BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Desa Laut Dendang merupakan salah satu daerah pinggiran Kota Medan. Hal

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan output berkualitas dalam bentuk barang dan jasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

PERENCANAAN PROYEK KAWASAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan yang menjalar ke wilayah sekitarnya. Perkembangan aktivitas ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa

Gambar 1.1 Skema Aerotropolis

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. : Kelurahan Pulo Brayan Lama (Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatannya

BAB I. PENDAHULUAN. Dengan luas wilayah lebih kurang 2.497,72 Km 2, Kabupaten Deli Serdang

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro)

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Peningkatan kinerja..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang menunjukan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan adanya perubahan struktur ekonomi. Salah satu sektor di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang lebih maju dan bermutu. Seperti halnya di negara-negara berkembang industrialisasi menjadi pola umum pembangunan ekonomi, yang ditunjukkan oleh adanya pergeseran peran sektor pertanian ke sektor nonpertanian (industri). Pengembangan sektor industri sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi merupakan bagian dari strategi pembangunan dengan alasan sektor nonpertanian (industri) mengalami perkembangan yang lebih cepat dibandingkan sektor pertanian. Perubahan struktural yang menyertai proses industrialisasi biasanya diiringi dengan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian (industri). Adanya transformasi tenaga kerja yang bersifat sektoral ini biasanya juga diikuti dengan mobilitas penduduk (tenaga kerja) secara geografis. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang menitikberatkan pembangunan ekonomi di bidang industri secara langsung mengalami perubahan komposisi tenaga kerjanya. Hal ini berkaitan dengan dualisme Desa-Kota perekonomian Indonesia yaitu perekonomian pedesaan dicirikan dengan dominasi sektor primer (pertanian dan pertambangan) sedangkan perekonomian perkotaan didominasi oleh sektor nonpertanian. Seiring dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia dan kualitas penduduk yang terus meningkat, memberi peluang yang lebih besar pada tenaga kerja untuk berpindah dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dari 1

2 satu sektor ke sektor lain, serta satu daerah ke daerah lain untuk mengejar produktivitas yang lebih tinggi. Pergerakan tenaga kerja tidak hanya disebabkan oleh tekanan penduduk terhadap lahan, tetapi juga tuntutan tenaga kerja untuk memperoleh peluang dan kesempatan kerja terbaik. Banyak faktor-faktor terkait yang saling mempengaruhi, faktor-faktor tersebut diduga berhubungan dengan keadaan sosial dan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi merupakan faktor pendorong terbesar pekerja untuk melakukan mobilitas dan faktor penarik yang menjadi alasan utamanya adalah untuk meningkatkan pendapatan (Panjaitan, 2011). Kota Medan sebagai pusat pertumbuhan dan perkembangan kawasan Indonesia bagian barat sekaligus pusat pemerintahan di Propinsi Sumatera Utara menjadi salah satu tujuan tenaga kerja yang melakukan mobilitas. Mobilitas dilakukan oleh seseorang karena adanya faktor pendorong dan penarik seperti mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan pendapatan yang lebih tinggi. Terkait juga dengan konsep pengembangan kota metropolitanisasi dengan kota dan kabupaten di sekitar/tetangganya dengan sebutan MEBIDANG (Medan, Binjai, Deli Serdang), maka Kota Medan termasuk salah satu wilayah yang diprioritaskan penataan ruangnya dalan skala nasional, dan termasuk juga dalam kawasan segitiga pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT) wilayah pusat pengembangan di kota medan dibagi menjadi lima wilayah. Pusat pengembangan Kota Medan yang yang dibagi kedalam lima wilayah pusat pengembangan menjadikan konsentrasi kegiatan terbagi kedalam beberapa sektor yaitu pelabuhan, industri, pemukiman, maritim, perkantoran, rekreasi,

