ANALISIS RESIKO GEMPA BUMI DI KABUPATEN BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Peak Ground Acceleration (PGA) dan Intensitas Gempabumi berdasarkan Data Gempabumi Terasa Tahun di Kabupaten Bantul Yogyakarta

PENGUKURAN RESPONS SPEKTRA KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODA PROBABILITAS ABSTRAK

ANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI

PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang

Deagregasi Hazard Kegempaan Provinsi Sumatera Barat

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMA PERNYATAAN KATAPENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ACHMAD DIAN AGUS BUDIONO NRP DOSEN PEMBIMBING Tavio, ST., MT., Ph.D. Iman Wimbadi, Ir., MS. Kurdian Suprapto Ir.,MS.

Oleh : DAMAR KURNIA Dosen Konsultasi : Tavio, ST., M.T., Ph.D Ir. Iman Wimbadi, M.S

ANALISIS ZONA BAHAYA GEMPABUMI DENGAN PENDEKATAN PROBABILITAS PEAK GROUND ACCELERATION (PGA)

RESPONS SPEKTRA GEMPA BUMI DI BATUAN DASAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA PADA PERIODE ULANG 2500 TAHUN

Time Histories Dari Ground Motion 1000 Tahun Periode Ulang Untuk Kota Surabaya

BAB III METODOLOGI. Ms = 1.33 Mb (3.1) Mw = 1.10 Ms 0.64 (3.2)

Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

BAB II STUDI PUSTAKA

PRESENTASI TUGAS AKHIR

ANALISIS RESIKO GEMPA KOTA LARANTUKA DI FLORES DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD

Analisa Resiko Gempa Kasus : Proyek Pengeboran Minyak Di Tiaka Field. Helmy Darjanto, Ir, MT

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

STUDI PERCEPATAN GEMPA MAKSIMUM PETA GEMPA INDONESIA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Nama Mahasiswa : Riski Purwana Putra NRP :

RIWAYAT WAKTU PERCEPATAN SINTETIK SUMBER GEMPA SUBDUKSI UNTUK KOTA PADANG DENGAN PERIODE ULANG DESAIN GEMPA 500 TAHUN.

ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

DEAGREGASI SEISMIC HAZARD KOTA SURAKARTA`

Sulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMETAAN GROUND ACCELERATION MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANALYSIS DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARATPADA ZONA MEGATHRUST

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA TENGGARA DENPASAR BALI 22 MARET 2017

ANALISA TINGKAT RISIKO BENCANA GEMPABUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT SKRIPSI MELKI ADI KURNIAWAN NIM

BAB I PENDAHULUAN. tembok bangunan maupun atap bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat

Soil Ln (PGA) = M ln (R e 0.617M ) h Zt (2.8) Dimana: R = jarak terdekat ke bidang patahan (km)

RESPONS SPEKTRA WILAYAH BUKITTINGGI UNTUK STUDI PERENCANAAN JEMBATAN CABLE STAYED NGARAI SIANOK

SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI PERCEPATAN GEMPA MAKSIMUM KOTA BANDA ACEH

Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik

PENGEMBANGAN PROGRAM ANALISIS SEISMIC HAZARD DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL TUGAS AKHIR

Edy Santoso, Sri Widiyantoro, I Nyoman Sukanta Bidang Seismologi Teknik BMKG, Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta Pusat 10720

RESPONS SPEKTRUM WILAYAH KOTA PADANG UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG TAHAN GEMPA

Analisis Seismotektonik dan Periode Ulang Gempabumi.. Bambang Sunardi dkk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dosen pembimbing : Tavio, ST.,M.T.,Ph.D. : Ir.Iman Wimbadi, M.S : Ir.Kurdian Suprapto MS.

