TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH DOMBA EKOR TIPIS MELALUI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA DI UP3J, PETERNAKAN TAWAKAL DAN MITRA TANI

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kaspia yang tepatnya berada didaerah Stepa Aralo-Caspian sejak masa neolitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

APLIKASI INDEKS MORFOLOGI DALAM PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN TIPE PADA DOMBA EKOR GEMUK DAN DOMBA EKOR TIPIS

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

TINJAUAN PUSTAKA Domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Qurban

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

PENGKLASIFIKASIAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL-GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA BERDASARKAN ANALISIS FAKTOR SKRIPSI AJI SURYANA

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

STUDI MORFOMETRIK DOMBA LOKAL JANTAN DI UNIT PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL SEBAGAI KRITERIA SELEKSI SKRIPSI MAWAS ISWAHYUDI

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Domba (Ovis aries)

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

KARAKTERISASI MORFOMETRIK DAN ANALISIS FILOGENI PADA ENAM SUB POPULASI KAMBING LOKAL INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

PUSTAKA Domba Lokal di Indonesia Sejarah

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

POLA PERTUMBUHAN BERDASARKAN BOBOT BADAN DAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI UNIT PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL (UP3J)

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan hasil domestikasi domba Argali (Ovis ammon), domba Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia Tengah dan domba Moufflon (Ovis muimon) yang berasal dari Asia kecil dan Eropa. Blakely dan Bade (1985) menyatakan bahwa semua domba mempunyai karakteristik yang sama sehingga diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, phylum Chordata atau hewan bertulang belakang, class Mammalia atau hewan menyusui, ordo Artiodactyla atau hewan berkuku genap, family Bovidae atau hewan memamah biak, genus Ovis, spesies Ovis aries. Domba sejak zaman dulu sudah mulai diternakkan orang. Menurut Tomaszewska et al. (1993) hewan yang didomestikasi terlebih dahulu adalah kambing kemudian baru domba. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ternak domba merupakan hasil seleksi berpuluh-puluh tahun, yang diperkirakan didomestikasi di areal yang dekat dengan laut Kaspia di daerah Stepa Aralo-Caspian sejak jaman neolitik. Domba kemudian menyebar ke arah timur yaitu sub-kontinen India dan Asia tenggara; ke barat yaitu ke arah Asia Barat, Eropa dan Afrika; kemudian ke Amerika, Australia dan Kepulauan Tropic Oceania. Ensminger (1991) menyatakan bahwa, awal domba didomestikasi di kawasan Asia dan Eropa. Ciri khas pada domba domestikasi adalah tanduk yang berpenampang segitiga dan tanduk yang melilit seperti spiral yang pada umumnya ditemukan pada jantan. Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis Einstiana (2006) menyatakan bahwa jenis domba ekor tipis memiliki tubuh yang kecil, sehingga disebut domba kacang atau biasa dikenal sebagai domba Jawa. Ekor relatif kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih, kadang-kadang berwarna lain, belang-belang hitam di sekitar mata, hidung atau bagian tubuh lain. Domba betina umumnya tidak memiliki tanduk, sedangkan pada jantan memiliki tanduk kecil dan melingkar. Rataan bobot badan domba ekor tipis Jonggol jantan dan betina pada umur 2-3 tahun masing-masing 34,90±6,96 kg dan 26,11±4,12 kg. Devendra dan 3

McLeroy (1982) menyatakan bahwa domba jantan ekor tipis memiliki tanduk dengan bentuk melingkar, sedangkan betina tidak bertanduk. Bulu berupa wol kasar, berwarna putih dengan bercak hitam ditemukan di sekeliling mata dan hidung. Daerah penyebaran jenis domba ini adalah di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba Ekor Gemuk Einstiana (2006) menyatakan bahwa domba Ekor Gemuk banyak ditemukan di daerah Jawa Timur dan Madura serta pulau-pulau di Nusa Tenggara. Malewa (2007) menyatakan bahwa jenis domba ini di Sulawesi Tengah dikenal sebagai domba Donggala. Karakteristik domba Ekor Gemuk adalah ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor yang membesar merupakan timbunan lemak, sedangkan begian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu putih, tidak bertanduk, bulu wol kasar. Ukuran tubuh domba ekor gemuk lebih besar daripada domba ekor tipis Bobot badan domba Ekor Gemuk Indramayu jantan dan betina pada umur 2-3 tahun masing-masing 46,08±8,33 kg dan 23,52±5,30 kg. Tebal pangkal ekor pada domba ekor gemuk jantan dan betina masing-masing 12,20±3,50 cm dan 5,26±1,61 cm (Einstiana, 2006). Domba Garut Devendra dan Mc. Leroy (1982) menyatakan bahwa domba Priangan merupakan domba hasil persilangan antara domba asli Indonesia, Merino dan domba ekor gemuk dari Afrika. Domba Garut dibagi ke dalam dua tipe, yakni domba tipe tangkas (aduan) dan domba tipe pedaging. Domba jantan memiliki tanduk yang cukup besar, melengkung ke arah belakang dengan ujung tanduk mengarah ke depan membentuk spiral. Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa domba Garut mempunyai ciri-ciri bertubuh besar, dahi konveks (cembung), tanduk pada jantan besar dan kuat yang melingkar seperti spiral. Pada domba Garut ditemukan kelompok domba yang mempunyai tipe telinga panjang, pendek dan rumpung. Bobot badan pada domba jantan 60-80 kg, sedangkan pada domba betina 30-40 kg, jumlah anak sekelahiran adalah 1,7 ekor per induk per kelahiran. Mulliadi (1996) menyatakan bahwa bobot badan domba Garut jantan dan betina pada umur 1-2 tahun di daerah Pandeglang dan Garut masing-masing 42,08-52,26 kg dan 28,70-32,35 kg. Domba Garut memiliki 4

