BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu obyek. Objek yang dipindahkan mencakup benda tak bernyawa seperti sumber daya alam,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB III LANDASAN TEORI. maupun taksi kosong (Tamin, 1997). Rumus untuk menghitung tingkat

KAJIAN KELAYAKAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI PURWOKERTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN JASA TRAVEL JURUSAN PALANGKARAYA-SAMPIT DITINJAU DARI BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENUMPANG

TINJAUAN PENETAPAN TARIF TAKSI DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. perkotaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu choice dan captive.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penerbangan, dan banyak yang lainnya. Timbulnya persaingan yang sangat ketat. persaingan dan mendapatkan keunggulan kompetitif.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI. Rahayuningsih ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pembeli untuk meminta barang yang tersedia di pasar. Dengan

Nindyo Cahyo Kresnanto

NINDYO CAHYO KRESNANTO. .:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama

ANALISA BIAYA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA MANADO AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS (Studi Kasus: Angkutan Umum Trayek Pusat Kota 45-Malalayang)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Propinsi Kalimantan Barat baik dalam jumlah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

Analisa Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Penumpang Roda Dua di Waena Kota Jayapura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari satu tempat ke tempat lain secara fisik dalam waktu yang tertentu

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB II STUDI PUSTAKA STUDI PUSTAKA EVALUASI KINERJA OPERASIONAL ARMADA BARU PERUM DAMRI UBK SEMARANG TRAYEK BANYUMANIK - JOHAR

BAB I PENDAHULUAN I.1

OPTIMALISASI UMUR GUNA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Biaya Operasional Kendaraan, Kenaikan Tarif, Kenaikan Harga BBM, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP)

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

POTENSI PENERAPAN ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN TANPA BAYAR DI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan akan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN TEORI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOPERASIAN ANGKUTAN SEKOLAH DI KOTA DENPASAR (STUDI KASUS SEKOLAH RAJ YAMUNA) (030T)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

BAB III LANDASAN TEORI. a. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan Angkutan. b. PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

BAB IV ANALISIS DATA

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM YANG MELAYANI TRAYEK PINGGIRAN-PUSAT KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan terjangkau biayanya bagi masyarakat di Indonesia. Angkot kini tidak hanya di perkotaan saja tetapi di pedesaan juga sudah terdapat angkutan umum pedesaan, angkot kini sangat membantu bagi masyarakat khususnya di pedesaan untuk mempermudah perjalanan dan mempercepat aktifitas sehari-hari masyarakat pedesaan. Kebutuhan akan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempunyai ciri yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, frekuensi, jenis kargo yang diangkut, dan lain-lain. Pelayanan transportasi yang tidak sesuai kebutuhan akan menyebabkan system transportasi tersebut tidak berguna. Ciri ini membuat analisis dan peramalan kebutuhan akan pergerakan akan menjadi sulit. 2.2. Definisi Transportasi Transportasi adalah suatu sistem yang terdiri dari prasarana/sarana dan sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan keseluruh wilayah sedemikian sehingga: 18

- Terakomodasi mobilitas penduduk. - Dimungkinkan adanya pergerakan barang. - Dimungkinkannya akses kesemua wilayah (tamin,1997) 2.3. Kebutuhan Manusia Terhadap Transportasi 2.3.1. Kegiatan transportasi dapat dilakukan dari beberapa sudut pandang. a. Sosial, Masyarakat yang membutuhkan, menggunakan, mengelola transportasi dan juga melakukan pergerakan. b. Fisik, Transportasi membutuhkan ruang bagi pergerakannya dan guna lahan untuk jaringan jalan. c. Ekonomi, Pembangunan prasarana transportasi suatu daerah dapat dipastikan akan dapat mempengaruhi perekonomian daerah yang bertransportasi, sedang pembangunan itu sendiri didasarkan atas potensi yang ada didaerah tersebut ( LPM ITB, 1996). 2.3.2. Ciri Kebutuhan Transportasi Kebutuhan akan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempunyai ciri yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, frekuensi, jenis kargo yang diangkut, dan lain-lain. Pelayanan transportasi yang tidak sesuai kebutuhan akan menyebabkan sistem transportasi tersebut tidak berguna. 19