3 perdagangan, CBD, pemerintahan, pendidikan, hutan kota, dan konservasi. Salah satunya adalah pusat pengembangan industri. Keseriusan Pemko Medan dalam pengembangan kawasan industri bukanlah suatu hal yang mengherankan, jika melihat keuntungan yang diperoleh dari pengembangan kawasan industri. Salah satunya adalah membuka lapangan kerja baru yang dapat menyerap ribuan tenaga kerja. Medan sebagai kota terkemuka dan terbesar ke-3 di Indonesia menyiapkan berbagai fasilitas dan penunjang bagi kegiatan industri, termasuk menyediakan kawasan industri yang modern dan terkelola secara professional. Kawasan industri adalah zona/wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kegiatan industri. Kawasan Industri Medan (KIM) yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Tepatnya di sebelah Utara Kota Medan dan menjadi lokasi yang sangat strategis, karena berdekatan dengan infrastruktur Pelabuhan Belawan sebagai gerbang pelabuhan laut bagi keluar masuknya berbagai produk industri. Hanya dengan jarak 15 km dan jarak tempuh 10 menit ke Pelabuhan Belawan, 10 km ke pusat Kota Medan, 15 km ke bandara Polonia, serta 50 km ke Bandara Kuala Namu melalui Tol Belmera (PT. Persero Kawasan Industri Medan, 2013). Kawasan ini didirikan pada tanggal 7 Oktober 1988, dengan kepemilikan saham terdiri dari Pemerintah RI 60%, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 30%, dan Pemerintah Kota Medan 10%. Bersama dengan Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, kawasan ini tetap berupaya memajukan roda perekonomian Sumatera Utara dengan memberi dukungan sepenuhnya bagi pertumbuhan Industri di Sumatera Utara melalui Kawasan Industri Medan. Saat ini terdapat 114 perusahaan dengan jumlah

4 buruh lebih kurang 35.000 orang yang bekerja di berbagai jenis industri (relatif tergolong besar agroindustri) seperti Industri hasil laut (cold storage), industri pengalengan ikan, industri makanan dan minuman, industri biskuit, industri tepung coklat, industri coklat, industri rotan, industri meubel, industri bahan bangunan, industri baja, industri keramik, industri berbasis CPO, dan lain-lain (PT. Persero Kawasan Industri Medan, 2013). Keberadaan industri-industri di Kawasan Industri medan tersebut (KIM) mempengaruhi pergerakan tenaga kerja yang muncul dari keterkaitan antara industri dengan tenaga kerja, dimana hal tersebut terjadi hubungan yang bersifat saling menguntungkan dan membutuhkan. Berdasarkan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, mengenai batas istilah yang dimaksud dengan hubungan industri dengan tenaga kerja ditentukan pada pasal 16 yaitu Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Industri memerlukan tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses produksi, sebaliknya tenaga kerja juga menjadikan industri sebagai wadah untuk memperoleh pendapatan. Dengan kata lain, tenaga kerja sangat mempengaruhi produktifitas dari suatu industri. Kawasan Industri Medan (KIM) mampu menyerap ribuan tenaga kerja yang ikut memadatkan lalu lintas di kawasan tersebut setiap harinya. Tenaga kerja tersebut tidak hanya berasal dari daerah sekitar saja, tetapi mereka datang dari tempat yang jauh untuk bekerja di

