ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

dokumen-dokumen yang mirip
EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL USAHA PEMELIHARAAN KERBAU DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN BOGOR

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PEMELIHARAAN KERBAU DI DESA LENGKONG KULON, BANTEN

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS FINANSIAL RUGI-LABA PADA USAHA TERNAK KAMBING DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN INTENSIF DAN SEMI INTENSIF DI PEDESAAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DALAM SISTEM USAHATANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KECAMATAN CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

KAJIAN PROFIL SOSIAL EKONOMI USAHA KAMBING DI KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

ANALISIS TITIK IMPAS AGRIBISNIS TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DI KECAMATAN SAMBONG KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA

PENDAPATAN USAHA TERNAK KERBAU DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

STRUKTUR CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENDAPATAN PETERNAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

ANALISIS FINANSIAL PADA PETERNAKAN SAPI POTONG DENGAN SISTEM MANAJEMEN AMARASI DI KECAMATAN AMARASI BARAT KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

PENYERAPAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM ANALISIS FUNGSI USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG RAKYAT DI PEDESAAN

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

ANALISA PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM POTONG (Studi Kasus Peternakan Milik Dani L. Di Kecamatan Karang Ploso)

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

ANALISIS PENDAPATAN TERNAK SAPI POTONG KELOMPOK LM3 SUBAK GUNUNG SARI

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT TERNAK SAPI POTONG KELOMPOK TANI SUMBER HIDUP SEJATI DI KECAMATAN BINTAUNA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK DOMBA TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKABUMI

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

PROFIL DAN PROFITABILITAS USAHA SAPI PERAH DI DESA JELOK, KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

KONSTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI POTONG TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETENAK (Studi Kasus di DesaSukolilo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

Transkripsi:

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA (Financial Analysis of Male Sheep Raising Approaching Eid-Adha Festivity) SUPARDI RUSDIANA, B. WIBOWO dan U. ADIATI Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran Kav. E59 Bogor 16151 ABSTRACT This case study was conducted in Rumpin District, Bogor regency of West Java Province. The purpose of this study was to analyze ram raising business approaching Eid al-adha day as additional income for farmers. The experiment was conducted based on survey methods using questionnaires, and interview was conducted by a simple random /purposive random sampling. The number of samples studied was 44 farmer respondents. Secondary data and primary data obtained was analyzed by descriptive qualitative analysis. While the analysis of economic function is calculated based on income level and analysis of Break Even Point (BEP) Production and prices of a state where the level of sales equal to the costs (fixed costs and variable costs) calculated for a period of one year. The results showed that the gain from the sale of ram net price was Rp.1,031,875; BEP was Rp.1,043,625. BEP production was 4.17 and B/C = 0.19 Key Words: Eid al-adha, The Price, Ram ABSTRAK Penelitian studi kasus ini dilakukan di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis usaha ternak domba jantan menjelang hari Raya Idul Adha sebagai tambahan pendapatan peternak. Penelitian dilaksanakan dengan metoda survey dengan menggunakan kuesioner dan wawancara yang dilakukan secara acak sederhana (purposive random sampling). Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 44 responden petani ternak. Data sekunder dan data primer yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sedangkan analisis fungsi ekonomi dihitung berdasarkan tingkat pendapatan dan Analisis break even point (BEP) produksi dan harga yaitu suatu keadaan dimana tingkat penjualan sama besar dengan biaya (biaya tetap dan biaya variabel) yang dihitung untuk periode satu tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari penjualan ternak domba mendapatkan bersih Rp. 1.031.875 BEP harga Rp.1.043.625/ekor, BEP produksi 4,17 ekor dan B/C = 0,19 Kata Kunci: Hari Raya Idul Adha, Harga, Domba Jantan PENDAHULUAN Kebutuhan akan ternak domba jantan untuk qurban pada hari-hari besar seperti hari raya Idul Adha dan tahun baru Islam sangat banyak. Oleh karena itu perlu penyediaan ternak domba jantan sebanyak mungkin. Ternak domba jantan di Jawa Barat khususnya di daerah Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor adalah salah satu komoditi andalan sebagai tambahan pendapatan rumah tangga. Ternak domba jantan ini mempunyai unggulan bisnis pasar domestik sebagai sumber protein hewani untuk memenuhi konsumen masyarakat Jawa Barat, tetapi lebih jauh dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor di pasar global (DUDUNG, 2009). Di Indonesia ternak domba mempunyai kemampuan kompetitif untuk bersaing dengan sapi dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (kebutuhan gizi), ternak domba merupakan alternatif penyedia daging sebagai bahan baku dalam proses produksi selanjutnya dan perlu dipertimbangkan di masa mendatang. (WINARSO, 2010). Pengembangan usaha ternak domba dipandang sangat cocok dalam segala kondisi lahan pertanian, karena ternak domba dikenal mudah beradaptasi pada berbagai kondisi 564

