BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Maret quasi eksperimental (eksperimen semu), dimana sampel penelitian tidak

dokumen-dokumen yang mirip
Lembar Keusioner KOOS (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Score) Nama : Tanggal : / / Umur :

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan. Harapan Hidup (UHH). Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa

KUESIONER DENGAN MENGGUNAKAN KNEE INJURY AND OSTEOARTHRITIS. INSTRUKSI : Kuesioner ini merupakan suatu alat untuk mengetahui adanya gangguan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan

Protokol Intervensi Fisioterapi Kelompok Perlakuan

BAB V PEMBAHASAN. Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta pada tanggal 4 Maret sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. bisa bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. fungsionalnya. Kompleksnya suatu gerakan dalam aktifitas seperti. tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan disegala bidang kehidupan. menyebabkan perubahan dalam tingkah laku dan pola hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kronik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Penelitian dilakukan selama 2 minggu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)

BAB I PENDAHULUAN. nasional pada hakekatnya adalah penyelenggara upaya kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dizaman globalisasi seperti sekarang ini, dimana perkembangan dan ilmu

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I P E N D A H U L U A N. vertebralis servikal dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial masyarakat dan bangsa bertujuan untuk. memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

I Nyoman Ady Pranatha Bagian Fisioterapi RSUP Sanglah Denpasar Program Studi Fisioterapi, Universitas Udayana, Denpasar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

FORM ASSESMENT FISIOTERAPI. 2. Cara Berjalan : antalgic gait / bow leg gait / knock knee gait

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut berlangsung di tempat kerja, sekolah, kampus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya penggunaan komputer atau laptop di kalangan anak sekolah,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. tentunya keadaan ini juga akan berdampak pada penurunan kondisi fisik. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 40%

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB ² PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

CASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian Nur Hamizah Nasaruddin PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui hubungan mobilisasi dengan penyembuhan luka pada pasien. Subjek yang diteliti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

Gangguan Pada Bagian Sendi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

1) Ida Bagus Ketut Surya, Bagian Fisioterapi RSUD Wangaya Denpasar, Bali ABSTRAK

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

Prinsip Kerja Ultrasound Therapy

O 1 X 1 O 2 O 1 X 2 O 2

Transkripsi:

77 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode yang bersifat quasi eksperimental (eksperimen semu), dimana sampel penelitian tidak dapat dikendalikan secara penuh oleh peneliti sendiri. Desain penelitian berupa randomized control group pre test-post test design untuk melihat perbedaan antara penderita osteoarthritis genu yang terbagi dua kelompok dengan perlakuan berbeda. Kelompok perlakuan I yaitu kelompok penderita osteoarthritis genu yang diberikan intervensi sonophorosis diclofenac dan hold relax dengan sampel 10 orang. Dan kelompok perlakuan II yaitu kelompok penderita osteoarthritis genu yang diberikan intervensi ultrasound dan hold relax dengan sampel 10 orang jadi jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 20 orang. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan peningkatan kemampuan fungsional pada penderita osteoarthritis genu pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II sebelum, selama dan sesudah pemberian terapi yang dibagi dua kelompok perlakuan diukur dengan 77

78 menggunakan KOOS (Knee injury and Osteoerthritis Outcome Sale). Setelah dilakukan pengelompokan sampel, selanjutnya dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Kelompok perlakuan I Pada kelompok perlakuan I, sampel pasien osteoarthritis tibiofemoral joint sebanyak 10 orang yang diberikan intervensi Sonophorosis Doclofenac dan hold relax selama 6 kali intervensi dengan frekuensi 3 kali seminggu. Sebelum pemberian intevensi sampel diperiksa untuk melihat tingkat kemampuan fungsional dengan mengisi kuesioner KOOS, selanjutnya dilakukan evaluasi kembali pada akhir penelitian. Peningkatan fungsional ini dilakukan dan di catat hasilnya pada format fisioterapi, pada setiap perlakuan yang diberikan. Skema 3.1 Model Kelompok perlakuan I Sonophorosis Diclofenac dan Hold Penurunan kemampuan fungsional akibat OA Kemampuan fungsional meningkat 2. Kelompok perlakuan II Pada kelompok perlakuan II, sampel pasien osteoarthritis genu sebanyak 10 orang yang diberikan intervensi Ultrasound dan hold relax selama 6 kali intervensi dengan frekuensi 3 kali seminggu. Sebelum pemberian intevensi sampel diperiksa untuk melihat tingkat kemampuan fungsional dengan mengisi kuesioner KOOS, selanjutnya dilakukan evaluasi kembali pada akhir penelitian. Peningkatan

