Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT X JAKARTA FEBRUARI 2006

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

CAIR DI RSUD RAA SOEWONDO PATI

SPO INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DENGAN SISTEM TANGKI SEPTIK MODIFIKASI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RSUD WANGAYA DENPASAR

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS LIMBAH CAIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (IPLC) RUMAH SAKIT UMUM LIUN KENDAGE TAHUNA TAHUN 2010

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI DI PT EAST JAKARTA INDUSTRIAL PARK

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

EFISIENSI IPAL UNTUK MENURUNKAN KADAR COD (Chemical Oxygen Demand) DI RUMAH SAKIT WIJAYA KUSUMA PURWOKERTO TAHUN 2016

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 12 Issue 2: 66-71(2014) ISSN EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT RK CHARITAS PALEMBANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

STUDI KUALITAS LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TULEHU PROVINSI MALUKU

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) LUBUK BASUNG TAHUN Novia Wirna Putri*

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan secara profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

BAB IV DASAR PERENCANAAN

Efektifitas Instalasi Pengolahan Air Limbah Dalam Menurunkan Kadar BOD Di IPAL Rumah Sakit Dokter Raden Soetijono Blora Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG

Kelompok 3. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RSUP dr.sardjito

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN TANAH GAMBUT DAN TANAMAN AIR DOMESTIC WASTEWATER TREATMENT USING PEAT SOIL AND WATER PLANTS

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Kota Denpasar terletak diantara 08 35"31' "49' Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.2 SPESIFIKASI SUBMERSIBLE VENTURI AERATOR. Gambar 4.1 Submersible Venturi Aerator. : 0.05 m 3 /s

RANCANG BANGUN DAN REKAYASA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT (Studi Kasus Rumah Sakit Kristen Tayu, Pati)

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PABRIK TAHU DI KELURAHAN MULYOJATI 16 C KOTA METRO

METODE PENELITIAN. penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar 12. dengan bulan Juli 2016, dapat dilihat Lampiran 6 Tabel 5.

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

STUDI INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN ANAEROBIC BAFFLED REACTOR

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat

LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISA TERHADAP KUALITAS AIR PERMUKAAN PADA SUNGAI CIBANTEN DI SEKITAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

Transkripsi:

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 2 Nomor 02 Juli 2011 Artikel Penelitian ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG ANALYSIS OF LIQUID WASTE MANAGEMENT AT DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG S HOSPITAL Resi Hartini 1, Hamzah Hasyim 2, Asmaripa Ainy 2 1 Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya 2 Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya ABSTRACT Background : The hospital is an institution that service activities of preventive, curative, rehabilitative and promotive health. These activities produce solid, liquid, and gas waste. Liquid waste can cause diseases and environment pollution so need special waste management. Dr. Mohammad Hoesin Palembang s Hospital producea lot of liquid waste. Method : This study is a descriptive research with qualitative approach. Sources of information consist four informants. The research are using depth interviews, direct measurement of influent and effluent, and observation. Result : The results showed that the liquid waste at Dr. Mohammad Hoesin Palembang s Hospital derived from all activities at hospital. On the liquid waste management, hospital is not doing the separation of medical and nonmedical liquid waste, there is liquid waste disposal and there is Waste Water Treatment Process(WWTP) itself, and effluent dumped in the Bendung s River and the environment. Results of direct measuring the effluent showed that ammonia concentration have above the standard quality Environment Cabinet Minister Kep58/MenLH/12/1995 about the quality standard of water waste hospital. Conclusion: Generally, liquid waste management in Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2010 was eligible to Minister Decree No. 1204 of 2004 on Requirements for Hospital Environmental Health Keywords : Liquid Waste Management ABSTRAK Latar Belakang : Rumah sakit merupakan institusi yang menjalankan kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif kesehatan. Kegiatan ini menghasilkan limbah padat, cair, dan gas. Limbah cair dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran lingkungan sehingga perlu pengelolaan limbah khusus. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang menghasilkan limbah cair yang berkuantitas cukup banyak. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber informasi terdiri dari empat informan. Metode penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam, pengukuran effluent secara langsung, dan observasi. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah cair di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang berasal dari semua kegiatan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Dalam pengelolaan limbah cair, rumah sakit tidak melakukan pemisahan limbah cair medis dan nonmedis, terdapat penampungan limbah cair dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sendiri, dan effluent dibuang di Sungai Bendung dan lingkungan sekitar. Hasil pengukuran terhadap effluent didapat kadar amoniak masih diatas baku mutu KepMen LH NoKep58/MenLH/ 12/1995 tentang baku mutu air limbah rumah sakit. Kesimpulan : Secara umum pengelolaan limbah cair di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Kota Palembang tahun 2010 sudah memenuhi syarat Kepmenkes RI Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Kata kunci : pengelolaan limbah cair PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, 145

administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. 1 Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. 2 Kegiatan rumah sakit ini akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus. 2 Limbah rumah sakit adalah semua limbah baik yang berbentuk padat, cair dan gas yang berasal dari kegiatan rumah sakit baik dari kegiatan medis maupun nonmedis yang kemungkinan besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif. Apabila tidak ditangani dengan baik, limbah rumah sakit dapat menimbulkan masalah baik dari aspek pelayanan maupun estetika selain dapat mencemari lingkungan dan menjadi sumber penularan penyakit (infeksi nosokomial). 3 Menurut Sugiharto, 6 limbah cair rumah sakit sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini bisa berfungsi sebagai media pembawa penyakit seperti kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, dan skhistosomiasis. Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman No. HK.00.06.6.44 tentang persyaratan kesehatan lingkungan, ruang dan bangunan serta fasilitas sanitasi rumah sakit menetapkan bahwa rumah sakit harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memenuhi persyaratan teknis untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan sekitar rumah sakit. 4 Dari hasil Rapid Assesment tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen PPM dan PL Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, diketahui bahwa baru 36% dari 648 rumah sakit di 30 provinsi yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dari jumlah itu kualitas effluent yang dihasilkan setelah proses pengolahan di IPAL yang memenuhi syarat baru mencapai 52%. Dengan demikian masih banyak kualitas effluent limbah cair yang belum memenuhi syarat akibat masih banyak IPAL rumah sakit yang tidak berfungsi. 5 Jika proses pengolahan limbah cair ini dilakukan secara benar, maka ph, kadar BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), NH 3, TSS (Total Suspended Solid) serta organik nutrisi lain dari effluent yang dihasilkan akan berada sama dengan atau di bawah baku mutu effluent sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit. Effluent limbah cair ini baru akan dibuang ke badan air atau sungai. Namun, jika effluent yang dihasilkan diatas baku mutu, bisa menimbulkan pencemaran air, gangguan kesehatan manusia dan gangguan terhadap keindahan di sekitar rumah sakit. 6 Oleh sebab itu, untuk mencegah pencemaran air, gangguan kesehatan, dan gangguan lainnya, limbah cair tersebut harus diolah terlebih dahulu di instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Mohammad Hoesin adalah salah satu rumah sakit terbesar yang ada di Kota Palembang. Dalam pelaksanaan pelayanan jasanya, rumah sakit ini bisa juga sebagai tempat berkumpulnya penyakit dan komponen polutan, serta menghasilkan limbah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan sekitar rumah sakit. Limbah RSUP Dr. Mohammad Hoesin yang berupa cair, padat, dan gas berasal dari aktivitas rumah sakit di dapur, tempat cuci (laundy), ruang radiologi, laboratorium, ruang perawatan, dan ruang gawat darurat. Pada akhirnya semua limbah ini akan dibuang ke landfill dan sungai Bendung yang berada di sekitar rumah sakit. Khususnya pengelolaan limbah cair, RSUP Dr. Mohammad Hoesin telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sendiri. Semua limbah cair yang berasal dari aktivitas rumah sakit, baik medis ataupun nonmedis masuk ke dalam IPAL ini. Selanjutnya effluent akan dibuang ke badan air sungai Bendung. Berdasarkan hasil observasi dan pengumpulan data awal hasil pemeriksaan effluent beberapa bulan pada tahun 2010, pengelolaan limbah cair dari kegiatan RSUP Dr. Mohammad Hoesin ini masih menghasilkan effluent yang memiliki ph, kadar BOD 5, COD, NH 3, dan TSS diatas nilai baku mutu effluent sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hartini, Hasyim, Ainy, Analisis Pengelolaan Limbah Cair di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 146

Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit. Sebagai contoh, hasil pemeriksaan effluent pada bulan Mei 2010 bisa dilihat di tabel berikut : Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Efffluent Pengelolaan Limbah Cair di RSUP Dr. Moh Hoesin Palembang Bulan Mei 2010 Parameter Batas Hasil Maksimum ph 6-9 6,71 BOD 5 (mg/l) 30 19,5 COD (mg/l) 80 61 NH 3 (mg/l) 0,1 1,76 PO 4 (mg/l) 2 2,4 TSS (mg/l) 30 13,2 Sumber : Sertifikat Hasil Pengujian BTKL&PPM Kelas 1 Palembang Bulan Mei 2010 Pada bulan Mei 2010, kadar NH 3 dan PO 4 melebihi baku mutu effluent sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep58/MenLH/12/1995. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan limbah cair di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2010 BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber informasi terdiri dari empat informan kunci. Metode penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam, pengukuran inffluent dan effluent secara langsung, dan observasi. Data primer dalam penelitian ini berupa data hasil pengukuran effluent rumah sakit, data hasil observasi, dan wawancara mendalam. Data sekunder dalam penelitian ini berupa buku profil RSUP Dr. Muhammad Hoesin Palembang tahun 2009, hasil pemeriksaan Inffluent dan effluent bulan Januari-Mei 2010, dokumen Kepmenkes RI Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit, dan telaah dokumen yang terkait lainnya. HASIL PENELITIAN Identifikasi Limbah Cair Limbah cair yang dihasilkan di RSUP Dr.Moh.Hoesin ini adalah semua limbah cair baik medis dan nonmedis yang berasal dari semua kegiatan yang dilakukan di RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang. Limbah cair medis berupa bahan-bahan kimia anorganik, larutan pencucian film di bagian radiologi, dan air bilasan ruang bedah dan otopsi, sedangkan limbah cair nonmedis berupa kotoran manusia dan air bekas cucian dari bagian laundry, dapur, dan lain sebagainya. Sumber limbah cair kegiatan yang dilakukan di bagian pelayanan medis, penunjang medis, dan perkantoran (keadminitrasian). Khusus untuk volume limbah cair yang dihasilkan rumah sakit setiap harinya, ada perbedaan antara literatur dengan informasi dari beberapa informan, yaitu sekitar 340m 3 per hari. Sistem Pengelolaan Limbah Cair a. Pemisahan Dalam pengelolaan limbah cair di RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang, tidak ada pemisahan antara limbah cair medis dan nonmedis. b. Penampungan Sebelum diolah limbah cair ini dikumpulkan di bak pengumpul yang dinamakan sump pit, yaitu suatu container tertutup yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi dan prosedur penanganan dan penyimpanannya. Namun, tidak ada container tertutup yang sesuai dengan volume limbah cair medis dan nonmedis rumah sakit karena tidak ada pemisahan sebelumnya. c. Pengolahan RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang telah memiliki Instalsi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sendiri. Oleh sebab itu semua limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah sakit, baik itu dari laboratorium, radiologi, dapur, dan lain sebagainya diolah dengan menggunakan Sequencing Batch Reactor (SBR). Selain itu, limbah yang berasal dari dapur pun masuk ke saluran pengolahan limbah cair, walau sebelumnya telah dicampuri larutan penghancur lemak. Saluran pembuangan limbah ini tertutup, kedap air, dan mengalir dengan lancar. Akantetapi, saluran pembuangan ini ada yang terpisah dengan air hujan dan ada yang tidak terpisah. 147 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 2, Nomor 02 Juli 2011

