TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU (SIMBOL DAN BAHASA)

dokumen-dokumen yang mirip
12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

Semiotika, Tanda dan Makna

11ILMU. Modul Perkuliahan XI. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Semiotik. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA

ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita

TEORI-TEORI SEMIOTIK DALAM KOMUNIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cerita yang penuh arti dan bermanfaat bagi audience yang melihatnya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah tersebut

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi.

BAB II LANDASAN TEORI. yang tertinggi harus diserahkan pada negara kebangsaan (Tim Dosen PKN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara ketat untuk meningkatkan nilai lembaga atau perusahaan. dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat (2004:5-8) menyatakan bahwa kebudayaan itu mempunyai tiga. berpola dari manusia dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. yang atas dasar konvensi sosial yang terhubung sebelumnya - dapat

Pesan, Tanda, dan Makna dalam Studi Komunikasi. Alimuddin A. Djawad STKIP PGRI Banjarmasin Jl. Sultan Adam, Komp. H.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November February 1913)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Semiotika Pragmatik (Charles Sanders Pierce)

SEMIOTIC LOGICAL APPROACH

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI. Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

BAB II. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bentuk komunikasi. Lukisan-lukisan (pictorial) yang berada di dindingdinding

BAHASA & KOMUNIKASI: Saussure vs Wittgenstein. Dr. Wahyu Wibowo Materi (tambahan) Komunikasi Bisnis untuk Peserta Diklat PPA Bank BCA Jakarta 2011

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang menjadi sasarannya. Dalam berkomunikasi, orang menyatakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada di luar

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berbicara. mengenai makna apa yang mengandung pesan dakwah anak dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

LANGUAGE IS POWERFUL 1. Pendahuluan

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Banyaknya penggunaan simbol-simbol dalam puisi menuntut pembaca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semion yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan kepada orang-orang yang melakukan komunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mendukung seluruh data-data yang terkumpul pada saat penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal-hal lain. Jadi, konsep dari penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji label halal pada beberapa kemasan makanan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat melalui cara-cara yang damai. Selama ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

PERSEPSI BENTUK. Tanda Dan Makna Modul 12. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. materi yang akan dikaji menjadi linear (terarah) tidak melebar kepada hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya) NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui

BAB III METODE PENELITIAN

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU (SIMBOL DAN BAHASA) Disusun oleh: Kelompok 4 Nur Amalia Hildaini 16706251037 Eka Fransiska Agustin 16706251011 Afitri Rahma Wati 16706251009 Binti Aisiah Daning S 16706251020 Dwi Ide Rahayu 16706251007 Rochmat Susanto 16706251027 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016/2017 1

A. SIMBOL Secara etimologis, kata simbol berasal dari bahasa Yunani, yaitu Symbolos yag berarti tanda, atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Istilah tanda dan simbol atau lambang memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Chaer (2012: 37) tanda adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan alamiah. Misalnya ketika kita melihat ada tanda asap hitam yang membumbung tinggi pasti ada api besar atau mungkin kebakaran di sana. Jika kita melihat rumput basah dan tanah tergenang air, itu merupakan tanda bahwa telah terjadi hujan lebat. Sehingga bisa kita sebut bahwa tanda juga menandai bekas kejadian. Berbeda dengan tanda, lambang atau symbol tidak bersifat alami atau langsung menunjukkan korelasi yang jelas antara tanda dan bekas kejadian. Menurut Chaer (2012: 37-38) lambang atau simbol menandai sesuatu yang lain secara konvensional tidak secara alamiah dan langsung. Inti dari definisi tersebut yaitu lambang memiliki arti yang merupakan kesepakatan masyarakat. Misal di daerah Kabupaten Cilacap ketika di jalan ada bendera putih maka hal itu melambangkan ada orang meninggal di dekatnya. Di daerah lain seperti Jakarta lambang ketika ada orang meninggal dilambangkan dengan bendera kuning. Meskipun konsep makna lambang tersebut merujuk pada hal yang sama, akan tetapi representasi lambangnya berbeda tergantung pada konvensi atau kesepakan masyarakat setempat. Jadi dari pengertian tanda dan symbol diatas dapat disimpulkan bahwa tanda tidak bersifat arbitrer sedangkan symbol atau lambang bersifat arbitrer (semena-mena atau manasuka sesuai kesepakatan masyarakat). Sederhananya, ketika melihat tanda, kita langsung mengacu pada objek yang berkaitan. Sedangkan ketika melihat simbol atau lambang, kita sudah tidak terikat pada objek yang berkaitan melainkan pada suatu konsep tertentu yang berdasarkan konvensi. Seperti yang diungkapkan oleh White (1959; Herawati, 2010:83), simbol adalah benda atau objek material yang nilainya ditetapkan oleh orang yang menggunakannya. Jadi simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya Menurut Langer (1988; Herawati, 2010:87), simbol dibagi menjadi dua macam, yaitu: 2