DEAGREGASI BAHAYA GEMPABUMI UNTUK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS HAZARD GEMPA DAN ISOSEISMAL UNTUK WILAYAH JAWA-BALI-NTB

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

ANALISIS NILAI PGA (PEAK GROUND ACCELERATION) UNTUK SELURUH WILAYAH KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

ANALISIS PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM WILAYAH YOGYAKARTA DENGAN METODE ATENUASI PATWARDHAN

KARAKTERISTK GEMPA DI KOTA BENGKULU

RESIKO GEMPA PULAU SUMATRA DENGAN METODA PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANAL YSIS (PSHA) THESIS MAGISTER OLEH: D. PRAHERDIAN PUTRA

ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS RISIKO GEMPA DI KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE GUMBEL

Peta Respons Spektrum Provinsi Sumatera Barat untuk Perencanaan Bangunan Gedung Tahan Gempa

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: SARIF HIDAYAT NIRM: E

STUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU KALIMANTAN, NUSA TENGGARA, MALUKU, SULAWESI DAN IRIAN JAYA (INDONESIA BAGIAN TIMUR)

Hasil Penelitian Dan Analisis Resiko Gempa

RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR

MIKROZONASI PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM MENGGUNAKAN METODE KANAI (1966) DAN INTENSITAS GEMPABUMI DI KAWASAN JALUR SESAR OPAK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Bab IV Parameter Seismik

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

*

BAB III PROGRAM ANALISIS RESIKO GEMPA

EVALUASI GEMPA DAERAH SULAWESI UTARA DENGAN STATISTIKA EKSTRIM TIPE I

BAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim

MIKROZONASI GEMPA UNTUK KOTA SEMARANG TESIS MAGISTER. Oleh : OKKY AHMAD PURWANA

ANALISA KOMPARATIF PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM AKIBAT GEMPABUMI M6.3 DI SELAT MENTAWAI BERDASARKAN RUMUSAN EMPIRIS GROUND MOTION PREDICTION EQUATION

ZONASI DAERAH BAHAYA KEGEMPAAN DENGAN PENDEKATAN PEAK GROUND ACCELERATION (PGA)

Estimasi Parameter Model Epidemic Type Aftershock Sequence (ETAS) Spasial untuk Gempa Bumi di Pulau Jawa

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS PETA DEAGREGASI HAZARD GEMPA WILAYAH JAWA DAN REKOMENDASI GROUND MOTION DI EMPAT DAERAH

ANALISIS RESIKO GEMPA BUMI WILAYAH LENGAN UTARA SULAWESI MENGGUNAKAN DATA HIPOSENTER RESOLUSI TINGGI SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA

EVALUASI BAHAYA GEMPA (SEISMIC HAZARD) DENGAN MENGGUNAKAN METODE POINT SOURCE DAN PENENTUAN RESPONS SPEKTRA DESAIN KOTA KUPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL RESPON SPEKTRA DESAIN SNI , RSNI 2010 DAN METODE PSHA. Suyadi 1)

ANALISIS HAZARD GEMPA DKI JAKARTA METODE PROBABILISTIK DENGAN PEMODELAN SUMBER GEMPA 3 DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Wahana Fisika, 2(2), e-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia di selatan, dan lempeng Pasifik di timur laut.

Bab I PENDAHULUAN. Bab II METODOLOGI

Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS

PEMODELAN SUMBER GEMPA DI WILAYAH SULAWESI UTARA SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI 1)

