PRINSIP PEMASARAN NATHAN KAUFFMAN APAKAH TEPAT ATAU TIDAK DITERAPKAN PADA PEMASARAN RUMAH SAKIT DI INDONESIA (Manajemen Strategik Rumah Sakit)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

FUNGSI RM DI RUMAH SAKIT MATERI MIK - 1 PRODI DIII RMIK F KES. UDINUS

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009). memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

KEKHAWATIRAN DAN HARAPAN RUMAH SAKIT PRIVAT TERHADAP PELAKSANAAN UU. SJSN/BPJS. Oleh: Mus Aida (Ketua ARSSI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

Pelayanan Antidiskriminasi

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit untuk memberikan informasi, fasilitas

I. PENDAHULUAN. pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu pelayanan publik dikatakan berkualitas apabila pelayanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

Hospital Public Training Schedule

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka pelayanan

PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT *) dr. Henni D. Supriadi K, MARS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan zaman yang begitu pesat, diera globalisaasi

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan penelitian serta mencakup berbagai tindakan maupun disiplin medis.

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan telah

KEBIJAKAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN DAN PELAYANAN RUJUKAN RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki oleh setiap

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari

BAB 2 DATA DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

166 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN

PENGARUH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI

ANALISIS VALUE CHAIN PADA UNIT LAYANAN TRAUMA CENTE R DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Teddy Wahyu Nugroho, dr, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. maka diharapkan dapat tercapai suatu derajat kehidupan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai spesialistik dan mempunyai

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu

BAB II DESKIPSI PERUSAHAAN

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan kesehatan optimal.

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam strategi World Trade Organization (WTO) pada tahun 2010 Indonesia

PERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY. Yogyakarta,25-26 februari 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang. meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB II. RSUD Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

MANAJEMEN PELAYANAN MEDIK DI RUMAH SAKIT. Henni Djuhaeni

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan.

Transkripsi:

PRINSIP PEMASARAN NATHAN KAUFFMAN APAKAH TEPAT ATAU TIDAK DITERAPKAN PADA PEMASARAN RUMAH SAKIT DI INDONESIA (Manajemen Strategik Rumah Sakit) S E K O L A H PA S C A S A R J A N A RINA AMELIA 067013030 PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008

PRINSIP PEMASARAN NATHAN KAUFFMAN DENGAN PEMASARAN RUMAH SAKIT Oleh : Rina Amelia (067013030) Strategi pemasaran dalam pelayanan kesehatan di Indonesia (rumah sakit), apakah sesuai dengan Strategi pemasaran menurut Nathan Kaufman, menurut saya pribadi sesuai, karena dari 7 item yang dinyatakan Nathan Kaufman kesemuanya telah dilaksanakan di Indonesia dalam upaya pemasaran pelayanan kesehatan, tetapi ada beberapa item tertentu yang harus ditambahkan suatu kebijakan baru dari pemerintah supaya mendukung kepada hal tersebut. Untuk jelasnya, saya akan menjelaskan satu persatu : 1. Meningkatkan suplai dokter atau pendukung lainnya Hal ini telah dilakukan oleh pemerintah, yaitu dengan memberikan kebebasan kepada pihak swasta yang berperan dalam pendidikan untuk mendirikan/membangun sarana pendidikan baik untuk tenaga dokter, perawat bidan serta paramedis lainnya sehingga setiap tahun produksi dokter, perawat dan paramedis terus meningkat, dan ini kita harapkan kebutuhan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia dapat dipenuhi Adanya kecendrungan dokter spesialis, dokter dan tenaga medis untuk bekerja di kota ditambah dengan UU Praktek Kedokteran yang membatasi praktek Dokter spesialis dan dokter di 3 tempat saja, sehingga tidak adanya distribusi dokter spesialis, dokter dan tenaga medis yang merata di seluruh Indonesia akibatnya sedikit sekali terutama tenaga dokter spesialis yang berada pada RS tipe C maka dari itu diharapkan adanya suatu kebijakan atau undang-undang yang tegas dari pemerintah tentang pendistribusian tenaga kesehatan, sehingga terjadi distribusi yang merata dari tenaga dokter spesialis, dokter umum, perawat serta paramedis lainnya.

2. Menyediakan pelayanan baru atau memperluasnya Adanya kebijakan pemerintah tentang peran swasta di sektor perumah sakitan menyebabkan banyak bermunculan rumah sakit swasta di Indonesia Pemerintah mengurangi jumlah rumah sakit yang dimiliki dan dioperasikan-nya sendiri. Rumah sakit yang dibiayai atau disubsidi oleh pemerintah sebaiknya hanya tinggal rumah sakit pendidikan dan penelitian, rumah sakit khusus tertentu dan rumah sakit untuk masyarakat tidak mampu. Rumah sakit jenis lain seyogyanya diserahkan kepada swasta penyelenggaraannya. Pemerintah jangan sampai menjadi pesaing bagi swasta dalam penyelenggaraan rumah sakit. Dengan semakin kompetitifnya persaingan antar rumah sakit membuat rumah sakit menjadi kreatif dan inovatif dalam memciptakan pelayanan yang unggul dan dapat bersaing dengan rumah sakit yang lain Kreativitas ini sangat didukung oleh kemajuan di bidang teknologi kedokteran yang terus berkembang Dalam kondisi seperti ini biasanya rumah sakit akan membuat focus layanan unggulan yang didukung oleh tenaga dokter dan paramedis, fasilitas serta teknologi kedokteran sehingga rumah sakit mempunyai nilai jual yang berbeda denga rumah sakit lainnya Contoh : rumah sakit yang punya pelayanan unggulan kateterisasi jantung, rumah sakit dengan pelayanan unggulan bedah palstik, rumah sakit dengan pelayanan unggulan onkologi. Sektor swasta (termasuk swasta asing) akan lebih berperan dalam penyelenggaraan rumah sakit untuk tujuan pelayanan dan rujukan. Fungsi layanan rumah sakit akan berubah, terutama untuk layanan kasus gawat darurat, rujukan diagnostik dan tindakan teknologi tinggi, perawatan intensif, perawatan penyakit menahun dan penyakit usia lanjut. Persaingan akan meningkat, bukan hanya antara rumah sakit (di dalam dan di luar negeri) tapi juga dengan hospitals without beds, diagnostic centers, treatment centers, nursing homes, dan lain-lain. Sebagai akibat persaingan akan terjadi konglomerasi rumah sakit (hospital chains) atau bentuk usaha lain yang lebih menjanjikan efisiensi dan efektifitas. 3. Memperbaiki aksesibilitas pelayanan Dengan perkembangan dunia teknologi berdampak juga terhadap teknologi di bidang kesehatan

