BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK ETANOL DAUN INGGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

I. PENDAHULUAN. dan mematikan bagi manusia, seperti demam berdarah (Aedes aegypti L.), malaria

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AKTIVITAS LARVASIDA FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN INGGU

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan nyamuk Aedes sp dalam klasifikasi hewan menurut Soegijanto (2006)

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. organisme termasuk manusia. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjitrosoepomo (1993), klasifikasi sirih (Piper bettle L.) adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gas seperti sulfur dioksida vulkanik, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu

AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK ETANOL DAUN INGGU

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Kemenkes, gejala malaria pada tahun 2013 (WHO, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ujung batang atau tunas. Tanaman ini mempunyai bunga sempurna dengan

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Aedes aegypti L. merupakan jenis nyamuk pembawa virus dengue,

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

AKTIVITAS LARVASIDA FRAKSI SEMIPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN INGGU

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk. penanggulangan dan pencegahannya (Notoadmodjo, 2011).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I. Infeksi virus dengue merupakan vector borne disease. Nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. volatile. Definisi minyak atsiri adalah senyawa yang pada umumnya berwujud

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB I PENDAHULUAN. 2011a). Tahun 2010 Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. vektor dari agen penyakit. Nyamuk tersebar luas di seluruh dunia, termasuk di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

TINJAUAN PUSTAKA. Salam adalah nama tumbuhan yang merupakan penghasil rempah dan. merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia (Joshi dkk., 2012).

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari kelas insecta.

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia. Iklim tropis menjadi penyebab berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk, seperti malaria, filaria, demam berdarah, dan kaki gajah, bahkan menimbulkan epidemi yang berlangsung dalam spektrum yang luas dalam masyarakat (Kadarohman, 2010). Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, angka kesakitan penyakit ini masih tinggi terutama di kawasan Indonesia bagian timur (Hiswani, 2004). Penyakit ini yang berpengaruh terhadap angka kesehatan masyarakat serta dapat menurunkan produktivitas kerja (Simpson, et al., 2009) yang disebabkan infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Luckman & Metcalft, 1982). Nyamuk merupakan vektor penting dalam penyebaran penyakit malaria (Govindarajan et al., 2012). Beberapa vektor malaria yaitu Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus. Anopheles aconitus aktif menggigit pada malam hari di rumah-rumah penduduk. Tempat perindukan Anopheles aconitus terdapat di persawahan dan saluran irigasi. Nyamuk Anopheles aconitus merupakan vektor penyakit malaria yang banyak ditemui di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Selain itu nyamuk Anopheles maculatus juga merupakan vektor yang banyak terdapat di Jawa. Nyamuk ini berkembang biak di daerah pegunungan dan perindukan nyamuk ini terdapat di daerah sungai kecil, mata air yang jernih dan tempat-tempat yang terkena sinar matahari langsung (Hiswani, 2004). Salah satu pencegahan penyebaran malaria yaitu dengan cara pengendalian larva nyamuk Anopheles. Selama ini pengendalian larva nyamuk masih menggunakan larvasida kimia. Penggunaan larvasida kimia yang berlebihan dapat berdampak negatif karena larvasida kimia tidak ramah lingkungan dan berisiko terhadap resistensi nyamuk (Tiwary, et al., 2007). Selain itu pengendalian vektor dengan kimia sintetis dapat menimbulkan peledakan hama sekunder (Luckman & 1

2 Metcalft, 1982). Pemanfaatan tanaman antinyamuk dapat menjadi salah satu alternatif (Istimuyasaroh, et al., 2009). Maesaroh (2005) juga menyatakan bahwa upaya pemberantasan penyakit malaria dapat dilakukan dengan pengendalian vektor dengan menggunakan biolarvasida yang berasal dari tanaman obat obatan. Untuk itulah diperlukan suatu penelitian dan pengembangan guna mencari larvasida alami yang toksik terhadap larva nyamuk Anopheles sp. tetapi bahan alami tersebut mudah diuraikan kembali dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan (Marta, et al., 2011). Pengembangan larvasida alami dengan memanfaatkan tumbuhan merupakan solusi terbaik saat ini karena larvasida alami memiliki bahan dasar yang bersifat toksik terhadap serangga, selektif dan mudah terurai oleh sinar matahari sehingga tidak meninggalkan residu di tanah, air, dan udara (Kardinan, 2003). Salah satu tanaman yang diteliti mempunyai aktivitas larvasida adalah tanaman dari famili Rutaceae (Astari, et al., 2010). Salah satu penelitian dilakukan oleh Sivagnaname & Kalyanasundaram (2004) yang melaporkan bahwa Atlantia monophylla (Rutaceae) mempunyai aktivitas larvasida terhadap larva Anopheles stephensi. Herba inggu (Ruta angustifolia L.) merupakan famili Rutaceae (Bnina, et al., 2010) yang diketahui memiliki aktivitas sebagai larvasida. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Aivazi & Vijayan (2010) yang meneliti efikasi ekstrak daun inggu terhadap nyamuk Anopheles stephensi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian aktivitas ekstrak etanol daun inggu terhadap nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus sebagai larvasida alternatif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Berapa konsentrasi ekstrak etanol daun inggu yang efektif membunuh larva nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus? 2. Apakah ekstrak etanol daun inggu memiliki aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk tersebut?