Kebutuhan akan pergerakan bersifat sebagai kebutuhan turunan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Seperti kita ketahui, pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan yang biasanya harus dilakukan setiap hari, misalnya pemenuhan kebutuhan akan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan olahraga. Kita sebenarnya tidak perlu bergerak kalau semua kebutuhan tersebut tersedia di tempat kita berada (tempat tinggal). Dengan demikian, fasilitas sosial, fasilitas hiburan, pusat perbelanjaan, dan perkantoran yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan harian harus tersebar secara merata dalam suatu daerah perkotaan sehingga jarak dari perumahan ke berbagai lokasi tersebut menjadi lebih pendek. Semakin jauh kita bergerak, semakin tinggi peluang kita memberikan kontribusi terhadap kemacetan di kota tersebut. Dalam melakukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita mempunyai dua pilihan, yaitu bergerak dengan moda transportasi atau tanpa moda transportasi ( berjalan kaki ). Pergerakan tanpa moda transportasi biasanya berjarak (1-2 km), sedangkan pergerakan dengan moda transportasi berjarak sedang atau jauh. Jenis moda transportasi yang digunakan juga sangat beragam, seperti mobil pribadi, angkot, bus, kereta api, sepeda motor, pesawat, kapal laut. Apapun moda transportasinya, moda tersebut tidak akan pernah dapat bergerak kalau kita tidak mempersiapkan tempat mereka bergerak seperti jalan raya, jalan rel, Bandar udara, dan pelabuhan laut yang bias disebut sistem prasarana transportasi. 20

3.3. Permintaan Atas Jasa Transportasi Transportasi manusia / barang biasanya bukanlah merupakan tujuan akhir, tetapi hal itu untuk dilakukan untuk mencapai tujuan lain, oleh karena itu permintaan atas jasa transportasi disebut sebagai permintaan turunan (devided deman) yang timbul akibat adanya permintaan akan komoditi/ jasa lain. Pada dasarnya permintaan atas jasa transportasi diturunkan dari: 1. Kebutuhan seseorang untuk berjalan dari suatu lokasi lainnya untuk melakukan suatu kegiatan ( misalnya bekerja, berbelanja, dll). 2. Permintaan akan angkutan penumpang agar tersedia ditempat yang diinginkan. Dalam hal ini angkutan penumpang, karakter turunan dari kebutuhan dicerminkan pada fakta dimana perjalanan diadakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, seperti pergi bekerja, membeli makanan di toko. Jadi, faktor penting yang mempengaruhi jumlah perjalanan ketempat tertentu adalah jenis-jenis kegiatan yang dapat dilakukan ketempat tersebut, tingkat percapaian tujuan perjalanan ditempat itu. Biaya untuk mencapai tujuan tadi dari tempat asal seseorang ke tempat tujuannya merupakan faktor utama dalam menentukan moda (cara) dan rute yang di tempuh ( Morlok, 2005). 2.5. Sistem Transportasi Pedesaan 21

Pada dasarnya terdiri dari sistem angkutan penumpang dan sistem angkutan barang, sistem angkutan barang sendiri biasa diklasifikasikan menurut penggunaan dan cara pengoperasiannya, yaitu angkutan dinas, angkutan pribadi, dan angkutan umum ( vuchic, 1981). Ditinjau dari segi penggunannya angkutan umum dibedakan menjadi dua sistem pemakaian: 1. Sistem penggunaan bersama Yaitu kendaraan yang dioperasikan oleh operator dengan rute tertentu. Sistem ini dikenal dengan sistem transit system, meliputi: a. Para Transit, pada pengoperasiannya tidak ada jadwal yang pasti dan kendaraan bias berhenti di sepanjang rutenya ( contoh: angkot, taksi, becak). b. Mass Transit, pada pengoperasiannya ada tempat pemberhentian tertentu da nada jadwal yang pasti (contoh: bus kota, kereta api, kapal laut, pesawat terbang). 2. Sistem Sewa Yaitu kendaraan dioperasikan oleh operator atau penyewa, dalam hal ini rute dan jadwalnya tidak tentu. Sistem ini disebut demand responsive system, karena penggunaanya tergantung pada permintaan. 2.6. Angkutan Angkot Angkot adalah moda transportasi yang merujuk kepada kendaraan umum dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak seperti bus yang mempunyai halte sebagai tempat perhentian yang sudah ditentukan, dan tarif 22

