berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : Di Susun Oleh :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

Pengembangan RS Harum

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

KARYA DESAIN MASJID ASH-SHIDDIIQI YOGYAKARTA. Harry Kurniawan, ST, M.Sc

Pengembangan RS Harum

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

cross ventilation system, maka konsep desain juga mengikuti fungsi tujuan arsitektur bangunan tersebut supaya terjadi keserasian, dan keselarasan anta

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

b e r n u a n s a h i jau

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tujuan dari perancangan Pusat Gerontologi di Jawa Barat merupakan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

mempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S

KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Arsitektur Ramah Lingkungan (Green Architecture) Pendekatan Green Architecture

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan saat ini sudah sangat menghawatirkan dengan berbagai

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB V KAJIAN TEORI. Menurut Frick (1997), Ekologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu yang. mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL.

TESIS EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN DALAM RUANG PADA KANTOR PT. R.T.C DARI ASPEK TERMAL DAN PENCAHAYAAN

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori arsitektur tropis yang menjadi acuan penulis dalam menganalisa kedua studi kasus tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan kedua pemilik rumah Bukit Gading Mediterania dan rumah Langsat, berbagai solusi desain yang diterapkan juga berhasil mengatasi permasalahan bangunan di iklim tropis yang berkaitan dengan faktor suhu; ventilasi; kelembaban udara; dan pencahayaan, sehingga tercipta rancangan rumah tinggal yang sejuk; cukup pencahayaan (penggunaan lampu pada siang hari tidak diperlukan); dan nyaman (lampiran I). Berikut ini adalah pemaparan solusi-solusi desain yang diterapkan pada rancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah Langsat, seperti second skin; cross ventilation; skylight; ventilasi atap; penghijauan pada atap dan dinding; dan reflecting pool effect, beserta dengan manfaat yang diberikan: 1) Second Skin, diaplikasikan pada fasad rumah Bukit Gading Mediterania dengan material GRC bermotif acak. Second skin GRC selain menambah nilai estetika dan menjaga privasi penghuni, juga 145

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem sirkulasi udara yang terbaik yang memungkinkan udara mengalir masuk dan keluar ruangan sehingga ada pertukaran udara. 3) Skylight pada rumah Bukit Gading Mediterania, berguna sebagai tempat masuknya cahaya matahari ke dalam ruang. Cahaya dari skylight sifatnya diffuse, yang tidak memanaskan ruang dan tidak menyilaukan mata. 4) Ventilasi atap diterapkan pada rumah Langsat, berfungsi sebagai tempat pertukaran udara sehingga panas yang ada tidak langsung diteruskan ke dalam ruangan. 5) Penghijauan pada atap dan dinding, dalam kedua studi kasus, bermanfaat untuk menstabilkan suhu dalam ruangan. Penghijauan dapat menjadi terapi mata, mengurangi tingkat kebisingan dan sebagai pengikat gas dan debu. 6) Reflecting pool effect, pada kedua studi kasus, membuat udara yang masuk ke dalam ruang telah mengandung uap air sehingga suhu ruang menjadi sejuk. Penerapan konsep modern tropis pada perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal, tidak terlepas dari elemenelemen penting yang menjadi tolak ukur sebuah rumah ideal menurut 146

Bapak Kusuma Agustianto, Principal Architect dari biro Kas+Architecture. Elemen-elemen yang dimaksud adalah pencahayaan (natural light), sirkulasi udara silang, pola ruang, dan uniqueness (keunikan), dengan penjelasan sebagai berikut: 3) Pencahayaan (Natural Light) Rumah Bukit Gading Mediterania memperoleh pencahaayaan alami dari bukaan-bukaan di dalam bangunan; jendela clear glass; skylight; kisi-kisi; partisi cutting laser; dan GRC second skin pada fasad. Pencahayaan alami pada rumah Langsat, tidak jauh berbeda dengan rumah Bukit Gading Mediterania, yaitu masuk melalui bukaan-bukaan di dalam bangunan; jendela clear glass; dinding batu andesit bercelah; dan melalui celah motif metal skin. Pencahayaan alami, dapat menghemat penggunaan energi listrik pada siang hari. Bukaan-bukaan pada bangunan juga berguna sebagai tempat pertukaran udara, sehingga sirkulasi udara menjadi lancar dan tidak pengap. 2) Sistem Sirkulasi Silang atau Cross Ventilation Setiap desain rumah tinggal yang dirancang oleh biro Kas+Architecture memiliki setidaknya dua bukaan yaitu pada bagian depan-belakang bangunan atau samping kiri-kanan bangunan. Rumah tinggal Bukit Gading Mediterania menerapkan dua bukaan utama pada bagian samping kanan-kiri bangunannya yang menghadap ke arah Utara-Selatan dengan bukaan lainnya pada bagian depan-belakang bangunan (Barat-Timur), sedangkan rumah Langsat menerapkan dua 147

bukaan utama pada bagian samping kanan-kiri bangunan (Timur- Barat) dan bukaan lainnya pada bagian depan bangunan (Utara). 3) Pola Ruang (Layout) Sesuatu yang hampir selalu dapat dijumpai dalam pola ruang pada desain rumah tinggal oleh biro Kas+Architecture, adalah penempatan ruang-ruang yang termasuk dalam zona aktivitas utama seperti living room; dining room; dan pantry, yang berada dalam satu area terpisah dari zona servis. Grouping ini, bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi pola ruang dengan memanfaatkan keterbatasan luasan bangunan dan sekaligus dapat menjaga privasi dan kenyamanan penghuni. 4) Uniqueness atau Keunikan Menurut Bapak Kusuma Agustianto, keunikan merupakan hasil dari pemikiran arsitek yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu. Contohnya, seperti double skin dengan GRC bermotif random yang terdapat pada façade rumah tinggal Bukit Gading Mediterania. Selain berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya matahari dan tempat pertukaran udara, juga bersifat unik. Pada proses penerapan konsep modern tropis, ternyata didapati beberapa faktor yang turut berpengaruh terhadap keberhasilan suatu solusi desain. Faktor-faktor tersebut adalah faktor lokasi, luas tanah dan kebutuhan ruang, biaya dan waktu, dan keinginan klien. 148