3 3. Bagaimana profil kromatogram ekstrak etanol daun inggu yang dilakukan menggunakan KLT? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka tujuan pada penelitian ini adalah: 1. Mengukur konsentrasi ekstrak etanol daun inggu yang efektif membunuh nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus. 2. Menentukan aktivitas larvasida ekstrak etanol daun inggu terhadap kematian larva nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus. 3. Mengetahui profil kromatogram ekstrak etanol daun inggu yang dilakukan menggunakan KLT. D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Inggu a. Sinonim Nama lain dari Ruta angustifolia L. Adalah Ruta chalepensis L.var. dan Ruta graveolens (Dalimartha, 1999). b. Klasifikasi Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Geraniales Suku : Rutaceae Marga : Ruta Jenis : Ruta angustifolia L. (Pollio, 2008)

4 c. Nama Daerah Pohon inggu memiliki beberapa nama daerah antara lain aruda (Sumatera), inggu (Sunda), godong minggu (Jawa Tengah), dan anruda busu (Makassar) (Depkes RI, 1995). d. Deskripsi Tanaman inggu merupakan herba tahunan, lebat di dasarnya, tinggi 0,3-1,5 m. Batang berkayu bulat, percabangan simpodial, warna daun hijau muda. Daunnya majemuk, anak daun lanset atau bulat telur, pangkal runcing, ujung tumpul, tepi rata, panjang 8-20 mm dan lebar 2-6 mm, pertulangan tidak jelas, warna hijau (Gambar 1). Bunga majemuk, kelopak bentuk segitiga, hijau, putik satu, kuning, benang sari delapan, duduk pada dasar bunga, kepala sari kuning, mahkota bentuk mangkok, kuning. Buahnya kecil lonjong, terbagi menjadi 4 kotak, warna coklat. Biji bentuk ginjal, kecil, hitam. Akar tunggang, bulat, bercabang, putih kekuningan (Depkes RI, 1995). Gambar 1. Tanaman Inggu (Ruta angustifolia L.) e. Kandungan Kimia Tanaman Inggu Soleimani et al. (2009) dalam penelitiannya terhadap senyawa volatil pada herba inggu menyatakan bahwa senyawa yang terkandung antara lain keton,

5 sesquiterpenoid, monoterpenoid. Selain itu juga diketahui adanya 2-undekanon, 2- heptanol asetat, 1-dodekanol, geyrene, dan 2-nonanon. Menurut Asgarpanah & Khoshkam (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan kimia yang terdapat dalam Ruta angustifolia L. adalah alkaloid, furanokumarin, kumarin, alkaloid kuinolon, flavonoid, fenol, asam amino dan saponin yang ditemukan dalam daun dan akar muda. Minyak atsiri herba inggu mengandung senyawa keton, seskuiterpenoid, monoterpenoid, 2-undekanon, 2-heptanol asetat, 1-dodekanol, geyrene, dan 2-nonanon. Alkaloid memiliki efek antiinflamasi, antihistamin, dan splasmolitik. Furanokumarin, bergapten, dan xanthotoksin memiliki efek spasmolitik pada otot halus. Selain itu senyawa terpenoid berpotensi sebagai penghambat makan sejumlah serangga (Yusnarti, 1996). Famili Apiaceae dan Rutaceae merupakan dua famili tanaman yang menghasilkan kumarin yang paling penting. Salah satu senyawa yang diduga aktif sebagai larvasida dari Ruta angustifolia L. adalah kumarin (Sarker & Nahar, 2007). 2. Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus a. Klasifikasi Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti berikut : Phylum : Arthropoda Classis : Hexapoda / Insecta Sub Classis : Pterigota Ordo : Diptera Familia : Culicidae Sub Famili : Anophellinae Genus : Anopheles Spesies : Anopheles aconitus Phylum Classis Sub Classis Ordo : Arthropoda : Hexapoda / Insecta : Pterigota : Diptera

