PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DALAM PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DI SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:

MEMBANDINGKAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN FRACTION CIRCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI

PEMBELAJARAN PRA-ALJABAR DENGAN MENGGUNAKAN PENELUSURAN POLA TERVISUALISASI UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

MODEL FRACTION CIRCLE UNTUK MENDORONG PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN

Desain Pembelajaran Aturan Sinus dan Aturan Cosinus Berbasis PMRI untuk Mengetahui Strategi Siswa

P 30 PENJUMLAHAN BILANGAN DESIMAL MELALUI PERMAINAN RODA DESIMAL

Materi Bilangan Bulat dan Pecahan untuk Siswa SMP/MTs dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Pembelajaran Pecahan Senilai dengan Bermain Lego

PEMBELAJARAN TENTANG PERSENTASE DENGAN BATERAI HANDPHONE DI KELAS V SD NEGERI 119 PALEMBANG

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

PEMBELAJARAN KONSEP PERKALIAN MELALUI HYPOTHETICAL LEARNING TRAJECTORY (HLT) DENGAN MERONCE KARET YEYE. Bernadetta Eswindha

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL KELERENG DALAM OPERASI PENGURANGAN DI KELAS I SD

PENGGUNAAN BATANG PERSEN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN TENTANG PERSEN

Desain Pembelajaran Operasi Bilangan Rasional Menggunakan Pola Busana Di Kelas X SMK

Pemanfaatan Lego pada Pembelajaran Pola Bilangan

INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI. Makalah dipresentasikan pada. Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti mencoba membuat suatu desain

Penelitian Desain (Design Research) halaman 1

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna

JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR. Oleh Shahibul Ahyan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN DESIMAL KONTEKS PENGUKURAN BERAT BERDASARKAN PENDEKATAN PMRI

Enjoying and Meaningful Mathematics in KKG: Case Study in South Sumatra

PEMANFAATAN BUDAYA TRADISIONAL UNTUK MEMBANTU KEGIATAN INVESTIGASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

Suherman 1*) ABSTRAK. Kata Kunci: hasil belajar, strategi penyelesaian soal, Tranformasi Laplace

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP

Pengembangan Hipotesis Trayektori Pembelajaran Untuk Konsep Pecahan

Abstrak. Bagaimana Membangun Pengetahuan Matematika melalui Problem Solving?

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BELAJAR NILAI TEMPAT DENGAN RUMAH BILANGAN

SIKLUS KEDUA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika FKIP UNSRI.

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK: SEJARAH, TEORI, DAN IMPLEMENTASINYA. Al Jupri Universitas Pendidikan Indonesia

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG BILANGAN CACAH

DESAIN PEMBELAJARAN OPERASI PECAHAN MENGGUNAKAN KERTAS BERPETAK DI KELAS IV. Lukluk Khuriyati 1. Abstrak

TRANSPORTASI ANGKUTAN DARAT SEBAGAI KONTEKS UNTUK MEMBANTU SISWA SD MEMAHAMI OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

DESAIN PEMBELAJARAN MATERI PENGUKURAN SUDUT DENGAN PENDEKATAN PMRI UNTUK KELAS VI. Abstrak

PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

P 32 MODEL DISAIN DIDAKTIS PEMBAGIAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN BERBANTUAN PERTANYAAN WHAT-IF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENANGANI PERMASALAHAN MATEMATIKA TERBUKA

DESAIN PEMBELAJARAN OPERASI PECAHAN MENGGUNAKAN KERTAS BERPETAK DI KELAS IV

BAB III METODE PENILITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti membuat suatu desain

PEMBELAJARAN PMRI. Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang)

Menggunakan Kubus Satuan Untuk Mengembangkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Pengukuran Volume

PEMBELAJARAN DENGAN VISUAL SCAFFOLDING UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERBUKA MATERI FUNGSI KUADRAT

Pembelajaran Persentase Yang Bermakna Melalui Pembelajaran Matematika Realistik

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DISERTAI TUGAS PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA

NUMBER SENSE: BERPIKIR FLEKSIBEL DAN INTUISI TENTANG BILANGAN 1

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV

RUMAH BILANGAN DAN KANTONG KACANG MERAH DALAM MENENTUKAN NILAI TEMPAT. Ambarsari Kusuma Wardani

ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FKIP UNIVERSITAS RIAU DALAM PENGUKURAN KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR

Kreano 6 (1) (2015): Kreano. Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH MELALUI PENDEKATAN RME DI KELAS I

LINTASAN BELAJAR UNTUK MEMBELAJARKAN MATERI SISTEM PERSAMAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DENGAN DENGAN PENDEKATAN PMR UNTUK SISWA KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

P 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Reni Wahyuni 1)*, Fitriana Yolanda 2), Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Abstrak

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1. Oleh: Rahmah Johar 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring dalam Pembelajaran Segitiga

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

DESIGN RESEARCH: KONSEP NILAI TEMPAT PADA OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN DESIMAL DI KELAS V SEKOLAH DASAR

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

IG.A.K. Wardani (2009: 10.7), yang menyatakan bahwa: Pemerintah telah berupaya keras meningkatkan profesionalitas

POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

Pemanfaatan Monograf dan Batang Napier sebagai Media Pembelajaran Berhitung Matematika Dasar

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rianti Aprilia, 2015

P 85 KOMPUTASI MENTAL UNTUK MENDUKUNG LANCAR BERHITUNG OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Kata kunci: manik-manik, kontekstual, konvensional.

DESAIN PEMBELAJARAN PROPORSIONAL DALAM PECAHAN MENGGUNAKAN PITA-GORES DI KELAS III Ida Suramun Husna 1), Darmawijoyo 2), Yusuf Hartono 2) 1)

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS REALISTIK UNTUK MATERI RUANG DIMENSI TIGA PADA KELAS X SMA N 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ABSTRACT

PERMAINAN BOM ANGKA DALAM KONSEP KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL UNTUK ANAK SEKOLAH DASAR

KONSEP SAMA DENGAN PADA PENJUMLAHAN DI SEKOLAH DASAR DAN PEMBELAJARANNYA Sugiman FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG OPERASI HITUNG PECAHAN MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

PEMANFAATAN VIDEO TAPE RECORDER (VTR) UNTUK PEGEMBANGAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP

RME DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

ANALISIS KESALAHAN MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN BENTUK ALJABAR. Herna* ABSTRAK

TRANSPORTASI ANGKUTAN DARAT SEBAGAI KONTEKS UNTUK MEMBANTU SISWA SD MEMAHAMI OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

Pengebangan Design Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Desimal Siswa Sekolah Dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan-tujuan dalam penelitian, maka kita harus

Suherman 1*) ABSTRAK. Kata Kunci: hasil belajar, penggunaan kalkulator, penerapan integral

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

Desain Pembelajaran PMRI 4: "Jika Kamu Penjahit yang Pintar, Berapa cm Panjang Lingkar. Pinggang Pemesan Baju itu?"

Transkripsi:

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DALAM PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DI SEKOLAH DASAR Ratih Ayu Apsari 1*, I Gusti Putu Suharta 2, & Sariyasa 3 1*, 2, 3 Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Email: ra.apsari@gmail.com Abstrak Pembelajaran penjumlahan dan pengurangan merupakan salah satu bahasan matematika awal yang dipelajari siswa di sekolah dasar. Keterampilan siswa dalam menjumlah dan mengurang kuantitas merupakan dasar yang penting agar siswa mampu bermatematika di jenjang mapun materi yang lebih kompleks. Sayangnya, seringkali pembelajaran penjumlahan dan pengurangan ini mengalami masalah dimana siswa sering tidak memahami prosedur yang digunakan, sehingga sebatas menghapal dan berujung pada kesalahan penggunaan prosedur. Masalah kedua yang teramati adalah siswa mengesampingkan esensi penting dari proses tersebut yang melibatkan suatu kepekaan bilangan (number sense). Melihat fenomena tersebut, dalam penelitian ini didesain sebuah lintasan pembelajaran untuk materi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan pakem-pakem Pendidikan Matematika Realistik Indonesia, dengan harapan siswa dapat belajar materi ini dengan lebih bermakna. Metode penelitian yang digunakan adalah design research dengan tiga tahapan yang meliputi: preliminary design, teaching experiment dan retrospective analysis. Penelitian dilakukan di kelas V SD Lab Unidiksha tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran yang dilakukan siswa belajar penjumlahan dan pengurangan dengan lebih bermakna sehingga mampu mengembangkan kepekaan bilangan sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Kata-kata kunci: penjumlahan, pengurangan, design research, PMRI Abstract Addition and subtraction is one of the basic topic in elementary school mathematics. It is known as the initial step to support the students doing more advance mathematics in advance level. Unfortunately, the traditional teaching method of addition and subtraction which is focus on the procedural fluency which demand the students to use the addition and subtraction algorithm, diminish the core of those two process. Many students encounter error while using the algorithm and even if they are able to use it, many of them cannot make sense of the process. Reflect on the aforementioned problem, the current study is aimed to design a learning trajectory in addition and subtraction. We employed design research as the method of the research, with three stage including: preliminary design, teaching experiment and retrospective analysis. The study was conducted in Grade V SD Lab Undiksha academic year 2015/2016. The result showed that the designed lessons are able to support the students learning meaningfully to develop their number sense ability. Key words: addition, subtraction, design research, PMRI 1. Pendahuluan Penjumlahan dan pengurangan bilangan merupakan operasi hitung pertama yang dipelajari siswa di jenjang sekolah dasar. Setelah siswa mampu menyebutkan dan mengurutkan bilangan, operasi ini mulai diperkenalkan dari yang paling sederhana, dengan melibatkan bilangan di bawah sepuluh sampai yang kemudian yang lebih banyak. FMIPA Undiksha 47

