Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan TIK Sistem Informasi Kesehatan

Pengantar Sistem Informasi Kesehatan

Integrasi Sistem Informasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUMBER DATA SISTEM. dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH (SIKDA)

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan dan Sistem Informasi Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

TOT PELATIHAN KELUARGA SEHAT. Materi Inti VII Aplikasi Keluarga Sehat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2017

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu

Sistem Informasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak

Deskripsi: Dimensi Grand Design Sistem Informasi Kesehatan

JARINGAN PUSDATIN. Pusdatin, Kemkes

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PELATIHAN KELUARGA SEHAT APLIKASI KELUARGA SEHAT. Pusdatin Kemenkes RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Tenaga Kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh Adisasmito

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang terlibat serta berkontribusi dalam pembuatan Petunjuk Teknis ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan. Pusat Data dan Informasi 2017

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System

APLIKASI KOMUNIKASI DATA

Deskripsi: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas merupakan bagian dari sumber data dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pada saat ini berkat perkembangan ilmu dan teknologi juga kehidupan

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PAJAK ASLI DAERAH (PAD)

BAB I PENDAHULUAN. keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 1 Dalam mencapai tujuan tersebut

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

e-kinerja PROPOSAL PROJECT PT. TRIJAYA UTAMA KONSULTAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi terutama internet merupakan faktor

COMMAND CENTER DAN DATA WAREHOUSE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010

Kementerian Kesehatan RI Ditjen Bina Pelayanan Kesehatan PENGENALAN SIMRS GOS

MODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

HEALTH METRICS NETWORK (HMN) SYSTEM. Dosen Pengampu : dr. Mahalul Azam M.Kes. Disusun Oleh :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Registrasi. Berbasis Elektronik. Sistem Informasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak dua puluh tahun terakhir, dengan kemajuan besar dalam bidang teknologi informasi khususnya di bidang

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

yang ada di provinsi, sedangkan SIKDA yang ada di provinsi adalah bagian sub sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang telah berkembang saat ini, telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pendidikan di bumi nusantara ini adalah sekolah baik sekolah

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transa

Dr. dr. H. Bachtiar Baso, M.Kes. Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

No Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN JAKARTA, APRIL 2018

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 60 TAHUN 2013 TENTANG

PERMASALAHAN INSTRUMEN YG BERBEDA DIBERBAGAI JENJANG -PENGUMPULAN DATA REDUNDANT -DATA BELUM DI-SHARE

Perangkat Lunak Pengolahan Data Survey Geografis Berbasis Smartphone Android

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. PUSKESMAS adalah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.346, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. E-GOVERNMENT. Pelaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambaran Masalah SIK Kebijakan SIK Fokus Penguatan SIK Upaya yg dilakukan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. capture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, kondisi bumi. Teknologi Georaphic Information System mengintegrasikan

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2018, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tr

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam menangani kesehatan diri maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan Hidup

Manajemen Pelayanan di Puskesmas

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional, pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pengelolaan kesehatan dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah dengan memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional di bidang kesehatan. Komponen pengelolaan kesehatan pada Sistem Kesehatan Nasional dikelompokkan dalam subsistem: a. Upaya Kesehatan; b. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; c. Pembiayaan Kesehatan; d. Sumber Daya Manusia Kesehatan; e. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan; f. Manajemen, Informasi, Dan Regulasi Kesehatan; dan g. Pemberdayaan Masyarakat. Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu komponen penting yang memiliki andil terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan. Sistem informai kesehatan yang dibangun diharapkan dapat menghasilkan data dan informasi yang akurat, tepat, dan cepat bagi perumusan kebijakan, perencanaan, dan pengambilan keputusan, baik untuk manajemen pasien/klien, manajemen unit/organisasi kesehatan, maupun manajemen sistem kesehatan, serta bagi kepentingan masyarakat. Hal 1

