KARAKTERISTK GEMPA DI KOTA BENGKULU
|
|
- Indra Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KARAKTERISTK GEMPA DI KOTA BENGKULU Lindung Zalbuin Mase 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu, Jalan WR. Supratman, Telp (0736) Kode Pos lindungmase@yahoo.co.id ABSTRACT A last decade had given so many experiences for Bengkulu people, especially earthquakes. At least two strong earthquakes had hit Bengkulu in this decade. These earthquakes abandoned so many extensive damages in Bengkulu, such as house building collapse, liquefaction soil, injury victims, death victims, etc. Based on seismic characteristic, Bengkulu is one of province on western Sumatra having intensive tectonic activities. Therefore, Bengkulu often undergoes earthquake disasters. A research had been conducted to evaluate the earthquake characteristic in Bengkulu. The research was purposed to investigate the earthquake characteristic in Bengkulu related to the recurrence period, acceleration, probability of exceedance, and scale of damage (Modified Mercalli Intensity (MMI)). The research also evaluated the value of A and b of Gutenberg-Richter equation for Bengkulu City area. The data used in this research was from 2000 to 2009 with magnitude bigger than or equal to 5 Mw. The result expected is able to give the information of earthquake characteristic in Bengkulu city, and more understanding of the earthquake potential, and as the first step to perform the further earthquake research in Bengkulu. Keywords: earthquake, Bengkulu city, recurrence period PENDAHULUAN Gempa bumi berkekuatan 8,03 Mw pada tanggal 4 Juni 2000 merupakan awal dari serangkaian aktifitas seismik di Bengkulu. Gempa tersebut telah menimbulkan banyak kerugian di antaranya kerugian material, jiwa, kerusakan sarana prasarana infrastruktur, dan menimbulkan bencana ikutan lainnya seperti likuifaksi dan longsor di berbagai daerah di Provinsi Bengkulu. Pada tanggal 12 September 2007, Bengkulu kembali dikejutkan dengan terjadinya guncangan gempa dahsyat berkekuatan 8,7 Mw. Dampak kerusakan yang timbul akibat gempa ini lebih besar dari gempa yang terjadi pada 7 tahun sebelumnya. Kedua gempa tersebut menimbulkan dampak kerusakan yang cukup masif di berbagai kota sentral di Provinsi Bengkulu [7]. Salah satu daerah yang terkena dampak serius dari kedua bencana gempa tersebut adalah Kota Bengkulu, yang merupakan ibu kota Provinsi Bengkulu. Kedua gempa tersebut menyebabkan Kota Bengkulu sempat mengalami kelumpuhan dalam beberapa hari. Minimnya pengetahuan mengenai aktifitas tektonik yang berpotensi menimbukan gempa besar di Bengkulu, telah menimbulkan trauma yang mendalam bagi sebagian besar masyarakat yang selama ini belum pernah mengalami bencana gempa. Sampai saat ini sejumlah warga masih mengalami trauma mendalam dan selalu panik saat terjadi gempa di Bengkulu. 1
2 Belajar dari pengalaman di masa lalu, maka dilakukanlah sebuah penelitian mengenai karakteristik gempa, khususnya di Kota Bengkulu yang merupakan sentral dari pusat pemerintahan Provinsi Bengkulu. Rentang waktu yang diamati adalah dari tahun 2000 sampai dengan Pertimbangan pemilihan rentang tahun tersebut lebih disebabkan karena aktifitas tektonik atau gempa di Provinsi Bengkulu dengan kekutan yang lebih dari atau sama dengan 5 sangat sering terjadi dalam rentang waktu tersebut. Total kejadian gempa dengan skala kekuatan (magnitudo) lebih dari atau sama dengan 5 Mw di Bengkulu dalam rentang waktu tesebut adalah sebanyak 666 kejadian. Termasuk di dalamnya adalah kejadian gempa pada tanggal 4 Juni 2000 dan 12 September 2007 [2]. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pemahaman mengenai karakteristik gempa dan potensi perulangan terjadinya kejadian gempa yang berkekuatan serupa atau lebih besar lagi. Penelitian ini juga diharapkan menjadi pijakan awal dalam mendalami fenomena geoteknik, khususnya masalah gempa di Kota Bengkulu, dan Provinsi Bengkulu pada umumnya. TINJAUAN PUSTAKA Aktifitas gempa di Provinsi Bengkulu Berdasarkan kajian geologi seismik, Bengkulu tergolong sebagai daerah yang rentan terhadap bencana gempa bumi. Ini telihat pada zonasi gempa Indonesia yang dikeluarkan pemerintah Indonesia [9]. Hal ini disebabkan karena Provinsi Bengkulu terletak pada pertemuan Lempeng Indo- Australia dan Lempeng Eurasia, yang merupakan zona subduksi aktif yang berpotensi memicu timbulnya gempa di Bengkulu. Faktor lain yang menyebabkan gempa sering terjadi di Bengkulu adalah adanya Sesar Sumatra (Sesar Semangko) yang melintasi beberapa daerah di Provinsi Bengkulu. Adanya gunung api aktif di Bengkulu (Bukit Kaba) juga berpotensi menimbulkan bencana gempa vulkanik. Dari ketiga faktor pemicu tersebut, aktifitas subduksi lempeng tektonik merupakan pemicu utama terjadinya serangkaian gempa di Provinsi Bengkulu [1]. Percepatan maksimum gempa (PGA) Prediksi empiris percepatan maksimum gempa sangat bergantung pada jarak dan ukuran gempa terhadap titik yang ditinjau. Berdasarkan pengalaman dari analisis rekaman gempa yang pernah dilakukan oleh banyak peneliti di berbagai belahan dunia, korelasi jarak dan magnitudo gempa dapat dipergunakan sebagai cara untuk menentukan percepatan maksimum gempa (Peak Ground Acceleration (PGA)). Beberapa peneliti gempa di berbagai belahan dunia telah 2