79 fungsional ini dilakukan dan dicatat hasilnya pada format fisioterapi, pada setiap perlakuan yang diberikan. Skema 3.2 Model Kelompok perlakuan II Ultrasound dan Hold relax Penurunan kemampuan fungsional akibat OA Kemampuan fungsional meningkat C. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang benar-benar mewakili suatu kelompok yang diambil sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan sesuai kasus yang diteliti dengan memilih orang-orang yang benar-benar mewakili kriteria yang telah ditetapkan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pemeriksaan secara lengkap dan sistematis pada setiap pasien yang mengalami keluhan lutut dengan terlebih dahulu melakukan anamnesa kepada pasien kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan yaitu anamnesis, quicktest, pemeriksaan fungsi gerak dasar aktif, pasif serta pemeriksaan khusus sehingga diperoleh sampel pasien yang berindikasi positif mengalami osteoarthritis tibiofemoral joint.

Tabel 3.1 Prosedur Assesment Fisioterapi untuk Pemilihan Sampel Penelitian : No Tahapan Pemeriksaan 1 Anamnesis Umum Khusus Fokus Assesment Data diri, keluhan, sifat keluhan, lokasi, distribusi dan profokasi gangguan fungsional 2 Inspeksi Tanda-tanda inflamasi Deformitas Pola jalan Temuan Morning sickness Nyeri Krepitasi Oedema Valgus/varus Antalgic gait 3 Quick test Gerak aktif flexi-ekstensi Nyeri, Ketebatasan ROM Krepitasi 4 PFGD Pemeriksaan gerak pasif Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan 5 Test Khusus Join Play Movement Ballotement 6 Pemeriksaan X-Ray penunjang Keterbatasan ROM Firm end feel Flexi < Ekstensi Tidak ditemukan gangguan yang khas Capsular Pattern Hydrops Adanya osteofit Penyempitan celah sendi Penebalan subchondral Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan teknik purposive sampling, yaitu menentukan kriteria inklusif dan eksklusif serta pengguguran. Adapun kriteria pengambilan sampel : 1. Kriteria inkusif a. Pasien berusia 60-70 tahun b. Pria/wanita yang mengalami gangguan lutut karena OA genu sesuai prosedur assesment fisioterapi c. Pasien bersedian menjadi sample penelitian, dengan perlakuan sebanyak 6 kali. 2. Kriteria Ekslusif a. Pasien dengan tumor ganas pada lutut b. Pasca athroscopy lutut 80

81 c. Pasien dengan kanker kulit d. Pasien menderita luka bakar e. Pesien pasca fraktur 3. Kriteria Drop Out a. Pasien yang tidak sampai mengikuti 6X terapi atau sampai akhir penelitian b. Pasien yang datang tidak teratur c. Pasien yang selama terapi mendapatkan tindakan atau intervensi modalitas yang tidak sesuai dengan prosedur penelitian d. Pasien selama terapi minum obat analgesik dan anti inflamasi D. Instrumen Penelitian 1. Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Variabel dependent : Kemampuan fungsional pada kondisi Osteoarthrtis tibiofemoral joint b. Variabel independent : Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax, Ultrasound dan Hold Relax 2. Definisi Konseptual Patologi fungsional osteartritis pada fase awal dijumpai nyeri akibat ketidakseimbangan antara regenerasi dengan degenerasi maka akan terjadi pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan sendi yang disebut sebagai corpus libera yang dapat menimbulkan nyeri dan penguncian ketika sendi bergerak. Imobilisasi yang terjadi karena nyeri mengakibatkan kaku sehingga mikrosirkulasi menurun,