agroekosistem pedesaan serta dapat merupakan usaha komplementer dalam suatu sistem pertanian tanaman pangan (CHAMDI, 2005). Usaha ternak domba merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam menunjang pendapatan petani disamping usaha pertanian lainnya (SAENAB et al., 2005; HANDEWI et al., 1996). ISNANI et al. (2010) mengatakan bahwa ternak domba jantan yang digemukan selama 3 bulan yang diberikan pakan introduksi ternyata mampu menunjukkan prestasi performanya (bobot tubuh, pertambahan bobot badan dan konversi pakan) yang lebih baik dari ternak yang diberi pakan non-introduksi di pedesaan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka suatu penelitian telah dilakukan di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, yang bertujuan untuk menganalisis efisiensi ekonomi pemeliharaan domba jantan menjelang Hari Raya Keagamaan Islam sebagai sumber tambahan pendapatan peternak di perdesaan. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2010 menggunakan metode survei. Dilakukan wawancara menggunakan kuesioner kepada 45 responden peternak domba di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan data populasi ternak domba dan informasi pengembangan peternakan domba dari Dinas Peternakan setempat. Agroekosistem lokasi penelitian adalah mewakili daerah lahan pertanian, sawah, lahan kering dan lahan perkebunan. Data sekunder dan data primer yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif. Sedangkan analisis fungsi ekonomi dihitung berdasarkan tingkat pendapatan berdasarkan dari hasil pengurangan antara total penerimaan dan total pengeluaran secara cash out flow dan analisis break even point (BEP) produksi dan harga yaitu suatu keadaan dimana tingkat penjualan sama besar dengan biaya (biaya tetap dan biaya variabel) yang dihitung untuk periode satu tahun (LIMBONG, 1987; GITTINGER, 1986) dengan rumus : Z = R - C Z: Keuntungan; R: Penerimaan kotor; C: Biaya total HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi umum wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan secara geografis mempunyai luas 2.301,95 km 2. Kabupaten Bogor secara administratif memiliki 40 kecamatan, 427 desa/kelurahan. Topografi pada berbagai desa berdasarkan ketinggian dari permukaan laut (dpl) terdapat 3 kategori yaitu ketinggian kurang dari 500 m dpl sebanyak 234 desa, sebanyak 144 desa, dan 49 desa memiliki ketinggian lebih dari 700 m dpl. (DISNAK KABUPATEN BOGOR, 2009). Kecamatan Rumpin merupakan salah satu dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor, dengan ketinggian di antara 500 700m dpl, yang mempunyai 12 desa dengan luas lahan mencapai 158.108 ha, yang terdiri dari lahan sawah 48.321 ha, lahan bukan sawah 109.787 ha (tegalan/kebun 57.609 ha, padang penggembalaan 757 ha, lahan yang tidak diusahakan 955 ha dan sisanya lahan perkebunan dan lainnya). Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani keadaan ini menggambarkan bahwa daerah tersebut memiliki prospek pengembangan pertanian antara lain usahatani ternak, tanaman pangan, sayuran dan palawija. Profil usaha ternak domba Populasi ternak domba di Kabupaten Bogor mencapai 217.542 ekor, sedangkan di Kecamatan Rumpin 10.809 ekor atau sekitar (4,96 persen) yang merupakan populasi tertinggi di antara 40 kecamatan di Wilayah Kabupaten Bogor (DISNAK KABUPATEN BOGOR, 2009). Sistem pemeliharaan maupun status kepemilikan ternak di Kecamatan Rumpin yaitu pemeliharaan secara: (a) intensif (dikandangkan terus menerus), pemeliharaan intensif ini diterapkan pada domba jantan yang telah direncanakan penggunaannya (pemeliharaan), namun demikian pemberian pakan masih mengandalkan sumber serat (hijauan), rata-rata setiap hari diberi rumput sebanyak 4 5 kg/ekor/hari; (b) semi intensif yaitu ternak di gembalakan di berbagai lahan 565