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

PENENTUAN KURVA RESPON SPECTRA GEMPA UNTUK WILAYAH JAKARTA. Abstract

STUDI PERCEPATAN GEMPA MAKSIMUM UNTUK ZONA PETA GEMPA INDONESIA DI KOTA BANDA ACEH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS RESIKO GEMPA BUMI DI KABUPATEN BANTUL Ami Dwi Ananto, Edi Widodo Dosen Universitas Islam Indonessia * Jurusan Statistika Universitas Islam Indonesia amidwiananto@gmail.com, edykafifa@gmail.com Abstrak Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis resiko gempa bumi di kabupaten bantul. Penelitian sebelumnya, membahas bencana gempa bumi yang lalu, yaitu Gempa Bantul 2006 mengakibatkan kerugian yang sangat besar dikarenakan banyak bangunan rusak bahkan hancur. Struktur yang tidak dapat menahan kekuatan guncangan tertentu akibat gempa bumi mengakibatkan bangunan masyarakat mudah hancur. Sehingga menurut penulis menjadi penting untuk memperkirakan dampak guncangan yang dapat ditimbulkan oleh gempa bumi di masa 50 tahun dan 100 tahun mendatang. Metode yang digunakan adalah PHSA (Probabilistic Hazard Seismic Risk Analysis) dan DHSA (Deterministic Hazard Seismic Risk Analysis) yaitu untuk menghitung percepatan tanah puncak dan probabilitas kemungkinan terlampauinya percepatan getaran tanah. Hasil yang didapat diketahui bahwa Bantul merupakan daerah yang termasuk dalam kategori bahaya terhadap gempa bumi dengan probabilitas diatas 15%. Kata Kunci: Resiko Gempa; PHSA; DHSA; Bantul. 1. PENDAHULUAN Secara geologis, Kabupaten Bantul berdekatan dengan zona subduksi aktif selatan pulau jawa dari lempeng tektonik Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Terletak dalam susunan geologi yang luar biasa, Kabupaten Bantul memiliki ancaman terhadap bahaya seismik, dan diperkirakan akan mengalami gempa lain dengan instensitas tinggi dalam 50 tahun kedepan (Hizbaron et al, 2012). Tentu ancaman resiko ini tidak dapat diabaikan. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah memperkirakan besarnya dan kecepatan gempa untuk beberapa periode ke depan. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi aturan yang sudah ada yang mencakup ruang lingkup keselamatan dan desain bangunan di Kabupaten Bantul. Peluang yang didapatkan bisa digunakan sebagai penguat argumen pemerintah untuk menyosialisasikan standar bangunan tahan gempa di Provinsi DI Yogyakarta umumnya dan Kabupaten Bantul khususnya. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Deterministic Hazard Seismics Risk Analysis (DHSA) dan Probabilistic Hazard Seismics Risk Analysis (PHSA). Konsep dasarnya adalah dengan memperkirakan percepatan gerakan tanah di permukaan tempat manusia bermukim. Percepatan getaran tersebut berdampak pada segala hal yang berada diatasnya termasuk runtuhnya bangunan, retaknya jalan raya, hingga tsunami. Dampak getaran ini sangat terpengaruh pada atenuasi (peluruhan energy gempa dan geologis setempat). Atenuasi sangat dipengaruhi oleh kekuatan gempa, jarak serta kedalaman pusat gempa. Atenuasi dibatasi oleh kekuatan gempa dan jarak serta kedalaman pusat gempa untuk daerah yang akan ditinjau kejadian gempanya. Atenuasi dihitung melalui persamaan yang telah dirumuskan oleh sejumlah Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 900

