PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: Hubungan Agama dan Negara Fakultas FBM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pokok bahasan materi ini : 1. Pengertian agama 2. Definisi menurut ahli 3. Diskursus praktik keagamaan Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si
Hubungan Agama dan Negara
PENGERTIAN AGAMA Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia. 2
Definisi Agama 3 Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Max Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hatihati tentang hal-hal ilahi, kesalehan Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
4 Agama di Indonesia Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam agama yang diakui resmi oleh negara, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budhisme, dankhonghuchu. Sedangkansemua sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut religi. Secara khusus, agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat.
Praktik Keagamaan 5 Beberapa akademisi mempelajari subjek telah membagi agama menjadi tiga kategori : Agama-agama dunia, sebuah istilah yang mengacu pada yang transkultural, agama internasional; Agama pribumi, yang mengacu pada yang lebih kecil, budaya-tertentu atau kelompok agamanegara tertentu, dan Gerakan-gerakan keagamaan baru, yang mengacu pada agama baru ini dikembangkan.
Kelompok agama di Dunia Kelima kelompok agama terbesar menurut jumlah penduduk dunia, diperkirakan mencapai 5 miliar orang, yaitu Kristen, Islam, Budha, Hindu (dengan angka relatif untuk Buddha dan Hindu tergantung pada sejauh mana sinkretisme) dan agama tradisional rakyat Cina.
Cara Beragama Dalam praktiknya, cara beragama dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nenek moyang, leluhur, atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pemeluk cara agama tradisional pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan, dan tidak berminat bertukar agama. 2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini bisaanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun. 4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Hubungan Islam dan Negara modern secara teoritis dapat diklasifikasikan kedalam tiga pandangan: Integralistik, Simbiotik, dan sekularistik.
1. Paradigma Integralistik: Paradigma Integralistik hampir sama persis dengan pandangan Negara teokrasi Islam/ Paradigma ini mengandung paham/konsep agama dan Negara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan dua lembaga yang menyatu (integrated). Pada paham ini juga memberikan penegasan bahwa Negara merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama. Konsep ini menegaskan kembali bahwa Islam tidak mengenal pemisahan antara agama (din) dan politik atau negara (dawlah). 2. Paradigma Simbiotik: Menurut pandangan simbiotik, hubungan agama dan Negara berada posisi saling membutuhkan dan bersifat timbale balik (simbiosis mutualita).dalam pandangan ini, agama membutuhkan Negara sebagai instrument dalam melestarikan dan mengembangkan agama.begitu juga sebaliknya, Negara juga memerlukan agama sebagai sumber moral, etika, dan spiritualitas warga negaranya.
3. Paradigma Sekularistik: Paradigma sekularistik beranggapan bahwa ada pemisahan yang jelas antara agama dan Negara. Agama dan Negara merupakan dua bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki garapan masing-masing, sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan intervensi. Negara adalah urusan publik, sementara agama merupakan wilayah pribadi masing-masing warga Negara
Hubungan Islam dan Negara di Indoneia. Menurut Imam Azis, dalam A.Ubaedillah & Abdul Rozak (2004:138), pola hubungan antara keduanya secara umum dapat digolongkan ke dalam dua pola: antagonistis dan akomodatif. Hubungan antagonistis merupakan sifat hubungan yang mencirika adanya ketegangan antara Islam dan Negara Orde Baru; sedangkan akomodatif menunjukan saling membutuhkan antara kelompok Islam dengan Negara Orde Baru.
1. Bodenhamer David, J. 2001. Federalism and Democracy. Working Paper. Washington D.C. : US Department of State. 2. Fokus Media. 2004. Undang-undang Otonomi Oaerah. Bandung : Fokus Media. 3. Iskatrinah. 2004. Pelaksanaan Fungsi Hukum Administrasi Negara dalam Mewujudkan Pemerintah yang Baik. Makalah. 4. Kansil dan Kansii. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi..Jakarta : Pradnya Paramita. 5. Kusnardi, M. dan Bintan Saragih. 2000. Ilmu Negara. Jakarta : Gaya Media Pratama. 6. Manan Bagir. 2005. DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru. Yogyakarta : Ull Press. 7. MH, Amin Jaiz. 1980. Pokok-pokok Ajaran Islam. Jakarta : Korpri Unit PT. Asuransi Jasa Indonesia. 8. Sinar Grafika: 2005. UUD 1945 Hasil Amandemen. Jakarta.: Sinar Grafika. 9. Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).Jakarta : Sus- cadoswar, Dikti. 10.http://id.wikipedia.org/wiki/Agama.
Terima Kasih Wahyudi Pramono. S.Ag.M.Si