LAMPIRAN E. Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA)

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Agustina Bidarti

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

LAMPIRAN G. Indikator Strategi Pelaksanaan

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal

PERENCANAAN PARTISIPATIF

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah

BUPATI BANGKA Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. (0717) Faximile (0717) 92534

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

Perencanaan Pembangunan Partisipasi. 1. Pengertian Partisipasi

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

Kelompok seperti inilah yang menjadi target grup program Pamsimas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Kerangka Kerja PRA dalam Program Pengembangan Masyarakat

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Evaluasi Program Pelatihan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

STRATEGI SANITASI KABUPATEN HALMAHERA BARAT

LAMPIRAN B. Pelajaran yang Dipetik dari Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

METODE KAJIAN. Tabel 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROYEK SECOND WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAGIAN I. PENDAHULUAN

WWONGAN INDIVIDUAL KONSULTAN WATER AND SANITATION POLICY AND ACTION PLANNING FACILITY PROJECT TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSIAPAN RENCANA PEMANTAUAN KINERJA

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

KELUARGA BERBASIS KOMUNITAS

STUDI KASUS. Sustainable Tribal Empowerment Program (STEP) Program Pemberdayaan Masyarakat Lokal yang Berkesinambungan

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERAN PERENCANAAN TATA RUANG

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DITJEN PPMD Jakarta, Oktober 2017

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

Lihat untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

: [i] adanya inginan untuk meningkatkan kondisi air minum

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANAA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SALATIGAA TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Participatory Rural Appraisal (PRA) SP 6102 Maret 2007 Wiwik D Pratiwi

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Penyelenggaraan Program TMMD di Desa Sukamaju

LAMPIRAN 4 Petunjuk untuk Rapid Rural Appraisal Sederhana

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi dari pengirim ke penerima, sehingga informasi dapat

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

Skor Bedasarakan Data sekunder

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

PAMSIMAS PEDOMAN PELAKSANAAN DI TINGKAT MASYARAKAT. Desember 2006

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA

RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2008

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL. SP6102 March 2007 itb ac id

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum obyek penelitian

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 40 TAHUN 2013

Manajemen Proyek Minggu 2

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI MONITORING & EVALUASI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

yang sudah dikenal selama ini adalah sebagaimana tergambar sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

LAMPIRAN E Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA)

LAMPIRAN E Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA) Membantu Masyarakat untuk Mendapatkan Kesempatan yang Lebih Besar untuk Memperoleh Layanan Sarana Umum yang Berkesinambungan Secara Lebih Merata Methodology for Participatory Assessments (MPA) yang dikembangkan untuk menjalankan penilaian terbukti merupakan alat yang berguna sehingga pembuat kebijakan, manajer program dan masyarakat setempat dapat memantau kesinambungan sarana mereka dan mengambil tindakan yang diperlukan agar menjadi semakin baik. Metodologi tersebut mengungkapkan bagaimana caranya kaum perempuan dan keluarga yang kurang mampu dapat ikut berpartisipasi, dan mengambil manfaat dari sarana, bersamasama dengan kaum lelaki dan keluarga yang berada. Metodologi ini juga memperlihatkan kepada kita faktor-faktor kunci yang membawa kita menuju keberhasilan dalam proyek-proyek AMPL yang dikelola masyarakat, serta pada saat yang bersamaan juga memungkinkan kita untuk melakukan pengelompokan kuantitatif atas data monitoring tingkat masyarakat agar dapat digunakan pada tingkat program dan tingkat pembuat kebijakan. Hal baru apakah yang disajikan MPA? MPA merupakan pengembangan dari pendekatan-pendekatan partisipatif misalnya PRA 1 dan SARAR 2 yang merupakan perangkat peralatan dan metode yang selama bertahun-tahun telah terbukti efektif untuk membuat masyarakat berpartisipasi. MPA menambahkan ciri-ciri berikut: MPA merupakan metode yang ditujukan baik kepada instansi pelaksana maupun kepada masyarakat untuk mencapai kondisi pengelolaan sarana yang berkesinambungan dan digunakan secara efektif. Dirancang sedemikian rupa untuk melibatkan pihak yang berkepentingan (stakeholder) utama dan menganalisis keberadaan masyarakat yang memiliki 4 komponen penting: lelaki miskin, perempuan miskin, lelaki kaya, perempuan kaya. Dengan demikian MPA mengoperasionalkan kerangka analisis gender dan kemiskinan untuk memperikirakan kesinambungan sarana AMPL. Rekha Dayal, Christine van Wijk, and Nilanjana Mukherjee. Methodology for Participatory Assessments with Communities, Institutions, and Policy Makers. Water and Sanitation Program, March 2000. MPA dikembangkan dan dicoba di 15 negara 88 kelompok masyarakat oleh Water and Sanitation Program bekerjasama dengan IRC International Water and Sanitation Center (Delft) pada kurun 1988-2000. 1 Participatory Rural Appraisal 2 Self esteem, Associate strength, Resourcefulness, Action Planning, Responsibility Lampiran E - 1 -