3 mengembangkan berbagai persamaan percepatan maksimum gempa (PGA) untuk kawasan barat Amerika Serikat, Jepang, dan Papua Nugini. Estimasi percepatan maksimum gempa yang dikembangkan tersebut dinyatakan dalam persamaan berikut [3] a max 1080 e R 0.5M (1) dimana a max adalah percepatan maksimum gempa, R adalah jarak hiposenter ke titik yang ditinjau, dan M adalah magnitudo gempa. Pendekatan statistik untuk data gempa di kawasan California telah diteliti dan hubungan ini berlaku untuk jarak fokus gempa lebih dari 15 km [5] seperti yang tertera pada Persamaan 2. a max 5600 e R 0.8M (2) Pendekatan statistik untuk data gempa di kawasan Selandia baru juga telah diteliti [8]. Persaman yang diperoleh tersebut diperlihatkan pada Persamaan 3. a max 0.81M 119 e.. (3) R Persamaan-persamaan tersebut di atas dapat digunakan dalam menentukan besarnya percepatan maksimum gempa suatu daerah apabila data percepatan gempa tidak tersedia atau tidak terekam. Intenisitas kerusakan akibat gempa Intesitas lokal yang sering digunakan untuk menggambarkan skala kerusakan akibat gempa adalah Modified Mercalli Intensity (MMI). Persamaan Intensitas MMI dinyatakan dalam persamaan-persamaan berikut: 1 log( a ) I (4) log( a ) I....(5) 4 4 dimana I adalah skala intensitas kerusakan akat gempa dan a adalah percepatan maksimum gempa. Skala intensitas kerusakan berdasarkan MMI dijabarkan ke dalam 12 skala intensitas kerusakan [10]. Frekuensi kejadian dan probabilitas tingkat resiko gempa Gutenberg dan Richter mengusulkan suatu hubungan frekuensi gempa terhadap magnitudo gempa. Persamaan tersebut mirip dengan persamaan regresi linier (persamaan garis lurus) dalam ilmu statistika [6]. Usulan Guttenberg dan Richter tersebut dinyatakan dalam persamaan berikut, log( N) A ( b.( M).... (6) dimana N adalah jumlah kejadian gempa, A dan b adalah konstanta seismik yang terkait dengan wilayah yang diamati, dan M adalah magnitudo gempa. Tingkat resiko gempa sangat penting untuk diketahui. Hal ini sangat erat kaitannya dengan seberapa besar kemungkinan percepatan gempa yang akan terlampaui dalam suatu rencana umur bangunan yang dirancang. 3
4 Penentuan probabilitas tingkat resiko gempa yang dikaitkan dengan umur rencana bangunan dan kala ulang dapat diperoleh dari persamaan berikut: P L T ( 1 e )......(7) dimana P adalah probabilitas tingkat resiko bangunan, L adalah umur rencana bangunan, dan T adalah waktu kala ulang (Time of Reccurence) gempa rencana. Dalam melakukan analisis resiko gempa, teorema probabilitas total yang berkaitan dengan nilai magnitudo gempa dapat digunakan. Metoda statistik ini disebut Distribusi Gumbel Jenis I atau lebih dikenal dengan Distribusi Gumbel. Dengan distribusi tersebut, besar percepatan maksimum gempa untuk berbagai kala ulang rencana dapat diprediksi. Pengaruh dari setiap kejadian gempa pada titik yang ditinjau ditentukan dalam bentuk percepatan dengan menggunakan fungsi-fungsi attenuasi (percepatan maksimum gempa), dengan asumsi masing-masing kejadian gempa independen terhadap titik tersebut. Distribusi Gumble jenis I tesebut dinyatakan ke dalam persamaan berikut : M (. e ) G( M ) e...(8) dimana M adalah magnitudo gempa, adalah jumlah gempa rata-rata per tahun, dan adalah parameter gempa yang menyatakan hubungan antara distribusi gempa dengan magnitudo gempa. Bentuk Persamaan 8 identik dengan dengan persamaan garis lurus (linier), apabila di sederhanakanakan diperoleh sebagai berikut, ln( lng( M)) ln( ) ( M)...(9) Persamaan 9 apabila ditransformasikan ke dalam bentuk umum adalah sebagai berikut, y A Bx...(10) dimana y adalah ln (-lng(m)), = e A, dan gempa. = -B, dan x adalah percepatan Nilai A dan B dapat diperoleh dengan menggunakan metode kuadarat terkecil. Apabila nilai A dan B telah ditentukan maka, nilai percepatan untuk kala ulang rencana dapat diperoleh dari persaman berikut: ln(t. ) a...(11) dimana a adalah percepatan maksimum gempa dan T adalah kala ulang rencana. Nilai percepatan maksimum untuk berbagai kala ulang dapat digambarkan ke dalam suatu grafik yang di dalamnya memuat umur perencaan suatu bangunan. METODE PENELITIAN Analisis karakteristik gempa di kota Bengkulu dibagi dalam beberapa analisis sederhana, yaitu penentuan frekuensi kejadian gempa dalam rentang tahun yang ditinjau, penentuan intensitas kerusakan berdasarkan MMI (Modified Mercalli Intensity) akibat gempa dengan 4
5 magnitudo terbesar di setiap tahun yang ditinjau, dan perhitungan probabilitas terlampaui percepatan gempa dalam berbagai kala ulang rencana dan umur bangunan rencana. Metode analisis yang diterapkan pada ketiga jenis penelitian karakteristik gempa di Kota Bengkulu tersebut akan dijelaskan pada subbab berikutnya. Analisis frekuensi gempa di Kota Bengkulu Tahapan analisis frekuensi gempa di Kota Bengkulu adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan data gempa dengan skala > 5 Mw (tahun ) 2. Pengurutan data gempa berdasarkan magnitudo gempa dari yang terkecil sampai dengan terbesar. 3. Penghitungan jumlah kejadian gempa yang bernilai sama atau lebih besar dari setiap tahun yang ditinjau. 4. Analisis regresi linear sederhana untuk nilai A dan b. 5. Penggambaran grafik hubungan frekuensi gempa dengan nilai magnitudo gempa. Analisis intensitas kerusakan akibat gempa di Kota Bengkulu Analisis intensitas kerusakan akibat gempa berdasarkan gempa maksimum pada setiap tahunnya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penentuan gempa dengan magnitudo terbesar yang terjadi di setiap tahunnya. 