yang dibebankan kepada penumpang bervariasi tergantung jauhnya jarak yang ditempuh. 2.6.1. Kelebihan Angkutan Angkot Beberapa kelebihan angkutan angkot dibandingkan moda yang lain adalah sebagai berikut: 1. Mudah didapat di setiap kota dan pedesaan. 2. Biayanya murah. 2.6.2. Penggunaan Jasa Angkot Penggunaan jasa angkot sangat bervariasi jika dilihat dari sisi sosial ekonominya. Penggunaan jasa angkot dikarenakan karena mudah didapatkan juga karena biayanya yang cukup murah. 2.7. Trayek Pengoperasian kendaraan umum ditata dalam suatu jaringan pelayanan yang terdiri dari trayek dan rute serta simpul-simpul berupa jumlah pemberhentian disepanjang lintasan. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang yang mempunyai asal tujuan tetap maupun tidak terjadwal. Titik berat trayek adalah pada asal dan tujuan, sedangkan lintasan menunjuk pada ruas jalan yang dilalui kendaraan umum yang melayani trayek bersangkutan, lintasan adalah rute. Jadi satu trayek dapat menawarkan lebih dari satu rute ( Waparni dalam Juanita,2006). 23

2.8. Lintasan Pelayanan Suatu trayek dapat memiliki lebih dari satu kemungkinan lintasan tergantung dari jaringan prasarana atau jalan yang menghubungkan asal tujuan trayek tersebut. Hal ini mengandung arti bahwa beban lalu lintas dapat dibagi beberapa lintasan. Apabila lintasan hanya satu, maka semua lalulintas menjadi beban lintasan tunggal tersebut. Pada kenyataan hampir selalu didapati lebih dari satu kemungkinan lintasan yang yang menghubungkan zona yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan lintasan sangat penting artinya dalam menyusun jaringan trayek untuk mencapai keseimbangan atau mempertemukan sediaan pelayanan (dalam hal ini kapasitas jaringan jauh) dengan atau tuntutan pelayanan angkutan umum ( Warpani Dalam Juanita,2006). 2.9. Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Biaya operasi kendaraan adalah biaya yang dikeluarkan operator dalam menjalankan usaha angkutan angkot memenuhi fungsinya. Untuk memperoleh laba yang cukup, pengusaha angkutan angkot perlu menekan biaya operasi serendah mungkin, artinya memperoleh penumpang sebanyak mungkin selama angkutan itu beroperasi jam kerja. Komponen biaya operasi kendaraan dibagi dalam 2 kelompok utama ( LPM ITB,1997) yaitu: 24

1. Biaya tetap (fixed coast) Yaitu biaya yang tidak berubah ( tetap ) walaupun terjadi perubahan pada produksi jasa sampai ketingkat tertentu, biaya tetap terdiri dari: a. Biaya penyusutan Adalah biaya turunnya suatu harga atau nilai dari sebuah benda karena pemakaian dan kerusakan benda itu ( Kuiper, dalam Juanita 2006 ) Untuk memperoleh nilai penyusutan pertahunnya digunakan rumus ( LPM ITB,1997 ) A Dengan : A = biaya penyusutan setiap tahun S = selisih harga kendaraan baru (nilai sekarang) dengan kendaraan bekas I = suku bunga n = jangka waktu penyusutan Dengan residu 20% dari harga kendaraan b. Biaya perijinan dan administrasi Untuk menghitung biaya perijinan dalam usaha jasa angkutan ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan ukuran dan tahun kendaraan. Biaya ini terdiri dari Surat Tanda Nomor Kendaraan ( STNK ). Ijin trayek pemeriksaan kendaraan ( KIR ) dan organda. 25

c. Biaya overhead Yaitu biaya untuk pengelolaan, bengkel dan sarana penunjang lainnya. d. Biaya pelumas Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pergantian minyak pelumas seperti oli mesin, minyak rem, minyak kopling, dan minyak garden. e. Biaya penggunaan ban Yaitu biaya yang digunakan untuk penggunaan ban. Jangka waktu penggunaan ban pada umumnya dihitung berdasarkan jarak tempuh kendaraan dalam kilometer, walaupun ada yang menghitung bulan atau penggunaan kendaraan. Beberapa faktor yang mempengaruhi usia penggunaan ban diantaranya : cuaca, kondisi permukaan jalan, kondisi kendaraan dan cara mengemudikan kendaraan. f. Biaya suku cadang Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pergantian suku cadang dihitung berdasarkan jarak tempuh kendaraan dalam kilometer, walaupun ada yang dengan menghitung bulan. g. Biaya perawatan Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan perbaikan kendaraan. 26

