BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

GUBERNUR SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016

BUPATI MALUKU TENGGARA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2017

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CIAMIS

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CIAMIS

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 22 TAHUN 2016

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CILACAP

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 26 TAHUN 2016

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6.A TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYEDIAAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK SEKOLAH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2017

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \l TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN

BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2006 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA ARAT NOMOR 30 TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2016

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 04 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH

Jtulwtat.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 180 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan gerakan percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal telah ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2010 tentang petunjuk pelaksanaan gerakan percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal telah ditetapkan, namun perlu diganti agar dapat di implementasikan sampai ke tingkat desa/kelurahan untuk pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH); b. bahwa dalam rangka mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan sebagai dasar pemantapan ketahanan pangan dilakukan melalui upaya sistematis dan terintegrasi dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, pelestarian Sumber Daya Alam; c. bahwa untuk percepatan pembentukan Generasi Emas perlu didukung konsumsi pangan yang ideal melalui peningkatkan ketahanan pangan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal di Provinsi Nusa Tenggara Barat; Mengingat : l. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5679); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680); 5. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal; 6. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan; 7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat. 2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 3. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se Nusa Tenggara Barat. 4. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara Barat. 5. Dinas adalah Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 7. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan yang selanjutnya disingkat P2KP adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan berbasis pada potensi sumber daya lokal. 8. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. 9. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan,

bahan baku pangan dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 10. Konsumsi Pangan adalah sejumlah makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. 11. Penganekaragaman Pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan berbasis pada potensi sumber daya lokal. 12. Penganekaragaman Ketersediaan Pangan adalah jumlah pangan yang disediakan di suatu wilayah mencakup produksi, impor/ekspor, bibit/benih, bahan baku industri pangan dan non pangan, penyusutan/tercecer dan yang tersedia untuk dikonsumsi. 13. Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis saja, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. 14. Pola Konsumsi adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi penduduk dalam jangka waktu tertentu. 15. Pola Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi/susunan pangan atau kelompok pangan yang didasarkan pada kontribusi energinya baik mutlak atau relatif yang memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas, kualitas, maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya, ekonomi, agama dan citarasa. 16. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. 17. Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. 18. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. 19. Pemangku Kepentingan adalah individu atau kelompok yang menerima dampak, baik langsung maupun tidak langsung dari suatu kegiatan, termasuk mereka yang mempunyai kepentingan serta kemampuan untuk mempengaruhi tujuan akhir dari kegiatan tersebut. Pasal 2 Maksud ditetapkan Peraturan Gubernur ini adalah sebagai pedoman bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Pasal 3 Tujuan Gerakan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal adalah untuk: a. mewujudkan keterpaduan dan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal;

b. memasyarakatkan percepatan penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal sampai ke tingkat Desa/Kelurahan; dan c. mendukung tercapainya skor Pola Pangan Harapan sesuai target yang telah ditetapkan. Pasal 4 Ruang Lingkup Pelaksanaan Gerakan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal meliputi : a. perencanaan b. pelaksanaan c. koordinasi; dan d. monitoring, evaluasi dan pelaporan. BAB II PERENCANAAN Pasal 5 (1) Perencanaan Gerakan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal meliputi : a. sasaran; dan b. tahapan pelaksanaan. (2) Penyusunan rencana program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh Perangkat Daerah terkait. Pasal 6 (1) Sasaran Gerakan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal adalah: a. tercapainya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dalam budidaya dan pengolah pangan lokal; b. tercapainya optimalisasi program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP); dan c. terciptanya peningkatan produksi, Konsumsi dan industri pengolahan pangan lokal. (2) Untuk mencapai sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui tahapan: a. identifikasi; b. koordinasi lintas sektor; dan c. penetapan target skor Pola Pangan Harapan. BAB III PELAKSANAAN Pasal 7 (3) Pelaksanaan Gerakan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal dilakukan melalui: a. penganekaragaman ketersediaan pangan; dan b. penganekaragaman konsumsi pangan. (4) Penganekaragaman ketersediaan pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara: a. mendorong peningkatan pemanfaatan pekarangan masyarakat; dan b. mendorong Dinas/Badan/Instansi terkait untuk melaksanakan tugas dalam gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) sesuai dengan perannya. (5) Penganekaragaman konsumsi pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. penyediaan olahan pangan lokal non beras non terigu dan buah sebagai kudapan pada jamuan, pertemuan, rapat-rapat dan/atau acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh instansi/lebaga pemerintah/swasta di tingkat Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan; dan b. pengurangan penyediaan menu makanan pokok karbohidrat dari beras diganti dengan karbohidrat alternatif non beras sebesar 1,5% (satu koma lima persen) pertahun. Pasal 8 (1) Untuk kelancaran pelaksanaan Gerakan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal dibentuk Tim P2KP yang ditetapkan oleh Gubernur. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsurunsur: a. Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Ketahanan Pangan; b. Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Pertanian dan Perkebunan; c. Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan; d. Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Kelautan dan Perikanan; e. Dinas Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Kesehatan; f. Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Perindustrian; g. Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Perdagangan; h. Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Lingkungan Hidup, Kehutanan; i. Dinas yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana; dan j. Pemerintah Kabupaten/Kota menindaklanjuti dengan Surat Edaran atau Peraturan Bupati/Walikota. (3) Sekretariat Tim P2KP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkedudukan di Dinas. BAB IV KOORDINASI Pasal 9 (1) Gubernur menetapkan Perangkat Daerah yang menyelenggarakan Urusan Pemerintah Bidang Ketahanan Pangan sebagai Koordinator Pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. (2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dalam budidaya dan pengolah pangan lokal; b. revitalisasi program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP);

c. peningkatan produksi, Konsumsi dan indutri pengolahan pangan lokal; d. peningkatan sarana pelaporan; e. peningkatan data/informasi; dan f. optimalisasi Penganggaran. BAB V MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 10 (1) Gubernur melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Gerakan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal. (2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara teknis dilakukan oleh Tim P2KP. (3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam bentuk: a. laporan berjenjang antar susunan pemerintahan mulai dari tingkat Desa sampai di tingkat Provinsi sesuai dengan peran Dinas/Instansi terkait; dan b. Monitoring langsung ke lapangan oleh Instansi terkait. Pasal 11 (1) Tim P2KP menyampaikan laporan pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 kepada Kepala Dinas setiap 1 (satu) bulan. (2) Kepala Dinas menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur per triwulan bulan. (3) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada Gubernur sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. Pasal 12 Masing-masing Perangkat Daerah melakukan pengawasan teknis atas pelaksanaan kegiatan sektor/sub sektor gerakan P2KP di lingkungannya. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 13 Pembiayaan pelaksanaan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal bersunber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan b. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal (Berita Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 98), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 15 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatan dalam Berita Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Diundangkan di Mataram pada tanggal 17 Februari 2017 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NTB, ttd H. ROSIADY HUSAENIE SAYUTI Ditetapkan di Mataram pada tanggal 17 Februari 2017 GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, ttd H. M. ZAINUL MAJDI BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2017 NOMOR 5 Salinan Sesuai dengan Aslinya Kepala Biro Hukum, H. Ruslan Abdul Gani, SH. MH. NIP.196512311993031135