BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang dituntut

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

KOMPETENSI PENGAWAS. OLEH YAYA SUNARYA, M.Pd. PPB UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

-3- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Bali.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 33 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-C TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 78 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

ANALISIS KORELASI MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU Oleh Dionisius Sihombing dan Mayor Sihombing

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang

I. PENDAHULUAN. Untuk mencapai itu semua maka kebijaksanaan pemerintah merupakan tombak utama dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan pe

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 80 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL

Subbagian kepegawaian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

GUBERNUR BALI, Mengingat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

KOMPETENSI GURU DAN PERANAN KEPALA SEKOLAH. Inom Nasution 1 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 18 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 328 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS SEKOLAH

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN SRAGEN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BUPATI MAGETAN PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN BUPATI MAGETAN,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Definisi Pengawas Pengawas sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang bertugas untuk membantu kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Adanya pengawas memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan agar mutu pembelajaran dapat menjadi lebih baik. Pengawas berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 91/KEP/M.PAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah menengah. Tugas dan tanggung jawab yang dilakukan pengawas tentu harus mengacu pada perundang-undangan yang berlaku. Kepmendiknas Nomor 097/U/2002 tentang Pedoman Pengawasan Pendidikan Pembinaan Pemuda dan Pembinaan Olahraga Pasal 1 ayat 4 menyatakan bahwa pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen untuk menjaga agar kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi dalam rangka mencapai tujuan dapat berjalan dengan efektif dan efisien 6

7 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional 2003, 2003: 342) Pengawas merupakan salah satu tenaga kependidikan, yang berarti bahwa pengawas diakui dalam sebuah lembaga khususnya pada lembaga pendidikan. Lembaga yang ruang lingkupnya dekat dengan pengawas adalah lembaga dinas pendidikan yang berada di kabupaten. Meskipun pengawas sekolah dasar juga berada dalam struktur organisasi yang ada di Unit Pendidikan Kecamatan, akan tetapi lembaga yang yang di kabupaten juga menjadi lembaga yang terkait erat dengan pengawas, karena pengawas sekolah menengah bertempat di kantor kabupaten, sedangkan pengawas sekolah dasar berada di kecamatan sehingga lembaga yang di kabupaten juga membawahi pengawas sekolah dasar meskipun kantornya berada di kecamatan. Peraturan yang membawahi pengawas di Kabupaten Banyumas diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banyumas. Meski tidak tertulis secara langsung, akan tetapi kedudukan pengawas tersirat ada dalam sruktur organisasi yaitu pada bidang pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan. Berikut struktur organisasi pendidikan menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2008:

8 Struktur Organisasi Pendidikan terdiri dari: a. Kepala Dinas b. Sekretariat, terdiri dari: 1) Sub Bagian Bina Program 2) Sub Bagian Keuangan 3) Sub Bagian Umum c. Bidang Pendidikan Dasar, terdiri dari: 1) Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar 2) Seksi Pengendalian Mutu Pendidikan Dasar 3) Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar d. Bidang Pendidikan Sekolah Menengah, terdiri dari: 1) Seksi Kurikulum Pendidikan Menengah 2) Seksi Pengendalian Mutu Pendidikan Menengah 3) Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Menengah e. Bidang Pendidikan Non Formal, terdiri dari: 1) Seksi Pendidikan Anak Usia Dini dan Kesetaraan 2) Seksi Pendidikan Masyarakat 3) Seksi Pembinaan Kursus Pendidikan Luar Sekolah dan Masyarakat f. Bidang Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, terdiri dari: 1) Seksi Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar 2) Seksi Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah 3) Seksi Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal g. Unit Pelaksana Teknis h. Kelompok Jabatan Fungsional. Pengawas merupakan salah satu tenaga dalam bidang pendidikan yang jika dikaitkan dengan Struktur Organisasi Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banyumas, maka pengawas berada dalam Bidang Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Lebih khususnya lagi pengawas sekolah dasar berada di bawah naungan Seksi Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar. Pada bidang ini pengawas mendapatkan pengembangan agar kemampuan

9 pengawas dalam bekerja juga menjadi berkembang. Pengembangan yang diperoleh oleh pengawas yaitu berupa pembinaan. Pengawas dibina oleh pihak dinas pendidikan terkait dengan tugas pengawas, sehingga dalam melaksanakan tugasnya pengawas dapat bekerja dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Pada Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banyumas mencantumkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Kelompok Jabatan Fungsional sebagai bagian dari struktur organisasi pendidikan. Pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa UPT adalah pelaksana sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksana kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan juga ada yang berada di kecamatan. Setiap kecamatan mempunyai Unit Pelaksana Pendidikan (UPK) dan pada UPK inilah pengawas ditempatkan untuk bertugas dalam mengawasi sekolah. Pengawas juga merupakan kelompok jabatan fungsional, yaitu kelompok kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi di kecamatan maupun kabupaten yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu seperti dalam hal pengawasan, serta bersifat mandiri karena seorang pengawas ditugaskan sendiri di beberapa sekolah yang menjadi sekolah kepengawasannya.