2. Biaya tidak tetap (variable coast) Yaitu biaya yang dapat berubah apabila terjadi perubahan pada volume produksi jasa. Biaya tetap terdiri dari : a. Biaya pemakaian BBM Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian BBM. Pemakian BBM biasanya dihitung berdasarkan jumlah kilometer per liter. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemakaian BBM diantaranya : cuaca, kondisi permukaan jalan, kecepatan kendaraan, kondisi kendaraan, ukuran kendaraan dan cara mengemudikan kendaraan. b. Biaya retribusi Biaya retribusi dikeluarkan jika kendaraan dioperasikan dan besarnya telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Pemungutan retribusi dilakukan setiap memasuki terminal. 2.10. Pengertian supply-demand angkot Konsumen selaku pengguna, melakukan perjalanan yang diadakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, seperti pergi bekerja, pergi ke sekolah, dan lain sebagainya. Jumlah angkot yang dibutuhkan penumpang dalam melakukan perjalanan disebut demand. Sedangkan penyedia sarana (operator) sebagai pengelola angkot. Senantiasa menyediakan dan menawarkan perjalanan yang diingkan ke tempat tujuan. 27

2.11. Penawaran Angkot Dalam penawaran jasa transportasi sangat dipengaruhi oleh aspek non-monetary, misalnya pada waktu perjalanan yang sampai sekarang ekuivalen nilai harganya belum dapat ditentukan secara memuaskan, karena masing-masing orang berbeda dalam menilai waktu sesuai dengan tingkat kepentingan dan penghasilannya. Sebagai contoh adalah seorang pengusaha menilai waktu yang terbuang itu sangat berharga karena dapat digunakan untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Adapun bagi seorang yang tidak bekerja, waktu yang terbuang itu hampir tidak ada nilainya atau nilainya lebih rendah dari orang yang bekerja. Waktu penundaan ( delay ) dan parker juga berpengaruh terhadap penawaran transportasi. Menurut Edward K. Morolok ( 1995 ), bahwa aspek dari fungsi penawaran transportasi yang perlu diperhatikan adalah : 1. Teknologi yang dipakai mempengaruhi system transportasi dalam hal biaya, kapasitas dan kecepatan, sehingga akan menentukan tingkat pelayanan, misalnya frekuensi, keamanan dan kenyamanan. Kemajuan teknologi akan menggeser grafik penawaran ke kanan, artinya dengan harga akan lebih banyak barang yang ditawarkan dan dapat menekan biaya produksi. 2. Perilaku operator menentukan strategi operasi, yang berhubungan dengan kinerja ciri-ciri penawaran dari system yang terjadwal dipengaruhi oleh strategi perluasan kapasitas dalam menghadapi segala permintaan yang meningkat. 28

3. Perilaku operator dipengaruhi oleh lingkungan kelembagaan yang membatasi kebijakan harga, akibat pengaruh struktur pasar, karena penentuan harga dalam pasar yang monopolistik berbeda dengan pasar yang kompetitif. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan angkutan (transport supply) secara skematis dapat dilihat gambar 2.1. sebagai berikut : Lingkup Kelembagaan : Pemerintah Swasta Tingkat Teknologi Pemenuhan Biaya: Biaya tetap Biaya Variabel Perilaku Operator Dan penyedia Kemampuan Teknologi : Biaya operasi, Kapasitas kecepatan, dll. Struktur Biaya Biaya Pemakai Perilaku Pemakai Tingkat Pelayanan: Frekuensi, Keamanan, Kenyamanan, dll Penyedia Transportasi Gambar 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan transportasi Sumber : Tjokroadiredjo, 1990 29

