DAMPAK REKLAMASI PANTAI MARINA KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KEWENANGAN PERIZINAN REKLAMASI

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI

BAB I PENDAHULUAN. dengan panjang garis pantai km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1995 TENTANG REKLAMASI PANTAI KAPUKNAGA, TANGERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERSPEKTIF KRONO SPASIAL PENGEMBANGAN PANTAI UTARA JABODETABEKPUNJUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995 Tentang : Reklamasi Pantai Utara Jakarta

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB 9 IMPLIKASI KEBIJAKAN

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN SISTEM INFRASTRUKTUR WILAYAH DAN KOTA. ARAH KEBIJAKAN REVITALISASI PANTAI LOSARI KOTA MAKASSAR (Kasus Reklamasi Pantai)

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

STUDI SEGMENTASI PASAR DAN PENILAIAN ATRAKSI SEBAGAI MASUKAN BAGI PENINGKATAN ATRAKSI TAMAN WISATA BUDAYA JAWA TENGAH PURI MAEROKOCO TUGAS AKHIR

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

TUGAS AKHIR KAMPUNG WISATA KULINER TAMBAK LOROK SEMARANG BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan,

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Pangkalan Pedaratan Ikan Tambak Mulyo, Semarang TA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI

VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

PEMANFAATAN SURVAI DAN PEMETAAN LAUT DALAM RANGKA MENGOPTIMALISASIKAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT INDONESIA

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

TUGAS AKHIR 37 GEDUNG PERTEMUAN DI MARKAS PANGKALAN TNI AL SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. pembangunan di kawasan pesisir dan di pulau-pulau kecil (Coastal Regions and

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

Transkripsi:

DAMPAK REKLAMASI PANTAI MARINA KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : EMY ROSSANTY L2D 306 006 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