d. Pembuangan akhir Hasil pengolahan limbah cair ini berupa air jernih dan lumpur. Sebelum dibuang ke sungai Bendung air jernih ini diukur kadar ph, BOD 5, dan TSS yang bekerjasama dengan Badan Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Palembang setiap bulannya. Kualitas Inffluent dan Effluent Limbah Cair Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit, maka didapat untuk parameter BOD 5 inffluent berada di atas baku mutu, yaitu sebesar 61mg/L, 186mg/L, 2,75mg/L, dan 2,4mg/L. (lihat gambar 1). 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 ph COD NH3 Kadar Maksimum Inffluent Effluent Gambar 1 Diagram Hasil Pengukuran Inffluent & Effluent Limbah Cair di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Sedangkan pada effluent pengolahan limbah cair masih didapatkan parameter amoniak (NH 3 ) bulan Juni 2010 masih berada diatas, yaitu sebesar 1,8 mg/l. PEMBAHASAN Indentifikasi Limbah Cair Berdasarkan Kepmenkes RS Nomor 1204 tahun 2004 menyatakan bahwa limbah cair adalah air buangan dan tinja yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang menghasilkan limbah cair baik medis maupun nonmedis. Menurut Said (2003) air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah. dan lainnya, air limbah laboratorium, dan lain-lain. Belum adanya pencatatan mengenai volume limbah cair di setiap harinya dan jenis limbah cair yang dihasilkan oleh setiap ruangan di rumah sakit, hal ini belum sejalan dengan keputusan menteri kesehatan nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Sistem Pengelolaan Limbah Cair a. Pemisahan Menurut Chandra, 3 sebaiknya limbah cair medis dan limbah cair nonmedis dipisahkan untuk memudahkan pengelolaannya dan tidak mencemari lingkungan. Dari hasil penelitian didapat bahwa semua limbah cair medis dan nonmedis di RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang tidak ada pemisahan, sehingga bercampur menjadi satu di sebuah tempat penampungan. Senada dengan hasil penelitian Djaja dan Dwi Maniksulistya 1 yang menyatakan bahwa pengolahan limbah cair di Rumah Sakit X Jakarta pada awalnya air limbah langsung dialirkan ke dalam influent chamber. Limbah yang masuk ini tidak dipisahkan sebelumnya, sehingga limbah cair medis dan nonmedis bercampur di dalamnya. Hal ini tidak sejalan dengan Kepmenkes RI Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan pendapat Chandra, 3 limbah cair medis dan nonmedis harus dipisahkan. Sama seperti hasil penelitian Rajasha (2004), limbah cair rumah sakit harus dipisahkan terlebih dahulu menjadi tiga bagian, yaitu limbah cair nonmedis (limbah domestik), limbah cair medis, dan limbah cair radiologi agar mudah diolah. Hartini, Hasyim, Ainy, Analisis Pengelolaan Limbah Cair di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 148

b. Penampungan Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan masing-masing limbah cair, baik medis maupun nonmedis akan dikumpulkan dalam container yang tertutup sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume limbah cair medis dan nonmedis, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya. Hasil penelitian didapat bahwa limbah cair medis dan nonmedis akan bercampur disuatu tempat yang disebut dengan bak penampungaan sementara (bak kontrol). Dari bak penampungan ini akan dialirkan secara gravitasi ke bak penampungan yang dinamakan sump pit. Tempat penampungan limbah cair di RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang telah sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yang menyatakan bahwa limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya. c. Pengolahan Limbah Menurut Sugiharto 6 mengatakan bahwa pengolahan limbah cair tidaklah harus mengikuti tahapan pengolahan limbah cair yang lainnya, mulai dari pretreatment, primary treatment, secondary treatment, tertiary treatment, disinfection, sampai pada ultimate disposal, tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan. Setiap unit bangunan pengolah air limbah akan berbedabeda teknik yang dipergunakannya. Sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, saluran pembuangan limbah menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan. Rumah sakit memiliki alat pengukur debit limbah cair (flowmeter) untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan. Air limbah dari dapur dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di IPAL. Bila tidak mempunyai IPAL dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN. Dari hasil penelitian didapat bahwa proses pengolahan limbah cair di RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang menggunakan Sequencing Batch Reactor (SBR). Akantetapi, saluran pengolahan limbah ada yang terpisah dan ada yang tidak dipisahkan dengan saluran air hujan yang sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Secara garis besar pengolahan limbah cair di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/ SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Pengolahan limbah cair RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palmbang hampir sama dengan pengolahan limbah cair di Paviliun Kartika RSPAD Gatot Subroto. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahadin (1998), proses pengolahan limbah cair di Paviliun Kartika RSPAD Gatot Subroto mulai dari penampungan awal di sump pit, dialirkan ke collection tank, penangkapan pasir pada grift chamber, pencacahan pada communicator, penapisan bahan padat pada bar screen, aerasi lumpur aktif pada aeration tank, pengendapan pada settling tank, pembenihan lumpur aktif pada sludge holding tank, desinfeksi bakteri pada chlorinating tank, penampungan air olahan pada effluent tank, sampai pada dibuang ke badan air sekitar rumah sakit. d. Pembuangan akhir Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan sebelum dibuang ke badan air dan lingkungan setempat, kualitas limbah (effluent) yang akan dikeluarkan tersebut harus memenuhi persyaratan baku mutu effluent sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58/MenLH/12/ 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah 149 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 2, Nomor 02 Juli 2011