2. Penentuan PGA dari fungsi attenuasi. 3. Penentuan intensitas kerusakan berdasarkan kriteria MMI. 4. Penyajian data hasil analisis MMI untuk gempa maksimum yang terjadi. Analisis probabilitas terlampauinya percepatan gempa di Kota Bengkulu Analisis probabilitas terlampaui percepatan gempa berbagai kala ulang rencana pada umur bangunan rencana dilakukan dengan tahapan berikut: 1. Penentuan gempa maksimal yang mewakili kejadian gempa pada masing-masing tahun. 2. Perhitungan PGA berdasarkan fungsi attenuasi. 3. Proses mengurutkan kejadian gempa mulai dari PGA terkecil hingga yang terbesar. 4. Penghitungan,, A, dan b. 5. Penghitungan PGA hasil analisis berdasarkan kala ulang rencana 6. Penghitungan probabilitas tingkat resiko gempa berdasarkan umur bangunan rencana 7. Penggambaran grafik hubungan probabilitas dengan PGA HASIL DAN PEMBAHASAN Data gempa yang dihimpun dari tahun 2000 sampai dengan 2009 berjumlah 666. Data diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Total jumlah gempa yang terjadi di Bengkulu 5
6 dengan kekuatan lebih dari 5 Mw, disajikan dalam Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1. Kejadian Gempa di Provinsi Bengkulu ( ) No M (Mw) Kejadian N per tahun 1 > > 5, > > 6, > > 7, > Hubungan intensitas gempa dan jumlah kejadian gempa di Kota Bengkulu (tahun ) dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat bahwa nilai A yang dan b persamaan Guttenberg-Richter untuk Kota Bengkulu, masing-masing adalah 4,889 dan 0,6996. Nilai R² hubungan regresi Intensitas kekuatan gempa dan jumlah kejadian ini adalah 0,9464. Nilai A dan b merupakan gambaran aktifitas seismik pada suatu daerah. A merupakan parameter seismik yang menggambarkan data pengamatan, sedangkan b merupakan parameter seismik yang menggambarkan aktifitas seismik suatu daerah Frekuensi gempa di Kota Bengkulu Suatu daerah dinyatakan memiliki aktifitas seismik yang tinggi apabila nilai b bernilai besar. Sebagai pembanding adalah nilai b untuk Indonesia secara keseluruhan adalah 0,94 (aktifitas seismik tinggi), dimana nilai b untuk Kota Bengkulu tidak terpaut jauh. Hal ini menandakan bahwa dalam rentang waktu 10 tahun, aktifitas seismik di Kota Bengkulu tergolong tinggi. Dalam penelitian ini nilai A dan b dianggap hanya sebagai representasi dari aktifitas tektonik untuk kurun waktu 10 tahun. Jumlah data yang digunakan dalam suatu peneletian akan sangat mempengaruhi besarnya nilai koefisien A dan b yang akan diperoleh. Gambar 1. Jumlah kejadian gempa terlampui per tahun terhadap magnitudo gempa 6
7 Gambar 2. Hubungan frekuensi gempa dan magnitudo gempa di Kota Bengkulu Intensitas kerusakan akibat gempa terbesar dalam setiap tahun Interpretasi kerusakan akibat gempa berdasarkan MMI di Kota Bengkulu dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2, terlihat bahwa skala kerusakan paling besar terjadi pada tahun 2007 (Skala 9). Nilai tersebut menjelaskan bahwa terjadi kerusakan yang cukup masif [4]. Skala intensitas 9 terjadi apabila kerusakan pada bangunan yang dirancang dengan baik, dimana tanda-tanda kerusakannya, yaitu struktur rangka akan miring, sebagian bangunan runtuh, perubahan terjadi pula pada pondasi [9]. Skala kerusakan tertinggi kedua terjadi pada gempa 8.03 Mw yang terjadi pada tahun Tanda-tanda kerusakan dengan skala intensitas 8 yaitu, terjadi kerusakan pada bangunan dengan desain baik. Beberapa bangunan akan runtuh sebagian. Panel dinding akan keluar dari rangka strukturnya. Cerobong tumbang, tumpukan material pabrik akan runtuh, dinding, kolom, dinding, monumen runtuh. Tabel 2. Intensitas kerusakan berdasarkan MMI di Kota Bengkulu Tahun Magnitudo Maksimum (Mw) MMI Intensitas kerusakan skala 7 terjadi akibat gempa pada tahun 2001 dan Tanda tanda kerusakan skala 7 di antaranya yaitu, runtuhnya bangunan yang konstruksinya kurang baik. Intensitas kerusakan berksala 6 terjadi akibat gempa maksimum di tahun 2004, 2006, dan Kerusakan yang terjadi di antaranya adalah beberapa furniture 7
8 berat akan bergerak. plesteran akan mulai runtuh, dan cerobong mulai retak. Intensitas kerusakan berskala 5 terjadi akibat kejadian gempa terbesar pada tahun 2002, 2003, dan Kerusakan berskala 5 ditandai dengan mulai dirasakannya getaran gempa oleh hampir semua orang. Kaca jendela mulai pecah, terjadi keretakan di beberapa plesteran semen, benda tidak stabil akan terguling. Kerusakan pada tiang-tiang listrik, dan objek tinggi lainnya. Hubungan percepatan gempa dengan probabilitas terlampui Analisis percepatan gempa terhadap kala ulang dilakukan dengan menggunakan Distribusi Gumble I. Hasil analisis percepatan gempa dengan kala ulang dapat dilihat pada Gambar 3. Percepatan gempa sebesar 1g dapat terlampaui dalam kurun waktu kurang dari 250 tahun. Peningkatan percepatan gempa cukup tinggi pada rentang waktu kala ulang sampai dengan 250 tahun. Dalam rentang waktu 250 tahun sampai dengan 2500 tahun, percepatan gempa yang terjadi cenderung tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis percepatan gempa maksimum yang terjadi pada kala ulang 1000 tahun adalah sebesar 1,5g, percepatan maksimum gempa maksimum yang terjadi dalam kala ulang 2000 tahun adalah sebesar 1,67g dan dalam rentang waktu kala ulang 2500 tahun percepatan gempa maksimum yang terjadi adalah sebesar 1,712g. Apabila