ABSTRAK Daerah pesisir merupakan daerah transisi dari ekosistem darat dengan ekosistem laut berada dalam kewenangan Daerah di bidang kelautan. Hal ini sesuai dengan UU 32/2004 yang menyatakan bahwa wilayah laut dari Kabupaten/Kota adalah sepertiga dari wilayah laut Propinsi berarti sepanjang 4 (empat) mil laut dari garis pantai, maka wilayah pesisir berada dalam kewenangan Daerah Kabupaten atau Kota setempat. Kota Semarang merupakan kota yang memiliki wilayah pesisir dengan panjang pantai ± 13,6 km. Desakan kebutuhan ekonomi di Kota Semarang menyebabkan wilayah pantai yang seharusnya menjadi wilayah penyangga daratan menjadi tidak dapat mempertahankan fungsinya. Sekitar 80 persen wilayah pantai Kota Semarang saat ini dikuasai oleh swasta, termasuk pengusaha. Mereka dengan leluasa mengubah pantai, termasuk mendirikan bangunan, baik di wilayah pantai maupun di laut dengan cara mereklamasi pantai. Di Kota Semarang, pengurugan tambak, reklamasi (dalam bentuk penambahan areal daratan) dilakukan pada sekitar tahun 1985 untuk memfasilitasi perumahan mewah, PRPP (Pekan Raya Promosi dan ), Taman Mini Jawa Tengah yang disebut Maerokoco, Taman Marina, dan Studio 21. Makna reklamasi dalam arti yang sebenarnya adalah upaya memperbaiki daerah yang tidak terpakai atau tidak berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sebagaimana disebutkan di atas (Ensiklopedia Nasional Indonesia dalam Pratikto, 2004). Reklamasi, karena itu, merupakan upaya meningkatkan sumber daya alam lahan dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan cara pengurangan atau dengan pengeringan lahan. Praktiknya, reklamasi yang banyak dilaksanakan di Indonesia tidak memenuhi kriteria definisi tersebut. Dengan reklamasi justru timbul berbagai dampak sosial dan lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, rumusan penelitian yang disusun yaitu: Bagaimana dampak reklamasi pantai yang terjadi dikota Semarang?. Tujuan penelitian adalah mengetahui dampak reklamasi yang terjadi di Kota Semarang, dari sudut pandang aspek ekonomi, aspek sosial, aspek lingkungan dan pihak yang menerima dampak. Kawasan reklamasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah reklamasi yang terjadi pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2004 yaitu reklamasi pantai Marina. Wilayah studi dalam penelitian ini ada empat kelurahan yaitu Kelurahan Tawangsari, Kelurahan Tawangmas, Kelurahan Karangayu dan Kelurahan Krobokan. Wilayah ini dipilih karena wilayah ini terjadi aktifitas reklamasi pantai marina dan wilayah ini merupakan wilayah yang terkena dampak langsung dariaktifitas reklamasi pantai tersebut. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatfi dan kuantitatif. Dimana kedua metode tersebut digunakan untuk menganalisis perkembangan reklamasi pantai Kota Semarang, menganalisis dampak yang ditimbulkan reklamasi pantai marina Kota Semarang dan menganalisis dampak reklamasi Hasil analisis menunjukkan bahwareklamasi memberikan dampak positif yang berupa tertatanya kawasan pantai, hal ini dapat dilihat dari kesesuaina lahan hasil reklamasi dengan rencana tata guna lahan yang tertuang dalam Perda No. 8 Th 2004 tentang RDTRK BWK III th 20002001. Tersedianya ruang bisnis dan permukiman baru, hal ini terlihat dari munculnya tempat investasi baru di sektor pariwisata dan pemanfaatan lahan hasil reklamasi pantai sebagai kawasan perumahan. Lapangan kerja yang baru, hal ini terlihat dari peluang usaha dan lapangan pekerjaan baru dari pihak PT. IPU yang dapat meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat. Meningkatkan arus investasi, hal ini dapat dilihat dari proses pmbangunan yang masih berjalan yang berpotensi untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang telah ditanamkan, terutama dalam sektor pariwisata dan perumahan.pengembangan ruang wisata baru, hal ini dapat dilihat dari peta perubahan guna lahan dimana fungsi pariwisata merupakan fungsi baru yang berada diatas lahan hasil reklamasi pantai. Dampak negatif dari kegiatan reklamasi pantai kota Semarang sama berupa tidak terbendungnya arus urbanisasi, hal ini dapat dilihat dari jumlah pendatang yang meningkat dari tahunketahun dan jumlahnya lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah orang yang pergi, mati dan lahir dan berpotensi. banjir dan rob hanya terjadi disebagian wilayah penelitian. Dari dampak yang diketahui bahwa hasil penelitian akan memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai dampak reklamasi sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan atau meminimalisasi dampak lingkungan dan dapat memaksimalkan pemanfaatan peluang usaha yang tersedia sehingga dapat meningkatkan kondisi perekonomian. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah untuk penyempurnaan kebijakan dalam melakukan reklamasi pantai selanjutnya. Kata kunci : dampak, reklamasi pantai, kota Semarang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir yang merupakan salah satu sumber daya yang potensial di Indonesia. Wilayah pesisir memiliki pengertian suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar, hal ini didukung oleh adanya garis pantai sepajang sekitar 81.000 km (Dahuri, 2001:1). Potensi pengembangan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari tiga kelompok yaitu: sumber daya dapat pulih (renewable resources), sumber daya tak dapat pulih (nonrenewable resources), dan jasajasa lingkungan (environmental services) (Dahuri, 2001:81). Keadaan pantai di Indonesia sangat bervariasi, yaitu mulai dari pantai pasir putihberbatu, landaiterjal, bervegetasiberlumpur, teduh, bergelombang yang semua ini sangat cocok dengan berbagai peruntukannya, seperti perikanan pantai, budidaya perikanan, industri perhotelan, turisme, dan lainlain. Tetapi, potensi laut tersebut belum sepenuhnya dipahami dan dikelola secara terpadu. Kebijakan pemerintah yang sektoral dan lebih mengutamakan pembangunan daratan, menjadikan laut sebagai kolam sampah (Dahuri, 2001:11). Perkembangan kebijakan pembangunan telah mengarah pada suatu upaya dan mewujudkan pemberdayaan daerah berupa penyerahan wewenang kepada pemerintah daerah yang lebih dikenal dengan otonomi daerah. Pengaturan pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang pemerintah kabupaten dan kota diatur dalam UndangUndang No.22 tahun 1999, yang kemudian disempurnakan menjadi UndangUndang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Hal ini menandai perubahan kepemerintahan dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik, dengan memberikan otonomi yang luas kepada daerah. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan pengembangan dan pengelolaan daerah pesisir yang semula menjadi kewenangan pemerintah pusat kemudian dialihkan menjadi kewenangan pemerintah daerah. Pengembangan dan pengelolaan daerah pesisir yang menjadi wewenang pemerintah daerah ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya, sehingga diharapkan dapat memperbaiki kinerja dalam mengelola pesisir dan lautnya (Dahuri, 2001:3). Reklamasi pantai memiliki berbagai macam pengertian. Dari segi bahasa kata reklamasi berasal dari bahasa Inggris yaitu reclamation yang berarti pekerjaan memperoleh tanah. Jadi pengertian reklamasi pantai adalah pekerjaan untuk mendapatkan bidang lahan dengan luasan tertentu di daerah pesisir dan laut. Sedangkan secara teori, reklamasi berarti suatu upaya untuk membentuk dataran baru dalam rangka memenuhi kebutuhan lahan dengan cara menimbun 1