82 kadar sinovial menurun dan elastisitas jaringan lunak juga menurun. Terbentuknya osteofit akan mengiritasi membran sinovial dimana terdapat banyak saraf-saraf reseptor nyeri dan kemudian akan menimbulkan penumpukan cairan sendi atau hidrops. Pembebanan yang terus menerus mengakibatkan inflamasi dan penebalan subchndral, serta adanya penyempitan celah sendi membuat permukaan sendi tidak beraturan sehingga dapat menyebabkan instabilitas. Pada kapsul ligamen sendi akan terjadi iritasi dan pemendekan, hal ini disebabkan karena imobilisasi dan kelenturan jaringan kolagen yang berkurang, kemudian terjadi kontraktur jaringan ikat maupun kapsul sendi sehingga pergerakan semangkin lama semangkin sempit. Menurunnya fleksibilitas kapsul ligamen tersebut akan menyebabkan hipomobilitas dari sistem ligamen. Karena fungsi dari ligament berkurang menyebabkan kerja otot menjadi berlebihan, sehingga kontraksi berlebihan tidak dapat dihindari. Kontraksi terus menerus ini akan menyebabkan penekanan pada pembuluh darah sehingga terjadi vasokontriksi dan ischemik yang akan menimbulkan spasme otot pes anserinus, tightness otot tonik dan kelemahan otot pasic yaitu otot quadricep. Osteartritis akan menyebabkan keterbatasan aktivitas sehari-hari seperti : jongkok, berlutut, dari posisi duduk ke berdiri, mempertahankan posisi berjongkok, mempertahankan posisi berlutut, mengambil benda di bawah, memakai sepatu atau alas kaki, melepas

83 sepatu atau alas kaki dan membersihkan rumah, serta aktifitas olahraga seperti : berlari dan melompat, dan aktifitas bepergian seperti : berjalan dipermukaan berbeda, menggunakan transportasi pribadi dan menggunakan transportasi umum. Osteoartritis tidak hanya dapat menimbulkan kecacatan fisik dalam tingkat impairmen (kerusakan sendi, terutama yang menyebabkan keluhan nyeri) dan tingkat disabilitas (adanya kecacatan fisik, sehingga terganggunya aktifitas keseharian tapi juga tingkat handikap atau tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, akibat hambatan psikologis, sosial, dan vokasional oleh karena kecacatan fisik yang dideritanya. 3. Definisi operasional a. Pengukuran kemampuan fungsional dengan menggunakan KOOS Koos (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Score) dikembangkan sebagai instrumen untuk menilai pendapat pasien tentang lutut mereka dan masalah yang terkait. KOOS dapat digunakan baik pada masa akut maupun kronik yang ada hubungannya dengan cidera atau gangguan pada lutut selama interval jangka pendek dan panjang, untuk menilai perubahan kondisi dari minggu ke minggu selama perawatan (obat, operasi, terapi fisik). KOOS terdiri dari 5 sub-skala; nyeri, gejala, aktifitas fungsinal sehari-hari (ADL), aktifitas olahraga dan

84 rekreasi dan Kualitas lutut yang berhubungan dengan kelangsungan kualitas hidup (QOL). Dimana dari setiap pertanyaan mendapat nilai 0-4, nilai 0 berarti tidak ada masalah sampai nilai 4 yang berarti adanya gangguan yang sangat berat pada lutut. Pilihan jawaban diberikan dalam 5 kotak Likert dan pertanyaan masing-masing mendapat skor dari 0 sampai 4. Menjumlah skor setiap subskala dan bagi dengan maksilal rata skala, nilai 100 menunjukkan tidak ada masalah kemampuan fungsional dan nilai 0 menunjukkan masalah kemampuan fungsional sangat berat. Jika data yang diterima tidak jelas seperti tanda ditempatkan di luar kotak maka kotak terdekatlah yang dipilih. Jika dua kotak ditandai maka yang mengindikasikan kondisi yang lebih parah yang dipilih. Jika data kosong satu atau dua item, maka nilai yang kosong diganti dengan nilai rata-rata untuk subskala. Jika lebih dari dua item kosong, respon dianggap tidak valid dan tidak ada nilai subskala yang dihitung. b. Prosedur Pengukuran 1) Beri penjelasan kepada pasien menenai isi dan cara mengisi kuesioner KOOS. Kuesioner berisi 42 soal dari 5 sub-skala yaitu dilihat dari Nyeri (Pain) 9 pertanyaan, gejala(symptom) 7 pertanyaan, ADL 17 pertanyaan,