6 Familia : Culicidae Sub Famili : Anophellinae Genus : Anopheles Spesies : Anopheles maculatus (Djakaria, 2000) b. Siklus Hidup Siklus hidup nyamuk diawali dari telur, larva, kepompong dan nyamuk. Berikut dapat dijelaskan masing-masing siklus hidup nyamuk, yaitu: 1) Telur a) Diletakkan di permukaan air atau benda-benda lain dipermukaan air b) Ukuran telur ± 0,5 mm, dengan jumlah telur (sekali bertelur) 100 300 butir, rata-rata 150 butir, dan frekuensi bertelur dua atau tiga hari c) Lama menetas dapat beberapa saat setelah kena air, hingga dua sampai tiga hari setelah berada di air, dan menetas menjadi larva (larva) 2) Larva a) Larva terletak di air dan mengalami empat masa pertumbuhan (stadium) yaitu : stadium 1 (± 1 hari), stadium II (± 1-2 hari), stadium III (± 2 hari), dan stadium IV (± 2-3 hari). b) Masing-masing stadium ukurannya berbeda-beda dan juga bulu-bulunya, dan tiap pergantian stadium disertai dengan pergantian kulit, dan belum ada perbedaan jantan dan betina c) Pada pergantian kulit terakhir berubah menjadi kepompong dengan umur ratarata antara 8-14 hari. 3) Kepompong Kepompong terdapat di air, tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan udara, menetas 1-2 hari menjadi nyamuk, dan umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu daripada nyamuk betina. 4) Nyamuk Dewasa Nyamuk anopheles dewasa bentuk badannya lebih besar jika di bandingkan dengan rata-rata nyamuk lain, mempunyai urat sayap bersisik, mempunyai prombosis panjang, mempunyai sirip penutup tubuh, sisik pada pinggir sayap berubah menjadi jumbai, dan sayap terdiri dari 6 urat sayap, yaitu urat sayap 2, 4

7 dan 5 bercabang. Jumlah nyamuk jantan dan nyamuk betina yang menetas dari sekelompok telur pada umumnya sama banyak (1:1), nyamuk jantan umurnya lebih pendek dari nyamuk betina (Hiswani, 2004). 3. Metode ekstraksi simplisia a. Penyari Farmakope Indonesia (1979) menetapkan bahwa cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Etanol digunakan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil. Lemak, malam, tanin, dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas. Untuk meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari (Depkes RI, 1986). Selain itu etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lain, etanol mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Pada umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan, khususnya campuran etanol-air (Voight, 1994). b. Ekstraksi Salah satu hal yang penting dalam teknologi farmasi adalah cara ekstraksi. Tumbuhan segar yang telah dihaluskan atau material tumbuhan yang dikeringkan diproses dengan cairan pengekstraksi. Jenis ekstraksi dan bahan ekstraksi (cairan ekstraksi, menstruum) yang digunakan sangat tergantung dari kelarutan bahan, kandungan, serta stabilitasnya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan cairan penyari yaitu memenuhi kriteria murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak

8 mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Depkes RI, 1986). Harborne (1996) menyatakan metode ekstraksi yang tepat tergantung pada kandungan bahan tumbuhan dan jenis senyawa yang disari. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat (Ansel, 1989). Hasil ekstraksi adalah ekstrak, jadi ekstrak merupakan sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh sinar matahari langsung (Depkes RI, 1979). Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1994). 4. Kromatografi Lapis Tipis Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh senyawa murni dari suatu campuran, perlu dilakukan pemisahan (Hendayana, 2006). Salah satu metode yang digunakan yaitu kromatografi lapis tipis (KLT). KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Dalam pelaksanaannya, kromatografi lapis tipis lebih murah dan lebih mudah dibandingkan dengan kromatografi kolom, serta peralatan yang digunakan sederhana. Keuntungan kromatografi planar adalah: a. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis b. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet. c. Dapat dilakukan elusi secara menarik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi. d. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak (Gandjar & Rohman, 2007).

9 E. Landasan Teori Tanaman yang termasuk famili Rutaceae, antara lain Citrus spp., Ferronia elephantum, dan Ferronia elephantum pada bagian buah serta daunnya memiliki daya larvasida serta menghambat pertumbuhan beberapa vektor nyamuk (Mohan & Ramaswamy, 2007). Kandungan minyak esensial pada Zanthoxylum armatum yang merupakan famili Rutaceae dapat juga menjadi alternatif larvasida alami untuk menghambat vektor nyamuk Anopheles stephensi (Tiwary, et al., 2007). Penelitian dilakukan oleh Govindarajan et al. (2012) yang meneliti efikasi larvasida ekstrak Ervatamia coronaria dan Caesalpinia pulcherri (Rutaceae) terhadap larva Anopheles subpictus dengan nilai LC 50 masing-masing sebesar 86,47 ppm dan 113,53 ppm. Sivagnaname & Kalyanasundaram (2004) menyatakan bahwa Atlantia monophylla (Rutaceae) mempunyai aktivitas larvasida terhadap larva Anopheles stephensi dengan nilai LC 50 sebesar 0,05 mg/l. Herba inggu merupakan famili Rutaceae (Bnina, et al., 2010) yang diketahui memiliki aktivitas sebagai larvasida. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Aivazi & Vijayan (2010) yang meneliti efikasi ekstrak petroleum eter daun inggu terhadap nyamuk Anopheles stephensi sehingga dimungkinkan inggu juga dapat berkhasiat sebagai insektisida terhadap larva nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus. Senyawa yang diduga aktif sebagai larvasida pada larva Anopheles yaitu kumarin. Berdasar sifat kelarutannya kumarin dapat larut dalam pelarut etanol, sehingga dimungkinkan aktivitas larvasida herba inggu yang paling banyak terdapat pada ekstrak etanol (Gunaydin & Safci, 2003). F. Hipotesis Ekstrak etanol daun inggu mempunyai aktivitas larvasida terhadap larva nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles maculatus.