Keberhasilan penyelenggaraan sistem kesehatan nasional sangat ditentukan oleh penyelenggaraan sistem kesehatan di daerah. Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) yang mendukung keberhasilan penyelenggaraan sistem kesehatan nasional sangat tergantung dari keberhasilan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) yang melekat pada sistem kesehatan daerah. Dengan demikian, keselarasan dan keterpaduan SIKDA sangat mendukung keberhasilan SIKNAS. Strategi yang dibangun untuk membangun keterpaduan antara SIKNAS dan SIKDA adalah sebagai berikut : 1. Integrasi dan penyederhanaan sistem-sistem informasi (pelaporan) yang ada. 2. Pelaksanaan pengumpulan dan pemanfaatan data dan informasi terintegrasi. 3. Fasilitasi pengembangan SIKDA 4. Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi. 5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen. 6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat. 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan disusunnya Cetak Biru Pengembangan SIKDA adalah sebagai Pedoman dan acuan bagi Kabupaten/Kota dan Provinsi dalam menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan sistem informasi kesehatan agar tercipta keterpaduan dan keselarasan Sistem Informasi Kesehatan Daerah dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Sasaran dari Cetak Biru Pengembangan SIKDA adalah : a). Puskesmas selaku pelaksana program kesehatan yang berhubungan dengan masyarakat secara langsung. b). Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku pengelola program kesehatan pada level pengendalian manajemen tingkat kabupaten. c). Dinas Kesehatan Provinsi selaku pengelola program kesehatan pada level pengendalian manajemen tingkat Provinsi. Hal 2

BAB 2 VISI, MISI, DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH 2.1. Visi dan Misi Cetak Biru Sistem Informasi Kesehatan Daerah disusun atas dasar visi, misi, dan kebijakan pengembangan. VISI : Tersusunnya Sistem Informasi Kesehatan Daerah yang terpadu dan selaras dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. MISI Terbangunnya SIKDA agar dapat terpenuhinya kebutuhan informasi di level Puskesmas, Kabupaten, dan Provinsi. Terbangunnya SIKDA agar terpenuhinya kebutuhan informasi bagi masyarakat di level Puskesmas, Kabupaten, dan Provinsi. Terbangunnya SIKDA yang terintegrasi dengan SIKNAS agar dapat terpenuhinya kebutuhan informasi di tingkat nasional 2.2. Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Penyelenggaraan misi untuk mendukung visi perlu memperhatikan rambu-rambu dalam koridor kebijakan sebagai berikut : a. Dalam rangka mendukung SIKNAS, perlu ditingkatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung operasional kegiatan diseluruh Unit Pelayanan mulai dari pencatatan, penyimpanan dan distribusi pelaporan. b. Sistem Informasi yang akan dikembangkan di Puskesmas dan Unit Pelayanan lain maupun di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi diupayakan dapat saling terhubung satu sama lain dan apabila dimungkinkan memanfaatkan Hal 3

database yang sudah tersedia secara bersama-sama, agar terhindar dari duplikasi dan redudansi data. c. SIKDA yang dikembangkan harus dapat menyimpan data yang diperlukan oleh daerah yang bersangkutan dalam bentuk Bank Data Kesehatan. d. SIKDA yang dikembangkan diharapkan dapat menghasilkan dataset standar (baik individual maupun agregat) yang dikirim ke tingkat manajemen diatasnya. e. SIKDA yang dikembangkan diharapkan dapat terhubung dengan sistem pada tingkat diatasnya dengan memanfaatkan teknologi protokol pertukaran data baik secara elektronik maupun non-elektronik (manual). 2.3. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) merupakan sistem yang tak terpisahkan Dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), karena SIKDA adalah bagian dari SIKNAS itu sendiri. Pengembangan pada SIKDA terus diupayakan agar dapat sejalan dan selaras dengan SIKNAS. Model SIKNAS yang dikembangkan adalah SIK yang terintegrasi. Integrasi mencakup integrasi secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar satu dengan yang lain) dan konten (dataset yang sama). Bentuk fisik dari SIK terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem informasi yang terhubung dengan aplikasi lain sehingga terjadi pertukaran data antar aplikasi (interoperabilitas). Komponen SIK terdiri dari sebagai berikut : 1. Sumber Data Manual 2. Sumber Data Komputerisasi 3. Sistem Informasi Dinas Kesehatan 4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan 5. Bank Data Kesehatan Nasional (Data Warehouse) 6. Penggunaan Data oleh Kementerian Kesehatan 7. Penggunaan Data oleh Pemangku Kepentingan dan Masyarakat Hal 4