ahli peneliti kegempaan yang telah dilakukan penelitian di sejumlah tempat dan diperoleh persamaan untuk menghitung percepatan gempa setempat. DHSA digunakan untuk mengestimasi dampak yang timbulkan oleh gempa bumi. Dengan memperoleh rekaman data gempa di suatu lokasi maka resiko tercapai atau terlampaui intensitas suatu pergerakan tanah setempat dapat diperkirakan melalui penerapan-penerapan rumusan-rumusan statistik. Perhitungan resiko gempa dilakukan dengan dasar informasi kegempaan yang diambil dari suatu daerah. Informasi ini berupa pencatatan gempa yang pernah terjadi dan atau sejarah kejadian gempa pada lokasi tersebut. Model kejadian gempa yang digunakan dalam studi ini adalah Least Square Method (Gutenberg & Richter, 1944). Selanjutnya adalah dengan metode PHSA. Merupakan wujud pertimbangan yang digunakan sebagai pembanding dengan pendekatan probabilistik. Pendekatan probabilistik digunakan agar diperoleh hasil yang dapat mendekati dengan gambaran dan kondisi daerah yang ditinjau. Tujuannya adalah untuk mengukur unsur ketidakpastian dari parameter yang didapat. 2. METODE PENELITIAN Teknik Pengambilan Data Pada penelitian ini menggunakan data gempa yang diambil dari katalog gempa National Earthquake Information Center U.S. Geological Survey (USGS). Data bisa di download melaluihttp://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/. Berikut kriteria pengambilan data rekam gempa dari USG: Rentang waktu : 1/Januari/1950 1/Desember/2015 Kekuatan gempa : 5.0 9.0 Magnitude Kedalaman gempa : 0 500 km Titik tinjau : 778 98 19" LS dan 110 36 27.6" BT Outsidecircular radius : 300 km Metode Gempa bantul dari data USGS memiliki skala gempa yang berbeda. Untuk itu perlu di konfersi menjadi skala gempa yang sama (Mw) untuk menyamakan hasil dari analisis resiko gempa. Asrurifak (2010) memiliki konfersi menjadi satuan gempa yang sama. Tabel 1. Korelasi Konversi Korelasi Konversi M W = 0.143M s 2 1.051M s + 7.285 M W = 0,114M b 2 0,556m b + 5,560 M W = 0,787M E 1,537 m b = 0,125M L 2 0,389M L + 3,513 M L = 0,717M D + 1,003 Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 901

Untuk menganalisis Gempa di Kabupaten Bantul memerlukan nilai dari jarak episenter dan jarak hiposenter. Untuk dapat menemukannya bisa menggunakan rumus yang terdapat didalam makalah Putra (2012) sebagai berikut: r = cos 1 (sin(lat 1) sin(lat 2) + cos(lat 1) cos(lat 2) cos(long 2 long 1)) R (1) Setelah itu untuk mencari jarak hyposenter (H) dapat menggunakan teorema Pitagoras: H = r 2 + d 2 (2) denganr merupakan Epicenter dan d merupakan kedalaman dari gempa. Fungsi Atenuasi Fungsi atenuasi adalah suatu fungsi yang menggambarkan korelasi antara intensitas gerakan tanah setempat (i) dan magnitude (M) serta jarak (R) dari suatu sumber titik dalam daerah sumber. Fungsi atenuasi merupakan alat yang penting dalam implementasi resiko kegempaan dalam perencanaan bangunan tahan gempa. Fungsi atenuasi sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah lokal di titik tinjau. Untuk Kabupaten Bantul memiliki tanah dengan tipe Soil menurut Septianusa et al, (2015). Untuk tanah soil digunakan persamaan fungsi atenuasi dari Youngs et al (1997) kemudian menghitung nilai maksimum percepatan tanah pada waktu T tahun dengan persamaan Gumbel I. lnpga = -0,6687 + 1,438 M 2,329 ln(r + 1,097 e 0,617 M ) + 0,00648H + 0,3643ZT (3) dengan lnpga dengan satuan(gals), M merupakan momen magnitude gempa M 5, r jarak episenter (km), H merupakan Hiposenter dan ZT merupakan tipe sumber gempa yang mana 0 untuk interface dan 1 untuk interslab. Setelah itu mencari nilai konstanta dari parameter Gumberl I yaitu A, B, α dan β menggunakan persamaan berikut: G(M) = e ( α.e βm ) (4) dengan α merupakan rata-rata jumlah gempa bumi per tahun, β adalah parameter yang menyatakan hubungan antara distribusi gempa bumi dengan magnitude, dan M adalah besar gempa. Kemudian, setelah mendapatkan konstanta A, B, α dan β di setiap kabupaten Kabupaten Bantul, proses selanjutnya adalah menghitung korelasi antara periode ulang T dan percepatan dengan menggunakan rumus berikut: a = ln (T.α) β Perhitungan Probabilitas Perhitungan probabilitas terlampaui dari PGA (Li et al, 2010). Pertama, mencari distribusi kemungkinan tingkat tanah-gerak untuk skenario dari sumber gempa dari hubungan atenuasi: P i (ln PGA) = 1 exp { [ln PGA g(m i,d i )] 2 } (6) σ n 2π 2σ n Kemudian, mencari probabilitas terlampaui oleh integrasi: (5) Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 902