85 Olahraga dan rekreasi 5 pertanyaan dan Kualitas hidup (QOL) 4 pertanyaan. Pilihan jawaban diberikan dalam 5 kotak dengan jawaban dari kondisi yang baik sampai kondisi terburuk. 2) Hasil dari setiap pertanyaan mendapatkan nilai 0-4, dimana nilai 0 berarti tidak ada masalah sampai nilai 4 yang berarti gangguan atau masalah yang sangat berat pada lutut. 3) Pasien diberikan penjelasan cara mengisi kuesioner. 4) Pasien diberi kesempatan untuk mengisi kuesioner selama lebih kurang 10 menit. 5) Jika data yang diterima tidak jelas seperti tanda ditempatkan diluar kotak maka kotak terdekatlah yang dipilih. 6) Jika dua kotak ditandai maka mengidentifikasi masalah yang lebih parah yang dipilih. 7) Jika data kosong satu atau dua item, maka nilai yang kosong diganti dengan nilai rata rata untuk subskala. 8) Jika data kosong lebih dari dua item maka respon dianggap tidak valid dan tidak ada nilai subskala yang dihitung. 9) Kotak paling kiri bernilai 0 dan paling kanan bernilai 4. Jumlahkan setiap subskala kemudian dihutung dengan rumus berikut :

86 1. PAIN : 100 - Total score P1-P9 x 100 = 100 - = 36 36 2. SYMPTOMS : 100 - Total score S1-S7 x 100 = 100 - = 28 28 3. ADL : 100 - Total score A1-A17 x 100 = 100 - = 68 68 4. SPORT&REC : 100 - Total score SP1-SP5 x 100 = 100 - = 20 20 5.QOL : 100 - Total score Q1-Q4 x 100 = 100 - = 16 16 Keterangan: Setiap pertanyaan dinilai dengan kotak paling kiri bernilai 0 dan paling kanan bernilai 4 0 : Tidak pernah atau tidak samasekali 1 : Jarang atau ringan atau bulanan 2 : Kadang-kadang atau sedang atau mingguan 3 : Sering atau harian atau sulit 4 : Selalu atau parah atau sangat sulit Jumlah nilai 0 100 didapat dari Total = ( Pain + Sym + ADL + SPORT&REC + QOL ) = 5 Nilai lebih rendah menunjukkan kemampuan fungsional menurun atau bermasalah dan nilai lebih tinggi menunjukkan kemampuan fungsional lebih baik atau normal

87 Lembar Keusioner KOOS (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Score) Nama : Tanggal : / / Umur : NYERI (PAIN) Pertanyaan berikut berhubungan dengan nyeri yang anda alami sejak minggu lalu: 1. Seberapa sering anda mengalami nyeri? Tidak pernah Bulanan Mingguan Harian Selalu 2. Apakah lutut nyeri saat kaki menumpu berat dan tubuh berputar mendadak? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 3. Apakah nyeri saat meluruskan kaki? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 4. Apakah nyeri saat menekuk lutut? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 5. Apakah nyeri saat berjalan dipermukaan yang datar? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 6. Apakah nyeri saat naik atau turun tangga? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 7. Apakah lutut anda nyeri pada malam hari sebelum tidur? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 8. Apakah lutut anda nyeri saat duduk atau berbaring? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 9. Apakah lutut anda nyeri saat berdiri tegak? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu TANDA atau GEJALA (SYMPTOM) Pertanyaan berikut berhubungan dengan gejala lain yang menyertai gangguan di lutut anda sejak seminggu yang lalu : 1. Apakah lutut anda kaku saat bangun pagi? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu

88 2. Apakah lutut anda kaku setelah duduk, berbaring atau saat beristirahat malam? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 3. Apakah ada bengkak dilutut anda? Tidak ada Kecil Sedang Besar Parah 4. Apakah anda merasakan krepitasi atau gesekan dan mendengar suara klik atau sejenisnya setiap anda menggerakkan lutut? Tidak pernah Jarang Kadang Sering Selalu 5. Apakah lutut anda kaku saat bangun pagi? Tidak ada Jarang Kadang Sering Selalu 6. Apakah anda dapat meluruskan lutut? Penuh Banyak Sedang Sedikit Tidak sama sekali 7. Apakah anda dapat menekuk lutut? Penuh Banyak Sedang Sedikit Tidak sama sekali AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL) Pertanyaan berikut berhubungan dengan aktivitas sehari-hari yang terganggu atau terbatas karena gangguan pada lutut anda sejak seminggu yang lalu : 1. Apakah anda kesulitan turun tangga? Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 2. Apakah anda kesulitan naik tangga? Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 3. Apakah anda kesulitan bangkit dari duduk ke berdiri? Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 4. Apakah anda kesulitan berdiri tegak? Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 5. Apakah anda kesulitan mengambil benda dibawah sambil berdiri dengan menekuk lutut?

89 6. Apakah anda kesulitan berjalan dipermukaan datar? Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 7. Apakah anda kesulitan masuk atau keluar mobil? Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 8. Apakah anda kesulitan saat pergi atau berjalan untuk berbelanja? Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 9. Apakah anda kesulitan memakai sepatu atau kaos kaki sambil berdiri? 10. Apakah anda kesulitan melepas sepatu atau kaos kaki sambil berdiri? 11. Apakah anda kesulitan bangkit dari tempat tidur? Tidak sama sekali Jarang Kadang Sering Selalu 12. Apakah anda kesulitan untuk berbaring ketempat tidur? 13. Apakah anda kesulitan saat mandi? 14. Apakah anda kesulitan untuk duduk? 15. Apakah anda kesulitan untuk jongkok di toilet? 16. Apakah anda kesulitan melakukan aktivitas rumah tangga yang berat seperti menyekop, menyikat lantai dll? 17. Apakah anda kesulitan melakukan aktivitas rumah tangga yang ringan seperti memasak, menyapu rumah, bersih-bersih, dll?

90 AKTIVITAS OLAHRAGA dan REKREASI (SPORT and RECREATION) Pertanyaan berikut berhubungan dengan aktivitas olahraga dan aktivitas rekreasi yang mengalami keterbatasan karena gangguan lutut anda sejak seminggu yang lalu: 1. Apakah anda kesulitan untuk jongkok? 2. Apakah anda kesulitan untuk berjalan? Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 3. Apakah anda kesulitan untuk melompat? 4. Apakah anda kesulitan berjalan lalu memutar lutut? Tidak sama sekali Sedikit Sedang Banyak Parah 5. Apakah anda kesulitan berlutut? KUALITAS HIDUP (QUALITY OF LIFE) Pertanyaan berikut berhubungan dengan kualitas hidup atau gaya hidup anda yang terganggu karena masalah lutut anda sejak seminggu yang lalu : 1. Seberapa sering anda menyadari masalah lutut anda? Tidak pernah Bulanan Mingguan Harian Selalu 2. Apakah anda memodifikasi gaya hidup anda untuk menghindari kegiatan yang berpotensi memperparah gangguan lutut anda? Tidak ada Sedikit Sebagian Banyak Semua 3. Bagaimana kesulitan hidup secara umum yang anda alami karena berkurangnya kemampuan fungsi lutut pada kehidupan anda? Tidak ada Sedikit Sedang Banyak Parah 4. Secara umum, seberapa sering kesulitan yang anda alami dalam kehidupan karena lutut anda terganggu? Tidak pernah Jarang kadang Sering Selalu

91 c. Prosedur pelaksanaan Sonophorosis Diclofenac 1) Persiapan Alat a) Siapkan alat ultrasound dan diclofenac atau voltaren sebagai media penghantar b) pastikan tidak ada kerusakan pada alat dan kabel. c) Atur jarak alat dengan tempat terapi pasien, usahakan agar alat tidak terjangkau dari pasien serta tidak mengganggu gerakan dari terapis. b) Persiapan pasien a) Jelaskan pada pasien tujuan dan prosedur pemberian sonophorosis diclofenac b) Daerah lutut harus terbebas dari pakaian c) Atur posisi pasien dengan daerah yang akan diterapi Berikan voltaren sebagai kontak medium pada daerah lutut d) Ratakan voltaren dengan tranduser sirkulasi pada daerah lutut, jangan biarkan transduser dalam keadaan statik karena akan menyebabkan burn atau luka bakar. c) Teknik aplikasi a) Nyalakan alat, atur intensitas, gelombang dan waktu b) Gerakan tranduser kearah sirkuler atau pun longirudinal pada area yang akan di terapi, jangan