10 Pengertian pengawas yang telah dikemukakan dari berbagai sumber merujuk pada satu makna bahwa pengawas adalah orang yang ahli dalam bidangnya untuk melakukan tugas kepengawasan terhadap sekolah yang menjadi tugas dan tanggung jawab pengawas. Tugas dan tanggung jawab yang dilakukan pengawas bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan merujuk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas Pengawas dalam melaksanakan pekerjaannya tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Peran pengawas dalam pendidikan dapat dilihat berdasarkan tugas dan tanggung jawab seorang pengawas. Pengawas yang berada dalam struktur organisasi pendidikan dan kebudayaaan, menjadikan tugas pengawas diatur dalam keputusan Menteri. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 91/KEP/M.PAN/10/2001 menegaskan bahwa tugas pokok pengawas adalah menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas menilai dan membina bukan pekerjan sederhana, diperlukan kemampuan analisa yang cermat dan pemikiran profesional, penentuan solusi dan pemecahan masalah pendidikan yang menuntut adanya kompetensi dan profesionalisme kerja pengawas pendidikan. Pelaksanakan tugas menilai dan membina, sangat dihindari

11 sikap menjudgement (mengadili) tanpa adanya penelitian terlebih dahulu tentang suatu hal. (Engkoswara & Aan Komariah, 2010: 225) Tugas pengawas dalam pendidikan juga diatur menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0134/0/1997. Pada keputusan tersebut disebutkan bahwa salah satu tugas pengawas adalah melaksanakan program supervisi sekolah serta memberikan petunjuk perbaikan terhadap penyimpangan dalam pengelolaan sekolah, kemudian kegiatan yang dilakukan pengawas meliputi segi pengembangan personel sekolah termasuk kepala sekolah, guru, dan tenaga tata usaha yang mencakup segi disiplin, sikap dan tingkah laku, pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi masing-masing. (Ngalim Purwanto, 2009: 78) Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 juga mengatur tentang tugas pengawas. Peraturan tersebut menegaskan bahwa tugas pengawas satuan pendidikan yaitu meliputi penyusunan program pengawasan satuan pendidikan, melaksanakan pembinaan, pemantauan dan penilaian, serta menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan. Keberadaan pengawas yang di atur dalam peraturan pemerintahan menunjukkan pengakuan yang sah terhadap tugas pengawas yang harus dilaksanakan, yaitu tugas untuk melakukan pengawasan pendidikan dengan mendatangi sekolah. Kedatangan pengawas ke sekolah bertujuan

12 untuk mengontrol kegiatan yang dilakukan dan mengecek segala sesuatu yang ada di sekolah. 3. Fungsi Pengawas Pengawas yang berkedudukan dalam struktur organisasi pendidikan dan kebudayaan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Pengawas yang berkedudukan dalam struktur tersebut memberi makna bahwa keberadaan pengawas memiliki fungsi dalam struktur tersebut dan fungsi pengawas telah diatur dalam keputusan menteri negara. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 91/KEP/M.PAN/10/2001 menegaskan bahwa pengawas adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis dalam melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan. Kepmendiknas Nomor 097/U/2002 pasal 5 juga mengatur tentang fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pengawas, yaitu pengamatan dan pemantauan terhadap kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, pembinaan untuk mengetahui permasalahan, hambatan dan kendala pelaksanaan pendidikan, pemeriksaan terhadap satuan kerja di lingkungan dinas provinsi dan kabupaten atau kota serta penilaian terhadap penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. (Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional, 2003: 345). Pengawas dalam dunia pendidikan masih memiliki eksistensi sampai saat ini. Peran pengawas yang membantu guru menjadikan

