MUSEUM BATIK INDONESIA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER DI TMII

dokumen-dokumen yang mirip
MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

PENGEMBANGAN GALERI NASIONAL INDONESIA DI JAKARTA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP

MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA

GALERI FOTOGRAFI TERPADU DI SEMARANG

KEBIJAKAN DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA KEMENTRIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

MUSEUM ZOOLOGI DI KOTA SEMARANG

UNIVERSITAS DIPONEGORO KANTOR DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN PENEKANAN DESAIN POST MODERN TUGAS AKHIR

KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KAB. BANJARNEGARA Oleh : Ika Frilia Herafati, Gagoek Hardiman, Titien Woro Murtini

SHOPPING MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

DAFTAR PUSTAKA. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Museum Batik Indonesia (Taman Mini Indonesia Indah)

1.1 Latar Belakang Masalah Fokus Permasalahan Permasalahan Perancangan Maksud dan Tujuan Perancangan...

Canopy: Journal of Architecture

BAB I PENDAHULUAN. Museum Transportasi Darat di Bali 1

BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM

PASAR TRADISIONAL MODERN SURABAYA

PERPUSTAKAAN HIBRIDA DI KOTA BOGOR DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR EKSPRESIONIS Oleh : Gumelar Rachmat Ramadhan, Atik Suprapti, Edward E.

MALL DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN KONSEP CITY WALK

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

PERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum

KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TERMINAL BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Canopy: Journal of Architecture

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict

BAB 1 PENDAHULUAN Kondisi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

RESORT APUNG DI PULAU PEUCANG TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DENGAN PENEKANAN DESAIN EKO ARSITEKTUR

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

GALERI SENI RUPA KONTEMPORER DI KOTA SEMARANG

SOEKARNO HATTA INTERNATIONAL AIRPORT TRANSIT HOTEL DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE DESAIN

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU

GEDUNG BIOSKOP DI KOTA SEMARANG (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST MODERN)

KATA PENGANTAR. Semarang, April Penyusun. iii

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Fasilitas Wisata Kuliner di Pantai Losari Makassar

DAFTAR ISI. REDESAIN STADION OLAHRAGA TEMANGGUNG TugasAkhir 120

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MUSEUM BATIK DI PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

Grha Kesenian Wayang di Surabaya

Lingkungan Sebagai Ide Dasar Pemikiran & Perancangan pada Gedung Olahraga dan Pusat Pembinaan PB. Suryanaga di Surabaya

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)


BAB I PENDAHULUAN. Museum disebut sebagai pengawal warisan budaya. Pengawal warisan budaya

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

MUSEUM SEJARAH KOTA DEPOK SEBAGAI PARIWISATA BUDAYA DAN IDENTITASKOTA DEPOK

KANTOR IMIGRASI KELAS 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

U N I V E R S I T A S K R I S T E N M A R A N A T H A ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURAKARTA BATIK CENTER DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini

Jarak Pengamat Lukisan Ukuran Sedang [100cm x 100cm]

MUSEUM KEBUDAYAAN DI KOTA KUDUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBAR PENGESAHAN LP3A. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur. Judul : GALERI SENI RUPA KONTEMPORER DI SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

CAD LANJUTAN MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN KOLEKSI MUSEUM RUMAH ADAT NAN BAANJUANG DI KAWASAN TAMAN MARGA SATWA DAN BUDAYA KINNANTAN KOTA BUKITTINGGI, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB V PENUTUP. masyarakat. Perancangan interior bertema Fragment of Spirit dengan gaya

STADION RENANG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 362,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 27,237,852, BELANJA LANGSUNG 68,883,169,000.00

1. BAB I PENDAHULUAN

ARTIKEL PUBLIKASI MUSEUM ARSITEKTUR SURAKARTA. Disusun oleh : WIDODO D

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

SOLO FINE ART SPACE. Oleh : Rio Irfansyah, Septana Bagus Pribadi, Sukawi

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA. (1985). Pengantar Tataletak Perumahan. Intermedia, Bandung.

SEKOLAH TINGGI MUSIK GEREJA DI MANADO HARMONI DALAM ARSITEKTUR DAN KONTEMPORER

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

FASILITAS AGROWISATA BUAH DURIAN DI WONOSALAM, JOMBANG

Transkripsi:

MUSEUM BATIK INDONESIA DENGAN PENEKANAN DESAIN MUSEUM BATIK INDONESIA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER DI TMII Oleh : Luthfan Alfarizi, Titien Woro Murtini, R. Siti Rukayah Museum merupakan suatu tempat untuk memamerkan,menyimpan, merawat dan melindungi benda-benda bernilai sejarah manusia dan alam dengan tujuan sebagai sarana pendidikan dan kebudayaan. Perkembangan museum di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Dalam rangka mendukung kemajuan tersebut, beberapa museum unggulan perlu dibangun. Batik merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO. Batik Indonesia sendiri mempunyai berbagai macam motif dan warna dari setiap daerah di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya tindak lanjut dari hal-hal tersebut. Pembangunan museum yang semakin pesat di Indonesia dirasa cocok untuk menjadi wadah yang tepat dalam melestarikan batik-batik Indonesia. Pada tahun 2014, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman akan melakukan kajian, menyusun Master plan, dan membuat DED Museum Batik yang akan dilanjutkan dengan pembangunannya pada tahun 2015 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kata Kunci : Museum, Batik, Pelestarian, Taman Mini Indonesia Indah. 1. Latar Belakang Pembangunan museum di Indonesia bisa dikatakan mengalami kemajuan cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Hasil ini tentunya tidak terlepas dari Program Prioritas Nasional, yaitu Revitalisasi Museum dan Gerakan Nasional Cinta Museum. Daerah berlomba-lomba dalam memajukan museumnya, sehingga perkembangan permuseuman di Indonesia baik secara kualitas dan kuantitas tumbuh dengan signifikan. Dalam rangka mendukung kemajuan tersebut, beberapa museum unggulan perlu dibangun agar Indonesia semakin kaya dengan Museum. Batik Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, dan sebagai tindak lanjut dari penetapan tersebut, perlu dibentuk atau dibangun suatu wadah yang berbentuk museum yang tujuannya adalah sebagai salah satu tempat pewaris pengetahuan sekaligus budaya batik yang merupakan salah satu identitas bangsa kita. pada tahun 2014, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman akan melakukan kajian, I M A J I - V o l. 4 N o. 1 J a n u a r i 2 0 1 5 145