P i (ln PGA > ln a) = 1 exp { [ln PGA g(m i,d i )] 2 σ n 2π 2σ 2 } d ln PGA = ln a n 1 φ ( ln PGA g(m i,d i ) ) (7) σ n Kemudian, menjumlahkan semua skenario dari sumber gempa, untuk mendapatkan tingkat tahunan sebesar melebihi setiap lnpga: N N R tot (ln PGA > ln a) = i=1 R i (ln PGA > ln a) = i=1 r i P i (ln PGA > ln a) (8) Kemudian, dengan menggunakan distribusi Poisson, kita dapat menghitung probabilitas terlampaui setiap permukaan tanah-gerak dalam tahun T: P(ln PGA > ln a T) = 1 exp ( R tot T) (9) Dengan PGA merupakanpeak Ground Accelaration,g(m i, d i ) merupakanmean dari lnpga, σ i merupakandeviasi standar dari lnpga, amerupakanperiode ulang PGA dalam T tahun (gals) dan R merupakanperiode ulang PGA dalam T tahun (gals). 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a Gambar 3.1. a. Nilai PGA untuk 50 Tahun, b. Nilai PGA untuk 100 Tahun Table 3.1 Kelas Indikator Intensitas Gempa Bumi Skala Marcelli Number Kelas Bencana Intensitas (MMI) Nilai Percepatan (Gals) 1 Rendah < VI < 0.15 2 Sedang VI-VII 0.15 0.20 3 Tinggi > VII > 0.20 Sumber: Oktariadi, 2009 Setelah perhitungan menggunakan rumus pada metode penelitian untuk 17 kecamatan di Kabupaten Bantul diperoleh hasil nilai percepatan tanah ke T tahun dan probabilitasnya (Tabel 3.2). Pada Tabel 3.1 telah dibagi untuk tingkatan gals oleh Marcelli dalam makalah Oktariadi 2009 dimana Marcelli membagi gempa menurut gals menjadi 3 kelas bencana bahaya yaitu; rendah, sedang dan tinggi. Kemudian pada Tabel 3.1telah diketahui nilai gals untuk b Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 903