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016 Penjumlahan dan pengurangan bilangan untuk bilangan sampai dengan sepuluh (dan bahkan dua puluh) umumnya berbantuan jari tangan siswa. Untuk bilangan yang lebih besar, hal ini akan sulit untuk dilakukan sehingga diperlukan metode lain. Umumnya di sekolah, siswa akan diperkenalkan dengan metode berhitung susun. Ketika menggunakan perhitungan susun, siswa sering melakukan kesalahan peletakan bilangan yang tidak sesuai nilai tempatnya (misalnya 19 + 2, 2 diletakkan di bawah 1 bukannya 9) serta kelalaian dalam melakukan penyimpanan maupun peminjaman pada bilangan-bilangan yang menuntut demikian (Gambar 1). Gambar 1.Ilustrasi kesalahan prosedur siswa Kesalahan siswa seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1 disebabkan oleh ketidakpahaman siswa terkait dengan mengapa peminjaman maupun penyimpanan tersebut menjadi masuk akal untuk dilakukan. Dengan kata lain, siswa melakukan prosedur yang dibelajarkan siswa tanpa memahami alasannya. Tipe pembelajaran matematika yang mengedepankan kemampuan prosedural tanpa dibarengi rasionalisasi dari mengapa proses tersebut dilakukan telah berimbas banyak padarendahnya pencapaian matematika siswa-siswa di Indonesia. Salah satu hasil tidak memuaskan yang masih jelas terbayang tentunya peringkat 64 dari 65 negara partisipan PISA 2012 (OECD, 2014). Hasil ini menunjukkan bagaimana siswa di Indonesia belum mampu mengaplikasi matematika yang dipelajarinya di sekolah ke dalam masalah-masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini dapat dilihat bagaimana masalah antara keterampilan prosedural tanpa rasionalisasi dan karenanya tidak mampu memaknai pentingnya prosedur tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh nyata, penjumlahan dan pengurangan bilangan sebenarnya banyak digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sebelum mereka mendapatkan pembelajaran mengenai materi tersebut di dalam kelas. Dengan memberikan pemaknaan bahwa penjumlahan merupakan proses menggabungkan kuantitas dan dapat dilakukan dengan melanjutkan perhitungan bilangan yang akan ditambahkan tersebut (NCTM, 2006), siswa akan melihat keterkaitan operasi yang mereka lakukan di dalam dan di luar kelas. Sementara itu pengurangan hendaknya dibelajarkan sebagai invers dari penjumlahan (NCTM, 2006), pengambilan suatu kuantitas dari kuantitas lain dan selisih dari dua buah bilangan (Fosnot & Dolk, 2001). Pembelajaran konvensional yang dilaksanakan di kelas-kelas di Indonesia belum mampu menjembatani antara konteks nyata penggunaan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang digunakan siswa dalam kehidupan seharihari dengan pembelajaran yang berlangsung di kelas, Akibatnya, siswa mulai memisahkan matematika sekolah dengan matematika realitas yang menyebabkan tidak digunakannya pengalaman dasarnya dalam bermatematika di luar kelas dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu dalam penelitian ini digunakanlah untuk membawa kembali rasionalisasi bermatematika di dalam kelas melalui penggunaan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Ide untuk menghubungkan matematika di dunia nyata dan matematika formal, berawal dari gagasan Freundenthal (1974) yang menyuarakan kemasukakalan dalam bermatematika. Gagasan ini kemudian dituangkan dalam pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) yang diadopsi menjadi PMRI di Indonesia. 48 FMIPA Undiksha