2 kawasan pantai, reklamasi juga merupakan suatu langkah pemekaran kota (Ni am, 1999:111). Reklamasi merupakan upaya meningkatkan sumber daya alam lahan dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan cara pengeringan lahan atau pengurukan tanah dengan menambah tanah sejumlah volume tertentu ke dalam laut dan daerah pesisir pantai. Hal ini tentu memberikan beberapa konsekuensi yang saling terkait satu dengan lainnya. Praktiknya, reklamasi pantai yang banyak dilaksanakan di Indonesia tidak memenuhi kriteria definisi tersebut (Dwikorita Karnawati, 2007). Usaha mereklamasi pantai saat ini mulai banyak bermunculan, hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan perkotaan dan semakin sulit mencari lahan di daratan untuk kepentingan pembangunan (Budi Usman, 2005). tersebut digunakan untuk pemukiman, bisnis maupun tempat rekreasi. Namun, pilihan itu menimbulkan kekhawatiran terjadinya dampak positif maupun negatif. Dari berbagai ahli banyak yang berpendapat mengenai dampakdampak yang ditimbulkan dari reklamasi pantai, baik itu positif maupun negatif. Dampak negatif reklamasi pantai menurut Budi Usman (2005) secara garis besar antara lain adanya ancaman banjir, perubahan ekosistem, ancaman hilangnya mata pencaharian nelayan, masalah sosial, urbanisasi, penyediaan air bersih dan lalu lintas yang padat. Menurut Herrifendi Sitohang (2005) mengakibatkan hilangnya sumber tanah material urukan, membutuhkan banyak tanah, frekuensi transportasi tinggi, akan merusak ruas jalan, perubahan topologi dan ketinggian, terganggu dan berubahnya kondisi ekonomi, sosial, serta lingkungan. Sedangkan dampak positif reklamasi pantai antara lain menurut Budi Usman (2005) tertatanya kawasan pantai, tersedianya ruang bisnis, permukiman baru, lapangan kerja yang baru, meningkatkan arus investasi dan pengembangan ruang wisata baru. Menurut Moh Faiqun Ni am (1999) mengakibatkan perubahan citra laut menjadi waterfront city, penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan atau peremajaan daerah pantai dan pengembangan wisata bahari Meningkatnya kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak antara lain pemerintah dan swasta, mendorong adanya kompetisi di antara para pelaku pemanfaatan sumber daya pesisir tersebut. Kompetisi inilah yang menimbulkan konflik dan tumpang tindihnya perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir dari berbagai kegiatan sektoral, pemerintah daerah, masyarakat setempat dan swasta. Pihakpihak tersebut merasa memiliki hak atas suatu wilayah pesisir dan mereka saling mengutamakan kepentingannya masingmasing (Dahuri, 2001:106). Melihat paradigma itu, perlu dikaji lagi baik peraturanperaturan yang ada, dan kebutuhan bisnis dalam melaksanakan reklamasi pantai agar keuntungan yang didapat saat ini tidak merugikan generasi yang akan datang. Kota Semarang merupakan kota yang memiliki potensi wilayah pesisir dengan panjang garis pantai ± 13,6 km. Sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, wilayah pesisir Kota Semarang

3 dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi atau pelabuahan skala nasional (Tanjungmas), pariwisata, pemukiman, industri dan pertanianperikanan. Desakan kebutuhan ekonomi di Kota Semarang menyebabkan wilayah pantai yang seharusnya menjadi wilayah penyangga daratan menjadi tidak dapat mempertahankan fungsinya. Sekitar 80 % wilayah pantai Kota Semarang saat ini dikuasai oleh pihak swasta, termasuk pengusaha (Dinas Perikanan dan Kelautan Semarang, 2007). Mereka dengan leluasa mengubah pantai, termasuk mendirikan bangunan, baik di wilayah pantai maupun di laut dengan cara mereklamasi pantai. Kota Semarang melakukan Penimbunan tanah untuk reklamasi daerah pantai (dalam bentuk penambahan areal daratan) dilakukan pada sekitar tahun 1875 pada saat pemerintahan kolonial Belanda yang digunakan pembangunan Pelabuhan Semarang. Setelah Indonesia merdeka, minimal tiga kali dilakukan reklamasi dengan ijin Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yaitu tahun 1979 reklamasi yang dipergunakan untuk kawasan Perumahan Tanah Mas, tahun 1980 reklamasi untuk perluasan Pelabuhan Tanjungmas Semarang, tahun 1985 reklamasi untuk kawasan PRPP, Perumahan Puri Anjasmoro(Kronik, 2006:7), tahun 2003 reklamasi pantai Tambaklorok yang digunakan untuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Emas, Kecamatan. Ketebalan timbunan tanah tersebut berkisar antara 1 5 m (Marsudi, 2006). Menurut Kepala Seksi Observasi dan Pengembangan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang, H Priyambodo, untuk teknik reklamasi ini menggunakan sistem layer, pemadatan dilakukan lapis per lapis. Sehingga setelah selesai reklamasi, dapat langsung dibangun (Arika, 2003). Proyek pembangunan PPI Tambaklorok dikerjakan oleh kontraktor pemenang tender, PT Bangun Makmur, sedangkan untuk proyek pembangunan reklamasi Pantai Marina Semarang dilakukan oleh PT. Indo Perkasa Usahatama (PT. IPU) (Arika, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : TABEL I.1 PERKEMBANGAN REKLAMASI PANTAI KOTA SEMARANG Tahun Tahapan Wilayah Tujuan Pelaksana 1875 Kel. Tanjung Mas, Kec. 1979 Kel. Panggung Lor, Kec. 1980 + 3,25 Ha Kel. Tanjung Mas, Kec. 1985 s/d April 2004 1. 1987 Proses pengurugan untuk lahan PRPP + 25 Ha Kel. Pelabuhan Semarang Kawasan Perumahan Tanah Mas Perluasan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang Kawasan PRPP PT. Indo Perkasa