bobot badan yang besar dibandingkan dengan bobot badan domba lokal lain. Suswati (2010) menyatakan bahwa rataan bobot badan domba keturunan Garut pada grade yang berbeda memiliki rataan bobot badan sebesar 30,28±3,40 kg lebih besar dibandingkan dengan domba lokal ekor tipis yang memiliki bobot badan sebesar 29,60±2,88 kg. Mansjoer et al. (2007) menyatakan bahwa masyarakat sudah dapat memisahkan antara tipe domba Garut tangkas dan pedaging. Dijelaskan lebih lanjut bahwa persilangan antara domba Garut tangkas dengan domba Garut pedaging dapat meningkatkan performa domba Garut pedaging yang semula berbobot badan lebih rendah. Ukuran-ukuran Tubuh Mulliadi (1996) menyatakan bahwa ukuran tubuh dengan komponenkomponen tubuh lain merupakan keseimbangan biologi sehingga dapat dimanfaatkan untuk menduga gambaran bentuk tubuh sebagai penciri khas suatu bangsa ternak tertentu. Penampilan seekor hewan merupakan hasil proses pertumbuhan yang berkesinambungan selama hewan hidup. Setiap bagian tubuh tersebut mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda. Menurut Diwyanto (1982) untuk mengetahui dan menentukan domba yang mempunyai produktivitas tinggi, ukuran tubuh berperanan penting. Muzani et al.(2005) dan Capote et al. (1998) menyatakan bahwa untuk menggetahui pendugaan jarak genetik dapat dilakukan pengukuran-pengukuran pada tulang ternak. Penggunaan ukuran tubuh yang meliputi tinggi pundak, tinggi panggul, panjang badan, lingkar dada, dalam dada, lebar panggul dan lingkar kanon pada domba Priangan; dilakukan oleh Diwyanto (1982) untuk menaksir bobot badan yang merupakan gambaran eksterior hewan sebagai ciri khas suatu bangsa. Ensminger (1991) menyatakan bahwa bobot badan domba jantan lebih tinggi dibandingkan betina. Doho (1994) menyatakan bahwa korelasi yang erat ditemukan antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh yang merupakan perwujudan dari proses pertumbuhan yang terjadi pada hewan tersebut, untuk menjaga keseimbangan biologis. Setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan diikuti dengan peningkatan ukuranukuran tubuh. Panjang badan merupakan parameter yang digunakan oleh Doho (1994) untuk menduga bobot badan ternak. Doho (1994) menyatakan bahwa panjang badan, 5

tinggi pundak dan lingkar dada adalah ukuran tubuh yang paling berkorelasi erat dengan bobot badan ternak. Hal tersebut berarti ternak yang mempunyai tubuh besar akan mempunyai tinggi pundak, panjang badan dan lingkar dada yang lebih besar; sehingga dapat dinyatakan bahwa ukuran-ukuran tubuh dan berat badan merupakan ukuran penting dalam menilai sifat kuantitatif ternak yang akan digunakan pada program seleksi. Sumantri et al. (2008) menyatakan bahwa keragaman DNA mikrosatelit yang berhubungan dengan bobot badan pada domba lokal telah dilakukan sebagai informasi dari perkembangan dan perbaikan mutu genetik domba lokal di Indonesia. Hanibal (2008) menyatakan bahwa secara umum penciri bentuk domba silangan lokal dengan Garut jantan adalah panjang badan. Nurhayati (2004) menyatakan bahwa bobot badan dan panjang badan memiliki korelasi yang positif dalam penelitian ternak domba Priangan di Kabupaten Garut; masing-masing 0,97 dan 0,87. Muliadi (1996) menyatakan bahwa peubah lingkar dada dapat dijadikan patokan penciri ukuran. Nurhayati (2004) menyatakan bahwa lingkar dada mempunyai hubungan yang erat terhadap bobot badan domba Priangan di Kabupaten Garut. Hanibal (2008) juga menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara skor ukuran dengan lingkar dada. Dijelaskan lebih lanjut bahwa skor ukuran yang tinggi akan meningkatkan peubah lingkar dada yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Hafiz (2009) melakukan pengukuran ukuran tubuh ternak domba pada peubah panjang badan, tinggi badan,lingkar dada, dalam dada, lebar dada, panjang pinggul dan lebar pinggul untuk menduga bobot badan dan tipe ternak melalui indeks morfologi. Herrera et al. (1996) menyatakan bahwa panjang panggul, panjang kepala, dan lingkar kanon merupakan peubah penciri pada pengamatan ukuran-ukuran tubuh kambing yang diamati melalui analisis diskriminan. Sumantri et al. (2007) menyatakan bahwa ukuran fenotipik domba yang memberikan pengaruh kuat terhadap peubah pembeda pada kelompok domba lokal adalah peubah panjang badan, panjang tengkorak dan panjang ekor. Suryana (2008) menyatakan bahwa peubah lingkar dada dan panjang badan dapat dijadikan faktor sebagai penentu klasifikasi produktivitas domba melalui analisis faktor. Mulliadi dan Arifin (2008) menyatakan bahwa karakteristik ukuran tubuh dapat digunakan untuk mengetahui 6