Gambar 1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional Hal 5

BAB 3 PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI UNTUK PENGEMBANGAN SIKDA Sistem Informasi Kesehatan Daerah yang terintegrasi terdiri dari sub sistem yang membentuk sistem terpadu. Sub sistem yang membentuk Sistem Informasi Kesehatan Daerah adalah sebagai berikut : Sistem Informasi di Puskesmas Sistem Informasi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Sistem Informasi di Dinas Kesehatan Provinsi. Sistem Pelaporan dari Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya. Sistem Pelaporan dari Lintas Sektor Survey dan Sensus Sedangkan komponen yang membentuk sistem informasi kesehatan daerah terdiri dari : a. Sumber data, baik manual maupun elektronik b. Dataset pertukaran data (agregat dan/atau individual) c. Bank Data, berisi Database invidual dan/atau agregat d. Sistem informasi untuk pencatatan dan pelaporan (komputerisasi atau manual) e. Informasi (dengan media web, softcopy, hardcopy) f. Koneksi antar sistem dan/atau sub sistem g. Pengguna (internal dan/atau eksternal) Gambaran Sistem Informasi Kesehatan Daerah secara utuh dapat dilihat pada gambar berikut : Hal 6

Gambar 2. Model Sistem Informasi Kesehatan Daerah 3.1. Pengembangan Infastruktur Perangkat Keras dan Jaringan Pengelolaan sistem informasi kesehatan dengan memanfaatkan TIK dapat berjalan optimal apabila tersedia infrastruktur perangkat keras dan jaringan dengan kondisi yang baik dan terpelihara. Perangkat komputer dan peripheral-nya dapat saling terhubung dan berbagi pakai (sharing) satu sama lain apabila tersedia infrastruktur jaringan yang memadai. Infrastruktur jaringan diharapkan tersedia di setiap Unit Pelayanan Kesehatan, dan Dinas Kesehatan berupa jaringan LAN yang juga terhubung dengan jaringan internet dalam kondisi baik dan terpelihara dengan baik, serta optimal dalam pemanfaatannya. Sistem informasi kesehatan di Puskesmas diharapkan dapat saling terhubung dengan sistem informasi kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan sistem informasi kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi. Arsitektur jaringan komputer SIKDA yang mencakup ketiga sistem tersebut dapat dilihat pada gambar berikut : Hal 7

Gambar 3. Arsitektur Jaringan Komputer SIKDA Agar jaringan komputer dapat berjalan optimal, diperlukan pengelolaan jaringan yang dilakukan di masing-masing level seperti diuraikan berikut ini : A. Level Puskesmas Pengelolaan jaringan komputer di level Puskesmas dilakukan agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran berikut : Tersedianya infrastrukur komputer dan jaringan LAN di internal Puskesmas yang terhubung dengan jaringan internet. Terlaksananya pemeliharaan infrastruktur jaringan LAN di internal Puskesmas serta koneksinya ke jaringan internet. Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur jaringan LAN di internal Puskesmas. Optimalisasi Pemanfaatan jaringan internet di internal Puskesmas. B. Level Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengeleloaan jaringan komputer di level Provinsi dilakukan agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran berikut : Tersedianya infrastrukur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang terhubung dengan jaringan internet. Hal 8