1) Lokasi Lokasi menentukan strategis tidaknya suatu hunian. Strategis artinya memberikan nilai pride bagi penghuni. Lokasi dapat menjadi salah satu penentu efektif tidaknya nilai-nilai arsitektur tropis diterapkan. Orientasi bangunan juga turut terpengaruh oleh faktor lokasi, karena seringkali lokasi bangunan hanya memungkinkan satu pilihan arah. Rumah tinggal Bukit Gading Mediterania, misalnya, memiliki orientasi bangunan menghadap Barat (arah hadap ideal adalah Utara), dan rumah tinggal Langsat yang menghadap Utara (Ideal). Bangunan yang memiliki orientasi arah hadap ke Utara atau Selatan, memiliki suhu udara lebih rendah daripada yang menghadap Timur atau Barat. Bukit Gading Mediterania yang berlokasi di Kelapa Gading merupakan kawasan padat penduduk dengan sedikit penghijauan, berbeda dengan rumah Langsat di Kebayoran Baru yang dekat dengan taman penghijauan. Akibat dari rindangnya penghijauan sekitar, suhu udara rumah Langsat lebih terjaga stabil dan relatif sejuk. 2) Luas dan Kebutuhan Ruang Keduanya merupakan dasar dalam membuat pola ruang. Luas dan kebutuhan ruang setiap klien pun berbeda-beda. Rumah Bukit Gading Mediterania, meskipun dengan luas lahan yang lebih kecil dari rumah Langsat, tetapi memiliki kebutuhan ruang yang lebih banyak. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Kusuma Agustianto, arsitek atau desainer harus dapat mengolah ruang secara efektif meskipun luasannya 149

terbatas. Pada proyek rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, dengan luas dan kebutuhan ruang yang berbeda namun terlihat adanya persamaan. Pada kedua rumah tersebut, transisi antar ruang tidak terasa kaku (flow) dan sesak, karena masih menyisakan bukaan-bukaan ruang. 3) Biaya dan Waktu Biaya dapat menentukan keberhasilan suatu desain, tetapi tidak menjamin suatu desain memiliki solusi yang efektif, karena semua kembali pada kreativitas arsitek atau desainer. Sama dengan faktor waktu, yangmana kurangnya waktu dapat mengakibatkan berkurangnya mutu pengerjaan pembangunan, namun dengan management waktu yang baik problem ini dapat teratasi. 4) Keinginan Klien Keinginan klien memegang peranan penting dalam menciptakan desain dengan solusi yang efektif. merancang rumah tinggal berbeda dengan merancang sebuah kantor atau bangunan lainnya, ada banyak aspek psikologis yang harus dipikirkan ketika merancang rumah tinggal sehingga prosesnya menjadi lebih sulit. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Kusuma Agustianto, rumah tinggal harus dapat menampung ego dari klien, juga pemikiran dan kreativitas dari arsitek. Adakalanya, solusi yang diberikan melalui desain tidak sejalan dengan keinginan klien. Arsitek atau desainer hanya dapat menyarankan, tetapi keputusan akhir ada di tangan klien. Contohnya, 150

rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan Rumah Langsat menggunakan ventilasi alami dengan cross ventilation sebagai upaya mengatasi permasalahan iklim tropis, sehingga ada pertukaran udara dan penggunaan ventilasi buatan seperti Air Conditioner (AC) dapat ditiadakan. Terlepas dari solusi desain yang diberikan, klien tetap memutuskan untuk menggunakan air conditioner. 5.2 Saran Setelah melalui proses analisa dan mencapai kesimpulan akhir, peneliti mengusulkan beberapa masukan atau saran, sebagai berikut: 1) Penerapan konsep modern tropis sebaiknya memerhatikan faktorfaktor pendukung yang dapat menentukan keberhasilan suatu desain, seperti faktor lokasi; luas tanah dan kebutuhan ruang; biaya dan waktu; dan keinginan klien. Diperlukan management biaya dan waktu yang baik, efisien dalam mengolah ruang, juga melakukan pendekatan desain kepada klien untuk memberikan pemahaman tentang solusi yang sebaiknya digunakan dan kemungkinan-kemungkinan yang akan ditimbulkan. 2) Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan tidak menggunakan data kuantitatif hasil pengukuran, dikarenakan satu dan lain hal. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, yaitu menggunakan metode kuantitatif. Peneliti dapat melakukan pengukuran suhu dan kecepatan angin pada masing-masing 151

rumah tinggal untuk memperoleh data angka pengukuran sebagai pembanding. Selain itu, jumlah studi kasus dapat ditambah disesuaikan dengan waktu penelitian yang dimiliki. 152