hasil analisis percepatan gempa yang diperoleh dibandingkan dengan peta gempa 2010 untuk kala ulang 2500 tahun, terlhat bahwa nilai 1,712g masih dalam rentang hasil analisis prediksi untuk peraturan gempa 2010, yaitu sebesar 1,5 sampai dengan 2g untuk Daerah Bengkulu. Hubungan antara probabilitas kejadian dengan percepatan gempa untuk berbagai umur rencana bangunan tersaji pada Gambar 4. Berdasarkan hasil analisis yang tertera pada Gambar 4, terlihat bahwa besarnya nilai probabilitas terlampauinya suatu percepatan akan semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya umur bangunan yang direncanakan. Besar nilai probabilitas terlampauinya percepatan gempa sebesar 1,7g untuk setiap umur bangunan berkisar antara 1 sampai dengan 5 %. Percepatan yang mungkin akan terlampaui sebesar 75% dalam umur bangunan 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun berturut-turut adalah sebesar 0,68g, 0,85g, dan 1g. Percepatan yang mungkin akan terlampaui sebesar 50% dalam umur bangunan 25 tahun adalah sebesar 0.82g, umur bangunan 50 tahun sebesar 0.95 g dan untuk umur bangunan 100 tahun sebesar 1,11g. Percepatan yang mungkin akan terlampaui sebesar 25% dalam umur bangunan 25 tahun dan 50 tahun adalah sebesar 0,98g dan 1,15g, sedangkan untuk umur bangunan 100 tahun sebesar 1,28. 8
9 Gambar 3. Hubungan percepatan gempa dengan kala ulang kejadian gempa di Kota Bengkulu Gambar 4. Hubungan probabilitas terlampauinya percepatan gempa (PGA) untuk variasi umur bangunan KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang diperoleh di antaranya, 1. Nilai koefisien Gutenberg-Richter untuk Kota Bengkulu berdasarkan intensitas gempa dari tahun 2000 sampai dengan 2009 adalah A = 4,889 dan b = Besarnya skala tertinggi intensitas kerusakan akibat gempa di Kota Bengkulu adalah sebesar 9. Skala intensitas tersebut terjadi akibat gempa pada tahun 2007 silam. 3. Semakin panjang rentang kala ulang yang diperhitungkan, semakin besar pula 9
10 percepatan gempa (PGA) yang kemungkinan akan terulang. 4. Semakin lama umur bangunan yang direncanakan maka probabilitas terlampauinya suatu percepatan gempa (PGA) akan semakin besar. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Badan Meteorologi, Kegempaan, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Kepahiang atas bantuannya dalam memfasilitasi data gempa yang digunakan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Adriansyah, D., 2009, Kondisi Geologis Sumatera,. Harian: Padang Today. [2] BMKG, 2010, Data Gempa Wilayah Bengkulu (2000 sampai 2009), Bengkulu : Kepahiang. [3] Donovan, N.C., 1973, A Statistical Evaluation of Strong Motion Data Including the February 9, 1971 San Fernando Earthquake, Proc. 5 th World Conference on Earthquake Engineering, Rome [4] Elnashai, A.D., and Di Sarno, 2004, Fundamental of Earthquake Engineering, Willey : UK [5] Esteva, L., 1974, Geology and Predictability in the Assessment of Seismic Risk, Proc. 2 nd Int. Conf. Assoc. Eng. Geologist, Sao Paolo [6] Gutenberg, B. and Richter, C.F. (195 ).The Seismicity of the Earth. Princeton University Press, Princeton, NJ, USA [7] Mase, L.Z., 2010, Analisis Frekuensi Gempa dan Intensitas Kerusakan Berdasarkan MMI (Modfied Mercalli Intensity) Akibat Gempa di Provinsi Bengkulu, Skripsi : Universitas Bengkulu : Bengkulu. [8] Matuschca, T, 1980, Assesment of Seismic Hazard in New Zealand, Civil Eng Report no 222, Civil Eng, Dept. Auckland University, New Zealand. [9] SNI , 2010, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum. [10] Tjockrodimuljo, K., 2000, Teknik Gempa. KMTS FT UGM: Yogyakarta. 10
Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Selama peradaban manusia, gempa bumi telah dikenal sebagai fenomena alam yang menimbulkan efek bencana yang terbesar, baik secara moril maupun materiil. Suatu gempa
Lebih terperinciEstimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire
Estimasi Nilai Percepatan Tanah Maksimum Provinsi Aceh Berdasarkan Data Gempa Segmen Tripa Tahun 1976 2016 Dengan Menggunakan Rumusan Mcguire Rido Nofaslah *, Dwi Pujiastuti Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan
Lebih terperinciAnalisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)
Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014) Marlisa 1,*, Dwi Pujiastuti
Lebih terperinciANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)
ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi) Cloudya Gabriella Kapojos 1), Gerald Tamuntuan 1), Guntur Pasau 1) 1)
Lebih terperinciAnalisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014)
Analisis Karakteristik Prakiraan Berakhirnya Gempa Susulan pada Segmen Aceh dan Segmen Sianok (Studi Kasus Gempa 2 Juli 2013 dan 11 September 2014) Ekarama Putri 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Irma Kurniawati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Sabtu tanggal 27 Mei 2006, Yogyakarta dan sebagian wilayah Klaten digoncang gempa tektonik, dengan kekuatan 6,3 SR. Gempa yang terjadi tidak hanya meluluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fenomena alam gempabumi sering terjadi berbagai belahan dunia terutama di Indonesia. Setiap tahunnya, dapat terjadi lebih dari sepuluh gempabumi dengan magnitudo besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang sangat tinggi. Hal ini karena Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama.