(penggembalaan, sawah-sawah) dengan cara dilepas maupun diikat pindah. Pada umumnya ternak yang mendapat perlakuan ini adalah ternak induk dan anak. Ketersediaan pakan hijauan sangat tergantung pada lahan yang mendukung tumbuhnya rerumputan. Lahan penggembalaan yang ada umumnya ditumbuhi dengan berbagai jenis rerumputan seperti leguminose, rumpai raket, rumput kawat, alang-alang. Sedangkan status kepemilikan adalah milik sendiri ataupun gaduhan (bagi hasil). Pada status bagi hasil maka telah disepakati bahwa ternak utama (induk) tetap dikuasai oleh pemilik, sedangkan anak atau hasil keturunannya dibagi dalam 2 bagian, antara pemilik dengan penggaduh. Rata-rata penguasaan ternak berkisar antara 8 ekor/kk dengan berbagai status jenis kelamin maupun umur. Pada umumnya petani ternak domba di Kecamatan Rumpin memelihara ternak domba sampai umur 4 tahun, terutama pada ternak betina. Hal ini disebabkan ternak betina dijadikan induk dalam menambah jumlah ternak melalui kelahiran. Namun demikian jika ternak tersebut dianggap kurang produktif maka segera dijual kepada pedagang untuk dipotong. Khusus pada ternak jantan yang dipersiapkan untuk pemeliharaan biasanya umur ternak mencapai 1,5 tahun dan dicadangkan untuk dijual menjelang hari besar Raya Idul Adha. Manfaat ternak domba Fungsi dan peranan ternak domba jantan dalam sistem usahatani di Kecamatan Rumpin sebagai sumber tambahan pendapatan atau usaha sampingan karena ada usaha pokok yaitu hasil dari usaha tanaman pangan adalah: padi, jagung, pepaya atau kacang tanah yang dapat menyumbangkan pendapatan petani, selain dari hasil usaha pemeliharaan ternak domba. Hasil wawancara kepada peternak responden tentang peranan usaha domba terhadap pendapatan keluarga, maka diperoleh pernyataan bahwa sebagai usaha sampingan sebesar (70,45%), sebagai sumber pendapatan sebesar (13,63%), sebagai tabungan sebesar (11,36%) dan yang lainnya sebesar (4,56%) seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Fungsi ternak domba jantan di peternak Fungsi dan peranan ternak Responden Presentase Usaha sampingan 31 70,45 Sumber pendapatan 6 13,63 Tabungan 5 11,36 Lainnya 3 4,56 Jumlah 45 100,00 Rataan kepemilikan ternak Umur dan jenis kelamin ternak domba yang dipelihara petani sangat bervariasi. Semakin banyak ternak yang dipelihara maka petani akan mempunyai peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Populasi domba jantan menjelang Hari Raya Idul Adha sangat dominan yaitu mencapai 240 ekor dari 401 ekor (Tabel 2) namun demikian populasi akan turun tajam setelah Hari Raya Idul Adha yaitu tinggal 15 ekor, yang berarti terjadi pengurangan sebesar 225 ekor dari 240 ekor. Keadaan ini menggambarkan bahwa pemeliharaan ternak domba jantan merupakan usaha musiman untuk mengambil peluang penjualan pada Hari Raya Idul Adha. Analisis usaha ternak domba jantan Peternak belum mempertimbangkan manajemen pengelolaan sehingga kontinuitas sumber pendapatan keluarga belum tercapai. Manajemen usaha masih berbasis lokal yang tersedia di lokasi dan merupakan alternatif model biaya rendah (low external input) bahkan dapat dinyatakann tanpa adanya biaya produksi (zero cost) (PRIYANTO, 2009). Untuk mendukung pendapatan usaha ternak domba sangat dibutuhkan oleh kapasitas penjualan hasil produksi ternak pada kurun waktu yang telah ditentukan, hal ini akan terkait dengan penggunaan faktor-faktor yang semakin efisien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh RUSDIANA et al. (2009), menunjukkan bahwa semakin tinggi skala pemeliharaan ternak domba produktif, maka indek efisiensi ekonomi juga semakin tinggi. 566