Terlaksananya pemeliharaan infrastruktur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta koneksinya ke jaringan internet. Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Optimalisasi Pemanfaatan jaringan internet di internal Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. C. Level Dinas Kesehatan Provinsi Pengelolaan jaringan komputer di level Provinsi dilakukan agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sasaran berikut : Tersedianya infrastrukur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan Provinsi yang terhubung dengan jaringan internet. Terlaksananya pemeliharaan infrastruktur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan Provinsi serta koneksinya ke jaringan internet. Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur jaringan LAN di internal Dinas Kesehatan Provinsi. Optimalisasi Pemanfaatan jaringan internet di Dinas Kesehatan Provinsi. 3.2. Pengembangan Aplikasi SIKDA pada dasarnya merupakan kumpulan sistem informasi yang berada pada level Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan sistem informasi pada level Dinas Kesehatan Provinsi. Sistem informasi di level Puskesmas terdiri dari aplikasi-aplikasi yang mendukung kegiatan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas. Seperti dijelaskan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat, bahwa Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib di Puskesmas terdiri dari : a. Upaya Promosi Kesehatan. b. Upaya Kesehatan Lingkungan c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana. d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat. Hal 9

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P). f. Upaya Pengobatan. Sedangkan upaya pengembangan merupakan pengembangan dari upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada, yakni : a. Upaya Kesehatan Sekolah b. Upaya Kesehatan Olahraga c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d. Upaya Kesehatan Kerja e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f. Upaya Kesehatan Jiwa g. Upaya Kesehatan Mata h. Upaya Kesehatan Lanjut Usia i. Upaya Pembinaan Kesehatan Tradisional. Pada KEPMENKES tersebut juga dijelaskan pengertian mengenai SIMPUS, yaitu suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskesmas untuk mencapai sasaran kegiatannya. Sumber informasi pada SIMPUS adalah : 1. SP2TP terdiri dari a. Catatan kartu individu, rekam kesehatan keluarga dan buku register. b. Laporan bulanan, tahunan dan KLB. 2. Survey lapangan 3. Laporan lintas sektor 4. Laporan sarana kesehatan swasta SIKDA GENERIK adalah Sistem Informasi Kesehatan Daerah dengan spesifikasi minimum yang dibutuhkan dalam kegiatan pengelolaan informasi kesehatan daerah, mulai dari proses pengumpulan, pencatatan, pengolahan, sampai dengan distribusi informasi kesehatan. Ruang lingkup SIKDA generik dapat dilihat pada gambar berikut : Hal 10

Gambar 4. Ruang Lingkup SIKDA Generik Alur data SIKDA Generik dijelaskan sebagai berikut : Gambar 5. Alur Data SIKDA Generik Hal 11

Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System) dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 6. Bagan Executive Information System Sub Sistem Komunikasi data adalah sub sistem yang menangani data yang berasal dari institusi di luar Dinas Kesehatan, yaitu : Puskesmas, rumah sakit, instalasi farmasi, dan pelaksana kesehatan lainnya. Pada sub sistem ini, data bisa berasal dari aplikasi SIKDA Generik maupun aplikasi non SIKDA Generik, karena pada sub sistem ini, data yang diterima adalah dataset standar yang dijelaskan pada petunjuk teknis tersendiri. 3.3. Integrasi Penyelenggaraan Sistem informasi kesehatan daerah dilakukan dengan mengembangkan sistem informasi kesehatan daerah yang terintegrasi. Sistem informasi kesehatan daerah yang terintegrasi adalah sistem informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem dengan berbagai cara yang sesuai. Integrasi antar sub sistem dilakukan baik secara teknis maupun secara konten. Integrasi secara teknis didukung dengan pemanfaatan teknologi agar sub sistem sehingga dapat Hal 12