92 biarkan tranduser dalam keadaan statik karena dapat menimbulkan burn atau luka bakar. d) Dosis Penentuan dosis ditentukan oleh intensitas dan waktu. Intensitas merupakan rata-rata energi yang dipancarkan tiap unit area dan dinyatakan dalam watt per unit meter persegi (W/cm2), sedangkan power adalah total output dan tranduser yang dinyatakan dalam Watt (W). Intensitas = Frekuensi Total power output (watt) ERA pada tranduser (cm2) : 6 kali terapi/ 3 kali seminggu Intensitas : 1,2 watt/cm 2 Waktu Gelombang : 5 menit : contineous e) Sesudah terapi a) Mesin ultrasound dimatikan (tekan tombol off) b) Daerah yang di obati di bersihkan dengan tissue ataupun dengan menggunakan handuk bersih. c) Kontrol efek yang diharapkan serta perhatikan juga efek samping yang mungkin timbul. b. Prosedur Pelaksanaan Ultrasound 1) Persiapan Alat a) Siapkan alat ultrasound dan gel sebagai media penghantar

93 b) Pastikan tidak ada kerusakan pada alat dan kabel yang terpasang. c) Atur jarak alat dengan tempat terapi pasien, usahakan agar alat tidak terjangkau dari pasien serta tidak mengganggu gerakan dari terapis. b) Persiapan pasien a) Jelaskan pada pasien tujuan dan prosedur pemberian ultrasound b) Daerah lutut harus terbebas dari pakaian c) Atur posisi pasien dengan daerah yang akan diterapi Berikan gel sebagai kontak medium pada daerah lutut d) Ratakan gel dengan tranduser sirkulasi pada daerah lutut. c) Teknik aplikasi a) Nyalakan ultrasound, atur intensitas, gelombang dan waktu terapi b) Gerakan tranduser kearah sirkuler atau pun longirudinal pada area yang akan di terapi, jangan biarkan tranduser dalam keadaan statik karena dapat menimbulkan burn atau luka bakar. d) Dosis Penentuan dosis ditentukan oleh intensitas dan waktu. Intensitas merupakan rata-rata energi yang

94 dipancarkan tiap unit area dan dinyatakan dalam watt per unit meter persegi (W/cm2), sedangkan power adalah total output dan tranduser yang dinyatakan dalam Watt (W). Intensitas = Frekuensi Total power output (watt) ERA pada tranduser (cm2) : 6 kali terapi/ 3 kali seminggu Intensitas : 1,2 watt/cm 2 Waktu Gelombang : 5 menit : contineous e) Sesudah terapi a) Mesin ultrasound dimatikan (tekan tombol off) b) Baik daerah yang di obati di bersihkan dengan tissue ataupun dengan menggunakan handuk bersih. c) Kontrol efek yang timbul dan juga perhatikan terhadap efek samping yang mungkin timbul. c. Prosedur Pelaksanaan Hold Relax 1) Persiapan pasien a) Jelaskan pada pasien tujuan dan prosedur hold relax serta efek yang mungkin dirasakan saat mengkontraksikan otot. b) Posisikan pasien duduk di pinggir bed atau tidur telungkup. c) Daerah lutut harus terbebas dari pakaian