MPA menggunakan satu set indikator yang sector specific untuk mengukur kesinambungan, kebutuhan, gender dan kepekaan akan kemiskinan. Masing-masing diukur dengan menggunakan urutan alat partisipatifi pada masyarakat, instansi pelaksana dan pembuat kebijakan. Hasil dari penilaian pada tingkat masyarakat dibawa oleh wakil-wakil masyarakat pengguna dan instansi pelaksana kedalam rapat pihak berkepentingan (stakeholder), dengan tujuan untuk secara bersama mengevaluasi faktor-faktor kelembagaan yang berpengaruh pada dampak proyek dan kesinambungan pada tingkat lapangan. Hasil dari penilaian kelembagaan digunakan untuk melakukan peninjauan ulang atas kebijakan pada tingkat program atau tingkat nasional. MPA menghasilkan sejumlah data kualitatif tingkat desa, sebagiannya dapat dikuantitatifkan kedalam sistem ordinal oleh para warga desa itu sendiri. Data kuantitatif ini dapat dianalisis secara statistik. Dengan cara ini kita dapat mengadakan analisis antar masyarakat, antar proyek dan antar waktu, serta pada tingkat program. Dengan demikian MPA dapat digunakan untuk menghasilkan informasi manajemen untuk proyek skala besar dan data yang sesuai untuk analisis program. Siapa yang dapat menggunakan MPA? Untuk apa? MPA membuka kemungkinan untuk digunakan untuk bermacam-macam keperluan. Informasi kualitatif yang dihasilkan secara visual dapat dengan mudah dikonversikan kedalam proses numerik atau presentasi grafis. Hasil yang berupa grafik tingkat masyarakat akan diperoleh segera setelah diterapkannya perangkat partisipatori terhadap kelompok - kelompok dalam masyarakat, lelaki perempuan, kaya dan miskin, yang lalu dapat dipresentasikan di hadapan dan diverifikasikan kepada warga masyarakat secara keseluruhannya. Data sejenis dari waktu atau masyarakat yang berlainan setelah dikonsolidasikan dapat digunakan untuk membantu para manajer atau personil proyek melihat kecenderungan yang terjadi dan menganalisis sebab-sebabnya. Hasil penilaian atas beberapa proyek setelah dikonsolidasikan pada tingkat program atau tingkat nasional dapat dipakai untuk keperluan analisis kebijakan. Siapa? Warga Masyarakat dan Organisasi Masyarakat Untuk apa? - Untuk mendapatkan dan mengungkapkan kebutuhan sarana dari semua lapisan masyarakat yang ada. - Untuk mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang mendorong terjadinya kesinambungan. - Untuk mengurangi kesenjangan gender dan kemiskinan. - Untuk pembuatan perencanaan, monitoring dan penilaian. - Untuk mengumpulkan data dasar dari sarana yang ada, keberadaan sosio-ekonomi suatu masyarakat tertentu dan indikasi atas adanya kebutuhan akan sarana pelayanan. - Untuk membuat taksiran atas perkembangan proyek dilihat dari kaca mata si pengguna. Lampiran E - 2 -

Siapa? Manajer Proyek dan Staf Proyek Perencana pada Instansi Pemerintah, Lembaga-lembaga Bantuan Luar Perancang Proyek Untuk apa? - Untuk membandingkan berbagai masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan kesinambungan dan pemerataan. - Untuk memperkirakan perkembangan pekerjaan pembangunan, khususnya mengenai aspek kualitatif (misalnya, pembinaan kemampuan) yang merupakan sesuatu yang sulit untuk diukur. - Untuk mengidentifikasikan dan memperkirakan faktor-faktor kelembagaan yang berpengaruh pada kesinambungan proyek. - Untuk merencanakan kesinambungan *. - Untuk merancang * proyek yang berdasarkan pemerataan (peka atas gender dan kemiskinan). - Untuk memonitor kesinambungan sarana beserta dampaknya. * Penggunaan ini kini sedang dikembangkan melalui kerjasama antara pemerintah dan donor yang tertarik untuk itu dalam proyek yang sekarang berada dalam tahap rancangan. Apa persyaratan dalam menggunakan MPA? MPA dirancang sebagai bagian integral dari suatu proyek, bukan sekedar tambahan atau sesuatu yang berdiri sendiri. Dengan demikian, MPA memerlukan sebuah lembaga penyandang dana yang merasa terpanggil untuk merancang sebuah proyek baru atau sebuah proyek partisipasi masyarakat yang sedang berjalan yang ingin menerapkan penilaian partisipatif. Walaupun di banyak negara ada sejumlah besar fasilitator yang berpengalaman dalam menggunakan metode partisipatif, namun masih diperlukan pelatihan khusus dalam MPA karena MPA bukan hanya sekedar seperangkat peralatan partisipatif. Pertama, MPA menambahkan sebuah kerangka analitis yang mendorong ke arah kesinambungan dan memberi kemungkinan merubah data partisipatif menjadi kode kuantitatif untuk dipakai dalam analisis kesinambungan. Kedua, karena watak keseluruhannya adalah partisipatif, MPA mendorong proses pembelajaran para peserta. Fasilitator yang telah terampil dan peka akan masalah gender dan kemiskinan merupakan kunci untuk mendorong daur pembelajaran dan tindakan pada semua tingkat: masyarakat, rapat pihak yang berkepentingan (stakeholder), dan pengendali kebijakan. Berapa besar biaya untuk memakai MPA? Biasanya, menggunakan MPA untuk penilaian kesinambungan memerlukan 2 orang tenaga fasilitator untuk tinggal bersama di desa sekurang-kurangnya selama 5 hari ditambah paling tidak satu hari pada rapat pihak yang berkepentimgan (stakeholder) di kabupaten atau propinsi. Ini belum termasuk perencanaan, analisis data dan penyiapan laporan, yang lamanya bervariasi tergantung dari besar kecilnya proyek, sasaran penilaian dan dengan demikian juga besarnya jumlah sampel yang diperlukan. Lampiran E - 3 -