Rumah Sakit. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penelitian didapat bahwa setelah diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), selanjutnya tidak ada pengolahan lagi, sehingga hasil pengolahan limbah cair ini akan langsung dibuang ke sungai Bendung dan lingkungan sekitar rumah sakit. Hasil buangan bisa berupa air jernih dan lumpur. Namun, sebelum dibuang ke sungai Bendung air jernih ini diukur kadar ph, BOD 5, dan TSS yang bekerjasama dengan Badan Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Palembang setiap bulannya. Pembuangan akhir di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah memenuhi persyaratan Kepmenkes Nomor 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair sebelum diolah (influent) dan setelah diolah (effluent) dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau. Kualitas Inffluent dan Effluent Limbah Cair Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit menetapkan bahwa sebelum dibuang ke badan air, limbah cair rumah sakit harus diperiksa parameter fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktifnya. Parameter fisika berupa suhu dan parameter kimia berupa kadar ph, TSS, NH 3, COD, BOD 5. Parameter mikrobiologi berupa MPN-Kuman Gol Koli/100ml dan parameter berupa kadar P, S, CA, Cr, Ga, Sr, Mn, Sn, 125 I, 131 I, Ir, dan TI. Hasil penelitian didapat bahwa di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang baru melakukan pemeriksaan parameter kimia pada limbah cairnya yaitu berupa pengukuran kadar ph, TSS, NH 3, COD, BOD 5. hasil pengukuran ini dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit, maka didapat untuk parameter BOD 5 inffluent berada diatas baku mutu, yaitu sebesar 61mg/L, 186mg/L, 2,75mg/L, dan 2,4mg/L. Sedangkan pada effluent pengolahan limbah cair masih didapatkan parameter amoniak (NH 3 ) bulan Juni 2010 masih berada diatas, yaitu sebesar 1,8 mg/l. Senada dengan hasil penelitian Djaja dan Dwi Maniksulistya (2006) yang menyatakan bahwa hasil dari kualitas limbah cair terolah di Rumah Sakit X Jakarta masih berada di bawah baku mutu pada parameter ph, BOD, COD, TSS. Pada parameter ammoniak masih berada di atas baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Tingginya kadar ammoniak dapat disebabkan oleh aerasi yang kurang atau lumpur yang tidak pernah dibuang keluar ataupun dilakukan pengolahan lumpur lebih lanjut. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajasha (2004) yang menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pengukuran terhadap parameter ph, TSS, COD, BOD 5, NH 3 dan PO 4 pada air limbah RSSW bulan Juni 2002 sampai Mei 2003, terjadi kelebihan amoniak bebas jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang baku mutu air limbah rumah sakit. Menurut Rajasha (2004), tingginya amoniak bebas tersebut, dapat disebabkan beban limbah yang memasuki unit IPAL tersebut melewati batas kapasitas pengolahan yang dianjurkan. Untuk itu dapat dibantu dengan cara melakukan aerasi pada bak ekualisasi, untuk memberikan kesempatan kepada mikroorganisme untuk melakukan oksidasi, sehingga dapat mengurangi beban limbah yang masuk ke dalam IPAL. Sedangkan hasil penelitian Cheppy Tri Martanto dan Hendry Irawan (2004) menjelaskan bahwa penurunan kadar amoniak dan nilai COD pada pengolahan limbah cair RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sebesar 98,6% untuk kadar amoniak dan 97,6% untuk nilai COD. Hal ini terjadi karena proses pengolahan limbah cair rumah sakit dengan metode aerasi dalam kolom plat berlubang efektif selama 28 hari. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan hasil penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: 1. Limbah cair di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Kota Palembang tahun 2010 adalah limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan di pelayanan medis, penunjang medis, dan Hartini, Hasyim, Ainy, Analisis Pengelolaan Limbah Cair di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 150