berkomunikasi dengan sub sistem lain. Integrasi secara konten terjadi apabila ada muatan data dengan standar yang sama yang dipertukarkan antar sub sistem. 3.3.1. Konsep Teknologi Integrasi Integrasi secara teknis dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi pada sistem informasi kesehatan daerah dapat dilakukan satu arah maupun dua arah. Integrasi satu arah dilakukan jika data dikirim dari sumber ke tujuan, tapi tidak sebaliknya. Persyaratan integrasi satu arah adalah adanya koneksi jaringan antar sub sistem menggunakan jaringan publik atau privat. Integrasi satu arah direkomendasikan untuk komunikasi data dengan sistem infromasi eksternal, seperti antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan anatar Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan Dinas Kesehatan Provinsi. Integrasi dua arah dilakukan jika data dikirim dari sumber ke tujuan atau sebaliknya. Persyaratan integrasi satu arah adalah adanya koneksi jaringan antar sub sistem menggunakan jaringan privat. Integrasi dua arah direkomendasikan untuk komunikasi data antar sub sistem dalam lingkup internal. 3.3.2. Mekanisme Integrasi Pelaksanaan integrasi data dilakukan dengan mengirim data dari sumber ke tujuan. Mekanisme pengiriman data dari sumber data ke sistem informasi tujuan sangat tergantung dari jenis sistem informasi dan jenis konektivitas antar sistem itu sendiri. Mekanisme integrasi yang dapat dilakukan ditentukan sesuai dengan jenis sistem informasi di pihak pengirim dan penerima seperti dapat dilihat pada matrik berikut : Tabel 1. Mekanisme Pengiriman Data Antar Sistem Informasi Dinkes Sistem Informasi Sistem Informasi Komputerisasi Puskesmas Manual OFF LINE ONLINE Sistem Informasi Manual Dataset Manual Dataset Entry langsung via Non-Elektronik Email Dataset Email Dataset aplikasi (Manual) Upload Dataset Hal 13

Sistem Informasi Manual Dataset Manual Dataset Entry langsung via Komputerisasi Email Dataset Email Dataset aplikasi (Elektronik) Upload Dataset Pertukaran data dengan menggunakan standar protokol Pertukaran data diilihat dari sudut pandang jenis aplikasinya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 7. Pertukaran Data Berdasarkan Jenis Aplikasi Prinsip pertukaran data : Seluruh data dari unit pelayanan dapat masuk ke dalam Bank Data Kesehatan Dataset dari SIKDA Generik dapat masuk langsung ke Bank Data Kesehatan Dataset dari aplikasi yang lain perlu memenuhi standar yang telah ditetapkan agar dapat masuk ke Bank Data Kesehatan Integrasi data dilakukan dengan menggunakan standar dataset dan protokol pertukaran data. Hal 14

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SIKDA 4.1. Penggunaan Standar dan Pedoman Standar Kode Data Penggunaan standar kode data mutlak diperlukan apabila format data yang akan diintegrasikan berupa data indiviual. Standar konten data kesehatan yang sudah dimiliki oleh Kementerian Kesehatan saat ini sebagai berikut : a) Standar kodefikasi penyakit/diagnosis dengan berpedoman pada International Classification of Diseases Revisi ke-10 sebagaimana telah ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 50/Menkes/SK/1/1998. b) Standar Kodefikasi Wilayah c) Standar Kodefikasi Puskesmas d) Standar Kodefikasi Rumah Sakit e) Standar Kodefikasi Apotik f) Standar Kodefikasi Obat g) Standar Kodefikasi Unit Kerja h) Standar Kodefikasi Pendidikan i) Standar Kodefikasi Pelatihan j) Standar Kodefikasi Peralatan/Barang Inventaris Standar kodefikasi tersebut diatas mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 844/MENKES/SK/X/2006 tentang penetapan standar kode data bidang kesehatan dan standar kodeifikasi lain yang akan ditetapkan kemudian. Standar Dataset Pertukaran Data Pertukaran data antar sistem memerlukan dataset yang perlu distandarisasi. Pertukaran data pada sistem informasi kesehatan daerah terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu : a) Dataset Individual Konten dataset individual ditetapkan tersendiri pada petunjuk teknis pertukaran data. b) Dataset Agregat Hal 15