1) Simbol Diskursif Simbol yang cara penangkapannya menggunakan intelek, tidak secara spontan tetapi berurutan. Simbol ini terungkap paling jelas dalam bahasa yang mempunyai konstruksi secara konsekuen. 2) Simbol Presentasional Simbol yang cara penangkapannya tidak membutuhkan intelek, dengan spontan simbol tersebut menghadirkan apa yang dikandungnya. Simbol macam ini dijumpai dalam alam, dan dalam lukisan, tari-tarian, pahatan, dan lain-lain. B. HUBUNGAN SIMBOL DAN BAHASA Menurut Kridalaksana dalam Supriyadi (1999:1), menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang (simbol) yang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan untuk mengidentifikasikan diri. Bahasa tidak sekedar urutan bunyi yang dapat dicerna secara empiris, tetapi juga kaya dengan makana yang sifatnya non-empiris. Dengan demikian bahasa adalah sarana vital dalam berfilsafat, yakni sebagai alat untuk mengejawantahkan pikiran tentang fakta dan realitas yang direpresentasuikan lewat simbol bunyi (Chaedar, 2008). Bahasa merupakan sistem simbol yang memiliki makna, alat komunikasi manusia, penuangan emosi manusia serta merupakan sarana pengejawantahan pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam mencari hakikat kebenaran dalam hidupnya. Sehingga dalam pembahasan mengenai bahasa, tidak terlepas dari simbol sebagai bagian penting dari bahasa. Telah dinyatakan sebelumnya berdasarkan sumber bahwa hubungan antara simbol dan bahasa memiliki keterkaitan yang erat. Dikutip dari Supriyadi (1999), dari kekompleksitasan bahasa sebagai sistem simbol inilah dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan sistem simbol yang paling lengkap, paling halus, dan paling maju dibandingkan dengan sistem-sistem simbol lainnya. Sedangkan, implikasi dari adanya hubungan antara simbol dan bahasa, menyebabkan lahirnya berbagai cabang ilmu bahasa baik itu makrolinguistik maupun miskrolinguistik. Sintaktik, semantik, pragmatik dan semiotik (mikrolinguistik) semiotik bisa masuk ke dalam mikro maupun makro tergantung bagaimana lambang/simbol yang digunakan. 3

C. SEJARAH FILOSOFIS SEMIOTIK Istilah semiotik yang lumrah kita pakai sekarang ini merupakan hasil dari sejarah panjang melalui berbagai pertimbangan selama bertahun-tahun oleh para filsuf dan ahli terkait. Pada akhir abad 16, istilah semiotik pertama kali disebut dengan jelas sebagai cabang filsafat pada essay karya Locke pada tahun 1690 yang berjudul Concerning Human Understanding. Essay tersebut hakikat tentang tanda. Kemudian filsafat semiotik ekspilisit mulai sering muncul pada karya-karya setelahnya seperti Designation of Ideas and Things karya Johann Heinrich Lambert (1764) dilanjutkan Theory of Science karya Bolzano (1837ac) (Nöth 1995: 14). Kemudian berlanjut pada era Saussure lewat karyanya yang berjudul Course in General Linguistics istilah untuk ilmu yang mempelajari tanda dengan istilah semiologi. Sedangkan Morris dalam Sebeok (1976) menyebut dengan istilah SEMIOTIK. Walaupun Saussure dinobatkan sebagai salah satu pencetus istilah semiologi, tetapi istilah SEMIOTIK yang kita kenal sekarang ini bukan merupakan sinonimnya karena setelah tahun 1970-an istilah semiologi Saussure mulai meredup (Chandler 2002: 10). Mengatasi kekaburan penggunaan dua istilah tersebut, Sebeok (1976: 48) kemudian menjelaskan perbedaan antara semiotik dan semiologi sebagai berikut: 1. SEMIOTIK digunakan untuk mengacu pada sejarah filsafat umum tentang tanda sejak Peirce. Sementara semiologi mengacu pada tradisi linguistik sejak zaman Saussure. 2. Menurut Rossi-Laindi dalam Sebeok (1976) mendefinisikan bahwa SEMIOTIK merupakan ilmu umum yang berkaitan dengan tanda-tanda, linguistik sebagai ilmu tentang semua sistem tanda verbal. Sedangkan semiologi berhubungan dengan system tanda pascalinguistik (pascaverbal) seperti karya-karya sastra. 3. Sejalan dengan poin di atas, Rey (1976), SEMIOTIK dianggap sebagai kajian teori tandatanda nonlinguistic. Sedangkan semiologi mengkaji tentang struktur tekstual. 4. Wunderli (1982a: 18) memberikan suatu batasan yang sedikit berbeda pada dua istilah tersebut. Menurut pandangannya, SEMIOTIK berhubungan dengan kajian tanda-tanda alam dan non-manusia. Sedangkan semiologi hanya mengkaji sistem tanda yang terdapat dalam manusia saja. 4