menyusun Masterplan, dan membuat DED Museum Batik yang akan dilanjutkan dengan pembangunannya pada tahun 2015. Oleh karena itu Museum Batik Indonesia ini harus mengandung subtansi yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan antara lain; sebagai pusat Informasi, Promosi, Pengembangan dan Konservasi yang dirancang dengan mempertimbangkan alur pengunjung yang ditata secara apik, menarik, serta memenuhi kriteria sebuah karya arsitektur yang memenuhi gaya serta bentuk yang khas agar supaya kelak menjadi salah satu karya kebanggaan Bangsa Indonesia. berusaha menciptakan suatu keadaan nyata terpisah dari suatu komunitas yang tidak seragam. 3. Lokasi Gambar lokasi tapak Museum Batik Indonesia di TMII 2. Tinjauan Pustaka Pengertian museum menurut International Council of Museums (ICOM, 2004) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jadi diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan kenyamanan. Menurut Djumena (1990:IX) Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah ada sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia. Menurut (Cerver, 2005), Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang bertujuan untuk mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari segi kemajuan teknologi dan kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya arsitektur, 4. Konsep Gambar foto eksisting sekitar tapak Konsep pada Museum Batik Indonesia ini menggabungkan unsur alam/ lingkungan dengan unsur tradisional dan modern. Hal ini dapat di lihat dari 146 I M A J I - V o l. 4 N o. 1 J a n u a r i 2 0 1 5

MUSEUM BATIK INDONESIA DENGAN PENEKANAN DESAIN Bentuk bangunan yang menyerupai bentuk motif batik kawung dengan pengaplikasian greenroof untuk menjaga lingkungan sekitar serta pengaplikasiansecond skin berbentuk motif batik pada bangunan. N ATURE + A lam m er upak an s at u kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dari bangunan. suatu bangunan memiliki keterkaitan dengan lingkungan dan alam. bangunan yang HE R ITA GE + Kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa. banyaknyakomponenumum yang memiliki nilai budaya dapat m em buat s uatu k o m p o n e n t e r s e b u t PATTE RN Pola ini merupakan pola salah satu jenis batik di Indonesia. jenis pola ini adalah k awung. y ang bermakna harapan agar manusia selalu ingat akan + 5. Desain Gambar Denah Lt.1 dan Lt. 2 Gambar Potongan A-_[A va_-_[ I M A J I - V o l. 4 N o. 1 J a n u a r i 2 0 1 5 147

Gambar Perspektif 1 Gambar Persektif 2 148 I M A J I - V o l. 4 N o. 1 J a n u a r i 2 0 1 5

MUSEUM BATIK INDONESIA DENGAN PENEKANAN DESAIN Gambar Perspektif 3 Gambar Perspektif 4 I M A J I - V o l. 4 N o. 1 J a n u a r i 2 0 1 5 149 Gambar Blok Plan

Tampak Depan Tampak Belakang Tampak Kanan Tampak Kiri 150 I M A J I - V o l. 4 N o. 1 J a n u a r i 2 0 1 5

MUSEUM BATIK INDONESIA DENGAN PENEKANAN DESAIN Gambar Interior 1 Gambar Interior 2 DAFTAR PUSTAKA Adler, David. (1999), Metric Handbook Planning and Design Data, 2 nd Edition, Architectural Press. Cerver, Fransisco Asensio (2005), The World of Contemporary Architecture, Konemann, Germany. Chiara, Joseph de & John Callender(1983),Time Saver Standards for Building Types. New York:McGrawHill. Dean, David (1996), Museum Exhibition : Theory and Practice. London and New York: Routledge Djumena, Nian, S. 1990. Batik dan Mitra, Jakarta : Djambatan. Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990 H.Carmel, James (1962), Exhibition Techniques, America : Reinhold Publishing Corporation. ICOM, 2004. Running a Museum : A Parctical Handbook, International Council of Museum, UNESCO, France. Neufert, Ernest. (2000),Data ArsitekEdisiKeduaJilid 2. Jakarta: Erlangga (Alih bahasa olehsjamsuamril) Pasal 1 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.KM.33/PL.303/MKP/2004 Pasal 2 Keputusan menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.KM.33/PL.303/MKP/2004 Pickard, Quentin (2002), dz_a_œ_z]š š[ A Handbook. UK : Blackwell Science Soekono, 1996. Pengamanan Museum, Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta Sumalyo, Yulianto (1997), Arsitektur Modern akhir abad XIX dan abad XX, Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Sunarso, Drs, 2000. Pengetahuan Dasar Konvensional Koleksi Museum, Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Susanto, Mikke, 2004. Menimbang Ruang Menata Rupa, Wajah dan Tata Pameran Seni Rupa, Galang Press, Yogyakarta. Sutaarga, Moh. Amir, 1989. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Proyek Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Sutaarga, Mohm Amir, 1999. Museografi dan Museologi, Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. I M A J I - V o l. 4 N o. 1 J a n u a r i 2 0 1 5 151

152 I M A J I - V o l. 4 N o. 1 J a n u a r i 2 0 1 5