Konten dataset agregat ditetapkan tersendiri pada petunjuk teknis pertukaran data. Standar Teknologi Pengiriman Data Pengiriman data dilakukan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengiriman data ke Dinas Kesehatan Provinsi. Teknologi yang dapat digunakan pada pengiriman data adalah sebagai berikut : a) Manual. Dataset dalam format sofcopy dikirimkan secara manual ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Provinsi. Metode ini digunakan apabila Puskesmas tidak memiliki koneksi internet. b) Email. Dataset dalam format softcopy dikirim melalui email ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Provinsi. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki koneksi internet, namun aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi tidak bisa diakses melalui koneksi internet (offline). c) Entry langsung via aplikasi. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki koneksi internet, dan aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi bisa diakses melalui koneksi internet (online). Tidak ada persyaratan penggunaan SIMPUS elektronik ataupun manual di Puskesmas untuk menerapkan metode ini. d) Upload dataset. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki koneksi internet, dan aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi bisa diakses melalui koneksi internet (online). Apabila Puskesmas sudah menerapkan SIMPUS elektronik yang sudah dapat menghasilkan output dataset standar, maka metode ini dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan efisiensi pengiriman dataset. e) Protokol pertukaran data. Metode ini digunakan apabila Puskesmas sudah memiliki koneksi internet, dan aplikasi penerima data di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi bisa diakses melalui koneksi internet (online). Dengan menerapkan metode ini, pertukaran data berjalan secara otomatis tanpa melibatkan operator di tingkat Puskesmas. 4.2. Peningkatan Sumber Daya Informasi Sumber daya informasi merupakan aset SIKDA yang harus selalu ditingkatkan kualitasnya. Sumber daya informasi terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut : Hal 16

a. Perangkat Keras dan Infrastruktur Jaringan SIKDA dapat beroperasi dengan baik apabila perangkat keras sistem komputer dan infrastruktur jaringan telah tersedia dan terpelihara baik. Pengadaan perangkat keras baru maupun upgrade perangkat keras teknologi lama (obstacle) harus menjadi perhatian bagi pemegang kebijakan. Kebutuhan perangkat keras minimum untuk implementasi SIKDA Generik Puskesmas adalah 1 (satu) unit server dan 1 (satu) unit komputer personal (PC) per modul dengan spesifikasi sebagai berikut : Server : Prosesor Dual Core, RAM 1 GB, HDD 250 GB PC Client : Prosesor P 4, RAM 512 MB, HDD 80 GB b. Perangkat Lunak Aplikasi SIKDA Generik merupakan salah satu fasilitasi dari Kementerian Kesehatan untuk menyelenggarakan sistem informasi kesehatan daerah berbasis komputer. Sasaran utama aplikasi SIKDA Generik adalah daerah-daerah yang belum menerapkan sistem informasi berbasis komputer di wilayahnya. Platform minimal yang dibutuhkan untuk instalasi aplikasi SIKDA Generik adalah : Sistem Operasi Server/Client : Linux/Windows Web Server : Apache/IIS dan Web Server lainnya Database Server : MySQL/PostgreSQL/SQL Server Pemrograman Aplikasi : PHP/Java/.NET (berbasis web) Browser : Mozilla Firefox, Opera, IE, Chrome c. Sumber Daya Manusia Peningkatan sumber daya manusia dalam hal sistem informasi kesehatan perlu manjadi perhatian agar sistem informasi kesehatan dapat terpelihara dengan baik. SDM yang dibutuhkan untuk mengelola sistem informasi kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut : Level Puskesmas - Tersedia tenaga teknikal support yang bisa menangani permasalahan dasar perangkat keras dan jaringan. - Tersedia seorang tenaga database administrator yang bisa menangani pengelolaan database di Puskesmas, tersedia tenaga rekam medik yang melakukan koordinasi pencatatan dan pelaporan di Puskesmas. Level Kabupaten/Kota - Tersedia tenaga teknikal support yang bisa menangani permasalahan tingkat lanjut perangkat keras dan jaringan. Hal 17

