TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Firda Syntia Cipto Santoso

dokumen-dokumen yang mirip
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah Septian Rahmadi

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Agus Hidayatullah Dibba Reymita Nadzib Subkhi

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Evi Gusriyanti Haris Susilo Efendi

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

S. Andy Cahyono dan Purwanto

PENDAHULUAN. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Sindy Saputri

Perkembangan Ekonomi Makro

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan


BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN KARERA 2. Ibu Kota Kecamatan : NGGONGI 3. Tahun Berdiri : 4. Batas Wilayah : a) Adminitrasi Pemerintahan :

BAB IV GAMBARAN UMUM

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Angga Conni Saputra Fedian Putranto Cipto Santoso

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH

Daftar Tabel. Halaman

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung bujur timur dan LS. Kabupaten Temanggung

kaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

Katalog BPS :

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK)

Profil Kabupaten Aceh Singkil

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi


BAB IV GAMBARAN UMUM

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

PROFIL KECAMATAN. a) Adminitrasi Pemerintahan :

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1. Letak dan Luas Wilayah

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

Transkripsi:

TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Firda Syntia Cipto Santoso Pusat Data Dan Informasi Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2016

KATA PENGANTAR Pembangunan kawasan perdesaan dengan desa-desa yang menjadi wilayah pengembangannya bertujuan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan kondisi geografisnya, penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa, pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Untuk itu pada tahun 2015 telah ditetapkan sebanyak 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72 kabupaten dengan diantaranya adalah Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi. Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi terletak di Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung yang meliputi 3 desa, yaitu Desa Batursari, Muneng, dan Mento. Buku ini berisi tentang profil, kebijakan daerah dalam arahan pembangunan dan pengembangan yang beririsan dengan Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kecamatan Candiroto. Dalam penyajian informasi kawasan perdesaan ini, pendekatannya melalui data-data per kecamatan dan desa sesuai dengan yang tersedia di lintas sektor. Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi maupun dalam proses penulisan buku ini. Harapan kami semoga sajian informasi Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung dapat bermanfaat dalam menunjang perencanaan dan pengambilan kebijakan pengembangan kawasan perdesaan. Jakarta, Desember 2016 Kepala Pusat Data dan Informasi Helmiati i

ii

DAFTAR ISI Hal. Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Peta... viii I. II. PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Tujuan... 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan... 1.4. Metode Penulisan... PROFIL KABUPATEN TEMANGGUNG... 1 1 2 2 3 7 2.1. Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesibilitas... 7 2.2. Iklim, Topografi dan Hidrologi... 8 2.2.1. Iklim... 2.2.2. Topografi... 2.2.3. Iklim... 2.3. Penggunaan Lahan... 8 8 8 9 2.4. Kependudukan... 10 2.5. Pendidikan... 11 2.5.1. Angka Partisipasi Murni (APM)... 2.5.2. Angka Partisipasi Kasar (APK)... 2.6. Kesehatan... 11 12 13 2.7. Agama... 14 2.8. Transportasi dan Komunikasi... 14 2.9. Perekonomian... 15 2.9.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku... 2.9.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010... 2.9.3. Pertumbuhan Ekonomi... 2.10. Pertanian... 15 16 17 17 2.10.1. Pertanian Tanaman Pangan... 2.10.2. Pertanian Tanaman Buah-buahan (Tahunan)... 2.10.3. Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim (Sayur-sayuran)... 2.10.4. Pertanian Perkebunan... 2.10.5. Peternakan... 17 21 23 24 25 iii

2.10.6. Perikanan... 2.10.7. Kehutanan... 2.11. Indeks Pembangunan Desa... 26 26 27 III. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG... 3.1. Kebijakan Strategis Kabupaten Temanggung... 3.2. Sub Satuan Wilayah Pengembangan... 3.3. Kebijakan Pembangunan... 3.3.1. Fokus Pembangunan... 3.3.2. Pengembangan Wilayah Kecamatan Candiroto sebagai Kawasan Perkebunan Kopi... 29 29 33 34 34 34 IV. KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN KOPI DI KECAMATAN CANDIROTO... 4.1. Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kecamatan Candiroto... 4.2. Indeks Pembangunan Desa (IPD)... 4.3. Kependudukan... 4.4. Pendidikan... 4.5. Kesehatan... 4.6. Transportasi dan Komunikasi... 4.7. Lembaga Ekonomi... 4.8. Pertanian... 4.9. Peternakan... 4.10. Arahan Pengembangan... 4.10.1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi... 4.10.2. Prasarana Ekonomi... 4.10.3. Pengembangan Komoditas Unggulan... 39 39 39 41 42 43 44 45 45 48 48 49 49 49 V. PENUTUP... 51 LAMPIRAN... 53 iv

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Struktur data aktifitas... Struktur Tabel LQ... Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2015... Nilai APK dan APM SD, SMP dan SMA Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Jenis dan Jumlah Fasilitas di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... PDRB dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2015... Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient... Keragaan Pengusahaan Komoditas Buah-buahan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient... Luas Panen 9 Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient... Luas Pengusahaan 12 Tanaman Perkebunan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient... Jenis Ternak dan Populasinya di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Populasi Perikanan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Produksi Kayu Hutan Menurut Jenis Produksi di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Penetapan Kawasan Budidaya Kabupaten Temanggung... Desa-Desa dan Status IPD di Kecamatan Candiroto... Jumlah Penduduk di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Ketersediaan Sarana Kesehatan di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Ketersediaan Tenaga Medis di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Hal. 4 4 9 10 13 13 16 18 21 23 24 25 26 27 36 41 42 43 44 44 v

Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Jumlah Sarana Transportasi di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Luas Lahan dan Penggunaannya di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggang Tahun 2015... Komoditas Unggulan untuk 3 Desa di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Pengembangan Komoditas Unggulan Kopi... 45 46 46 48 50 vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Luas Panen (Ha) Padi dan Cabai menurut Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Luas Tanam (Ha) Salak dan Kopi Robusta menurut Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... Dimensi IPD... IPD Kabupaten Temanggung (Bappenas, 2015)... Peta Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Temanggung... IPD Desa-Desa di Kecamatan Candiroto... Status Perkembangan Desa Berdasarkan IPD 2014 di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung. Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa pada Sektor Pertanian di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung... Hal. 20 22 28 28 32 39 40 47 DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1 Lampiran 2 Luas Panen (Ha) Padi dan Cabai per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... 54 Luas Panen (Ha) Salak dan Kopi Robusta per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... 55 vii

viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota (Pasal 83 Ayat (1)). Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan pihak ketiga yang terkait dengan pemanfaatan Aset Desa dan tata ruang Desa wajib melibatkan Pemerintah Desa (Pasal 84 Ayat (1)). Dalam RPJMN 2015-2019 arah kebijakan dan strategi pembangunan desa dan kawasan perdesaan adalah (1) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa sesuai dengan kondisi geografisnya, (2) Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa, (3) Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat Desa, (4) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan, dan (5) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Untuk melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan, pada tahun 2015 Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan (Ditjen. PKP) 1 telah menetapkan 108 kawasan perdesaan yang tersebar di 72 Kabupaten dan diharapkan akan menjadi lokus dalam pembangunan kawasan perdesaan di tahun-tahun berikutnya. Pelaksanaan pembangunan di kawasan perdesaan yang telah ditetapkan tersebut 1 Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan, Ditjen PKP (2015). 1

tentunya harus searah dengan kebijakan dan arahan dalam penataan ruang yang ditetapkan di wilayah tersebut. Salah satu kawasan perdesaan yang ditetapkan pada tahun 2015 tersebut adalah Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kecamatan Candiroto. Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi tersebut mempunyai wilayah pengembangan sebanyak 3 desa, yaitu Desa Mento, Batursari, dan Muneng. Potensi unggulan yang akan dikembangkan dalam Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi adalah perkebunan dengan komoditas kopi dan tembakau, hortikultura (tahunan) dengan komoditas salak dan nangka, hortikultura (semusim) dengan komoditas cabe, kubis, tomat dan jagung serta peternakan populasi ternak unggas dengan komoditas ayam buras. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat, maka kegiatan penyusunan data dan informasi tentang kawasan perdesaan menjadi penting untuk dilakukan. 1.2. Tujuan Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk menyajikan informasi mengenai Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi, di Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penyajian informasi Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi, di Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, ruang lingkup pembahasannya meliputi : a. Profil Kabupaten Temanggung yang meliputi letak wilayah administrasi, letak geografis, dan aksesibilitas, kondisi fisik daerah, dan aspek sosial diantaranya kependudukan, pendidikan, dan kesehatan, perekonomian (PDRB dan pertumbuhan ekonomi), komoditas yang cukup potensial dikembangkan di daerah tersebut. b. Kebijakan pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Temanggung. 2