Akhirnya pada tahun 1969 digelarlah konferensi International Association of SEMIOTIC Studies yang diprakarsai oleh para ahli: Barthes, Benveniste, Greimas, Jakobson, Levi straus, dan Sebeok. Hasil dari konferensi tersebut yaitu memutuskan untuk mengadopsi istilah SEMIOTIK sebagai istilah umum yang terdiri dari semua bidang penelitian yang berkaitan dengan tanda (semiologi dan SEMIOTIK umum). Kemudian keputusan istilah terminologis ini diikuti secara luas dalam penelitian SEMIOTIK internasional. D. STUDI TENTANG SIMBOL DAN BAHASA Simbol sebagai suatu bagian tak terpisahkan dari bahasa menyebabkan munculnya ilmu yang khusus mempelajari tentang simbol/ lambang dalam bahasa. Terdapat dua ilmu dalam linguistik yang mengkaji tentang simbol, yaitu semantik dan semiotik. Menurut Gaines (2010:48) semantik bekerja dengan mendefinisikan makna yang berhubungan dengan representasi objek tertentu seperti symbol, kata atau suara. Hal ini senada dengan pendapat Chaer (2015:268) yang mengatakan bahwa semantik mengkaji makna dari suatu lambang atau simbol, tetapi lambang atau simbol yang menjadi kajian semantik hanyalah lambang bahasa atau simbol-simbol yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Maka dapat disimpulkan bahwa studi semantik menelaah relasi simbol dengan sesuatu yang lain sebagai referensi, denotasi, konotasi atau makna. Sementara itu, ilmu yang mengkaji tentang simbol-simbol yang lebih luas (baik itu dari segi kebahasaan ataupun non-kebahasaan) disebut dengan semiotika. Ferdinand de Saussure (1915:16) mendefinisikan semiotika atau semiology sebagai sebuah ilmu yang mengkaji simbol dalam sebuah masyarakat (a science that studies the life of sign within society). Chaer (2015:268) menyatakan bahwa semiotik mengkaji semua makna yang ada dalam kehidupan manusia seperti makna-makna yang dikandung oleh berbagai tanda dan lambang serta isyarat-isyarat lainnya. Merujuk pada definisi-definisi ini, maka dapat dikatakan bahwa semantik dapat juga dikatakan bagian dari kajian semiotik. Untuk lebih memperjelas perbedaan antara semantik dan semiotik, perhatikan gambar di bawah ini. 5

Gambar di atas merupakan simbol yang memiliki makna. Gambar tersebut merupakan lambang cinta. Apabila seorang pemuda/remaja memberikan lambang ini kepada seorang pemudi, maka makna yang dapat ditangkap adalah bahwa si pemuda/remaja tersebut mengungkapkan rasa cintanya melalui bahasa gambar tersebut. Dengan demikian, pengungkapan rasa cinta kepada orang lain (lawan jenis), tidak harus dengan simbol-simbol kebahasaan, tetapi dapat dilakukan dengan memberikan simbol berupa gambar. Gambar ini adalah objek kajian semiotik, karena gambar tersebut adalah sebuah lambang yang mengisyaratkan perasaan cinta. Contoh kajian semantik adalah sebagai berikut. Jika ditanyakan apa makna dari kata tirta, maka jawaban yang akan diperoleh adalah air. Jadi, kata tirta dimaknai dengan sinonimnya. Makna kata tirta akan dapat dipahami bila sebelumnya kita telah mengerti makna kata air, atau bisa dikatakan otak kita sudah mempunyai referensi sebelumnya tentang kata tersebut. Jika tidak ada referensi sebelumnya, maka makna kata tersebut tidak akan dapat diketahui. DAFTAR PUSTAKA 6

Alwasilah, Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Chandler, Daniel. 2002. Semiotics the Basics. New York: Routledge Herawati, Enis Niken. 2010. Makna Simbolik dalam Tari Bedhaya dalam Tradisi: Jurnal Seni dan Budaya. Vol. 1, No. 1. Pp 81-94. Yogyakarta: Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI) Hersusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak Nöth, Winfried. 1995. Handbook of Semiotics. Stuttgart: J.B. Metzlersche Suriasumantri, Jujun. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Supriyadi. 1999. Jurnal Humaniora Journal of Culture, Literature and Linguistics. No. 10 Januari-April. p.49-50. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM 7