perkantoran. Pihak rumah sakit belum melakukan pencatatan terhadap jenis-jenis limbah cair yang dihasilkan oleh setiap ruangan dan volume yang dihasilkan rumah sakit perharinya. 2. Sistem pengelolaan limbah cair di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Kota Palembang tahun 2010 meliputi penampungan, pengolahan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan menggunakan Sequencing Batch Reactor (SBR), dan pembuangan akhir ke Sungai Bendung di Kota Palembang. Sebelum diolah di IPAL, limbah cair yang dihasilkan tanpa adanya proses pemisahan terlebih dahulu. Hasil pengukuran dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Sakit, maka didapat untuk parameter BO D5, COD, N H3, dan P O4 inffluent berada diatas baku mutu, yaitu sebesar 61mg/L, 186mg/ L, 2,75mg/L, dan 2,4mg/L. Sedangkan pada effluent pengolahan limbah cair masih didapatkan parameter amoniak (N H3 ) bulan Juni 2010 masih berada diatas, yaitu sebesar 1,8 mg/l. Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Dilakukannya pencatatan terhadap jenisjenis limbah cair yang dihasilkan di setiap ruangan dan volume yang dihasilkan rumah sakit perharinya oleh bagian kesehatan lingkungan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Khusus untuk volume limbah cair, pihak rumah sakit harus menyediakan alat pengukur debit limbah cair (flowmeter) perharinya yang bisa diletakkan di bak ekualisasi. Selain itu, pihak pemerintah khususnya Dinas Kesehatan untuk melakukan kontrol setiap bulannya terhadap hasil pembuangan akhir limbah cair rumah sakit. 2. Sebelum diolah sebaiknya dilakukan proses pemisahan terlebih dahulu oleh pihak rumah sakit bagian pengolahan limbah cair (kesehatan lingkungan) terhadap limbah cair medis dan nonmedis. Untuk pengolahan limbah cair nonmedis bisa dengan menggunakan septic tank dan untuk pengolahan limbah cair medis dilakukan di Instalasi pengolahan Air Limbah yang sudah ada. Namun, pihak rumah sakit melakukan treatment khusus terhadap hasil buangan pengolahan limbah cair, bisa dengan cara melakukan aerasi pada bak ekualisasi, untuk memberikan kesempatan kepada mikroorganisme untuk melakukan oksidasi sehingga dapat mengurangi beban limbah yang masuk ke dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). 3. Sebaiknya melakukan pemeriksaan limbah cair pada parameter yang lain juga seperti parameter fisika, mikrobiologi, dan radioaktif. Hasilnya nanti bisa menjadi bahan pertimbangan dan kontrol bagi pihak rumah sakit, jika air limbah hasil pengolahan limbah cair ini akan dipergunakan kembali oleh pihak rumah sakit. DAFTAR PUSTAKA 1. Djaja, I.Made & Dwi Maniksulistya. Gambaran Pengelolaan Limbah Cair Di Rumah Sakit X Jakarta Februari 2006 [online]. 2006. Dari: imddjaja@ui.edu [15 Mei 2010] 2. Wisaksono, Satmoko. Karakteristik Limbah Rumah Sakit dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan dan Lingkungan Cermin Dunia Kedokteran [on line], no. 130, pp. 58-61. 2001. Dari http://www.kalbe.co.id [15 Mei 2010]. 3. Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC, Jakarta. 2007. 4. Depkes RI Dirjen PPM & PLP. Peraturan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Direktur Jenderal PPM & PLP tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 1999. 5. Kementerian Kesehatan RI. Lokakarya Penanganan Limbah Tajam. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan, Jakarta. 2009. 6. Sugiharto. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press, Jakarta. 2008. 151 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 2, Nomor 02 Juli 2011