1.4. Metode Penulisan a. Metode Pengumpulan dan Jenis Data yang Dikumpulkan Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah untuk mendapatkan data dan informasi di BPS kabupaten Temanggung, Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD atau RTRWP/RTRWK) di Bappeda Kabupaten Temanggung, serta data dan informasi pendukung dari SKPD terkait Kecamatan Candiroto, dan desa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi. Data-data penunjang lainnya diperoleh dari unit-unit kerja di Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi serta didapatkan dari sumber-sumber lain, misalnya dari internet. b. Metode pengolahan data b.1. Location Quotient Data yang diperoleh berupa data sekunder, selanjutnya diolah dengan membuat tabulasi data untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis. Untuk mengetahui pemusatan/basis (aktifitas) digunakan metode analisis Keunggulan Komparatif Wilayah (Location Quotient/LQ Analysis). Location Quotient merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktifitas tertentu dengan pangsa total aktifitas tersebut dalam total aktifitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-j terhadap persentase aktifitas total wilayah yang diamati. Analisis LQ dilakukan terhadap pengusahaan tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura di Kecamatan Candiroto dibandingkan dengan Kabupaten Temanggung. Struktur data aktifitas tertera pada Tabel 1.1, sedangkan struktur tabel LQ tertera pada Tabel 1.2. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. 3

Persamaan dari LQ adalah: LQ IJ Di mana: X X IJ I. / / X X. J.. Xij : derajat aktifitas ke-i di sub wilayah ke-j X.j : total aktifitas di sub wilayah ke-j Xi. : total aktifitas ke-i di wilayah X.. : derajat aktifitas total di wilayah Tabel 1.1 Struktur data aktifitas Sektor Kecamatan Lokasi Jumlah Xi. i Nama Komoditas (j) (Kabupaten) 1 X1j X1. 2 X2j X2.......... n Xnj Xn. Jumlah X.j X.. Tabel 1.2 Struktur tabel LQ Sektor i Nama Komoditas LQ Kecamatan (j) 1 LQ1j 2 LQ2j... n LQnj Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, digunakan batasan sebagai berikut: 1) Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktifitas di kecamatan-j secara relatif dibandingkan dengan total kabupaten atau terjadi pemusatan aktifitas di kecamatan-j. 2) Jika nilai LQ ij = 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total atau konsentrasi aktifitas di kecamatan-j sama dengan rata-rata total kabupaten. 4

3) Jika nilai LQij < 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan di seluruh kabupaten. b.2. Shift-Share Analysis Shift-share Analysis(SSA) digunakan melengkapi Location Quotient Analysis. Shift-share analysis merupakan teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu (Panuju dan Rustiadi, 2005) 2. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil SSA juga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Hasil SSA menjelaskan kinerja (performance) suatu aktifitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam total wilayah. Shift-share Analysis mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktifitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga bagian yaitu: sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah), sebab dari dinamika aktifitas/sektor (total wilayah), dan sebab dari dinamika wilayah secara umum. Dari hasil SSA inidiperoleh gambaran kinerja aktifitas di suatu wilayah. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil analisis, yaitu: 1) Komponen Laju Pertumbuhan Total (Komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah. 2) Komponen Pergeseran Proporsional (Komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum 2 Panuju DR dan Rustiadi E. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 5

dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktifitas total dalam wilayah. 3) Komponen Pergeseran Diferensial (Komponen differential shift). Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktifitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan/ ketidakunggulan) suatu sektor/aktifitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas tersebut di sub wilayah lain. Persamaan SSA adalah sebagai berikut : SSA X X.. ( t1) 1.. ( t0) X X i( t1) i( t0) X.. ( t X.. ( t 1) 0) X X ij( t1) ij( t0) X X i( t1) i( t0) dimana: a b c a : komponen share b : komponen proportional shift c : komponen differential shift, dan X.. : Nilai total aktifitas dalam total wilayah Xi. : Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah Xij : Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu t1 : titik tahun akhir t0 : titik tahun awal Dari hasil analisis LQ dan SSA diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai lapangan usaha yang tumbuh dan memiliki keunggulan di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas lapangan usaha dalam wilayah. c. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah secara deskriptif hasil dari pengolahan data dan informasi yang diperoleh baik di daerah survey maupun dari lembaga terkait. 6

BAB II PROFIL KABUPATEN TEMANGGUNG 2.1. Wilayah Administrasi, Letak Geografis, dan Aksesibilitas Secara administratif Kabupaten Temanggung terletak di tengahtengah Provinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 34,375 Km dan Timur ke Barat 43,437 Km. Secara geografis Kabupaten Temanggung terletak antara 110 0 23-110 0 46 30 Bujur Timur dan 7 0 14-7 0 32 35 Lintang Selatan dengan luas wilayah 870,65 Km 2 (87.065 Ha). Dalam Kabupaten Temanggung Dalam Angka (2016), wilayah Kabupaten Temanggung terbagi dalam 20 Kecamatan, 266 Desa, 23 Kelurahan, 1.568 Dusun, 5.553 Rukun Tetangga (RT) dan 1.610 Rukun Warga (RW). Batasbatas administratif Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang. d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo. Aksesibilitas merupakan salah satu hal penting dalam proses pengembangan suatu wilayah atau kawasan, karena aksesibilitas merupakan urat nadi kegiatan perekonomian yang berimbas pada peningkatan konektivitas dan kesejahteraan masyarakat penggunanya. Kemudahan akses dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah merupakan aspek yang harus dipertimbangkan sebelum menjalankan kegiatan usaha, karena aksesibilitas merupakan sarana distribusi kegiatan ekonomi wilayah yang akan sangat berpengaruh terhadap sebagian besar hasil produksi pertanian di kawasan tersebut, tidak terkecuali aksesibilitas di Kabupaten Temanggung. 7

2.2. Iklim, Topografi, dan Hidrologi 2.2.1. Iklim Wilayah Kabupaten Temanggung memiliki sifat iklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan dengan curah hujan tahunan pada umumnya tinggi. Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin, dimana udara pegunungan berkisar antara 20 0 C 30 0 C. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah Kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu (Lereng Gunung Sumbing), Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Candiroto. 2.2.2. Topografi Permukaan wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dataran tinggi. Pola topografi wilayah secara umum mirip sebuah cekungan atau depresi raksasa yang terbuka dibagian Tenggara, dibagian Selatan dan Barat dibatasi oleh 2 buah Gunung, yaitu Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Dibagian utara dibatasi oleh sebuah pegunungan kecil yang membujur dari Timur Laut kearah tenggara. Dengan topografi semacam itu, wilayah Kabupaten Temanggung memiliki permukaan yang sangat beragam dilihat dari ketinggian dan luas wilayah/kawasan. Sebagian wilayah Kabupaten berada pada ketinggian 500 m 1450 m (24,3%), luas areal ini merupakan daerah lereng gunung sindoro dan sumbing yang terhampar dari sisi selatan, barat sampai dengan utara wilayah. 2.2.3. Hidrologi Kondisi Hidrologi di wilayah Kabupaten Temanggung diuraikan berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan Wilayah Sungai (SWS). Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali Trocoh, Kali Progo, Kali Murung dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada wilayah ini tegabung dalam 2 SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS Progo Opak Oyo. Sumber mata air yang tersedia adalah mata air dan sumber air baku sungai. Mata air yang terdapat di Kabupaten Temanggung berjumlah 720 buah dengan kapasitas 2.332,65 liter/detik. Secara Hidrologi sungai yang 8

ada di Wilayah Kabupaten Temanggung dikelompokkan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS), Sub DAS, dan sub-sub DAS. Dengan sungai Progo yang merupakan sungai terpanjang yaitu mencapai 57 Km. Beberapa sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Temanggung meliputi dua macam sumber air yaitu sungai dan sumber air dangkal atau mata air. Jumlah masing-masing sumber air tersebut sebagai berikut: a. Sungai, terdapat di Kabupaten Temanggung merupakan hulu sungai atau Daerah Aliran Sungai diantaranya yang cukup besar adalah DAS Bodri. b. Mata air, ditinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Temanggung cukup potensial akan mata air, terutama di bagian barat (sekitar lereng gunung sindoro, sumbing dan ungaran yaitu Kecamatan yang berbatasan langsung seperti Kecamatan Kledung, Tretep, Bejen, Wonoboyo, Selopampang, Banasari, Ngadirejo dan Pringsurat). 2.3. Penggunaan Lahan Berdasarkan data dalam Kabupaten Temanggung Dalam Angka (2016), penggunaan lahan tahun 2015 di wilayah Kabupaten Temanggung untuk tegal/kebun, ladang/huma dan lainnya adalah sebesar 50.655 ha. Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung adalah tegal/kebun yaitu seluas 24.587 ha atau 48,54%. Luas penggunaan lahan lain yang dominan adalah penggunaan ladang/huma (6,34%) dan penggunaan lahan lainnya (45,12%). Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1. Tegal/Kebun 24.587 48,54 2. Ladang/Huma 3.214 6,34 3. Lainnya 22.854 45,12 Jumlah 50.655 100,00 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 9