Lebih terperinciANALISA KOMPARATIF PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM AKIBAT GEMPABUMI M6.3 DI SELAT MENTAWAI BERDASARKAN RUMUSAN EMPIRIS GROUND MOTION PREDICTION EQUATION
Pillar of Physics, Vol. 11, No 1, Maret 2018, 49-53 ANALISA KOMPARATIF PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM AKIBAT GEMPABUMI M6.3 DI SELAT MENTAWAI BERDASARKAN RUMUSAN EMPIRIS GROUND MOTION PREDICTION EQUATION (GMPE)
Lebih terperinciJurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN
ESTIMASI NILAI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN SKENARIO GEMPA BUMI DI WILAYAH SIBERUT DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN SI AND MIDORIKAWA (1999) Denisa Syafriana 1, Dwi Pujiastuti 1, Andiyansyah
Lebih terperinciANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)
Analisa Tingkat Bahaya Dan Kerentanan Bencana Gempa Bumi Di Wilayah NTT (Ni Made Rysnawati,dkk) ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) Ni Made Rysnawati
Lebih terperincitektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu wilayah yang sangat aktif kegempaannya. Hal ini disebabkan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu
Lebih terperinciRESIKO GEMPA PULAU SUMATRA DENGAN METODA PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANAL YSIS (PSHA) THESIS MAGISTER OLEH: D. PRAHERDIAN PUTRA
RESIKO GEMPA PULAU SUMATRA DENGAN METODA PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD ANAL YSIS (PSHA) THESIS MAGISTER OLEH: D. PRAHERDIAN PUTRA 250 96 034 BIDANG KHUSUS REKAYASA GEOTEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL,
Lebih terperinciANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI
ANALISA RESIKO GEMPA DENGAN TEOREMA PROBABILITAS TOTAL UNTUK KOTA-KOTA DI INDONESIA YANG AKTIFITAS SEISMIKNYA TINGGI Helmy Darjanto 1 Adhi Muhtadi 2 1 Dosen & Praktisi, Anggota Himpunan Ahli Teknik Tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.
Lebih terperinciPEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara
PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS Bayu Baskara ABSTRAK Bali merupakan salah satu daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami karena berada di wilayah pertemuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari katalog gempa BMKG Bandung, tetapi dikarenakan data gempa yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskripsi analitik dari data gempa yang diperoleh. Pada awalnya data gempa yang akan digunakan berasal dari katalog
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi dari tiga lempeng utama (kerak samudera dan kerak benua) yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia
Lebih terperinciANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA
ANALISIS PERIODE ULANG DAN AKTIVITAS KEGEMPAAN PADA DAERAH SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Arif Budiman 1, Riva Nandia 1, dan Moh. Taufik Gunawan 2 1 Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU KALIMANTAN, NUSA TENGGARA, MALUKU, SULAWESI DAN IRIAN JAYA (INDONESIA BAGIAN TIMUR)
STUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU KALIMANTAN, NUSA TENGGARA, MALUKU, SULAWESI DAN IRIAN JAYA (INDONESIA BAGIAN TIMUR) Nama : Desi Setiawan NRP : 0221009 Pembimbing : Theodore F. Najoan,
Lebih terperinciANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON
ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON Hapsoro Agung Nugroho Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar soro_dnp@yahoo.co.id ABSTRACT Bali is located on the boundaries of the two
Lebih terperinciANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU
ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU Yeza Febriani, Ika Daruwati, Rindi Genesa Hatika Program
Lebih terperinciEVALUASI GEMPA DAERAH SULAWESI UTARA DENGAN STATISTIKA EKSTRIM TIPE I
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol., No., Maret 0 ISSN 087-9 (-) EVALUASI GEMPA DAERAH SULAWESI UTARA DENGAN STATISTIKA EKSTRIM TIPE I Julius E. Tenda Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana Gempa bumi merupakan sebuah ancaman besar bagi penduduk pantai di kawasan Pasifik dan lautan-lautan lainnya di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnitudo Gempabumi Magnitudo gempabumi adalah skala logaritmik kekuatan gempabumi atau ledakan berdasarkan pengukuran instrumental (Bormann, 2002). Pertama kali, konsep magnitudo
Lebih terperinciANALISIS RESIKO GEMPA BUMI DI KABUPATEN BANTUL
ANALISIS RESIKO GEMPA BUMI DI KABUPATEN BANTUL Ami Dwi Ananto, Edi Widodo Dosen Universitas Islam Indonessia * Jurusan Statistika Universitas Islam Indonesia amidwiananto@gmail.com, edykafifa@gmail.com
Lebih terperinciSulawesi. Dari pencatatan yang ada selama satu abad ini rata-rata sepuluh gempa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi merupakan satu bencana alam yang disebabkan kerusakan kerak bumi yang terjadi secara tiba-tiba dan umumnya diikuti dengan terjadinya patahan atau sesar.