Tabel 3.2 Nilai PGAPer Kecamatan di Kabupaten Bantul Kecamatan A B α β Hubungan antara Periode Ulang (T) dan Percepatan (a) di Gals 100 50 tahun tahun Probabilitas Gals Melebihi di T Tahun 50 tahun 100 tahun Banguntapan -0.54537-0.6196 1.110235 17.74364 0.226368 0.265433 0.184304 0.164922 Jetis 0.067532-16.1366 1.069865 16.13665 0.246616 0.289571 0.171482 0.154203 Pleret 0.124411-17.8417 1.132481 17.84167 0.226236 0.265086 0.228971 0.211695 Bambanglipuro -0.01042-13.9425 0.989634 13.94247 0.279836 0.329551 0.102626 0.087792 Sewon 0.023179-15.3483 1.02345 15.34826 0.256394 0.301555 0.112544 0.095954 Imogiri 0.099166-16.8716 1.104249 16.8716 0.237748 0.278832 0.212544 0.195993 Kretek 0.080607-16.0406 1.083945 16.04058 0.248908 0.29212 0.205605 0.189884 Sanden 0.000112-14.1051 1.000112 14.1051 0.277356 0.326498 0.114716 0.099399 Srandakan -0.07681-12.2211 0.926066 12.22109 0.313819 0.370537 0.056195 0.04534 Sedayu -0.15141-10.7709 0.859496 10.77093 0.349145 0.413498 0.01797 0.012879 Pandak -0.06459-12.6476 0.937451 12.64764 0.304202 0.359006 0.061119 0.049594 Pajangan -0.09645-12.0355 0.908053 12.0355 0.317026 0.374618 0.039744 0.030778 Kasihan 0.000136-15.0019 1.000136 15.00191 0.260777 0.306981 0.08512 0.070004 Piyungan 0.172513-19.3786 1.188287 19.3786 0.210776 0.246544 0.280337 0.264098 Bantul 0.005134-14.6291 1.005147 14.62906 0.267766 0.315147 0.106041 0.090416 Pundong 0.087282-16.2955 1.091204 16.29551 0.245424 0.28796 0.210545 0.194782 Dlingo 0.165787-18.5487 1.180321 18.54865 0.219844 0.257213 0.306113 0.29429 tiapkecamatan di Kabupaten Bantul dengan periode ulang 50 tahun dan 100 tahun. Didapat untukperiode ulang 50 tahun didapatkan nilai gals berada pada tingkatan bahaya tinggi dalam skala Marcelli, begitupun untuk 100 tahun. Skala Marcelli digunakan untuk mengukur kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi. Nilai percepatan terendah untuk periode ulang 50 tahun berada di Kecamatan Piyungan dan nilai percepatan tertinggi berada di Kecamatan Sedayu. Hal ini juga terjadi di periode ulang 100 tahun. Untuk lebih jelasnya bisa melihat Gambar 3.1. 4. SIMPULAN Nilai percepatan tanah di Kabupaten Bantul yang diperoleh dari 17 titik ukur di setiap kecamatan masuk dalam katagori tinggi dalam skala Marcelli. Hal ini dikarenakan dari 17 titik ukur untuk 50 tahun dan 100 tahun tersebut memiliki nilai diatas 0.2 gals. Namun untuk peluang setiap nilai dari 17 titik itu terlampaui kecil setelah dihitung dengan menggunakan persamaan dari Li et al (2010). Dari hasil ini diharapkan dapat menjadi acuan pemerintah untun membuat standar bangunan untuk Kabupaten Bantul agar dapat menahan guncangan diatas 0.2 gals. Dan juga penellitian ini diharapkan menjadi kazanah baru bagi ilmu statistika di Indonesia. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 904

5. DAFTAR PUSTAKA Asrurifak M, (2010). Peta respons Spektra Indonesia Untuk Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Berdasarkan Sumber Gempa 3-Dimensi Dalam Analisis Probabilitas, Disertasi Doktor Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung. Gutenberg, B., Richter, C.F. (1944). Frequency of Earthquakes in California. Bulletin of the Seismological Society of America. Hizbaron, D. R. Baiquni, M. Sartohadi, J. Rijanta, R. (2012). Urban Vulnearability in Bantul District, Indonesia-Towards Safer and Sustainable Development.Sustainability 4, 2022-2037. Li, L. Wang, J. Leung,H. (2010). Using Spatial Analysis and Bayesian Network to Model the Vulnearability and make Insurance Pricing oc Catastophhic Risk.International Journal of Geographical Inforamtion Science 12 (24), 1759-1784. Oktariadi, O. (2009).Penentuan Peringkat Bahaya Tsunami dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi kasus: Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi).Jurnal Geologi Indonesia 4 (2), 103-116. Putra, R. P.(2012). Peak Ground Acceleration Studies of the Indonesia Earthquake Zone Maps in the Special Region of Yogyakarta. Undergraduate Theses, Civil Engineering, Sepuluh Nopember Institute of Technology Search Earthquake Archives. (2015). Diakses darihttp://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/pada 01 Desember 2015. Septianusa, Maulina S, Atina A. (2015). Deterministic and Probabilistic Seismic Hazard Risk Analysis in Bantul Regency.Advances on Science and Technology: Proceedings of SESEE 2015. Youngs, R. R., Chiou, S. J., Silva, W. J., and Humphrey, J. R.(1997).Strong Ground Motion Attenaution Relationships for Subduction Zone Earthquake.Seismological Research Letters 68 (1), 58-73. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 905