5 kawasan industri tersebut sehingga membutuhkan jarak tempuh untuk mencapai industri. Pergerakan tenaga kerja dari tempat tinggal ke kawasan industri akan menambah beban transportasi kota dan arus lalu lintas, indikasinya terlihat pada pagi dan sore hari, saat pergantian shift karyawan. Belum lagi mobilitas bahan baku dan distribusi produk-produk industri yang menambah keramaian lalu lintas. Dapat dikatakan, selain adanya aktivitas pendidikan, perdagangan kemacetan lalu lintas yang terjadi di Kota Medan disebabkan juga oleh pergerakan tenaga kerja yang setiap harinya memadati jalan. Fenomena yang terjadi pada tenaga kerja tersebut dikatakan sebagai commuter. Menglaju (commuting) merupakan perpindahan penduduk horizontal atau secara geografis yang melintasi batas wilayah tertentu, biasanya dalam kurun waktu 6 jam sampai dengan satu hari. Commuter merupakan pergerakan penduduk atau mobilitas sirkuler yang dapat terjadi antara desa dan desa, desa dengan kota, kota dengan desa, dan kota dengan kota (Mantra, 2000). Pergerakan yang dilakukan tenaga kerja ke Kawasan Industri Medan (KIM) merupakan fenomena commuter atau pergerakan ulang-alik. Suatu pergerakan membutuhkan jarak tempuh yang menyita tenaga, waktu perjalanan, alat transportasi yang digunakan serta biaya yang harus dikorbankan oleh tenaga kerja untuk perjalanan pergi ke tempat bekerja dan kembali ke rumah menjadi hal penting yang perlu dipertimbangkan. Terkait dengan Keputusan Plt Gubernur Sumatera Utara Nomor 188/44/711/KPTS/2012 tanggal 29 November 2012, UMP Sumut 2013

6 ditetapkan sebesar Rp1,375 juta. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikaji tentang mobilitas buruh ke Kawasan Industri Medan (KIM) tersebut. B. Identifikasi Masalah Kedudukan Kawasan Industri Medan (KIM) sebagai pusat kawasan kegiatan industri di Kota Medan memiliki konsekuensi terhadap kebutuhan tenaga kerja yang banyak. Hal ini sangat potensial menimbulkan terjadinya peningkatan pergerakan tenaga kerja ke Kawasan Industri Medan (KIM). Permasalahan yang terkait dengan mobilitas ulang-alik buruh ke KIM adalah (1) Karakteristik buruh pelaku mobilitas ulang-alik, (2) arah dan jumlah pergerakan buruh tersebut, (3) dampak positif dan negatif adanya mobilitas ulang-alik buruh, dan (4) faktor pelancar mobilitas ulang-alik buruh. Berdasarkan hal tersebut seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan wilayah di lokasi yang berdekatan mobilitas penduduk semakin bervariasi. Sedangkan perkembangan prasarana jalan yang relatif kecil menyebabkan kinerjanya mengalami penurunan. Banyak faktor terkait yang saling mempengaruhi, faktorfaktor tersebut berhubungan dengan perkembangan wilayah yang ditunjukkan dengan perubahan tata guna lahan dan perkembangan volume lalu lintas. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah serta mengingat luasnya permasalahan yang membutuhkan pembahasan lebih lanjut tentang mobilitas buruh ke Kawasan Industri Medan (KIM), maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti yaitu :

7 1. Karakteristik buruh pelaku mobilitas ulang-alik yang ditinjau dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal. 2. Pergerakan buruh yang meliputi jarak tempuh, waktu tempuh, biaya dan transportasi yang digunakan untuk melakukan perjalanan ulang-alik. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah karakteristik buruh pelaku mobilitas ulang-alik ke Kawasan Industri Medan (KIM) ditinjau dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal? 2. Bagaimanakah pergerakan (mobilitas) buruh Kawasan Industri Medan (KIM) yang meliputi jarak tempuh, waktu tempuh, biaya dan transportasi yang digunakan untuk melakukan perjalanan ulang-alik? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Karakteristik buruh pelaku mobilitas ulang-alik ke Kawasan Industri Medan (KIM) ditinjau dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal. 2. Pergerakan (mobilitas) buruh Kawasan Industri Medan (KIM) yang meliputi jarak tempuh, waktu tempuh, biaya dan transportasi yang digunakan untuk melakukan perjalanan ulang-alik.

8 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai gambaran tentang karakteristik buruh pelaku mobilitas serta pola pergerakannya menuju Kawasan Industri Medan (KIM). 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah umumnya dan pengelola kawasan industri khususnya mengambil kebijakan dalam peningkatan kesejahteraan buruh. 3. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pembaca tentang permasalahan yang akan diteliti. 4. Menambah wawasan penulis dalam menyusun karya ilmiah dalam bentuk skripsi.