr. Meita Dhamayanti, SpA (K) M.Kes mengatakan, bahwa pada masalah remaja dapat digolongkan menjadi masalah fisik dan masalah perilaku (psikososial) di rumah, sekolah, dijalan, atau di tempat lain (http:// ibu prita.suatuhari.com diakses pada tanggal 20 Oktober 2011 pukul 22:00).

4 Salah satu faktor pengaruh perkembangan sosial-emosional remaja awal adalah lingkungan (Santrock 2002; 39). Pada lingkungan ini terdapat remaja yang tinggal di pondok pesantren dan tinggal di rumah bersama keluarganya. Masing-masing tempat tinggal tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan serta pengaruh yang besar terhadap perkembangannya. Sebagian orang tua memilih lembaga pesantren sebagai alternatif untuk menjadi tempat tinggal sekaligus tempat belajar dan bersosialisasi yang tepat pada anaknya. Kelebihan dari remaja yang tinggal di pondok pesantren adalah mampu memadukan catur pusat pendidikan, yaitu kyai, santri, asrama, dan masjid sebagai tempat ibadah dan belajar di dalam satu tempat. Kondisi ini menjadikan berada dalam pengawasan dan pembinaan pendidik selama 24 jam penuh. Selain itu dengan lingkungan yang mewajibkan remaja harus hidup mandiri menjadikan nilai plus pesantren yang memang diidealisasikan sebagai lembaga pendidikan yang dapat melindungi anak-anak remaja dari pengaruh-pengaruh negatif, menawarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan agama, serta sebagai pembimbing dan pengasuh selama 24 jam yang diibaratkan sebagai pengganti orang tua di rumah. (Andriani, 2009; 1). Hasil survey awal tentang perkembangan sosial-emosional remaja awal yang tinggal di pondok pesantren Bahrul Maghfiroh Malang, nampak pada perilaku sosial santri yang lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan sosial. Mereka terlihat lebih guyub dengan teman sebayanya. Selain itu mereka dapat mempertanggungjawabkan perilaku sosial sebagai konsekuensi apa yang telah dilakukan. Sedangkan perkembangan emosional santri nampak pada pembentukan karakter setiap individu yang berbeda. Misalnya, terdapat santri

5 yang bisa mengontrol emosinya ketika mendapatkan stimulus yang memancing emosi negatif. Namun ada juga sebagian santri yang belum bisa mengontrol emosinya. Hal itu diperjelas dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu pengajar setempat yang mengatakan bahwa, pada anak usia 12-15 tahun mereka masing-masing sudah mempunyai karakter yang mulai berubah. Mayoritas emosional dan pembentukan karakter santri masih harus dapat pantauan dari orang tua. Dikarenakan santri tinggal di pondok dan jauh dari orang tua, sehingga peran utama sebagai pengganti orang tua mereka selama di pondok adalah pengurusnya. Pada perkembangan sosial santri cukup mudah beradaptasi dengan sesama meskipun itu membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama, karena suasana di dalam pondok seperti yang tampak pada lingkungan masyarakat sebenarnya dengan adanya orang yang lebih tua atau yang lebih muda (Sumber: wawancara dengan pengajar pondok 27 November 2011). Selain itu remaja yang tinggal di rumah, dalam hal ini tinggal satu rumah dengan orang tuanya mempunyai perkemabangan sosial-emosional yang tidak selalu sama dengan remaja yang tinggal di pondok pesantren. Remaja yang tinggal di rumah akan selalu mendapatkan pantauan dari orang tuanya dalam hal ini peran keluarga. Karena keluarga merupakan pendidikan pertama kali yang diperoleh anak atau remaja. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam memantau perkembangan sosial-emosional anaknya guna membentuk pola kepribadian, dan menjadi seperti apa yang diinginkan oleh orang tua. Fungsi dan peranan keluarga sangat berpengaruh untuk menentukan jalannya kehidupan yang akan datang, maka keluarga