Umumnya, penilaian MPA untuk keperluan rancangan proyek memerlukan sampel yang terdiri dari sejumlah komponen masyarakat yang secara keseluruhannya mewakili variabel utama yang berpengaruh dalam pembuatan rancangan proyek baru, misalnya kondisi geohidrologis atau kemiskinan nisbi dan tingkat kesakitan diare. Jika MPA digunakan untuk pembuatan perencanaan mikro mengenai bantuan proyek kepada masyarakat berarti diperlukan penilaian atas seluruh masyarakat yang dilayani oleh proyek, maka pembiayaannya harus dimasukkan kedalam prosedur pelaksanaan proyek. Kegiatan monitoring dan evaluasi biasanya memerlukan pengambilan sampel stratified atau purposive sebanyak 5 10% dari jumlah masyarakat pada titik-titik yang hampir bersamaan, selama masa proyek. Menindak lanjuti penilaian yang dilakukan di seluruh dunia, MPA diterapkan dalam skala yang lebih besar. Di Indonesia anggaran yang dipersiapkan untuk perencanaan dan monitoring pada sebuah proyek berskala besar sebanding dengan besarnya biaya yang disediakan buat proyek yang menerapkan pendekatan masyarakat dimana MPA diintegrasikan kedalam pelaksanaannya. MPA sangat cocok buat proyek-proyek yang dikendalikan oleh masyarakat, yang pada umumnya mengalokasikan dana sebesar 20 30 % dari keseluruhan anggaran pembangunannya untuk keperluan pembinaan perangkat lunak. Kerangka untuk mencapai sarana yang berkesinambungan secara merata Penemuan dari penilaian atas 88 sarana masyarakat memperlihatkan secara jelas bahwa pendekatanpendekatan tanggap kebutuhan yang mengintegrasikan gender dan kemiskinan merupakan lintasan menuju ke kesinambungan sarana AMPL yang dikelola masyarakat. Demikian pula, penggunaannya secara efektif, yang merupakan sesuatu yang penting demi tercapainya perbaikan mutu kesehatan masyarakat, terkait secara signifikan pada sarana berkesinambungan yang digunakan secara efektif. MPA, yang lebih mendahulukan kepentingan kaum yang kurang beruntung-terutama kaum perempuan dan kaum kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan, merupakan peralatan yang sangat baik yang dapat digunakan oleh baik masyarakat sendiri maupun oleh lembaga-lembaga pemberi bantuan dengan tujuan untuk memperbesar kemungkinan pemerataan dan perbaikan mutu hidup semua orang. Karateristik Utama dari Sebuah Kursus Pelatihan MPA Tingkat Proyek Peserta pelatihan Tipe peserta Jenis dan lamanya Staf proyek yang ada, atau mereka yang direkrut untuk suatu proyek yang akan dilaksanakan. Jumlah seimbang antara staf teknis dengan staf berkeahlian sosial (termasuk higiene dan sanitasi), kalau bisa seimbang juga jumlah antara lelaki dengan perempuan; mereka yang menunjukkan minat untuk belajar atau mereka yang telah berpengalaman menerapkan metoda partisipatif. Jumlah peserta per angkatan tidak lebih dari 16 orang. 1) 14 hari gabungan antara lokakarya dan latihan di tingkat pelatihan masyarakat. 2) 5 hari melakukan penilaian MPA yang sebenarnya, dua hari rapat pihak yang berkepentingan (stakeholder), kesemuanya dibawah pengawasan pelatih. Lampiran E - 4 -

Karateristik Utama dari Sebuah Kursus Pelatihan MPA Tingkat Proyek Pelatih Tindak lanjut Biaya Pelatih MPA tingkat nasional, dibantu oleh tim inti tingkat internasional. Secara berkala diberi dukungan pelatihan dari pelatih MPA tingkat nasional, agar mutu tetap terjamin dan proses belajar berlanjut terus. Biaya hari kerja para pelatih/staf, ongkos perjalanan dan uang harian, dan lain-lain, yang kesemuanya bervariasi dari satu negara ke negara lain. Lampiran E - 5 -