2.4. Kependudukan Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Berdasarkan Kelompok Umur 60-64 50-54 40-44 30-34 20-24 10 14 0-4 -50.000 0 50.000 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Pada Tahun 2015 tercatat sebesar 745.778 jiwa, terdiri dari 373.819 jiwa lakilaki (50,12%) dan 371.959 jiwa perempuan (49,88%). Apabila dilihat dari sebarannya, kecamatan yang paling tertinggi persentasenya jumlah penduduknya adalah Kecamatan Temanggung dengan persentase sebesar 10,81%, kemudian Kecamatan Kedu dengan persentase sebesar 7,62%, dan Kecamatan Ngadirejo dengan persentase sebesar 7,03%. Sedangkan, kecamatan dengan persentase terendah yaitu Kecamatan Trerep dengan persentase sebesar 2,66%, kemudian Kecamatan Bejen dengan persentase sebesar 2,65%, dan Kecamatan Selopampang dengan persentase sebesar 2,48%. Banyaknya Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 2.2. Laki-laki Perempuan Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 0 4 31.334 29.804 61.138 2. 5 9 30.300 28.905 59.205 3. 10 14 29.063 27.985 57.048 4. 15 19 29.544 27.777 57.321 5. 20 24 27.501 25.104 52.605 6. 25 29 25.196 24.298 49.494 7. 30 34 26.547 27.376 53.923 8. 35 39 28.175 28.882 57.057 9. 40 44 28.377 29.162 57.539 10

Tabel 2.2 Lanjutan Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 10. 45 49 27.633 28.780 56.413 11. 50 54 25.556 26.340 51.896 12. 55 59 21.557 21.113 42.670 13. 60 64 15.133 14.523 29.656 14. 65+ 27.903 31.910 59.813 Jumlah 373.819 371.959 745.778 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 2.5. Pendidikan Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar, pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Temanggung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan di Kabupaten Temanggung dapat diperoleh dari Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). 2.5.1. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang seusia dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. APM digunakan untuk mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu usia sekolah maka APM akan mencapai nilai 100. Pada Kabupaten Temanggung Tahun 2015, Persentase nilai APM untuk Pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebesar 95,46%, untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS) sebesar 83,73% dan 11

untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 51,09%. Secara keseluruhan persentase terbaik Tahun 2014/2015 untuk APM terdapat di jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). 2.5.2. Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100% jika populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Pada Kabupaten Temanggung Nilai APK Tahun 2015, Persentase nilai APK untuk Pendidikan untuk Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebesar 93,87%, untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS) sebesar 97,17% dan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 60,76%. Secara keseluruhan persentase terbaik Tahun 2015 untuk APK terdapat di jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jumlah Nilai APM dan APK SD, SMP dan SMA Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 2.3. 12

Tabel 2.3 Nilai APK dan APM SD, SMP dan SMA Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Jenjang Pendidikan APM APK 1. SD/MI 93,87 108,24 2. SMP/MTs 83,73 97,17 3. SMA/SMK/MA 51,09 60,76 Jumlah 228,69 266,17 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 2.6. Kesehatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992, Kesehatan adalah Keadaan Sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Peningkatan sarana kesehatan sangat diperlukan sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain pemerintah, peran swasta dalam menunjang sarana kesehatan juga cukup tinggi. Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk selain sandang dan pangan. Fasilitas dan kualitas pelayanan kesehatan yang baik sudah menjadi tuntutan utama dalam menjaga kesehatan masyarakat. Pada tahun 2015 jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Temanggung adalah Rumah Sakit Umum 4 unit, Rumah Bersalin 1 unit, Puskesmas 24 unit, Posyandu 1.501 unit, Poliklinik/Balai Kesehatan 14 unit dan Polindes 22 unit. Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Jenis dan Jumlah Fasilitas di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah 1. Rumah Sakit Umum 4 2. Rumah Bersalin 1 3. Puskesmas 24 4. Posyandu 1.501 5. Poliklinik/Balai Kesehatan 14 6. Polindes 22 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 13

2.7. Agama Tempat Peribadatan yang tersedia di Kabupaten Temanggung Pada Tahun 2015 yaitu sebesar 1.549 Unit Masjid, 1.551 Unit Mushola, 77 Unit Gereja Protestan, 4 Unit Gereja Katholik, 275 Unit Pura dan 79 Unit Vihara. Sebagian besar agama yang dianut penduduk Kabupaten Temanggung yaitu agama islam sebanyak 728.242 orang, agama kristen protestan sebanyak 19.653 orang, agama kristen khatolik 14.494 orang, agama hindu sebanyak 455 orang, agama budha sebanyak 12.214 orang dan lainnya sebanyak 222 orang (Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016). 2.8. Transportasi dan Komunikasi Di wilayah Kabupaten Temanggung terdapat tiga penggolongan status jalan yaitu jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Jalan nasional yang melewati wilayah Kab. Temanggung sepanjang 46,18 Km atau 5,46% dari total panjang jalan, jalan provinsi yang melewati wilayah Kabupaten Temanggung sepanjang 60,43 Km atau 7,14% dari total panjang jalan, dan jalan kabupaten yang melewati wilayah Kabupaten Temanggung sepanjang 739,13 Km atau 87,39%. Dilihat dari jenis permukaannya, semua jalan nasional dan provinsi sepanjang 106,61 Km sudah semuanya beraspal. Sedangkan, untuk jalan kabupaten belum semuanya diaspal. Untuk Transportasi di Kabupaten Temanggung jumlah kendaraan bermotor angkutan penumpang khususnya bus kecil terdapat 591 unit, bus sedang terdapat 224 unit, dan bus besar terdapat 206 unit. Kapasitas bus kecil sampai dengan 12 penumpang, kapasitas bus besar sampai 14

dengan 55 penumpang. Peningkatan terjadi pada jumlah bus kecil yaitu bertambah 48 unit (Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2015). 2.9. Perekonomian Setiap perencanaan pembangunan wilayah memerlukan batasan praktikal yang dapat digunakan secara operasional untuk mengukur tingkat perkembangan wilayahnya. Secara umum tampaknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan kinerja ekonomi yang paling populer. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran produktifitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara. PDRB pada dasarnya merupakan total produksi kotor dari suatu wilayah, yakni total nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksikan oleh seluruh rakyat di wilayah tersebut dalam periode satu tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau jumlah nilai barang dan jasa. Nilai PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku atau berdasarkan harga konstan dengan menggunakan tahun dasar yang telah ditentukan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat struktur ekonomi suatu daerah, sedang PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Jika PDRB dibagi dengan jumlah penduduk suatu daerah, maka diperoleh pendapatan per kapita daerah tersebut. 2.9.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Pada Tahun 2012, Nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp.11.841.494,84,-. Pada Tahun 2013 meningkat sebesar Rp. 5.603,983,71,-. Pada Tahun 2014 meningkat sebesar Rp. 6.198.351,81,-. Pada Tahun 2015 meningkat sebesar Rp. 6.915.876,33,-. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat digambarkan dengan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten 15

Temanggung yang digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku, pada tahun 2015 tetap stabil yaitu sebesar 100%. 2.9.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Pada Tahun 2012, Nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2012 sebesar Rp.10.740.983,02,-. Pada tahun 2013 meningkat sebesar Rp.13.088.402,25,-. Pada tahun 2014 meningkat sebesar Rp.14.589.940,04,-. Pada tahun 2015 meningkat sebesar Rp.16.092.983,81,-. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat digambarkan dengan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung yang digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (tahun 2010), pada tahun 2015 meningkat sebesar 5,17% bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 5,06%. Lebih jelas mengenai Perkembangan PDRB Kabupaten Temanggung selengkapnya disajikan pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 PDRB dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Temanggung Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012 2015 Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Nilai (Juta Rp) Pertumbuhan (%) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Nilai (Juta Rp) Pertumbuhan (%) 2012 11.841.494,84 100 10.740.983,02 4,27 2013 13.088.402,25 100 11.299.342,97 5,20 2014 14.589.940,04 100 11.870.605,08 5,06 2015 16.092.983,81 100 12.484.288,20 5,17 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 16