- Tersedia tenaga database administrator yang bisa menangani pengelolaan database di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. - Tersedia tenaga teknikal support untuk permasalahan perangkat lunak. - Tersedia tenaga statistik kesehatan untuk analisis dan diseminasi data kesehatan. Level Provinsi - Tersedia tenaga teknikal support yang bisa menangani permasalahan tingkat lanjut perangkat keras dan jaringan. - Tersedia tenaga teknikal support untuk permasalahan perangkat lunak. - Tersedia tenaga database administrator yang bisa menangani pengelolaan database di Dinas Kesehatan Provinsi. - Tersedia tenaga statistik kesehatan untuk analisis dan diseminasi data kesehatan. 4.3. Peningkatan Kualitas Data Puskesmas merupakan sumber data utama karena program kesehatan masyarakat di level operasional bertumpu pada Puskesmas. Disamping itu pelayanan Puskesmas masih melakukan upaya kesehatan perorangan tingkat dasar. Oleh karena itu kualitas data di tingkat Puskemas akan sangat berpengaruh pada kualitas data di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan tingkat Nasional. Kualitas data dapat dilihat dari kriteria-kriteria berikut ini : a. Data bersumber dari fakta di lapangan (evidence based) b. Data yang tersedia sesuai dengan definisi operasional yang ditetapkan. c. Data tervalidasi dengan baik. Validasi bisa dilakukan secara manual maupun otomatis oleh mesin (dalam hal ini sistem informasi berbasis komputer). d. Kelengkapan data yang cukup memadai. e. Ketepatan waktu yang cukup memadai. f. Data tersaji sesuai dengan format standar (standar konten dan standar teknologi). Standar konten mengacu pada konten wajib yang harus tersedia, sedangkan standar teknologi mengacu pada teknologi yang digunakan agar data dapat terbaca oleh mesin (dalam hal ini perangkat lunak yang digunakan). g. Kodefikasi data sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal 18

4.4. Peningkatan Kualitas Informasi Informasi adalah data yang sudah melewati proses pengolahan. Upaya yang dilakukan agar diperoleh informasi yang berkualitas di antaranya adalah sebagai berikut : a. Tersedia data mentah yang berkualitas. b. Dilakukan analisa data yang relevan dengan tema informasi yang disajikan. c. Produk informasi yang lebih variatif menyesuaikan dengan kebutuhan/tema informasi. d. Penyajian data menggunakan visualisasi data yang sesuai (tabel, grafik, narasi, atau peta). e. Penggunaan media yang sesuai. f. Kemudahan memperoleh informasi. g. Diseminasi informasi yang lebih efektif. 4.5. Peningkatan Pengelolaan SIKDA Peningkatan pengelolaan SIKDA meliputi: a. Peningkatan Pembiayaan SIKDA. b. Peningkatan Koordinasi. c. Peningkatan Monitoring dan evaluasi dengan menyusun instrumen monitoring dan evaluasi. d. Penguatan sumber daya manusia di bidang sistem informasi kesehatan dengan Melalui pelatihan dan transfer knowledge. e. Maintenance untuk perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan. f. Pendampingan yang intensif pada saat inisiasi penggunaan sistem baru. g. Bimbingan Teknis. Hal 19

DAFTAR PUSTAKA Anonim, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, 2009, Pemerintah Republik Indonesia Anonim, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional, 2012, Pemerintah Republik Indonesia Anonim, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025, 2009, Departemen Kesehatan RI Anonim, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511/MENKES/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), 2002, Departemen Kesehatan RI Anonim, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, 2004, Departemen Kesehatan Anonim, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837/MENKES/SK/VII/2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS ONLINE), 2007, Departemen Kesehatan RI Anonim, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 932/MENKES/SK/VII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/ Kota, 2002, Departemen Kesehatan RI. Hal 20