6 adalah tempat pertama dan utama untuk pendidikan anak atau remaja. Bagaimana keluarga memberikan pengaruh yang positif terhadap pendidikan anak atau remaja menuju kedewasaan hidup, baik pendidikan agama, moral dan sopan santun dalam bermasyarakat (Hamzah, 2010; 3). Penjelasan tersebut diperkuat dengan pernyataan guru-guru sebagai orang tua mereka saat di sekolah. Beliau memberikan pernyataan bahwa terdapat siswa yang ingin diperhatikan oleh guru sehingga mereka kurang mandiri. Kebiasan-kebiasaan saat duduk di bangku sekolah dasar masih saja terbawa di bangku SMP terutama pada siswa kelas VII, karena mereka tengah beradaptasi dari masa anak-anak menuju masa remaja awal. Selain itu rasa tanggung jawab yang dimiliki murid masih kurang. Sedangkan perkembangan emosional murid terkadang kurang terkontrol. Mereka cenderung menggunakan emosi-emosi negatif dalam bertindak (Sumber: wawancara dengan guru SMP Wahid Hasyim tanggal 26 November 2011). Peneliti menemukan penelitan terdahulu yang memiliki persamaan pada variabel bebas (independent variable) yaitu tempat tinggal dan kemiripan pada variabel terikatnya yaitu penyesuaian dan kematangan sosial. Penelitian ini berjudul Perbedaan Penyesuaian Sosial Remaja yang Tinggal Bersama Orang Tua dengan Remaja yang Tinggal di Pondok Pesantren ( Di Madrasah Aliyah Ahlusunnah Waljama ah Ambunten Sumenep Madura) yang telah diteliti oleh Nurul Hamzah (Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010). Hasil yang didapat adalah tidak ada perbedaan penyesuaian sosial berdasarkan tempat tinggal, kedua lingkungan dan budaya memberikan fasilitas yang positif terhadap perkembangan sosial remaja itu sendiri.

7 Hasil Penelitian Indah Nur Rahmawati (Universitas Muhammadiyah Malang, 2002) dengan judul Perbedaan Kematangan Sosial Anak yang Tinggal dengan Orang Tua dengan Anak yang di Pondok Pesantren Al- Bayyinah Sidayu Gresik menyatakan tidak ada perbedaan. Kedua lingkungan tersebut dapat dikatakan memiliki kesamaan latar pendidikan sosial bagi anak untuk belajar bersosialisasi guna mencapai kematangan sosial. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan mengganti variabel terikat dan subyek penelitian sebelumnya mengenai perbedaan perkembangan sosialemosional remaja awal dengan judul Perbedaan Perkembangan Sosial- Emosional remaja Awal yang Tinggal di Pondok Pesantren (Bahrul Maghfiroh) dengan Remaja Awal yang Tinggal di Rumah dengan harapan penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana atau pengetahuan orang tua dan pendidik tentang perkembangan sosial-emosional yang terjadi pada remaja awal. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat perkembangan sosial-emosional remaja awal yang tinggal di pondok pesantren? 2. Bagaimana tingkat perkembangan sosial-emosional remaja awal yang tinggal di rumah?

8 3. Apakah terdapat perbedaan tingkat perkembangan sosial-emosional pada remaja awal yang tinggal di pondok pesantren dengan remaja awal yang tinggal di rumah? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat perkembangan sosial-emosional remaja awal yang tinggal di pondok pesantren. 2. Untuk mengetahui tingkat perkembangan sosial-emosional remaja awal yang tinggal di rumah. 3. Untuk membuktikan perbedaan tingkat perkembangan sosial-emosional pada remaja awal yang tinggal di pondok pesantren dengan tinggal di rumah. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap keilmuan psikologi khususnya menambah wawasan mengenai perbedaan perkembangan sosial-emosional pada remaja awal yang tinggal di pondok pesantren dengan tinggal di rumah. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi penelitianpenelitian selanjutnya terutama tentang perkembangan sosial-emosional remaja awal.

9 2. Secara Praktis Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para pendidik, baik di pondok pesantren, sekolah, dan keluarga agar perkembangan sosial-emosional remaja awal berkembang sesuai dengan tahapan-tahapan yang normal sebagai bekal menuju masa dewasanya, dan manafaat penelitian bagi peniliti adalah sebagai bahan informasi untuk belajar memahami perkembangan sosial-emosional remaja awal.