Tabel 2. Rataan kepemilikan ternak domba menjelang dan sesudah hari Raya Idul Adha (n = 45) Uraian Jantan dewasa Jantan muda Jantan anak Betina dewasa Betina muda Betina anak Jumlah ternak (ekor) Rataan (ekor/kk) Persentase Menjelang Sesudah Menjelang Sesudah Menjelang Sesudah 240 15 5,46 0,34 66,41 10,89 16 10 0,36 0,22 4,37 7,06 17 11 0,39 0,25 4,74 8,02 89 70 2,02 1,59 24,56 50,96 18 13 0,41 0,29 4,49 9,29 21 19 0,48 0,43 5,82 13,78 Jumlah 401 138 9,12 3,13 100,00 100,00 Skala usaha pemeliharaan ternak domba jantan untuk digemukkan minimal 5 ekor/kk di Kecamatan Rumpin. Untuk meningkatkan pendapatan tambahan maka petani menanam tanaman pangan atau berdagang. MUBYARTO, (1980); GITTINGER (1989), menyatakan bahwa analisis perkiraan ekonomi adalah hasil usaha pemeliharaan ternak umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha dalam satu tahun atau periode tertentu. Untuk melakukan analisis finansial maka diperlukan data sebagai berikut: Faktor ekonomi Harga domba bakalan (umur 9,5 bulan): Rp. 850.000 Tenaga kerja keluarga/orang/5 ekor/hari: Rp. 10.000. Penyusutan kandang/5 ekor/3 bulan: Rp. 62.500 Penyusutan peralatan kandang/5 ekor/3 bln: Rp. 5.625 Harga jual domba/ekor Rp. 1.250.000 Biaya pakan diasumsikan sudah termasuk dalam biaya tenaga kerja. Faktor teknis Domba bakalan jantan lokal umur 9,5 bulan; jumlah ternak awal 5 ekor; lama pemeliharaan 3 bulan (90 hari); kematian selama pemeliharaan (0%). Berdasarkan faktor teknis dan ekonomi maka dapat dihitung besarnya biaya dan penerimaan kotor sekaligus dapat dihitung keuntungannya. Perhitungan biaya dan penerimaan tercantum pada Tabel 3. Pemeliharaan domba sebanyak 5 ekor dalam waktu 3 bulan memperoleh penerimaan kotor sebanyak Rp. 6.250.000 sedangkan biaya operasional yang meliputi biaya penyusutan dan biaya variabel mencapai Rp. 5.218.125 sehingga dapat dikalkulasikan bahwa pendapatan bersih (keuntungan) sebesar Rp. 1.218.125. Penerimaan yang diperhitungkan adalah penerimaan utama yaitu hasil penjualan domba, setiap ekor domba mempunyai harga Rp.1.250.000 pada Hari Raya Idhul Adha, sehingga jumlah penerimaan mencapai Rp.6.250.000 untuk 5 ekor domba, harga domba pada kesempatan hari raya Idul Adha sudah umum diketahui bahwa lebih tinggi dari harga biasanya. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan yang diperoleh nilai dalam satu tahun, namun demikian biaya penyusutan ini diperhitungkan berdasarkan periode waktu pemeliharaan, sehingga dalam tiga bulan pemeliharan memerlukan biaya penyusutan sebanyak Rp. 68,125 atau 1,3% dari biaya operasional. Biaya variabel selain pakan maka 567

Tabel 3. Analisis usaha pemeliharaan ternak domba jantan skala 5 ekor Uraian Biaya investasi dan penyusutan Jumlah (unit) Harga/unit (Rp) Nilai (Rp) Penyusutan (Rp/tahun) kandang domba 5 250.000 1.250.000 250.000 peralatan kandang 1 45.000 45.000 22.500 Jumlah 1.295.000 272.500 Biaya variabel bibit bakalan (ekor) 5 850.000 4.250.000 tenaga kerja (orang/hari) 90 10.000 900.000 Jumlah 5.150.000 Biaya operasional selama 3 bulan ( periode produksi) biaya variabel 5.150.000 biaya penyusutan 68.125 Jumlah 5.218.125 Pendapatan menjual domba (ekor) 5 1.250.000 6.250.000 Jumlah 6.250.000 Indikator kelayakan usaha Pendapatan kotor 6.250.000 Biaya operasional 5.218.125 Pendapatan bersih 1.031.875 B/C 0,19 BEP produksi (ekor) 4,17 BEP harga jual (Rp/ekor) 1.043.625 dimasukkan juga atas nilai pembelian ternak bakalan, karena ternak tersebut akan dijual dalam waktu kurang dari 1 tahun, demikian juga perubahan jumlah ternak sangat mempengaruhi jumlah biaya. Nilai biaya pengadaan domba bakalan mencapai Rp. 4.250.000 atau 81,44% dari biaya operasional. Biaya pakan diperhitungkan dengan nilai rumput yang diberikan setiap hari untuk 5 ekor. Untuk mendapatkan rumput sebanyak 40 50 kg diperlukan tenaga selama 3 jam, nilai tenaga 3 jam dialokasi untuk tenaga pertanian adalah Rp. 10.000. Sehingga besarnya biaya pakan sehari disetarakan dengan Rp. 10.000. Nilai biaya pakan dalam biaya operasional mencapai 17,24%. Biaya pemeliharaan domba yang paling besar adalah biaya pengadaan bakalan, bahkan biaya pengadaan bakalan dalam satu periode produksi (3 bulan) sudah melebihi biaya penyediaan kandang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dalam skala pemeliharaan 5 ekor, maka break event point atau nilai titik impas, dimana usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian maka pemelihara harus sudah menjual ternak sebanyak 4,17 ekor, artinya nilai BEP jumlah produksi lebih kecil dengan usaha yang dijalankan, demikian pula nilai BEP besarnya harga jual, maka diperoleh angka sebesar Rp. 1.043.625/ekor, nilai BEP ini lebih kecil dengan nilai jual sesungguhnya, B/C ratio-nya 1,19 artinya usaha penggemukan ternak domba yang dilakukan oleh masyarakat dapat dinilai layak untuk dilanjutkan. 568