2.9.3. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah Proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pertumbuhan perekonomian dapat dilihat dari suatu inflasi. Inflasi diukur berdasarkan perubahan Indeks Harga (IH). Inflasi yang dijadikan acuan di Kabupaten Temanggung tahun 2015, berdasarkan Indeks Harga Konsumen. Indeks Harga Konsumen untuk sektor pengeluaran yaitu umum, bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga dan transportasi. Angka Inflasi Kabupaten Temanggung tahun 2015 hampir sama jika dibandingkan dengan inflasi jawa tengah sebesar 2,73 persen dan lebih kecil dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,35 persen. Dari ketujuh kelompok pengeluaran yang menjadi acuan penghitungan inflasi, pada tahun 2015 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan yaitu sebesar 6,41 persen kemudian kelompok perumahan sebesar 5,46 persen. Sedangkan, pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan minus 4,73 persen. 2.10. Pertanian Komoditi yang dihasilkan Kabupaten Temanggung dari pertanian dirinci dalam beberapa jenis yaitu tanaman pangan, tanaman buahbuahan, hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. 2.10.1. Pertanian Tanaman Pangan Komoditas pertanian tanaman pangan yang dikembangkan adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai. Terhadap 6 Komoditas tanaman pangan, kontribusi luas panen padi terhadap luas panen 6 tanaman pangan di Kabupaten Temanggung 17

adalah 55,8% dengan jumlah produksi sebanyak 186.206,40 ton. Sedangkan, luas panen jagung mempunyai kontribusi terhadap luas panen 6 tanaman pangan di Kabupaten Temanggung sebesar 38,7% dengan jumlah produksi sebesar 82.419,96 ton. Secara rinci luas panen dan produksi 6 Komoditas tanaman pangan di Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Keragaan Pengusahaan Tanaman Pangan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Komoditas Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung LQ Ha % Ha % 1. Padi 1.529,0 97,1 27.792,0 55,8 1,74 2. Jagung 46,0 2,9 19.257,0 38,7 0,08 3. Ubi Kayu 0,0 0,0 2.162,0 4,3 0,00 4. Ubi Jalar 0,0 0,0 227,0 0,5 0,00 5. Kacang Tanah 0,0 0,0 352,0 0,7 0,00 6. Kedelai 0,0 0,0 8,0 0,0 0,00 Jumlah 1.575,0 100,0 49.798,0 100,0 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. Di Kecamatan Candiroto, luas tanaman padi mempunyai kontribusi sebesar 97,1% lebih besar dari jagung 2,9%. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa komoditas Padi mempunyai nilai 1,74. Hal ini menunjukkan bahwa padi merupakan komoditas basis di Kecamatan Candiroto. Untuk melengkapi analisis LQ dilakukan penghitungan Shiftshare analysis (SSA). Analisis SSA merupakan teknik analisis untuk 18

memahami pergeseran struktur aktifitas dalam hal ini pengusahaan komoditi di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktifitas dari hasil analisis Shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. aktifitas yang memiliki keunggulan kompetitif berarti di dalamnya memiliki lingkungan yang kondusif bagi aktifitas yang bersangkutan. Komponen differensial menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas dalam hal ini pengembangan komoditi tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total pengembangan komoditi tersebut dalam wilayah. Komponen ini juga menggambarkan dinamika (keunggulan/ketidakunggulan) pengembangan komoditi tertentu di sub wilayah tertentu terhadap pengembangan komoditi tersebut di sub wilayah lain. Data yang dipergunakan untuk analisis SSA adalah data pengusahaan komoditas tanaman pangan di Kecamatan Candiroto dan Kabupaten Temanggung pada tahun 2014 (Kab. Temanggung Dalam Angka, 2015) dan 2015 (Kab. Temanggung Dalam Angka, 2016). Perhitungan SSA tidak dilakukan karena data yang tersedia dalam Kabupaten Dalam Angka tahun 2014 bersifat agregat tidak berdasarkan kecamatan. 19

Gambar 2.1 Luas Panen(Ha) Padi Sawah dan Cabai menurut Kecamatan di Kabupaten Temanggung. 20

2.10.2. Pertanian Tanaman Buah-buahan (Tahunan) Komoditi Pertanian Tanaman Buah-buahan yang dikembangkan adalah durian, rambutan, jambu biji, klengkeng, salak dan pisang. Dari jumlah pohon komoditas buah-buahan yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Temanggung adalah pisang (32,8%) dan salak (26,0%). Secara rinci jumlah pohon dari 6 komoditas buah-buahan disajikan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Keragaan Pengusahaan Komoditas Buah-Buahan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Komoditas LQ Pohon % Pohon % 1. Durian 1.100,0 6,2 52.577,0 12,1 0,51 2. Rambutan 976,0 5,5 28.765,0 6,6 0,83 3. Jambu Biji 2.306,0 12,9 79.022,0 18,1 0,71 4. Klengkeng 0,0 0,0 18.701,0 4,3 0,00 5. Salak 9.614,0 54,0 113.442,0 26,0 2,07 6. Pisang 3.820,0 21,4 142.987,0 32,8 0,65 Jumlah 17.816,0 100,0 435.494,0 100,0 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. Di Kecamatan Candiroto, luasan tanam komoditas buahbuahan yang mempu-nyai kontribusi besar adalah salak (54,0%) dan pisang (21,4%). Hasil LQ yang bernilai > 1 adalah salak (2,07). Hal ini menunjukkan bahwa untuk komoditas buah-buahan tahunan, salak merupakan komoditas basis di Kecamatan Candiroto. Perhitungan SSA tidak dilakukan karena data yang tersedia dalam Kabupaten Dalam Angka tahun 2014 bersifat agregat tidak berdasarkan kecamatan. 21

Gambar 2.2 Luas Tanam (Ha) Salak dan Kopi Robusta menurut Kecamatan di Kabupaten Temanggung. 22

2.10.3. Pertanian Tanaman Hortikultura Semusim (Sayur-Sayuran) Komoditi Pertanian Tanaman Holtikultura yang dikembangkan diantaranya adalah tomat, bawang putih, bawang merah, kentang, kubis, cabai, sawi, kacang merah, dan terong. Dari komoditas sayur-sayuran tersebut yang mempunyai kontribusi relatif besar di Kabupaten Temanggung adalah cabai (43,5%). Secara rinci luasan tanam komoditas sayur-sayuran disajikan pada Tabel 2.8. Tabel 2.8 Luas Panen 9 Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Komoditas Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung LQ Ha % Ha % 1. Tomat 14 3,2 383 3,2 1,01 2. Bawang Putih 10 2,3 846 7,0 0,33 3. Bawang Merah 11 2,5 1.461 12,1 0,21 4. Kentang 0 0,0 465 3,8 0,00 5. Kubis 50 11,5 1.677 13,9 0,83 6. Cabai 325 74,5 5.262 43,5 1,71 7. Sawi 16 3,7 155 1,3 2,86 8. Kacang Merah 10 2,3 1.702 14,1 0,16 9. Terong 0 0,0 139 1,1 0,00 Jumlah 436 100,0 12.090 100,0 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. Luas tanam cabai di Kecamatan Candiroto dalam 9 Komoditas hortikultura semusim tersebut mempunyai kontribusi terbesar yaitu 74,5%. Berdasarkan nilai LQ, komoditas hortikultura semusim di Kecamatan Candiroto yang mempunyai nilai > 1 adalah cabai dan sawi. Namun, jika dikaitkan dengan kontribusinya, cabai nampaknya menjadi komoditas unggulan bagi petani di Kecamatan Candiroto. Analisis SSA tidak dilakukan karena data yang tersedia dalam Kabupaten Dalam Angka tahun 2014 bersifat agregat tidak berdasarkan kecamatan. 23

2.10.4. Tanaman Perkebunan Komoditi Pertanian Tanaman Perkebunan yang dikembangkan diantaranya kopi arabika, kopi robusta, cengkeh, kelapa, kapuk, aren, tebu, tembakau, panili, kakao, kayu manis dan lada. Dari komoditas tanaman perkebunan tersebut yang mempunyai kontribusi besar di Kabupaten Temanggung adalah tembakau (59,1%) dan kopi robusta (26,4%). Secara rinci luas tanam dari komoditas tanaman perkebunan disajikan pada Tabel 2.9. Tabel 2.9 Luas Pengusahaan 12 Tanaman Perkebunan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 dan Perhitungan Location Quotient Komoditas Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Ha % Ha % 1. Kopi Arabika 96,9 3,9 1.377,8 4,5 0,86 2. Kopi Robusta 1.619,8 64,4 8.158,6 26,4 2,44 3. Cengkeh 73,9 2,9 872,0 2,8 1,04 4. Kelapa 44,8 1,8 1.405,2 4,6 0,39 5. Kapuk 0,0 0,0 6,7 0,0 0,00 6. Aren 4,1 0,2 378,7 1,2 0,13 7. Tebu 0,0 0,0 167,9 0,5 0,00 8. Tembakau 653,0 26,0 18.248,1 59,1 0,44 9. Panili 5,0 0,2 20,6 0,1 2,95 10. Kakao 10,2 0,4 179,7 0,6 0,70 11. Kayu Manis 5,0 0,2 28,2 0,1 2,17 12. Lada 1,9 0,1 10,4 0,0 2,24 Jumlah 2.514,6 100,0 30.853,9 100,0 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. Luas tanaman perkebunan di Kecamatan Candiroto dalam 12 Komoditas tanaman perkebunan tersebut yang mempunyai kontribusi LQ 24