95 2) Teknik aplikasi a) Suruh pasien mengkontraksikan otot dengan gerakan flexi atau ekstensi melawan tahanan yang diberikan terapis agar tida terjadi gerakan. b) Lakukan kontraksi isometrik selama 6 detik dengan 10 kali pengulangan yang diselingi dengan istirahat. c) Selama fase rileksasi, manual kontek tetap dipertahankan untuk mendeteksi bahwa pasien mampu benar-benar rileks. E. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan KOOS (Knee injury and Osteoarthritis Outcome Scale) akan terlihat perubahan kemampuan fungsional sebelum dan sesudah melakukan 6X terapi menggunakan perangkat lunak komputer SPSS (statiscal Program For Social Science). Dalam menganalisa data yang diperoleh, maka peneliti menggunakan beberapa uji statistik, antara lain: 1. Uji persyaratan analisis a. Uji normalitas Normalitas Untuk menentukan bentuk uji statistik yang tepat, maka salah satu yang perlu diketahui adalah apakah data berdistribusi normal menggunakan uji parametrik dengan nilai P > α (0,05). Peneliti melakukan pengujian normalitas distribusi pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan

melakukan uji normalitas (Saphiro wilk test) karena jumlah sampel kurang dari 30 orang. 96 b. Analisis Homogenitas Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel yang dianalisis memiliki varian yang sama (homogen) atau berbeda (tidak homogen) menggunakan levene s test (Uji f) yang pada umumnya digunakan pada penelitian komperatif independef untuk mengetahui apakah pada awal penelitian sampel berangkat dari kondisi yang sama. Data distribusi normal menggunakan uji parametrik dengan nilai P > α (0,05). Sedangkan untuk data distribusi tidak normal menggunakan uji non-parametrik dengan nilai P < α (0,05). Adapun hipotesis yang di tegakkan adalah : Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata tingkat kemampuan fungsional sebelum intervensi antara kelompok perlakuan I dan II Ha : Ada perbedaan rata-rata tingkat kemampuan fungsional sebelum intervensi antara kelompok perlakuan I dan II. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesis : Ho diteroma bila nilai P > α (0,05) Ho ditilak bila P < α (0,05)

97 2. Uji Hipotesis a. Uji hipotesis I Uji hipotesis untuk mengetahui intervensi Sonophorosis Doclofenac dan Hold Relax dapat meningkatan kemampuan fungsional akibat osteoarthritis tibiofemoral joint. Untuk uji signifikan dua sampel yang saling berpasangan pada kelompok perlakuan I digunakan uji T-Test Related. Adapun hipotesis yang di tegakkan adalah: Ho : Intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax tidak dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus Osteoarthritis Tibiofemoral joint. Ha : Intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus Osteoarthritis Tibiofemoral joint. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesa : Ho diterima bila nilai p > α (0,05) Ho ditolak bila nilai P < α (0,05). b. Hipotesis II Uji hipotesis II untuk mengetahui intervensi Ultrasound dan Hold Relax dapat meningkatan kemampuan fungsional akibat osteoarthritis tibiofemoral joint. Untuk uji signifikan dua sampel yang saling berpasangan pada kelompok perlakuan II digunakan uji T-Test Related. Adapun hipotesis yang di tegakkan adalah:

98 Ho : Intervensi Ultrasound dan Hold relax tidak dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus Osteoarthritis tibiofemoral joint. Ha : Intervensi Ultrasound dan Hold relax dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus Osteoarthritis tibiofemoral joint. Dengan ketentuan hasil pengujian hipotesa : Ho diterima bila nilai p > a (0,05) Ho ditolak bila nilai P < a (0,05) c. Uji Hipotesis III Uji hipotesis III untuk mengetahui intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax lebih baik dari pada intervensi Ultrasound dan Hold Relax untuk meningkatkan kemampuan fungsional kasus Osteoarthritis Tibiofemoral joint. Untuk uji signifikan dua sampel yang saling berpasangan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II digunakan T- Tets Independent sampel. Adapun hipotesis yang ditegakan adalah: Ho : Intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax tidak lebih baik dari padaintervensi Ultrasound dan Hold Relax untuk meningkatan kemampuan fungsional kasus osteoarthritis tibiofemoral joint. Ha : Intervensi Sonophorosis Diclofenac dan Hold Relax lebih baik dari pada intervensi Ultrasound dan Hold Relax

99 untuk meningkatan kemampuan fungsional akibat osteoarthritis tibiofemoral joint. Dengan ketentuan hasih pengujian hipotesis sebagai berikut : Ho diterima jika P > α (0,05) Ho ditolak jika P < α (0,05)