Lebih terperinciANALISA REKAMAN DATA DETEKTOR GEMPA TERHADAP INTEGRITAS GEDUNG REAKTOR KARTINI
ANALISA REKAMAN DATA DETEKTOR GEMPA TERHADAP INTEGRITAS GEDUNG REAKTOR KARTINI Tri Nugroho Hadi Susanto, Umar Sahiful Hidayat -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 Email: nug_hs@batan.go.id ABSTRAK ANALISA
Lebih terperinciEdy Santoso, Sri Widiyantoro, I Nyoman Sukanta Bidang Seismologi Teknik BMKG, Jl Angkasa 1 No.2 Kemayoran Jakarta Pusat 10720
STUDI HAZARD SEISMIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN INTENSITAS SEISMIK DI PULAU SUMATERA DAN SEKITARNYA SEISMIC HAZARD STUDIES AND ITS CORRELATION WITH SEISMIC INTENSITY IN SUMATERA AND ITS SURROUNDING 1 2 1 Edy
Lebih terperinciKeywords: circle method, intensity scale, P wave velocity
JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid Nomor, Desember ISSN 88-X STUDI TENTANG PERGERAKAN TANAH BERDASARKAN POLA KECEPATAN TANAH MAKSIMUM (PEAK GROUND VELOCITY) AKIBAT GEMPA BUMI (STUDI KASUS
Lebih terperinciAnalisa Resiko Gempa Kasus : Proyek Pengeboran Minyak Di Tiaka Field. Helmy Darjanto, Ir, MT
Analisa Resiko Gempa di Pengeboran Minyak Tiaka Field (Helmy D) 69 Analisa Resiko Gempa Kasus : Proyek Pengeboran Minyak Di Tiaka Field Helmy Darjanto, Ir, MT ABSTRAK Tiaka field terletak di zona gempa
Lebih terperinciPERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI
PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI Oleh : Rahmat Triyono, ST, MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id (Hasil Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Sistematika Penulisan...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu
Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu R. SURYANITA 1,* 1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Jl. HR Soebrantas KM.12.5 Pekanbaru, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMA PERNYATAAN KATAPENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMA PERNYATAAN... iii KATAPENGANTAR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiii BAB I. PENDAHULUAN
Lebih terperinci*
Jurnal Natural Vol.6, No.2, 26 ISSN 4-853 KAJIAN STATISTIK SEISMISITAS KAWASAN SUMATERA* Warni Asnita*, Didik Sugiyanto 2, Ibnu Rusydy 3 Department of Geophysics Engineering, Syiah Kuala University, Banda
Lebih terperinciULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA
A ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI DELISERDANG SUMATRA UTARA Oleh Fajar Budi Utomo*, Trisnawati*, Nur Hidayati Oktavia*, Ariska Rudyanto*,
Lebih terperinciOleh : DAMAR KURNIA Dosen Konsultasi : Tavio, ST., M.T., Ph.D Ir. Iman Wimbadi, M.S
Oleh : DAMAR KURNIA 3107100064 Dosen Konsultasi : Tavio, ST., M.T., Ph.D Ir. Iman Wimbadi, M.S PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan intensitas gempa yang tinggi hal ini disebabkan karena
Lebih terperinciPELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 1. PENGUKURAN SITECLASS 2. PENGUKURAN MIKROTREMOR ARRAY 3. PEMBUATAN SINTETIK GROUND MOTION 4. PETA PROBABILITAS HAZARD
Lebih terperinciAnalisis Pendahuluan Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta
Analisis Pendahuluan Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta Lindung Zalbuin Mase Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada ABSTRAK: Likuifaksi
Lebih terperinciPenerapan Model epidemic type aftershock sequence (ETAS) pada Data Gempa Bumi di Sumatra
Penerapan Model epidemic type aftershock sequence (ETAS) pada Data Gempa Bumi di Sumatra Lia Sulistya Rini 1, Hasih Pratiwi 2, dan Santoso Budi Wiyono 3 1,3 Program Studi Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maslah Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan
Lebih terperinciMELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH
MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH Oleh Abdi Jihad dan Vrieslend Haris Banyunegoro PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh disampaikan dalam Workshop II Tsunami Drill Aceh 2017 Ditinjau
Lebih terperinciAbstract Pillar of Physics, Vol. 10. Oktober 2017, 55-62
Pillar of Physics, Vol. 10. Oktober 017, 55-6 ESTIMASI NILAI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM WILAYAH SUMATERA BARAT BERDASARKAN SKENARIO GEMPABUMI M 8.8 SR MENGGUNAKAN RUMUSAN EMPIRIS MC. GUIRE (1963) DAN DONOVAN
Lebih terperinciKAITAN B VALUE DENGAN MAGNITUDO DAN FREKUENSI GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SUMATERA UTARA TAHUN
Jurnal Fisika. Volume 03 omor 02 Tahun 204, hal 46-52 KAITA B VALUE DEGA MAGITUDO DA FREKUESI GEMPA BUMI MEGGUAKA METODE GUTEBERG-RICHTER DI SUMATERA UTARA TAHU 2002-202 Ikhlasul Amalia, Madlazim Jurusan
Lebih terperinciAnalisis Tingkat Resiko Gempa Bumi Tektonik
Analisis Tingkat Resiko Gempa Bumi Tektonik di Papua pada Periode 1960-2010 Lilik Wahyuni Purlisstyowati, Madlazim, Tjipto Prastowo Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinciBIDANG STUDI GEOTEKNIK PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI PADA PROYEK WARE HOUSE BELAWAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun oleh : BOLMEN FRANS J.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah [4, 5, 6] Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik (Gambar 1.1). Lempeng
Lebih terperinciMIKRO-ZONASI TINGKAT POTENSI RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BENGKULU UNTUK MENDUKUNG MITIGASI BENCANA (BAGIAN I)
MIKRO-ZONASI TINGKAT POTENSI RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BENGKULU UNTUK MENDUKUNG MITIGASI BENCANA (BAGIAN I) Arif Ismul Hadi 1), M. Fauzi 2), Refrizon 1), Irkhos 1), M. Farid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Lebih terperinciWahana Fisika, 2(2), e-issn :
Analisis Percepatan Tanah Maksimum, Intensitas Maksimum Dan Periode Ulang Gempa Untuk Menentukan Tingkat Kerentanan Seismik Di Jawa Barat (Periode Data Gempa Tahun 1974-2016) Elza Anisa Suwandi 1. *, Indriana