yang relatif besar adalah kopi robusta (64,4%) dan tembakau (26,0%). Berdasarkan nilai LQ, komoditas tanaman perkebunan di Kecamatan Candiroto yang mempunyai nilai > 1 adalah kopi robusta, cengkeh, panili, kayu manis, dan lada. Namun demikian jika dikaitkan dengan kontribusinya, kopi robusta nampaknya menjadi komoditas unggulan bagi petani di Kecamatan Candiroto. Analisis SSA tidak dilakukan karena data yang tersedia dalam Kabupaten Dalam Angka tahun 2014 bersifat agregat tidak berdasarkan kecamatan. 2.10.5. Peternakan Komoditi peternakan yang dikembangkan adalah ternak besar, kecil dan unggas. Untuk ternak besar, populasinya didominasi oleh ternak sapi (93,83%), ternak kecil oleh domba (80,14%), dan ternak unggas berupa ayam kampung (68,12%). Jenis Ternak dan Populasinya di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 disajikan pada Tabel 2.10. Tabel 2.10 Jenis Ternak dan Populasinya di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Jenis Ternak Populasi Keterangan Ternak Besar 1. Sapi Perah 269 0,77 % Populasi 2. Sapi 32.838 93,83 % Populasi 3. Kerbau 1.438 4,11 % Populasi 4. Kuda 454 1,30 % Populasi Ternak Kecil 1. Kambing 75.684 17,56 % Populasi 2. Domba 345.477 80,14 % Populasi 3. Babi 95 0,02 % Populasi 4. Kelinci 9.858 2,29 % Populasi Ternak Unggas 1. Ayam Kampung 1.881.012 68,12 % Populasi 2. Ayam Petelur 682.869 24,73 % Populasi 3. Itik 127.171 4,61 % Populasi 4. Burung Puyuh 51.501 1,87 % Populasi 5. Angsa 18.743 0,68 % Populasi Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 25

2.10.6. Perikanan Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, Perikanan adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan proses pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Potensi pengembangan perikanan di Kabupaten Temanggung cukup mempunyai potensi untuk dikembangkan. Potensi produksi perikanan di wilayah Kabupaten Temanggung berupa kolam, mina padi, sungai, dan genangan/cekdam. Potensi produksi perikanan terbanyak terdapat pada kolam sebanyak 35.415,03 Kw dengan kontribusi 59,25% dan paling sedikit potensi produksi perikanan terdapat pada subsektor genangan/cekdam sebanyak 877,77 Kw dengan kontribusi 1,47%. Secara rinci produksi perikanan di Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 2.11. Tabel 2.11 Produksi Perikanan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Subsektor Produksi (Kw) % 1. Kolam 35.415,03 59,25 2. Mina Padi 21.915,00 36,66 3. Sungai 1.566,20 2,62 4. Genangan/Cekdam 877,77 1,47 Jumlah 59.774,00 100,00 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 2.10.7. Kehutanan Hutan merupakan sumber kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya baik berupa hasil hutan yang dapat memberikan manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produksi hasil hutan di Kabupaten Temanggung memiliki beberapa jenis komoditi yang dapat dimanfaatkan antara lain kayu jati pertukangan, kayu mahoni pertukangan, kayu pinus, dan sengon pertukangan, kayu rimba pertukangan, kayu bakar industri dan hasil hutan lainnya (getah pinus, telur sutera alam dan kopi). 26

Produksi hasil hutan di Kabupaten Temanggung pada tahun 2015 dari jenis komoditi Kayu Pinus dan Sengon Pertukangan yang produksinya terbanyak dengan produksi 3.847,92 m 3. Sedangkan, jenis produksi komoditi pohon kopi yang produksinya sedikit dengan produksi 26,12 m 3. Secara rinci produksi kayu hutan di Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 2.12. Tabel 2.12 Produksi Kayu Hutan Menurut Jenis Produksi di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Jenis Produksi Produksi (m 3 ) 1. Kayu Jati Pertukangan 4,75 2. Kayu Mahoni Pertukangan 1.907,43 3. Kayu Pinus dan Sengon Pertukangan 3.847,92 4. Kayu Rimba Pertukangan - 5. Kayu Bakar Industri - 6. Getah Pinus 298,5 7. Telur Sutera Alam - 8. Kopi 26,12 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 2.11. Indeks Pembangunan Desa Indeks Pembangunan Desa (IPD) adalah indeks komposit yang disusun menggunakan beberapa dimensi, variabel, dan indikator kuantitatif untuk menggambarkan tingkat kemajuan desa pada suatu waktu. Apabila IPD diukur secara berkala dan ditampilkan antar waktu, maka dapat diperoleh dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa. Dinamika dan perubahan tingkat kemajuan desa secara tidak langsung merupakan ukuran kinerja pembangunan di desa atau kawasan perdesaan. 27

Pengukuran IPD berdasarkan 5 Dimensi, 12 Variabel, dan 42 Indikator menghasilkan ukuran komposit yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan tipologi desa yaitu: Desa Tertinggal, Desa Berkembang, dan Desa Mandiri (Bappenas, 2015). 1. Desa Tertinggal, adalah desa dengan nilai IPD kurang dari sama dengan 50. 2. Desa Berkembang, adalah desa dengan nilai IPD lebih dari 50 namun kurang dari sama dengan 75. 3. Desa Mandiri, Desa yang telah terpenuhi pada aspek kebutuhan sosial dasar, infrastruktur dasar, sarana dasar, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan desa dan secara kelembagaan telah memiliki keberlanjutan. Desa Mandiri merupakan desa dengan nilai IPD lebih dari 75. Selain itu, hasil pengukuran IPD menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan: (a) penetapan target pencapaian dan lokasi sasaran RPJMN 2015 2019, dan (b) evaluasi kinerja pembangunan desa. IPD tahun 2014 ini dimungkinkan menjadi baseline, perlu dipertimbangkan upaya penyediaan data dan pengukuran serupa di masa datang. Berdasarkan Data Podes (2014), hasil perhitungan Indeks Pembangunan Desa di Kabupaten Temanggung yang dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan BPS dengan jumlah desa 266 Desa terdapat Desa Tertinggal sebanyak 2 Desa (0,75%), Desa Berkembang sebanyak 251 Desa (94,36%), dan Desa Mandiri sebanyak 13 Desa (4,89%). 28

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG 3.1. Kebijakan Strategis Kabupaten Temanggung Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Temanggung (2012), kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang terkait dengan sistem perdesaan, sistem perkotaan, fungsi kawasan, serta sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Temanggung. Terkait dengan sistem perdesaan, strateginya menjelaskan tentang struktur perdesaan yang menggambarkan sistem perdesaan yang berkaitan dengan perkotaan secara keseluruhan yang mampu meningkatkan keserasian tata ruang wilayah. Adapun strategi sistem perdesaan, adalah: 1. Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif meliputi: a. menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan; b. mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan-lahan yang bukan tanah sawah irigasi; c. mengembangkan dan merevitalisasi jaringan irigasi; dan d. meningkatkan produktivitas lahan pertanian. 2. Strategi pengembangan industri berbahan baku lokal meliputi: a. mengarahkan pengembangan kegiatan industri hasil hutan; b. mengembangkan agro industri untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian; c. mengembangkan industri kreatif yang berbahan baku lokal; dan d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pengembangan industri. 3. Strategi pengembangan pusat pelayanan meliputi: a. membagi Wilayah fungsional Daerah berdasarkan morfologi dan kondisi sosial ekonomi Daerah; b. mengembangkan pusat pelayanan baru berfungsi sebagai PKL; dan c. mengoptimalkan peran ibukota Kecamatan sebagai PPK. 4. Strategi pengembangan kepariwisataan meliputi: a. mengembangkan Kawasan wisata alam berbasis pelestarian alam lingkungan; 29

b. mengembangkan tujuan wisata buatan berbasis keanekaragaman flora dan fauna serta aneka wahana permainan; c. meningkatkan usaha pemasaran pariwisata dan kerjasama promosi antar daerah; d. meningkatkan peran masyarakat dalam perwujudan Daerah tujuan wisata; dan e. mengembangkan kawasan pariwisata budaya berbasis keunikan lokal. 5. Strategi peningkatan keterkaitan kawasan perkotaan-perdesaan meliputi: a. menetapkan fungsi pengembangan wilayah berdasarkan potensi yang dimiliki; b. mengembangkan permukiman perdesaan yang sinergi dengan pengembangan sektor pertanian; dan c. mengembangkan permukiman perkotaan dan perdesaan yang sinergi secara ekonomi. 6. Strategi pengembangan Kawasan Perkotaan yang mampu berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil komoditas Daerah meliputi: a. meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi perdesaan pada PPK dan PPL; b. meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi pada PKL dan PKLp. 7. Strategi pengembangan prasarana wilayah Daerah meliputi: a. meningkatkan kualitas jaringan jalan yang menghubungkan antara simpul-simpul kawasan produksi dengan kawasan pusat pemasaran; b. meningkatkan pelayanan sistem energi dan telekomunikasi di Kawasan Perdesaan; c. mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air; d. mengembangkan sistem jaringan limbah di Permukiman Perkotaan dan Kawasan Peruntukan Industri; e. mengembangkan jalur dan ruang evakuasi bencana alam; dan f. mengembangkan sistem sanitasi lingkungan di Kawasan Perkotaan. 8. Strategi peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung meliputi: a. meningkatkan fungsi Kawasan Lindung yang telah menurun; b. menetapkan luas dan lokasi Kawasan Lindung; 30

c. melakukan pola terasering dan penghijauan pada lahan-lahan rawan longsor dan erosi; dan d. mengembangkan budidaya tanaman tahunan pada lahan-lahan Kawasan Lindung yang dimiliki masyarakat. 9. Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi: a. mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya di Kawasan rawan bencana; b. mengembangkan RTH pada Kawasan perkotaan; dan c. mengarahkan perkembangan Kawasan terbangun di Kawasan Perkotaan secara efisien. 10. Strategi peningkatan fungsi Kawasan untuk pertahanan dan keamanan meliputi: a. mendukung penetapan Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; b. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; c. mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau budidaya tidak terbangun di sekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset Pertahanan/Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI). 11. Strategi pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten meliputi: a. mengendalikan pertumbuhan di Kawasan sepanjang koridor jalan nasional; b. mengoptimalkan pengembangan Kawasan Industri; c. mengoptimalkan pengembangan Kawasan Agropolitan; d. mengoptimalkan pengembangan Kawasan Minapolitan; e. melestarikan Kawasan cagar budaya; dan f. meningkatkan perlindungan Kawasan Lindung. 31

Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung, 2012. Gambar 3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Temanggung. 32

3.2. Sub Satuan Wilayah Pengembangan Dalam struktur tata ruang wilayah Kabupaten Temanggung telah ditetapkan model regionalisasi atau pembentukan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Setiap SSWP memiliki wilayah pendukung memiliki kelengkapan beberapa fasilitas penunjang sosial-ekonomi dalam skala pelayanan sub-regional. Dalam RTRW Kabupaten Temanggung, sistem tata ruang Kabupaten Temanggung terdiri atas 6 SSWP sebagai berikut: 1. SSWP I Wilayah Pengembangan ini Meliputi Kecamatan Temanggung, Kecamatan Kedu, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Tembarak dan Kecamatan Selopampang. 2. SSWP II Wilayah Pengembangan ini Meliputi Kecamatan Parakan, Kecamatan Bansari dan Kecamatan Kledung. 3. SSWP III Wilayah Pengembangan ini Meliputi Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Jumo. 4. SSWP IV Wilayah Pengembangan ini Meliputi Kecamatan Bejen, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Tretep dan Kecamatan Wonoboyo. 5. SSWP V Wilayah Pengembangan ini Meliputi Kecamatan Gemawang, Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Kaloran. 6. SSWP VI Wilayah Pengembangan ini Meliputi Kecamatan Kranggan dan Kecamatan Pringsurat. 33

3.3. Kebijakan Pembangunan 3.3.1. Fokus Pembangunan Terdapat 12 prioritas sebagai fokus pembangunan yang merupakan permasalahan mendasar dan aktual untuk segera ditangani, yaitu: 1. pelaksanaan pembangunan pendidikan yang belum optimal. 2. pemerataan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. 3. pengembangan dan pemanfaatan teknologi dan inovasi pertanian, pengembangan infrastruktur pertanian dan pengembangan pertanian yang berwawasan lingkungan. 4. pengembangan ekonomi kerakyatan. 5. peningkatan kesejahteraan masyarakat. 6. pemenuhan lingkungan hunian/permukiman yang bersih dan sehat. 7. pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, pemberdayaan pemuda, dan pengembangan olahraga; 8. pemerataan pembangunan insfrastruktur daerah; 9. pemerataan akses masyarakat terhadap layanan transportasi; 10. pengelolaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pengelolaan lingkungan hidup; 11. pengelolaan administrasi pemerintahan, pengelolaan keuangan, pengelolaan asset, dan pengelolaan kearsipan yang didukung dengan pelaksanaan e-goverment; 12. pelayanan publik. 3.3.2. Pengembangan Wilayah Kecamatan Candiroto sebagai Kawasan Perkebunan Kopi Wilayah Candiroto sebagai salah satu penghasil kopi cukup besar di Kabupaten Temanggung. Kopi yang dihasilkan mempunyai ciri-ciri dengan daun kopi lebih lebar dan hidup di dataran yang tidak cukup tinggi, umumnya kopi yang dihasilkan jenis robusta. Selain itu, ada dua jenis kopi yang biasa dihasilkan yaitu kopi jenis murni dan campuran. Untuk kopi murni tanpa campuran, sedangkan untuk kopi campuran yaitu 34

kopi yang dicampur dengan beras. Untuk kecamatan candiroto pengembangan wilayahnya terdapat di desa batursari, muneng dan mento. Komoditas kopi terbesar terdapat di desa mento. Sebagian besar kopi dijual dalam bentuk biji oleh para petani, dan hanya sedikit saja yang mengolah dalam bentuk kopi bubuk yang siap untuk dibuat minuman. Kurang minatnya para petani untuk menjual kopi dalam bentuk kopi bubuk disebabkan antara lain karena penjualan dalam bentuk biji lebih mudah dan langsung mendapatkan keuntungan. Sementara untuk membuat kopi dibutuhkan modal, waktu dan keahlian tertentu. Penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung seluas 87.065 Ha terdistribusi dalam 2 (dua) klasifikasi penggunaan tata ruang berdasarkan fungsi utama kawasan, yaitu Kawasan Budidaya dan Kawasan Lindung. 1. Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan yang digunakan atau diambil manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kawasan Budidaya tersebut diklasifikasikan menjadi 9 (sembilan) kawasan berdasarkan peruntukannya yaitu: kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata dan kawasan pertahanan keamanan. Sembilan kawasan budidaya berdasarkan peruntukannya di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada Tabel 3.1. 35

Tabel 3.1 Penetapan Kawasan Budidaya Kabupaten Temanggung Kawasan Budidaya (Peruntukan) Penetapan Kawasan 1. Hutan Produksi Kecamatan Tretep, Bejen, Wonoboyo, Candiroto, Ngadirejo, Bansari, Kaloran, Kledung, Gemawang, Kandangan 2. Hutan Rakyat Seluruh Kecamatan 3. Pertanian Pertanian Tanaman Pangan : 20 Kecamatan Pertanian Holtikultura : 20 Kecamatan Perkebunan : Kecamatan Bejen, Kandangan, Pringsurat, Candiroto, Gemawang dan Jumo Peternakan : 20 Kecamatan 4. Perikanan Seluruh Kecamatan 5. Pertambangan Kecamatan Wonoboyo, Kandangan dan Pringsurat 6. Industri Kecamatan Pringsurat dan Kranggan 7. Pariwisata Pariwisata Alam meliputi kawasan pendakian gunung sindoro, kawasan pendakian gunung sumbing, kawasan kledung, mata air jumprit, air terjun onje, air terjun lawe, air terjun troncoh dan gua lawa. Pariwisata Budaya meliputi kawasan candi pringapus, candi gondosuli, situs liyangan dan bangunan bersejarah Pariwisata Buatan meliputi taman rekreasi pikatan waterpark, taman kartini, monumen meteroit dan agrowisata rowoseneng 8. Permukiman Seluruh Kecamatan 9. Pertahanan Keamanan Daerah latihan meliputi Kecamatan Kaloran, Kandangan, Kranggan dan Pringsurat Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung, 2012. 36

2. Kawasan Lindung Kawasan lindung di Kabupaten Temanggung terdiri atas: a. kawasan hutan lindung, b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (kawasan resapan air), c. kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai, sempadan saluran irigasi, kawasan sekitar waduk dan embung, kawasan sekitar mata air, ruang terbuka hijau wilayah perkotaan, sempadan jalan), d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, e. kawasan rawan bencana alam, f. kawasan lindung geologi, dan g. kawasan lindung di luar kawasan hutan. 37

38 Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi

BAB IV KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN KOPI DI KECAMATAN CANDIROTO 4.1. Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kecamatan Candiroto Istilah agrowisata atau sering pula disebut wisata agro, populer sejak awal dekade 2000an. Agrowisata adalah kegiatan wisata yang berlokasi atau berada di Kawasan Pertanian, terutama tanaman perkebunan (kopi, teh, coklat, dll) dan tanaman buah-buahan. Salah satu daya tarik agrowisata adalah adanya kesempatan bagi pengunjung untuk memetik (memanen) buah dan hasil perkebunan lainnya. Selanjutnya, hasil panen ditimbang dan dan dihargai pengunjung sesuai dengan harga yang ditetapkan pengelola. Kabupaten Temanggung memiliki potensi besar di bidang agrowisata, terutama agrowisata kebun kopi. Ada satu lokasi yang ideal untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata perkebunan kopi di Kabupaten Temanggung, yaitu Perkebunan Kopi Candiroto. Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung mempunyai wilayah pengembangan sebanyak 3 desa, yaitu Desa Batursari, Muneng dan Mento. 4.2. Indeks Pembangunan Desa (IPD) Berdasarkan Data Podes (2014), hasil perhitungan Indeks Pembangunan Desa di Kecamatan Candiroto yang dilakukan oleh Bappenas bekerjasama dengan BPS dengan 14 Desa terdapat Desa Berkembang sebanyak 13 Desa (92,86%), dan Desa Mandiri sebanyak 1 Desa atau 7,14% (Tabel 4.1). 39

Gambar 4.2 Status Perkembangan Desa Berdasarkan IPD 2014 di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi, Kec. Candiroto, Kab. Temanggung. 40

Tabel 4.1 Desa-Desa dan Status IPD di Kecamatan Candiroto Desa Status IPD Keterangan 1. Candiroto Mandiri - 2. Lempuyang Berkembang - 3. Canggal Berkembang - 4. Kentengsari Berkembang - 5. Ngabean Berkembang - 6. Bantir Berkembang - 7. Krawitan Berkembang - 8. Muntung Berkembang - 9. Batursari Berkembang Bagian Kws. Perdesaan 10. Mento Berkembang Bagian Kws. Perdesaan 11. Muneng Berkembang Bagian Kws. Perdesaan 12. Plosogaden Berkembang - 13. Sidoharjo Berkembang - 14. Gunungpayung Berkembang - Sumber: Indeks Pembangunan Desa 2014 Tantangan Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa (Bappenas, 2015). 4.3. Kependudukan Pada Tahun 2015, keluarga di Kecamatan Candiroto berjumlah 10.189 KK dengan penduduk 33.505 jiwa (Statistik Daerah Kecamatan Candiroto, 2016). Jumlah keluarga di 3 desa yang menjadi wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi adalah 2.299 KK dengan penduduk 7.483 jiwa. Penduduk di 3 desa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi adalah 22,33% dari penduduk di Kecamatan Candiroto. Banyaknya Jumlah keluarga dan penduduk di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi dan di Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 4.2. 41

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Desa Laki-Laki Penduduk (Jiwa) Perempuan Jumlah Penduduk % Desa Jumlah KK 1. Batursari 1.542 1.567 3.109 41,55 975 2. Muneng 1.007 1.015 2.022 27,02 591 3. Mento 1.139 1.213 2.352 31,43 733 Jumlah Dalam Kawasan 3.688 3.795 7.483 100,00 2.299 Kec. Candiroto 16.513 16.992 33.505 10.189 % Kawasan thd Kecamatan 22,33 22,33 22,33 22,56 Sumber: Kecamatan Candiroto Dalam Angka, 2016. Jumlah penduduk di Desa Muneng adalah yang terendah yaitu hanya 26,20% dari jumlah penduduk Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi, sedangkan Desa Batursari mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu 43,23%. Berdasarkan mata pencaharian, sebagian besar penduduk di Kecamatan Candiroto, bekerja di lapangan usaha Pertanian (71,61%), Perdagangan (10,71%) dan Jasa (9,84%). 4.4. Pendidikan Jenis Sekolah yang tersedia di Kecamatan Candiroto sampai SMU atau sederajat. Sedangkan di desa-desa Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi jenis sekolah yang tersedia yaitu hanya sampai Sekolah Dasar (SD). Sehingga untuk bersekolah jenjang lebih tinggi dari SD bersekolah di desa lain. Banyaknya sekolah dan murid menurut jenis sekolah di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi disajikan pada Tabel 4.3. 42

Tabel 4.3 Banyaknya Sekolah dan Murid Menurut Jenis Sekolah di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Jenis Sekolah Candiroto Sekolah Kawasan Perdesaan Candiroto Murid Kawasan Perdesaan 1. TK/Sederajat 26 7 687 129 2. SD/Sederajat 28 8 2.789 636 3. SMP/Sederajat 5 0 899 0 4. SMU/Sederajat 3 0 1.095 0 Sumber: Kecamatan Candiroto Dalam Angka, 2016. 4.5. Kesehatan Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk selain sandang dan pangan. Fasilitas dan kualitas pelayanan kesehatan yang baik sudah menjadi tuntutan utama dalam menjaga kesehatan masyarakat. Pada tahun 2015, jenis sarana kesehatan yang tersedia di Kecamatan Candiroto yaitu puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu dan poskesdes. Untuk desa-desa di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi sarana kesehatan yang tersedia adalah posyandu (24 buah) dan poskesdes (2 buah). Sedangkan, tenaga medis yang berdomisili di desa-desa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi adalah bidan, dukun bayi, dukun pijat dan tukang gigi. Ketersedian sarana kesehatan dan tenaga medis di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi dan di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5. 43

Tabel 4.4 Ketersediaan Sarana Kesehatan di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Desa Puskesmas Jenis Sarana Kesehatan Puskesmas Posyandu Pembantu Poskesdes 1. Batursari 0 0 9 0 2. Muneng 0 0 7 1 3. Mento 0 0 8 1 Jumlah Dalam Kawasan 0 0 24 2 Kec. Candiroto 1 2 74 7 Sumber: Kecamatan Candiroto Dalam Angka, 2016. Tabel 4.5 Ketersediaan Tenaga Medis di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Desa Dokter Umum Tenaga Medis Perawat/ Bidan Mantri Dukun Bayi 1. Batursari 0 1 0 1 2. Muneng 0 1 0 1 3. Mento 0 0 0 1 Jumlah Dalam Kawasan 0 2 0 3 Kec. Candiroto 0 0 20 19 Sumber: Kecamatan Candiroto Dalam Angka, 2016. 4.6. Transportasi dan Komunikasi Jenis sarana transportasi yang terdapat di kawasan perdesaan Kecamatan Candiroto yaitu bus, mini bus, bus antar kota, dan sepeda motor/ojeg. Di Desa Batursari terdapat bus 1 unit dan sepeda motor/ojeg 6 unit, sedangkan di Desa Muneng terdapat 26 unit sepeda motor ojeg dan di Desa Mento terdapat 33 unit sepeda motor ojeg. Untuk sarana komunikasi yang tersedia di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi adalah wartel yang terdapat di Desa Batursari. Banyaknya sarana transportasi di 44

Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Jumlah Sarana Transportasi di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Sarana Transportasi Desa Bus Antar Sepeda Bus Mini Bus Kota Motor/Ojeg 1. Batursari 1 - - 6 2. Muneng - - - 26 3. Mento - - - 33 Jumlah 1 0 0 65 Sumber: Kecamatan Candiroto dalam Angka, 2016. 4.7. Lembaga Ekonomi Jenis lembaga ekonomi yang terdapat di Kecamatan Candiroto yaitu koperasi (1 buah) dan bank (1 buah). Sedangkan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi tidak terdapat lembaga ekonomi. 4.8. Pertanian Kondisi geografis Kecamatan Candiroto merupakan dataran tinggi. Pada Tahun 2015, data yang terdapat di Kecamatan Candiroto menunjukkan luas tegal/ladang mencapai 1.698,00 ha atau 35,38% dari luas wilayah. Luas lahan dan penggunaannya di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi dan di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 4.7. 45

Tabel 4.7 Luas Lahan dan Penggunaannya di Kecamatan Candiroto dan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Desa Luas Sawah Tegal/ Ladang Penggunaan Bangunan/ Pekarangan Kolam/ Empang Lain- Lain Ha Ha Ha Ha Ha Ha 1. Batursari 257,00 100,00 191,00 47,00 0,00 19,00 2. Muneng 186,00 68,00 147,00 30,00 0,00 9,00 3. Mento 195,00 113,00 148,00 44,00 0,00 3,00 Jumlah Dalam Kawasan 638,00 281,00 486,00 121,00 0,00 31,00 Kec. Candiroto 4.799,00 1.152,00 1.698,00 399,00 0,00 98,00 Sumber: Kecamatan Candiroto dalam Angka, 2016. Sama halnya dengan kondisi kecamatan, di wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi penggunaan lahan didominasi oleh tegal/ladang yaitu 486,00 ha (76,18%). Berdasarkan data dan informasi Kecamatan Candiroto, komoditas unggulan untuk 3 Desa yang ditetapkan menjadi wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Komoditas Unggulan untuk 3 Desa di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Desa Komoditas Luas 1. Batursari 1. Kopi 210,00 Ha 2. Cabe 4,50 Ha 3. Kubis 0,50 Ha 2. Muneng 1. Salak 0,30 Ha 2. Nangka 1,00 Ha 3. Mento 1. Kopi 142,00 Ha 2. Tembakau 24,00 Ha 3. Cabe 17,10 Ha 4. Tomat 2,00 Ha 5. Jagung 1,00 Ha Sumber: Kecamatan Candiroto dalam Angka, 2016. 46