umur perkembangan optimal testis serta korelasi terhadap tinggi pundak dan bobot badan sebagai kriteria seleksi serta penduga kesuburan domba jantan. Analisis Komponen Utama Menurut Gaspersz (1992) Aanalisis Komponen Utama atau disingkat AKU berguna untuk menerangkan varian-kovarian melalui kombinasi linear dari peubahpeubah. Tujuan AKU adalah untuk mereduksi data dari peubah-peubah asal menjadi komponen-komponen utama, sehingga diperoleh informasi struktur varian-kovarian dari peubah asal dan kumpulan data asli dalam bentuk matriks. Hayashi et al. (1982) menyatakan bahwa AKU dapat diturunkan dari dua jenis matriks yaitu matriks kovarian dan korelasi. Hayashi et al. (1982) menyatakan bahwa matriks kovarian lebih akurat dibandingkan dengan matriks korelasi. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa AKU dapat digunakan untuk penelitian terhadap keragaman ukuran-ukuran tubuh hewan. Analisis Komponen Utama telah dilakukan oleh Haryani (2005) dan Erfan (2004) untuk mengidentifikasi karakteristik ukuran dan bentuk tubuh ternak kambing dan domba. Dijelaskan lebih lanjut bahwa komponen utama ke satu di sepadankan sebagai ukuran, sedangkan komponen utama ke dua sebagai bentuk. Salako (2006) menyatakan bahwa untuk mengetahui dan mencari pengaruh terhadap konformasi bentuk tubuh dapat digunakan Analisis Komponen Utama Faktor. Koefisien Keragaman, Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Syahid (2009) menjelaskan bahwa nilai koefisien keragaman yang dianggap baik sampai sekarang belum dapat dibakukan karena beberapa faktor yang dapat mempengaruhi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa faktor yang mempengaruhi koefisien keragaman adalah heterogenitas bahan, alat, media dan lingkungan percobaan. Walpole (1992) menyatakan bahwa koefisien korelasi antara dua peubah adalah suatu ukuran yang memiliki hubungan linear diantara kedua peubah. Koefisien korelasi sebesar r = 0,3 dan r = 0,6 memiliki makna berkorelasi positif. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Koefisien determinasi memiliki proporsi keragaman total nilainilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah X melalui hubungan yang linear. Koefisiensi determinasi R 2 = 0,90 mengandung makna bahwa 90% diantara keragaman dalam nilai Y dapat dijelaskan hubungan linear dengan nilai X. Noor (2008) menyatakan bahwa untuk membandingkan diantara dua populasi, perlu 7

diketahui koefisien keragaman. Dijelaskan lebih lanjut bahwa koefisien keragaman diperoleh dengan jalan membagi simpangan baku dengan rataan populasi. Suatu Populasi dapat dinyatakan lebih beragam karena populasi tersebut memiliki nilai koefisien keragaman yang paling besar. Rahmat et al. (2006) menyatakan bahwa koefisien keragaman dapat digunakan untuk mengetahui keragaman terhadap bobot lahir dan bobot sapih pada domba persilangan Barbados dan Priangan. Analisis Regresi Komponen Utama Gaspersz (1992) menyatakan bahwa Analisis Regresi Komponen Utama merupakan kombinasi teknik Analisis Regresi dengan Analisis Komponen Utama, yang pada dasarnya merupakan teknik analisis regresi yang dikombinasikan dengan teknik analisis komponen utama. Komponen utama dijadikan sebagai tahap analisis antara untuk memperoleh hasil akhir dalam analisis regresi. Penggunaan analisis regresi komponen utama biasa dilakukan dalam studi penelitian yang melibatkan peubah bebas dan saling ketergantungan satu dengan yang lain. Dengan demikian analisis komponen utama merupakan analisis regresi dari peubah tak bebas terhadap komponen-komponen utama yang tidak berkorelasi. Analisis regresi komponen utama bertujuan untuk menyederhanakan peubah yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) demensinya. 8