13 pengawas tetap hadir di tengah dunia pendidikan. Fungsi dari pengawas dapat dirasakan oleh guru yang terbantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Secara umum, pengawas berfungsi sebagai orang yang memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, dengan demikian segala aktifitas sekolah yang berkaitan dengan upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan menjadi bagian bidang garapan pengawas. 4. Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah. Kegiatan sekolah harus dilaksanakan oleh seluruh personel sekolah yang dipimpin kepala sekolah. Kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah meliputi: a) Kegiatan mengatur proses belajar mengajar b) Kegiatan mengatur kesiswaan c) Kegiatan mengatur personalia d) Kegiatan mengatur peralatan pengajaran e) Kegiatan mengatur dan memelihara gedung dan perlengkapan sekolah f) Kegiatan mengatur keuangan g) Kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Kepala sekolah tidak hanya mempunyai tanggung jawab saja. Kepala sekolah juga mempunyai fungsi dalam peranannya sebagai personel sekolah. Berikut adalah fungsi kepala sekolah:

14 a) Perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan sekolah b) Pengatur kerja sekolah yang mencakup mengatur pembagian tugas dan wewenang, mengatur petugas pelaksana dan menyelenggarakan kegiatan c) Pelaksana supervisi kegiatan sekolah yang meliputi mengawasi kelancaran kegiatan, mengarahkan pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana. (Daryanto, 2010: 80-82) 5. Supervisi Guru Supervisi di dalam dunia pendidikan di Indonesia disebut juga pengawasan atau kepengawasan. Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. (Ngalim Purwanto, 2009: 76). Istilah supervisi juga dikemukakan oleh Engkoswara & Aan Komariah (2002: 193) yang menyatakan bahwa supervisi dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh orang yang ahli atau profesional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan perbaikan dan peningkatan atau pembinaan agar pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan berkualitas. Menurut Depdiknas 2006 (Sudarwan Danim dan Khairil, 2010:122) dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik, pengawas hendaknya berperan sebagai mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya, inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran

15 dan bimbingan disekolah binaannya, pembinaan, pembimbing, atau konsultan pendidikan disekolah binaannya, konselor bagi kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah, motivator untuk meningkatkan kinerja staf sekolah. Berdasarkan pernyataan di atas, maka supervisi adalah kegiatan terencana yang dilakukan oleh orang yang ahli atau profesional dalam membantu guru untuk memperbaiki kinerja guru sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih agar kegiatan proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Ahli atau profesional yang membantu guru salah satunya adalah pengawas. 6. Kompetensi Guru Profesional Setiap pekerjaan yang dimiliki seseorang harus dilaksanakan secara profesional. Suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum, termasuk guru. Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga guru mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan

16 pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dewasa, arif, bijaksana, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri dan religius. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi konsep, struktur, metode keilmuan, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran, penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. (Jejen Musfah, 2011: 30). Guru yang memiliki ke empat kompetensi tersebut dapat dikatakan guru yang profesional. Guru profesional merupakan orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. (Moh. Uzer Usman, 2010: 15) Pada pelaksanaan kerja sebagai pendidik, guru memiliki peran dalam dunia pendidikan. Simon dan Alexander (1980) telah merangkum lebih dari 10 hasil penelitian di negara-negara berkembang dan

17 menunjukkan adanya dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik yaitu jumlah waktu efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran di kelas dan kualitas kemampuan guru, dalam hal ini kemampuan profesional sangat dibutuhkan guru untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas. Kualitas guru dapat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping itu dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang dilakukan guru dapat mengubah perilaku peserta didik ke arah penguasaan kompetensi yang lebih baik. (E. Mulyasa, 201: 13-14) Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru prosefional adalah guru yang memiliki kompetensi sebagai guru serta menerapkan pada kegiatan pembelajaran. Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola pembelajaran sehingga proses dan hasil pembelajaran peserta didik dapat menjadi optimal karena kompetensi yang dimiliki guru dapat diterapkan pada pelaksanaan pendidikan. Empat kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

18 B. Penelitian yang relevan Beberapa penelitian tentang pengawas telah dilakukan diantaranya penelitian oleh Diana Elviya (2014) tentang Peran Pengawas Sekolah dalam Penilaian Kinerja Guru Di SDN Sukowati Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pengawas dalam penilaian kinerja guru di SDN Sukowati Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik yaitu memantau, melakukan penilaian, memotivasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program kegiatan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi dan profesional saat proses pembelajaran. Penelitian lain oleh Sutarjo (2014) tentang Supervisi Pengawas dan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran (Studi Kasus Pada SMA Negeri Di Kabupaten Karawang). Hasil penelitiannya yaitu Supervisi yang dilaksanakan pada 3 SMA Negeri di Kabupaten Karawang dilaksanakan dengan pengawasan terprogram dan berkesinambungan oleh supervisor yang memahami tugas dan fungsinya dengan baik sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran.