I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara demokrasi, dimana kekuasaan atau kedaulatan

ABSTRAK PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG DEMONSTRASI SEBAGAI SALURAN ASPIRASI POLITIK TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk

KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT

WALIKOTA TANGERANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang menganut paham demokrasi. Sebagaimana dikemukakan Abraham Lincoln bahwa demokrasi adalah

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

LEMBAR SOAL. Lampiran 1. Lembar Instrumen. Mata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat), dan dalam hubungan antara sesama warganegara. HAM yang berisi

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah Bangsa demokrasi

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghina Jennia, 2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya mengenai. demokrasi yang menjadi idaman dari masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi.

PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGAWAL DEMOKRASI DI KALBAR

SOAL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) HAK MENYATAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara dimana saja kelompok manusia berada, sebab

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kualitas dan kemampuan antara lain: (1) memiliki identitas diri

BAB I PENDAHULUAN. di kenal dengan pendidikan civic. Demikian pula masa Presiden Soeharto,

BAB I PENDAHULUAN. peran-peran pihak terkait, dengan prosedur yang telah ditentukan dalam. dewan perwakilan rakyat daerah (Mashudi, 1993:23).

BAB I PENDAHULUAN. sektor pemerintahan, turut bertanggung jawab atas keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku)

PROGRAM TAHUNAN STANDAR KOMPETANSI / 2.2 Mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi yang pertama 2 4

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XV/2017 Makar dan Permufakatan Jahat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demokrasi saat ini sudah tidak asing lagi didengar oleh banyak kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

I. PENDAHULUAN. yang kondusif. Di mana proses belajar lebih berpusat kepada siswa (student

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Bahkan pakar atau orang-oang bijak yang berpendapat bahwa

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, dimana kedaulatan rakyat diakui, sehingga kekuatan tertinggi berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia yang dimiliki tiap individu dapat dijamin karena hak-hak tersebut turut berpengaruh dalam proses berjalannya sebuah pemerintahan negara. Hal ini berarti mereka dapat berekspresi dan mengeluarkan aspirasi baik dalam bentuk tulisan maupun lisan yang tentunya harus dengan memperhatikan waktu dan tempat, serta tanggung jawab yang penuh. Kebebasan berekspresi tetap harus menghormati aturan-aturan moral yang berlaku secara umum, mentaati hukum dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa, serta memperhatikan tata cara dimana unsur kekerasan tidak terdapat di dalamnya. Dengan adanya kemerdekaan berpendapat akan mendorong rakyat suatu negara untuk menghargai perbedaan pendapat. Kemerdekaan berpendapat juga akan menciptakan masyarakat yang demokratis. Dalam UUD 1945 Pasal 28, dinyatakan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang, menimbulkan pemahaman bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang

2 sama dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aspirasi politik. Pengertian mengemukakan pendapat di muka umum adalah di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang dapat didatangi atau dilihat setiap orang. Adapun cara-cara mengemukakan pendapat dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu cara lisan, tulisan, dan cara lain, cara lisan contohnya pidato, ceramah, berdialog, berdiskusi, rapat umum, cara tulisan, contohnya poster, spanduk, artikel, surat dan cara lain, contohnya foto, film, demonstrasi (unjuk rasa), aksi mogok makan. Berbagai macam cara pengemukakan pendapat dimuka umum yang sering kali menjadi pilihan masyarakat indonesia jaman sekarang adalah demontrasi ataupun unjuk rasa. Sering kali demontrasi dipilih sebagai salah satu cara menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah untuk mengkritik kinerja pemerintah dalam membangun pemerintahan yang merata ditanah air. Dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.9 Tahun 1998 disebutkan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum disebutkan bahwa yang dimaksut unjuk rasa atau demontrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratik dimuka umum. Demontrasi yang marak dilakukan selalu mengatas namankan kepentingan dan suara rakyat. Demontrasi atau gerakan rakyat merupakan hal yang wajar terjadi dinegara yang menganut paham demokrasi. Demonstrasi juga dipilih sebagai salah satu cara yang masyarakat Indonesia untuk

3 menyuarakan aspirasi politik, dari banyak cara menyuarakan aspirasi politik demontrasilah yang dipilih sebagai cara paling efektif dan mudah dilakukan oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk kesadar politik masyarakat. Demontrasi dipilih bukan hanya mengkritik kinerja para pelaku politik itu sendiri namun terkadang demontrasi dijadikan ajang menjatuhkan lawan politik, melalui masyarakat yang dijadikan subyek bayaran atau dengan cara memprovokasi masyarakat bagi sebagian kalangan pelaku politik, kurangnya pemahaman mendalam mereka tentang politik dijadikan keuntungan oleh berbagai pihak. Tidak jarang demontrasi sebagai saluran menyampaikan aspirasi berujung pada pengerusakan fasilitas umum, mengabaikan etika moral seperti menghujat, memfitnah, menuduh tanpa bukti bahkan terkadang sampai menimbulkan korban jiwa. Disinilah suara rakyat mulai disalah gunakan, dan demontrasi sebagai salah satu saluran aspirasi rakyat mulai disalah gunakan akibatnya demontrasi yang sering kali terjadi tidak sesuai dengan seharusnya, demontrasi yang seharusnya menjadi salah satu cara untuk menyuarakan aspirasi mayarakat yang pastinya dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab kini menjadi cenderung anarkis dan jauh dari rasa tanggung jawab. Keanarkisan dalam suatu demontrasi yang sedang berlangsung bahkan sampai merugikan banyak pihak termasuk dari pihak orang-orang yang berdemontrasi itu sendiri, tak jarang para pendemontrasi merusak fasilitas umum ataupun fasilitas yg ada ditempat mereka sedang berdomntrasi, terkadang bentrok fisik pun terjadi dan melukai banyak orang mulai dari aparat berwajib yang sedang menjaga demontrasi itu,

4 orang-orang yang berada disekitar tempat demontrasi berlangsung bahkan melukai para pendemonstrasi itu sendiri. Kebebasan menyampaikan pendapat dan aspirasi tidak hanya diperankan oleh siswa termasuk juga dalam kategori rakyat. Banyak siswa beranggapan demontrasi yang banyak terjadi diseluruh pelosok negeri adalah satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menyuarakan aspirasi masyarakat khususnya masyarakat menengah kepeda pemerintah. Dikategorikan sebagai masyarakat menengah atau kelompok pekerja bawah karena masyarakat menengah kebawah atau yang sering kita sebut masyarakat sipil umumnya tidak bisa berbuat banyak untuk menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah mengingat sulitnya dinegara kita ini untuk bisa didengarkan aspirasi rakyat, maka demonstrasilah satu-satunya cara yang dipilih oleh masyarakat. Masyarakat menganggap demontrasi satusatunya cara yang paling mudah dilakukan untuk menyuarakan aspirasi politik. Ada pula sebagian siswa yang berpendapat benar adanya bahwa demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik masyarakat, partisipasi politik ditunjukkan dengan menyuarakan aspirasi politik sebagai bentuk tindakan partisipasi terhadap kebijakan atau keputusan-keputusan politik yang sedang berlangsung. Selain dengan menunjukakan partisipasi politik dengan menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum tentunya. Kebanyakan yang terjadi, kebebasan menyampaikan pendapat dan aspirasi khususnya dengan cara berdemo umumnya banyak dilakukan oleh kalangan mahasiswa, tetapi sekarang demontrasi yang dilakukan tidak hanya diperankan oleh mahasiswa saja melainkan juga oleh berbagai

5 elemen masyarakat mulai dari masyarakat sipil, siswa SMA,SMP,SD dan bahkan anak taman kanak-kanak dan PAUD. Tentunya kita masih ingat kebijakan politik yang dulu pernah terjadi tentang ujian nasional, gagalnya ujian nasional pada saat itu membuat banyak siswa SMA,SMP dan SD berdemo untuk menyuarakan aspirasi mereka dengan turun kejalan, ini sebagai bentuk partisipasi siswa khususnya para pelajar dalam menyuarakan aspirasi politik. Namun praktek demontrasi yang terjadi di Indonesia sering kali melebihi batas kewajaran yang sering kali diwarnai dengan tindakan anarkis dan perusakan terhadap sarana maupun prasarana, serta menggangu ketertiban umum. Permasalahan lainnya adalah sering kali sebagian besar demonstrator tidak memahami permasalahan yang ingin disampaikan secara substansi. Mereka ikut dalam gerakan mobilitas massa dengan yell (berteriak-teriak), melontarkan kalimat hujatan-hujatan tanpa memiliki kesadaran kritis yang matang dalam menyampaikan pendapat dan memberikan solusi. Selain itu juga adanya provokator dalam aksi-aksi demonstrasi yang menyebabkan tindakan kekerasan yang dapat mencoreng arti positif aksi demonstrasi itu sendiri sebagai kontrol rakyat terhadap pemerintah. Sehingga pada akhirnya demonstrasi menorehkan citra buruk dimata masyarakat yang terganggu dan merasa tidak nyaman dengan aksiaksinya. Seharusnya demonstrasi adalah salah satu bentuk tindakan (nonviolent) yang dilakukan oleh sejumblah orang dengan tujuan politik atau sosial, aksi sosial tersebut dimana para demonstrator bebas untuk

6 mengekspresikan pendapatnya melalui berbagai media, baik melalui media spaduk, maupun melaui media vokal seperti orasi, dan juga media gerak seperti teaterikal. Demontrasi yang ideal dilakukan tanpa tindakan anarkis maupun perusakan sarana dan prasarana publik. Demontrasi sebagai salah satu saluran untuk menyampaikan pendapat dan kritikan merupakan hak setiap orang yang dijamin oleh Undang-Undang. Namun demikian para demonstrator juga harus menghargai hak setiap orang agar kenyamanan, keamanan dan kepentingannya tidak terganggu akibat demontrasi yang dilakukan tersebut. Pengetahuan tentang politik seharusnya harus menjadi kosumsi masyarakat dengan baik dan merata. Dari semua lapisan masyarakat tentunya dengan tidak melihat status sosial harusnya pengetahuan tentang politik bisa dikuasai maka dengan itu mereka bisa bisa meningkatkan partisipasi politik. Pengetahuan tentang politik sudah seharusnya disosialisasikan dengan baik untuk semua kalangan masyarakat, dimulai dari lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki pengaruh besar untuk mensosialisasikan politik, guna mendidik siswa menjadi pelaku politik yang baik serta mendidik siswa untuk meningkatkan partisipasi politik. Siswa sebagai generasi muda harus memiliki bekal ilmu yang baik tentang politik sebagai pelaku politik pemula. Di sekolah siswa diberi pengetahuan tentang macam macam partisipasi politik, termasuk demontrasi sebagai saluran aspirasi politik, tentunya dengan cara berdemonstrasi yang baik. Namun demontrasi anarkis yang dilakukan banyak kalangan belakangan ini yang mengatas

7 namakan rakyat untuk menyurakan aspirasi politik, berdampak buruk bagi perkembangan pendidikan politik siswa. Diharapkan siswa memahami tentang tata cara berdemontrasi menyuarakan aspirasi politik yang benar dan bagaimana pengaruhnya tentang tingkat partisipasi politik melalui lembaga sekolah sebagai lembaga tempat siswa memperoleh ilmu dan banyak pengetahuan tentang politik. Dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan siswa tentang aspirasi politik akan meningkatkan partisipasi yang aktif dalam partisipasi politik siswa sebagai generasi muda. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan data yang telah dikemukakan sebelumnya identifikasi masalah yang ada adalah : 1. Persepsi siswa tentang fungsi dan tujuan demontrasi sebagai saluran aspirasi politik. 2. Pengetahuan siswa tentang prosedur pelaksanaan demontrasi sebagai saluran aspirasi politik. 3. Persepsi siswa tentang demontrasi sebagai saluran aspirasi poltik. 4. Pengetahuan siswa tentang bentuk-bentuk partisipasi plotik. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas penelitian ini dibatasi pada persepsi siswa tentang demontrasi sebagai saluran aspirasi politik dan partisipasi politik.

8 D. Rumusan masalah Sesuai dengan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas perumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang demonstrasi sebagai saluran aspirasi politik terhadap tingkat partisipasi politik.? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh persepsi siswa tentang demokrasi sebagai saluran aspirasi politik terhadap tingkat partisipasi politik. F. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Penilitian ini secara teoritis memperkaya konsep ilmu pengetahuan khususnya pendidikan PKn dalam kajian pendidikan politik dan kenegaraan yang membahas tentang aspirasi politik dan tingkat partisipasi politik. b. Kegunaan Praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan teritama yang berkaitan tentang demontrasi dan partisipasi pilitik. G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup ilmu Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dalam wilayah kajian ilmu politik.

9 2. Ruang Lingkup Subyek Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XII Taman Madya SMA Taman Siswa Teluk Betung. 3. Ruang Lingkup Obyek Obyek penelitian ini adalah persepsi siswa tentang demontrasi sebagai saluran aspirasi politik dan pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi politik. 4. Ruang lingkup Wilayah Adapun wilayah penelitian ini dilaksanakan di SMA Taman Siswa Teluk Betung. 5. Ruang Lingkup Waktu Dimulainya waktu penelitian ini sejak dikeluarkannya surat izin penelitian hingga selesai penelitian.