KESIMPULAN Usaha pemeliharaan domba jantan dengan skala 5 ekor selama tiga bulan yang dijual menjelang hari raya keagamaan ternyata menunjukkan keuntungan bersih sebanyak Rp 1.121.875. BEP produksi sebanyak 4,17 ekor dan B/C sebesar 0,19. Berdasarkan hasil perhitungan ini maka usaha domba dikatakan layak. Penting diupayakan peningkatan skala kepemilikan yang lebih besar dalam pemeliharaan ternak domba jantan. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan petani dan efisiensi ekonomi serta penerapan introduksi inovasi teknologi peternakan di tingkat petani. DAFTAR PUSTAKA CHAMDI, A.N. 2005. Karakteristik sosial ekonomi usaha pemeliharaan ternak kambing di daerah lahan kering Desa Sambongbangi Kecamatan Kredenan Kabupaten Grobogan. Pros. Seminar Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. Yogyakarta, 8 Oktober 2004. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada bekerjasama dengan Puslitbang Peternakan Bogor. hlm. 258 266. DISNAK KABUPATEN BOGOR. 2009. Provinsi Jawa Barat. Data Statistik Dinas Peternakan Peternakan Kabupaten Bogor. DUDUNG, M. 2009. Karakteristik ukuran-ukuran tubuh hasil persilangan domba lokal dengan domba garut. Pros. Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan. Pengembangan Sistem Produksi dan Pemanfaatan Sumber Daya Lokal untuk Kemandirian Pangan asal Ternak, Jatinangor 21 22 September 2009. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. hlm. 238 246. GITTINGER, J.P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek- Proyek Pertanian Edisi Kedua. Universitas Indonesia, Jakarta. ISNANI dan S. PRAWIRODIGDO. 2010. Introduksi formula untuk perbaikan kualitas pakan dalam usaha penggemukan domba di Desa Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 3 4 Agustus 2010. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 593 598. LIMBONG, W.H. dan P. SITORUS. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. MUBYARTO, M. 1980. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit LP3ES, Jakarta. HANDEWI, P.S., RACHMAT dan B. SUDARYANTO. 1996. Karakteristik ternak domba di daerah lahan kering (Kasus dua desa di Kabupaten Semarang dan Boyolali Jawa Tengah) Pros. Temu Ilmiah Hasil-hasil Penelitian Peternakan. Ciawi-Bogor, 9 11 Januari 1996. Balitnak, Puslitbangnak, Bogor. hlm. 67 71. PRIYANTO, D. 2009. Target kelayakan skala usaha ternak domba pola pembibitan mendukung pendapatan petani di perdesaan. Pros. Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Bogor, 1 April 2009. PSEKP, Bogor. hlm. 148 157. SAENAB, A. dan WARYAT. 2005. Strategi pengembangan tanaman pakan ternak di wilayah perkotaan. Pros. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Bogor 16 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 83 36. RUSDIANA, S. dan DWI PRIYANTO. 2009. Analisis ekonomi penggemukan ternak domba jantan berbasis tanaman ubi kayu di perdesaan. Pros. Seminar Nasional. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, 1 April 2009. hlm. 176 194. WINARSO, B. 2010. Prospek dan kendala pengembangan agribisnis ternak kambing dan domba di Indonesia. Pros. Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Bogor, 14 Oktober 2009. PSEKP, Bogor. hlm. 246 164. 569