Penggunaan RME dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan di Negara asalnya yaitu Belanda, sudah terjadi beberapa dekade lalu. Desain pembelajaran ini salah satunya adalah dengan menggunakan bantuan garis bilangan kosong (empty number line), yang pada hakikatnya memberikan ruang bagi siswa untuk mencatat proses menjumlahkan dan mengurangkan bilangan yang terjadi secara mental pada kognitif siswa. Ide inilah yang menjadi landasan awal dalam penelitian ini. Pembelajaran penjumlahan dan pengurangan yang merupakan basis aritmatika yang perlu dikuasai siswa agar dapat menunjukkan performa matematika yang baik kedepannya, memerlukan pemahaman konsep dan keterampilan yang baik. Pembelajaran yang hanya mengedepankan langkah-langkah menjumlahkan dan mengurangkan bilangan dengan menggunakan hitung susun, tanpa dibarengi proses bermatematika yang memadai tidak mampu menyiapkan siswa untuk menguasai keterampilan aritmatika yang baik. Padahal, aritmatika merupakan cabang ilmu matematika yang membahas tentang hubungan antar bilangan. Dalam belajar aritmatika, dibandingkan fokus dengan penguasaan algoritma, yang lebih utama adalah bagaimana siswa mengembagkan kepekaan bilangan (number sense) sehingga bisa berpikir kreatif dalam melihat struktur suatu bilangan. Penguasaan algoritma bisa dengan mudah digantikan dengan alat bantu hitung seperti kalkulator, untuk perhitungan bilangan-bilangan besar, misalnya 12.456.897 + 6.457.969. Akan tetapi, kepekaan bilangan akan membuka wawasan siswa untuk melihat keterkaitan antar bilangan, misalnya 10 merupakan bilangan setelah 9 dan sebelum 11, 10 juga dapat dilihat sebagai hasil penjumlahan 4 dan 6, 5 dan 5, 2 dan 8 atau hasil pengurangan dari 19 dan 9, 12 dan 2 dan lain-lain. Kemampuan ini akan berperan besar sebagai modal awal siswa melihat konsep keseimbangan pada materi aljabar. Keterampilan ini tidak dapat dicapai hanya dengan melalui penugasan menghapal dan drill penggunaan algoritma penjumlahan maupun pengurangan bersusun panjang dan pendek. Merefleksi hal tersebutlah maka dalam penelitian ini akan dirancang teori pembelajaran lokal penjumlahan dan pengurangan yang berpedoman pada prinsip-prinsip PMRI. Pembelajaran yang dirancang mengadopsi pola penggunaan garis bilangan kosong sebagai model for situation dan untaian manik-manik sebagai model of situation.konteks lokal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembuatan kalung manik-manik untuk pameran dan stand penjualan aksesoris pada perayaan pesta kesenian di Buleleng. 2. Metode Penelitian ini menggunakan metode design research yang bertujuan untuk mendesain teori pembelajaran lokal pada materi penjumlahan dan pengurangan bagi siswa SD kelas II dan menginvestigasi bagaimana desain tersebut dapat bekerja di kelas (van den Akker, Gravemeijer & Nieveen, 2006). Ada tiga tahap dalam design research yang diaplikasi dalam penelitian ini, meliputi: preliminary design, teaching experiment dan retrospective analysis(bakker & van Eerde, 2015). Pada tahap preliminary design, peneliti mengumpulkan data-data pendukung penelitian termasuk menyusun hipotesis penelitian yang disebut denan Hypothetical Learning Trajectory (HLT). HLT ini merupakan pedoman dalam melaksanakan penelitian yang berisi tentang rancangan lintasan pembelajaran yang akan diaplikasikan di kelas. HLT terdiri atas tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan perkiraan respons siswa terkait dengan kegiatan yang didesain. Pada tahap teaching experiment, HLT yang didesain diimplementasikan di kelas. Dalam penelitian ini teaching experiment dilaksanakan dalam dua siklus, dimana siklus pertama merupakan uji coba terbatas yang dilakukan dengan empat orang siswa kelas II B SD Lab Undiksha dan siklus kedua dilakukan dengan melibatkan 32 orang siswa kelas II A SD FMIPA Undiksha 49