SIRS (Sistem Informasi rumah sakit), adalah sistem yang mengatur manajemen yang dilakukan di rumah sakit yang berbasiskan sistem informasi terpusat Dengan adanya SIRS yang baik dapat diberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien, karena kan mudah menemukan identitas pasien (RM yang komputerisasi) Dapat menentukan terapi dengan cepat (RM online) 4. Memperbaiki pelayanan konsumen, memperbaiki kekurangan dalam operasi Pelayanan kesehatan melalui jalur rumah sakit semakin dihadapkan pada tuntutan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Tenaga perawat merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan yang selalu ada pada setiap rumah sakit, juga merupakan salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sebagian besar tenaga perawat tersebut ( 75 % ) adalah tenaga perawat yang memiliki latar belakang Sekolah Akademi Perawat. Bedasarkan kondisi tersebut berbagai upaya perbaikan dan pengembangan tenaga perawat dilakukan. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan agar tenaga perawat yang ada dapat beradaptasi dengan perkembangan Iptek dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam perkerjaanya, sehingga perkembangan pelayanan asuhan keperawatan sejalan dengan pelayanan kesehatan lainnya. Peningkatan mutu layanan disesuaikan dengan tuntutan obyektif (transisi demografi dan epidemiologi, perkembangan ilmu dan teknologi, persaingan) dan tuntutan subyektif (karena peningkatan pendidikan, kesejahteraan, gaya hidup, sistem nilai. Salah satu upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan pelatihan. Profesionalisme tenaga medik dikembangkan melalui Komite Medik yang ada di rumah sakit, ikatan profesi, fakultas kedokteran dan lembaga perizinan dokter. Profesionalisme tenaga perawat dikembangkan melalui Komite Keperawatan di rumah sakit, fakultas keperawatan, ikatan profesi dan Departemen Kesehatan.

Profesionalisme manajer rumah sakit dikembangkan melalui proses pendidikan, pelatihan dan ikatan profesi. Profesionalisme tenaga non medik dikembangkan melalui gerakan total quality management yang mengacu pada proses kecil untuk kelancaran organisasi. 5. Renovasi gedung atau membeli produk baru Sektor perumah sakitan pada jaman sekarang ini telah menjadi sektor industri dan menjadi suatu bisnis yang strategis dan menguntungkan. Karena orientasi rumah sakit sudah menjadi profit oriented sehingga pihak rumah sakit selalu berupaya meningkatkan kepuasan pelanggan baik dari segi pelayanan maupun dari segi fasilitas serta prasarana Demikian juga dengan rumah sakit swasta dengan ketentuan pemerintah berubah menjadi BLU membuat rumah sakit mempunyai kebebasan dalam mengelola keunagan sendiri sehingga perbaikan terhadap rumah sakit bisa dilakukan secara swakelola contoh : renovasi rumah sakit, pembelian alat-alat kedokteran yang diperlukan sebagai penunjang diagnostik pasien. 6. Membangun alternatif sistem pembiayaan (asuransi kesehatan) Pembiayaan kesehatan dengan sistem pembayaran tunai berdasarkan jumlah dan jenis pelayanan (fee for service), seperti yang selama ini diterapkan di Indonesia, dinilai kurang efektif. Sistem pembiayaan semacam itu, menurut membuat sebagian masyarakat tidak bisa menjangkau pelayanan kesehatan. Akan lebih baik kalau setiap orang diwajibkan menabung atau membayar iuran asuransi atau jaminan kesehatan yang besarnya terjangkau sesuai penghasilannya. Dengan demikian mereka tidak kesulitan bila sewaktu-waktu sakit dan ini merupakan implementasi Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 yaitu konsep bahwa orang dengan penghasilan tertentu mengiur uang dalam jumlah tertentu untuk asuransi kesehatan

Sistem pembayaran tunai juga membuat alokasi dana kesehatan yang kecil (3, 2 persen dari PDB-red) tidak bisa dimanfaatkan secara optimal, merata dan efektif. pembiayaan kesehatan dengan sistem asuransi dapat memberikan manfaat optimal jika pemerintah mengeluarkan kebijakan pendukung, utamanya yang menyangkut kepastian tarif biaya pelayanan kesehatan 7. Membangun program public relation atau iklan Sesuai dengan KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA (KODERSI) tahun 2000 Pasal 23 : Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan, dan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia. Dengan ketentuan KODERSI tersebut dibenarkan Rumah Sakit di Indonesia untuk melakukan promosi dalam upaya sosialisasi dan mengenalkan RS tersebut sehingga konsumen dapat mengenali jenis pelayanan serta pelayanan unggulan apa yang disediakan RS