2.12. Interaksi supply-demand Kondisi dan struktur pasar tertentu dapat digambarkan melalui sebuah model yang memuat fungsi penawaran maupun permintaan sesuai gambar 2.2. berikut : Supply P Titik optimum Penawaran Permintaan Q Demand Gambar 2.2. Kondisi Keseimbangan (Eqilibrium) Supply-Demand Sumber : LPM-ITB, 1997 Pada harga tertentu, misalnya P1(Gambar 2.2), sejumlah Q1 tersedia dengan besarnya permintaan dengan Q2, terhadap permintaan lebih (Q2-Q1). Fungsi permintaan menunjukan bahwa hanya sebagian konsumen yang bersedia membayar lebih tinggi. Jika harga naik maka permintaan berkurang hingga penawaran bertambah. Proses ini berlaku hingga dicapai suatu keseimbangan pada P3, dan Q3 merupakan jumlah yang diminta dan berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan faktor yang menentukan jumlah dari penawaran (supply) menghasilkan jumlah yang sama secara statis atau berkonvergensi terhadap kesamaan secara dinamis. Gambar 2.3 menggambarkan ilustrasi mengenai perubahan keseimbangan kearah konvergensi. 30

Supply Penawaran P2 E2 P3 E3 Proses Keseimbangan P1 E1 Permintaan Demand Q1 Q3 Q2 Gambar 2.3. Proses Keseimbangan Sumber : LPM-ITB, 1997 Kondisi keseimbangan akan selalu mengalami perubahan tertentu. Perubahan supply-demand akibat perubahan harga terjadi pada masing-masing kurva. Timbulnya teknologi baru mengubah yang struktur, karena sebagian barang/jasa yang ditawarkan atau diminta konsumen pada harga-harga yang sama. Misalnya posisi semula keseimbangan E1 dengan harga P1 permintaan Q1. Akibat teknologi baru pengusaha bersedia lebih banyak menawarkan barang/jasa pada harga yang sama dan terjadilah kelebihan supply atas demand, sehingga harga turun dan menyebabkan tercapainya equilibrium baru menjadi E2, pada harga yang Q1. Proses menjadi equilibrium karena kondisi kurva supply-demand dapat convergen yang secara teoritis dapat juga terjadi perubahan keseimbangan yang divergen. Gambar 2.4. dan gambar 2.5. memberikan ilustrasi mengenai perubahan keseimbangan akibat perubahan parameter tertentu. Gambar 2.4. menunjukan perubahan yang terjadi terhadap kurva permintaan dari D menjadi D1, akibat 31

naiknya tingkat pendapatan masyarakat. kenaikan permintaan akibat pendapatan ini dialami oleh kelompok konsumen yang sebelumnya tidak menikmati barang/jasa yang ditawarkan karena kemampuan membayarnya dibawah harga yang ditawarkan. Sedangkan gambar 2.5. menggambarkan pengaruh perbaikan system transportasi terhadap kurva penyuediaan. Pengaruh yang terjadi berupa turunnya kurva penyediaan. Pengaruh yang terjadi berupa turunya kurva S menjadi S1 yang berarti turunya tingkat harga, dan pengaruh naiknya kurva D yang berarti naiknya tingkat permintaan. Supply P D1 D Peningkatan Pendapatan Q Demand Gambar 2.4. Pengaruh kenaikan pendapatan masyarakat Sumber : LPM-LTB, 1997 32

Supply P S S1 D Q Demand Gambar 2.5. Pengaruh perbaikan system transportasi Sumber : LPM-LTB, 1997 Interaksi permintaan dan penawaran yang merupakan pemodelan bentuk-bentuk pasar dipengaruhi hal-hal berikut : 1. Tujuan produsen dalam memaksimalkan keuntungan dengan mengurangi/menambah biaya produksi, tetapi hal tersebut tidak mencukupi untuk bias menentukan besarnya hasil produksi, pendapatan atau keuntungan jika harga yang terjadi di pasar akibat besarnya permintaan tidak diketahui besarnya. 2. Bila konsumen berusaha memaksimalkan utilitasnya dalam bentuk kepuasan, kesenangan dan kemakmuran, maka konsumen dihadapkan pada pilihan yang bisa memberikan utilitas tersebut seperti travel coast dan travel time. 33