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016 Lab Undiksha berikut dengan guru matematika di kelas tersebut. Pada tahap retrospective analysis, segala temuan dalam teaching experiment dikaji secara menyeluruh dan HLT ditindaklanjuti untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Data penelitian dikumpulkan selama teaching experiment melalui wawancara dengan guru dan siswa, observasi pembelajaran dan mengkaji respons tertulis siswa di LKS maupun pada saat melakukan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Data ini kemudian dianalisis secara kualitatif menggunakan metode konstan komparatif. Metode ini dilakukan dengan melihat secara keseluruhan pembelajaran yang terekam pada video, menyusun transkripnya dan kemudian mencari konfirmasi maupun kontradiksi pada suatu temuan menyangkut aktivitas belajar siswa sepanjang siklus dilakukan (Bakker, 2004). 3. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini menyusun suatu lintasan pembelajaran untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah bagi siswa kelas 2 SD dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Melanjutkan perhitungan objek. 2. Mengorganisasi objek. 3. Mengenal bilangan familiar. 4. Menggunakan bilangan familiar untuk mengorganisasi objek. 5. Mengilustrasi proses berpikir pada garis bilangan. 6. Mengilustrasi proses berpikir pada garis bilangan kosong. 7. Menggunakan bilangan familiar, mengembangkan strategi yang efisien dan memvisualisasinya pada garis bilangan kosong untuk mennyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan. Keseluruhan prosesnya dilakukan dengan menggunakan tema pembuatan aksesoris kalung manik-manik untuk kegiatan pesta kesenian. Siswa terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena melibatkan aktivitas fisik bermain manik-manik. Di awal pertemuan, siswa diminta untuk menghitung manik-manik yang akan digunakan untuk membuat kalung. Oleh karena manik-manik tersebut berjumlah cukup banyak, siswa perlu membuat catatan dan menandai hitungan yang dilakukan sehingga tidak melakukan kesalahan perhitungan seperti lupa sudah sampai mana menghitung maupun menghitung objek yang sama lebih dari sekali. Kesadaran untuk menandai perhitungan sangat dibutuhkan agar siswa terbiasa mengorganisir objek dalam kuantitas yang mudah dicek kembali, misalnya dalam paket berisi 5 maupun 10. Dalam penelitian ini bilangan familiar yang diarahkan untuk digunakan adalah 10 karena bilangan 10 dan kelipatannya merupakan bilangan-bilangan yang mudah dioperasikan (Carpenter, Franke, Jacobs, Fennema & Empson, 1998). Pengorganisasian objek pada kelipatan sepuluh diwujudkan melalui penggunaan manik-manik dengan dua warna. Dalam penelitian ini digunakan warna biru dan pink. Siswa ditugaskan untuk membuat kalung manik-manik yang membuat siapapun yang melihat dapat dengan mudah mengecek berapa banyak biji manik-manik yang digunakan. Ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 2,3 dan 4 berikut. Gambar 2. Siswa membuat kalung manikmanik dengan warna yang bergantian 50 FMIPA Undiksha