Lebih terperinciEVALUASI BAHAYA GEMPA (SEISMIC HAZARD) DENGAN MENGGUNAKAN METODE POINT SOURCE DAN PENENTUAN RESPONS SPEKTRA DESAIN KOTA KUPANG
EVALUASI BAHAYA GEMPA (SEISMIC HAZARD) DENGAN MENGGUNAKAN METODE POINT SOURCE DAN PENENTUAN RESPONS SPEKTRA DESAIN KOTA KUPANG Dantje Sina *) (dantje_sina@yahoo.com) Abstrak Gempa yang terjadi pada suatu
Lebih terperinciANALISIS RESIKO GEMPA KOTA LARANTUKA DI FLORES DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD
ANALISIS RESIKO GEMPA KOTA LARANTUKA DI FLORES DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD Yohanes Laka Suku 1 ; F. X. Maradona Manteiro 1 ; Emilianus Evaristus 2 1 Program Studi Teknik Sipil
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN
KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering
Lebih terperinciGalih & Handayani et al. / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 17 No.2 ( 2007)
Galih & Handayani et al. / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 7 No. ( 7) -6 Catatan Pemetaan Pola Terjadinya Gempa Bumi Di Indonesia Dengan Metode Fraktal DODI RESTUNING GALIH a, LINA HANDAYANI
Lebih terperinciULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA
ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA Oleh Artadi Pria Sakti*, Robby Wallansha*, Ariska
Lebih terperinciAnalisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa
Analisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa Pertemuan ke-2 http://civilengstudent.blogspot.co.id/2016/06/dynamic-analysis-of-building-using-ibc.html 7 lempeng/plate besar Regional Asia Regional Asia http://smartgeografi.blogspot.co.id/2015/12/tektonik-lempeng.html
Lebih terperinciSTUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA
STUDI AWAL HUBUNGAN GEMPA LAUT DAN GEMPA DARAT SUMATERA DAN SEKITARNYA Listya Dewi Rifai 1, I Putu Pudja 2 1 Akademi Meteorologi dan Geofisika 2 Puslitbang BMKG ABSTRAK Secara umum, wilayah Sumatera di
Lebih terperinciRESPONS SPEKTRA GEMPA BUMI DI BATUAN DASAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA PADA PERIODE ULANG 2500 TAHUN
RESPONS SPEKTRA GEMPA BUMI DI BATUAN DASAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA PADA PERIODE ULANG 2500 TAHUN Guntur Pasau 1) 1) Program Studi Fisika FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 e-mail: pasaujunior@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring of Fire), merupakan daerah berbentuk seperti tapal kuda yang mengelilingi Samudera Pasifik sepanjang
Lebih terperinciPETA ZONASI TSUNAMI INDONESIA
PETA ZONASI TSUNAMI INDONESIA Nama : Ari Budiman NRP : 0121025 Pembimbing : Ir. Theo F. Najoan, M. Eng. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK `Kepulauan Indonesia
Lebih terperinciKAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017
KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI 2016 15 DESEMBER 2017 Oleh ZULHAM. S, S.Tr 1, RILZA NUR AKBAR, ST 1, LORI AGUNG SATRIA, A.Md 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara geografis Provinsi Bengkulu terletak pada posisi 101 1-103 46 BT dan 2 16-5 13 LS, membujur sejajar dengan Bukit Barisan dan berhadapan langsung dengan Samudra
Lebih terperinciModel Linked Stress Release pada Data Gempa Bumi di Pulau Sumatra
Model Linked Stress Release pada Data Gempa Bumi di Pulau Sumatra Ismiyati Khusnul Khotimah 1, Hasih Pratiwi 2, Dewi Retno Sari Saputro 3 1,3 Program Studi Matematka/FMIPA, Universitas Sebelas Maret 2
Lebih terperinciANALISIS RESPONS SPEKTRA GELOMBANG SEISMIK HASIL REKAMAN ACCELEROGRAM DI STASIUN SEISMIK KARANGKATES
Analisis Respons Spektra Gelombang Seismik Hasil Rekaman Accelerogam di Stasiun Seismik Karangkates ANALISIS RESPONS SPEKTRA GELOMBANG SEISMIK HASIL REKAMAN ACCELEROGRAM DI STASIUN SEISMIK KARANGKATES
Lebih terperinciPengembangan Program Analisis Seismic Hazard dengan Teorema Probabilitas Total Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Gempa bumi adalah peristiwa bergeraknya permukaan bumi atau permukaan tanah secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh pergerakan dari lempenglempeng bumi. Menurut M.T. Zein gempa
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN MODEL RESPON SPEKTRA DESAIN SNI , RSNI 2010 DAN METODE PSHA. Suyadi 1)
ANALISIS PERBANDINGAN MODEL RESPON SPEKTRA DESAIN SNI 03-1726-2002, RSNI 2010 DAN METODE PSHA Suyadi 1) Abstract Seismic load rules for the building as outlined in the SNI 03-1726-2002 which divided Indonesian
Lebih terperinciPENGUKURAN RESPONS SPEKTRA KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODA PROBABILITAS ABSTRAK
VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 PENGUKURAN RESPONS SPEKTRA KOTA PADANG MENGGUNAKAN METODA PROBABILITAS Delfebriyadi 1, Rudy Ferial 2, Agasi Yudha Bestolova 3 ABSTRAK Makalah ini memaparkan hasil studi hazard
Lebih terperinciBerkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 25-42 STUDI PROBABILITAS GEMPA DAN PERBANDINGAN ATENUASI PERCEPATAN TANAH METODE JOYNER DAN BOORE (1988), CROUSE (1991) DAN SADIGH (1997)
Lebih terperinciPENGENALAN. Irman Sonjaya, SE
PENGENALAN Irman Sonjaya, SE PENGERTIAN Gempa bumi adalah suatu gangguan dalam bumi jauh di bawah permukaan yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda di permukaan. Gempa bumi datangnya sekonyong-konyong
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia di selatan, dan lempeng Pasifik di timur laut.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1900, di Indonesia tercatat telah terjadi tiga peristiwa gempa bumi besar yaitu gempa Banda tahun 1983 dengan intensitas 8,5 skala Richter, gempa Sumatera
Lebih terperinciPOTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)
POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Oleh : Hendro Murtianto*) Abstrak Aktivitas zona patahan Sumatera bagian tengah patut mendapatkan perhatian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Statistika adalah suatu ilmu yang mempelajari data, mulai dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Statistika adalah suatu ilmu yang mempelajari data, mulai dari mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, hingga menyajikan data. Salah satu metode statistika
Lebih terperinciRELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR
RELOKASI DAN KLASIFIKASI GEMPABUMI UNTUK DATABASE STRONG GROUND MOTION DI WILAYAH JAWA TIMUR Rian Mahendra 1*, Supriyanto 2, Ariska Rudyanto 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Padang secara geografis berada dipertemuan patahan Lempeng Indo dan Eurasia yang menyebabkan aktivitas tektonik sangat aktif. Peristiwa gempa September 2009 di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi merupakan fenomena alam biasa sama dengan fenomena alam yang lain seperti hujan, angin, gunung meletus, dan lain sebagainya. Menyusul terjadinya gerakan-gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng
Lebih terperinciJurnal Rekursif, Vol. 5 No. 1 Maret 2017, ISSN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN PERCEPATAN GETARAN TANAH DAN TINGKAT RESIKO KERUSAKAN GEMPA BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG RICHTER DAN INTENSITAS SKALA MERCALLI ( Studi Kasus : Provinsi Bengkulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng India-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gempabumi Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
Lebih terperinciLAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010
LAPORAN GEMPABUMI Mentawai, 25 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JAKARTA 2010 1 OUTLINE I. LOKASI GEMPABUMI MENTAWAI SUMATERA BARAT II. 1. TIME LINE GEMPABUMI MENTAWAI SUMATERA BARAT.
Lebih terperinciPEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT
KURVATEK Vol.1. No. 2, November 2016, pp. 41-47 ISSN: 2477-7870 41 PEMETAAN DAERAH RENTAN GEMPA BUMI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN TATA RUANG DAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT Marinda Noor Eva, Riski
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JL.
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JL. Angkasa I No. 2, Kemayoran, Jakarta 10720 Tlp. (021) 42465321 Fax. (021) 4246703 P.O. Box 3540 Jkt. Website :http:// www.bmkg.go.id LAPORAN GEMPABUMI LAUT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diantara berbagai bencana alam yang ada di bumi ini, gempa merupakan bencana yang paling membahayakan dan paling sering terjadi. Banyak daerah dengan populasi
Lebih terperinciEVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008)
EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008) GEDE SUANTIKA Sub Bidang Pengamatan Gempabumi Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan lempeng
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU SUMATRA,JAWA DAN BALI (INDONESIA BAGIAN BARAT)
STUDI PENGEMBANGAN PETA ZONA GEMPA UNTUK WILAYAH PULAU SUMATRA,JAWA DAN BALI (INDONESIA BAGIAN BARAT) Dudi Udayana NRP : 0221017 Pembimbing : Theodore F. Najoan, Ir.,M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah yang terdapat zona subduksi atau zona pertemuan antara 2 lempeng
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta merupakan sebelah utara wilyah darah istimewa Yogyaktra dangan jarak ± 65 km. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang terdapat zona subduksi
Lebih terperinciDeputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
TSUNAMI WORKSOP TEMA : DUKUNGAN INSFRASTRUKTUR YANG HANDAL UNTUK PROYEK STRATEGIS NASIONAL (PSN) DI PROVINSI DIY Sub Tema : Mengungkap dan Menghitung Potensi Bahaya Gempabumi-Tsunami Di Bandara Kulon Progo
Lebih terperinciJurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:
Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 215: 1122-1127 Studi Site Effect Dengan Indikator Percepatan Getaran Tanah Maksimum, Indeks Kerentanan Seismik, Ground Shear Strain Dan Ketebalan Lapisan Sedimen Di Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan titik temu antara tiga lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindia-Australia yang lazim disebut Triple Junction.
Lebih terperinciMODIFIKASI PETA TINGKAT KERENTANAN AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI UNTUK WILAYAH INDONESIA. Yoseph Stevenly NRP :
MODIFIKASI PETA TINGKAT KERENTANAN AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI UNTUK WILAYAH INDONESIA Yoseph Stevenly NRP : 9821054 Pembimbing : Ir. Theodore F Najoan M. Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciAnalisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik
B0 Analisis Bahaya Kegempaan di Wilayah Malang Menggunakan Pendekatan Probabilistik Pambayun Purbandini 1, Bagus Jaya Santosa 1, dan Bambang Sunardi 1 Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi
Lebih terperinciANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS
ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN... (MICHEL S. PANSAWIRA, DKK) ANALISIS SEISMIC MENGGUNAKAN PROGRAM SHAKE UNTUK TANAH LUNAK, SEDANG DAN KERAS Michel S. Pansawira 1, Paulus P. Rahardjo 2 Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Kondisi Geologi dan Kegempaan Indonesia Indonesia merupakan salah satu wilayah dibumi ini yang merupakan tempat bertemunya lempeng-lempeng yang ada dibumi ini. Antara lain di
Lebih terperinciKAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
KAJIAN AWAL KONDISI KEGEMPAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SEBAGAI CALON TAPAK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Kurnia Anzhar, Sunarko Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta kurnia_a@batan.go.id;sunarko@batan.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia (Indo-Australia, Pasifik dan Eurasia) dan sembilan lempeng kecil lainnya saling
Lebih terperinci