Gambar 4.3 Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa pada Sektor Pertanian di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi, Kecamatan Candiroto, Kab. Temanggung. 47

4.9. Peternakan Komoditi peternakan yang dikembangkan adalah populasi ternak besar, ternak kecil dan unggas. Dimana populasi unggas merupakan populasi unggulan di Kecamatan Candiroto dengan jumlah terbanyak yaitu komoditas ayam buras 201.212 ekor, dan jenis ternak paling sedikit yaitu ternak besar dengan populasi kuda 29 ekor. Banyaknya Populasi Peternakan di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Komoditas Populasi (Ekor) 1. Sapi Potong 643 2. Kerbau 82 3. Kuda 29 4. Kambing 5.688 5. Domba 4.317 6. Kelinci 124 7. Ayam Buras 201.212 8. Ayam Petelur 115.818 9. Itik 4.483 10. Enthok 811 11. Burung Puyuh 3.006 12. Angsa 1.428 Sumber: Kecamatan Candiroto dalam Angka, 2016. 4.10. Arahan Pengembangan Arahan pengembangan khusus Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi belum tersusun, namun demikian dari beberapa referensi yang ada terkait dengan arahan yang ada dalam RTRW Kabupaten Temanggung (2012) terdapat arahan pengembangan untuk Kecamatan Candiroto sebagai Kawasan Perkebunan Kopi sebagai bagian dari wilayah pengembangan Perkebunan Kopi Candiroto. 48

4.10.1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Transportasi Peningkatan prasarana transportasi diantaranya dilakukan dengan pembangunan infrastruktur jalan yang merupakan prasarana wilayah yang pokok dalam pengembangan kawasan agropolitan sebagai jalur mobilitas. Program pembangunan infrastruktur jalan di Kecamatan Candiroto adalah: a. Perkerasan jalan Desa Mento Desa Muneng sepanjang 2.300 m x 2,5 m. Jalan tersebut menghubungkan Desa Mento dengan Desa Muntung. b. Pengerasan Desa Margoyoso Desa Puspo sepanjang 3.000 m. Kondisi eksisting tersebut berupa jalan makadam. Kedua rencana program pembangunan jalan tersebut dapat menghubungkan Desa Batursari dan Desa Muntung. 4.10.2. Prasarana Ekonomi Prasarana ekonomi yang dikembangkan berupa pasar, pasar agro, dan jasa sosial - ekonomi skala kecamatan, seperti jasa koperasi simpan pinjam, pegadaian, penginapan (motel, losmen), industri kecil dan menengah. 4.10.3. Pengembangan Komoditas Unggulan Pengembangan komoditi unggulan kopi di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung meliputi pengembangan kelembagaan, pengembangan pengolahan pasca panen, pengembangan produksi kopi robusta dan kopi arabika, pengembangan kemampuan pemasaran, dan pengembangan kopi Temanggung sebagai specialized coffee. Pengembangan tersebut dilakukan dalam jangka menengah dan jangka panjang dan ditunjukkan pada Tabel 4.10. 49

Tabel 4.10 Pengembangan Komoditas Unggulan Kopi No Target 1. Pengembangan Kelembagaan 2. Pengembangan pengolahan pasca panen 3. Pengembangan Produksi Kopi Robusta dan Kopi Arabika 4. Pengembangan Kemampuan Pemasaran 5. Pengembangan Kopi Temanggung sebagai Specialized Coffee Jangka Menengah (2010-2014) a. Kelompok Kerja menjadi wadah stakeholder dalam mengembangkan bisnis secara berkesinambungan. b. Kelompok kerja dapat operasional dan menjaga arah pengembangan kompetensi inti. a. Terjadi proses pengolahan pasca panen kopi yang mampu menghasilkan biji kopi grade A. b. Kopi bermutu baik menjadi branding Kabupaten Temanggung Luasan lahan kopi robusta dan arabika bertambah a. Terjadi peningkatan ekspor kopi Kabupaten Temanggung b. Terjadi kerjasama keterkaitan antar industri besar, menengah dan kecil a. Beberapa varian khas kopi Temanggung telah diusahakan kelompok usaha bersama b. Perluasan pangsa pasar dan kerjasama pemasaran Jangka Panjang (2010-2025) Terbentuk kelompok usaha bersama dan asosiasi yang profesional Terbentuk diversifikasi produk yang dapat bersaing ditingkat nasional dan internasional. Terbentuk pengusahaan kopi dengan sertifikat yang berlaku internasional. Terbentuk klaster kopi yang saling tekait. Pasokan kopi dunia terpenuhi dari Kabupaten Temanggung. 50

BAB V PENUTUP Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi, di Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah dengan wilayah pengembangan sebanyak 3 desa, yaitu Desa Batursari, Desa Muneng dan Desa Mento. Tiga desa tersebut merupakan bagian dari Kawasan Perkebunan Kopi Candiroto. Potensi unggulan yang akan dikembangkan di Kawasan Perkebunan Kopi adalah perkebunan dengan komoditas kopi dan tembakau, hortikultura (tahunan) dengan komoditas salak dan nangka, hortikultura (semusim) dengan komoditas cabe, kubis, tomat dan jagung serta peternakan populasi ternak unggas dengan komoditas ayam buras. Penggunaan Lahan di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi didominasi oleh Tegal atau Kebun (24,59%). Hasil Perhitungan LQ untuk wilayah Kecamatan Candiroto diperoleh gambaran: (1) untuk tanaman pangan, padi merupakan komoditas basis nilai LQ > 1, (2) untuk tanaman hortikultura (tahunan), salak merupakan komoditas basis LQ > 1, (3) untuk tanaman hortikultura (semusim), tomat, cabai dan sawi merupakan komoditas basis LQ>1, dan (4) untuk tanaman perkebunan, kopi robusta, cengkeh, panili, kayu manis dan lada merupakan komoditas basis LQ > 1. Di Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi untuk peternakan, ternak sapi mendominasi populasi ternak besar. Sedangkan, ternak domba mendominasi populasi ternak kecil dan ayam kampung mendominasi populasi ternak unggas. Kecamatan Candiroto merupakan bagian kawasan budidaya (peruntukan) bagian kawasan perkebunan. Beberapa arahan pengembangan dalam RTRW Kabupaten Temanggung yang terkait langsung adalah pengembangan Perkebunan Candiroto meliputi diantaranya pengembangan sarana dan prasarana transportasi, prasarana ekonomi, pengembangan komoditas unggulan. Pengembangan komoditas unggulan utama di kawasan perdesaan perkebunan kopi yaitu kopi, dengan varietas kopi robusta dan arabika. 51

52 Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi

53

Lampiran 1 Luas Panen (Ha) Padi dan Cabai per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Kecamatan Luas Panen (Ha) Padi Cabai 1. Parakan 1.627 440 2. Kledung 255 180 3. Bansari 665 407 4. Bulu 2.236 1.015 5. Temanggung 2.016 233 6. Tlogomulyo 469 429 7. Tembarak 1.454 202 8. Selopampang 1.178 83 9. Kranggan 1.564 230 10. Pringsurat 1.038 18 11. Kaloran 1.452 326 12. Kandangan 2.242 88 13. Kedu 2.790 176 14. Ngadirejo 2.102 624 15. Jumo 1.582 181 16. Gemawang 1.433 121 17. Candiroto 1.529 177 18. Bejen 900 4 19. Tretep 43 73 20. Wonoboyo 1.217 255 Jumlah 27.792 5.262 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 54

Lampiran 2 Luas Tanam (Ha) Salak dan Kopi Robusta per Kecamatan di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Kecamatan Luas Panen (Ha) Salak Kopi Robusta 1. Parakan - 2,90 2. Kledung - 1,10 3. Bansari 17 0,80 4. Bulu 2.114 16,15 5. Temanggung 3.671 26,24 6. Tlogomulyo 765 4,80 7. Tembarak 1.739 14,40 8. Selopampang 1.340 20,90 9. Kranggan 12.386 41,16 10. Pringsurat 31.764 1.010,00 11. Kaloran 17.842 398,42 12. Kandangan 25.550 1.124,46 13. Kedu 974 126,30 14. Ngadirejo - 13,73 15. Jumo 9.842 601,22 16. Gemawang 1.873 1.524,70 17. Candiroto 2.855 1.619,80 18. Bejen 362 1.086,67 19. Tretep 0 138,00 20. Wonoboyo 348 386,80 Jumlah 113.442 8.158,55 Sumber: Kabupaten Temanggung Dalam Angka, 2016. 55

56 Kawasan Perdesaan Perkebunan Kopi