Gambar 5. Siswa menggambar manikmanik satu per satu Gambar 3. Siswa membuat kalung manikmanik dengan aturan lima Gambar 4. Siswa membuat kalung manikmanik dengan aturan sepuluh Perbedaan cara mengorganisasi objek yang dilakukan siswa seperti Gambar 2, 3 dan 4 kemudian memunculkan diskusi di kelas terkait dengan mana yang paling mudah untuk dicek. Siswa kemudian menyadari bahwa pengelompokan dengan 10 akan memudahkannya untuk menghitung, menandai dan mengecek kembali sehingga kedepannya mereka akan menggunakan kelipatan 10 sebagai bilangan familiarnya. Penggunaan objek nyata berupa kalung manik-manik ini kemudian diarahkan ke penggunakan pensil dan kertas melalui ilustrasi benang ke dalam sebuah garis lurus dan manik-manik dalam bentuk bulatan-bulatan. Akam tetapi siswa cepat bosan dalam menggambar bulatan manik-manik (Gambar 5), sehingga peneliti mengarahkan siswa untuk menandai saja garis buatannya tersebut dengan angka untuk menunjukkan berapa banyak manik-manik yang dapat tertampung dalam garis tersebut (lihat ilustrasinya di Gambar 6). Gambar 6. Ilustrasi garis bilangan kosong yang senilai dengan Gambar 5 Pada akhirnya, siswa dapat memodelkan kalung manik-manik ke dalam garis bilangan kosong dan dapat menggunakannya sebagai alat bantu mencatat proses perhitungan mental yang dilakukan. Siswa memaknai penjumlahan bilangan sebagai penambahan manikmanik sehingga mereka dapat mengilustasikannya sebagai lompatan ke depan sementara pengurangan akan menyebabkan lompatan ke belakang. Contoh pekerjaan siswa dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. 29 + 18 = 29 + 1 + 10 + 8-1 Selain itu, siswa mulai berpikir sejauh mana lompatan yang diguankan agar perhitungan menjadi praktis dan efisien. Pada awalnya, siswa cenderung melompat satu per satu, baik ke depan maupun ke belakang. Hal ini tentu tidak efisien jika operasi yang dilakukan melibatkan bilangan yang besar (puluhan apalagi ratusan). Siswa kemudian berpikir untuk melompat lebih jauh, misalnya pada kelipatan bilangan sepuluh maupun seratus (lihat Gambar 8). FMIPA Undiksha 51

Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016 Gambar 8. Melompat pada kelipatan 10 Data penelitian juga menunjukkan bagaimana siswa dapat mengembangkan metode perhitungan yang melibatkan hubungan antar bilangan. Siswa dapat memilih bagaimana cara melihat struktur suatu bilangan yang dapat memudahkannya untuk melakukan operasi bilangan. Contohnya,97 + 39. Ada siswa yang melihat 39 sebagai 30 + 9 (Gambar 9) da nada pula yang melihat 39 sebagai 40-1 (Gambar 10). Gambar 9. 39 = 30 + 9 Gambar 10. 39 = 40-1 Dari beberapa contoh di atas, dapat dilihat bagaimana siswa dapat melihat bilangan dengan fleksibel ketika melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan yang ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam merestrukturisasi bilangan dan menggunakan strategi-strategi kreatif dalam melakukan perhitungan. 4. Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan PMRI dapat membantu siswa untuk melihat hubungan antar bilangan, mengembangkan banyak strategi dalam melakukan meminimalisir perhitungan,melakukan perhitungan, kesalahan aktivitas matematika dengan bermakna, dan melihat keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, pembelajaran yang mengedepankan rasionalisasi dalam bermatematika hendaknya lebih digiatkan dalam kelas-kelas di Indonesia sehingga pembelajaran tidak hanya berfokus pada penguasaan algoritma dan penghapalan rumus untuk mengerjakann soal-soal tes standar. 5. Daftar Pustaka Bakker, A. (2004). Design research in statistics education: On symbolizing and computer tools. (Doctoral Dissertation). Utrecht: CD-beta press. Bakker, A., & Van Eerde, H. A. (2015). An introduction to design-based research with an example from statistics education. In A. Bikner- & N. Ahsbahs, C. Knipping, Presmeg (Eds.), Approaches to Qualitative Research in Mathematics Education (pp. 429-466). New York: Springer. doi:10.1007/978-94-017-9181- 6_16 Carpenter, T. P., Franke, M. L., Jacobs, V. R., Fennema, E., & Empson, S. B. (1998). A longitudinal study of invention and understanding in children's multidigit addition and subtraction. Journal for Research in Mathematics Education, 29, 3-20. Fosnot, C. T., & Dolk, M. (2001). Young mathematicians at work: Constructing number sense, addition, and subtraction. Portsmouth, NH: Heinemann. Freudenthal, H. (1974). Soviet research on teaching algebraa at the lower grades of the elementary scholl. Educational Studies in Mathematics, 5, 391-412. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2006). Curriculum focal points for prekindergarten through grade 8 mathematics: A quest for coherence. Reston, VA: NCTM. 52 FMIPA Undiksha

OECD. (2014). PISA 2012 results in focus: What 15-year-olds know and what they can do with what they know. Retrieved from http://www.oecd.org/pisa Van den Akker, J., Gravemeijer, K., McKenney, S., & Nieveen, N. (Eds.). (2006). Educational design research. London: Routledge. FMIPA Undiksha 53