BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih terdapat dalam produk ruahan (Siregar,2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

PENETAPAN KADAR TABLET ANTALGIN SECARA TITRASI IODIMETRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN TUGAS AKHIR. Oleh: MEI KRISTIAN ZEGA

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

turunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.

BAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

memodifikasi struktur senyawa obat dengan penambahan gugus yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan gugus tersebut dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem dengan memodulasi efek dari obat lain (Ikawati, 2006).

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang I.2 Tujuan dan Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau diagnosis suatu penyakit, kelainan fisik, atau gejala-gejalanya pada manusia

Gambar 1.1. Struktur turunan N-arilhidrazon (senyawa A) CH 3

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

banyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS HASIL PERTANIAN

pada penderita tukak lambung dan penderita yang sedang minum antikoagulan (Martindale, 1982). Pada penelitian ini digunakan piroksikam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

),parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

MATERIA MEDIKA INDONESIA

Piroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi,

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

Sophie Damayanti / SF ITB

BAB I PENDAHULUAN. derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme. ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

N N. Gambar 1.1. Struktur molekul piroksikam dan O-(3,4- diklorobenzoil)piroksikam.

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masyarakat mencari upaya untuk menghilangkannya.

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

banyak senyawa-senyawa obat yang diproduksi melalui jalur sintesis dan dapat digunakan dalam berbagai macam penyakit. Sintesis yang dilakukan mulai

PENGANTAR FARMAKOLOGI

Gambar 1.1. Struktur asam asetilsalisilat (Departemen Kesehatan RI, 1995).

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT KEPALA PADA KONSUMEN YANG DATANG DI ENAM APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut :

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Baku Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat (zat aktif) maupun tidak berkhasiat (zat Nonaktif/eksipien), yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat dalam produk ruahan (Siregar,2010). Menurut Ditjen POM (2006), bahan (zat) aktif adalah setiap bahan atau campuran bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi dan apabila digunakan dalam pembuatan obat menjadi zat aktif obat tersebut. Bahan yang ditujukan untuk menciptakan khasiat farmakologi atau efek langsung lain dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan, pengobatan atau pencegahan penyakit, atau untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh. Semua bahan baku yang digunakan harus memenuhi persyaratan farmakope atau buku resmi lain yang disetujui oleh regulator atau oleh industri farmasi yang bersangkutan. Bahan-bahan yang dibeli harus sesuai dengan spesifikasi hasil uji praformulasi agar diperoleh mutu obat memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, stabilitas dan ketersediaan hayati (Siregar, 2010) Menurut Ditjen POM (2006) spesifikasi bahan awal hendaklah mencakup dimana diperlukan:

a. Deskripsi bahan termasuk: 1. Nama yang ditentukan dan kode produk internal. 2. Rujukan monografi farmakope bila ada. 3. Pemasok yang disetujui dan, bila mungkin produsen bahan. 4. Standar mikrobiologis, bila ada. b. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan. c. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas penerimaan. d. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan. e. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali. 2.2 Nyeri Nyeri adalah perasaan sensorial dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang (Tjay dan Kirana, 2007) Nyeri timbul jika rangsangan mekanik, termal, kimia atau listrik melalui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan mediator nyeri (Mutschler, 1991). Mediator nyeri ialah zat-zat yang merangsang reseptor-reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas yang terdapat di kulit, selaput lendir, dan jaringan lainnya. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensorik ke

susunan saraf pusat melalui sumsum belakang, sumsum lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay dan Kirana, 2007). Mediator nyeri antara lain histamin yang bertanggungjawab untuk kebanyakan reaksi nyeri. Bradikinin adalah polipeptida yang dibentuk dari protein plasma, dan prostaglandin yang terbentuk dari asam arachidonat (Tjay dan Kirana, 2007). Berdasarkan proses terjadinya rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara berikut : a. Menghambat sisntesis prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer. b. Menghambat penyaluran rangsangan dalam serabut serabut sensoris dengan anastetika lokal. c. Meniadakan nyeri melalui kerja dalam system saraf pusat dengan analgetika yang bekerja pada sistem saraf pusat (Mutschler, 1991). 2.3 Analgetika Analgetika merupakan senyawa yang dapat menekan fungsi sistem syaraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa nyeri (Siswandono dan Suekarjo, 1995).

Menurut Anwar dan Yahya (1973) analgetika dapat dibagi dalam dua golongan besar, yakni: 1. Analgetika non-narkotik, yaitu obat-obat yang dapat menghilangkan rasa sakit, nyeri somatik dan tidak dapat menghilangkan rasa sakit jeroan kecuali bila digabungkan dengan obat-obat lain, tidak menimbulkan adiksi, tidak berkhasiat terhadap rasa sakit yang hebat. 2. Analgetika narkotika, yaitu bahan-bahan yang dapat menimbulkan analgesia yang amat kuat dan dapat menimbulkan kecanduan/adiksi. Pada umumunya bahan-bahan ini didapat dari opium sehingga sering juga disebut analgetika-opiat. 2.4 Antalgin Antalgin merupakan obat analgetik-antipiretik dan antiinflamasi. Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara meningkatkan nilai ambang nyeri di sistem syaraf pusat tanpa menekan kesadaran, sedangkan antipiretik merupakan obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Sedangkan antiinflamasi adalah mengatasi inflamasi atau peradangan (Tjay dan Kirana, 2007).

2.4.1 Uraian Umum Antalgin Rumus Bangun : Rumus Struktur Nama Kimia : C 13 H 16 N 3 NaO 4 S.H 2 O : Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4- Berat Molekul : 351,37 metilaminometanasulfonat Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan. Kelarutan : Larut dalam air dan HCl 0,02 N. Identifikasi : Pada 3 ml larutan 10% b/v, tambahkan 1 ml sampai 2 ml asam klorida 0,02 N dan 1 ml besi (III) klorida 5% b/v terjadi warna biru yang jika dibiarkan berubah menjadi merah kemudian tidak berwarna. Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 5,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105 o hingga bobot tetap menggunakan 250 mg zat.

Syarat Kadar : Metampiron mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 13 H 16 N 3 NaO 4 S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Sinonim : Metampiron (Ditjen POM, 2006). 2.4.2 Farmakologi antalgin Antalgin termasuk derivat metan sulfonat dari amidopyrin yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral di otak dalam menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986). 2.4.3 Farmakodinamika antalgin Sebagai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik opiat, obat ini tidak menimbulkan ketagihan (adiksi) dan efek samping sentral yang merugikan. Sebagai antipiretik, obat ini akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Kerja analgetik antalgin lebih besar dibandingkan dengan kerja antipiretik yang dimilikinya. Sedangkan efek antiinflamasinya sangat lemah (Ganiswara,1981).

2.4.4 Farmakokinetik antalgin Fase farmakokinetik adalah perjalanan antalgin mulai titik masuk ke dalam badan hingga mencapai tempat aksinya. Antalgin mengalami proses ADME yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tidak langsung melintasi sel membrane (Anief, 1990). Pada pemberian secara oral senyawa diserap cepat dan sempurna dalam saluran cerna. Terdapat 60% antalgin yang terikat oleh protein plasma, masa paru dalam plasma 3 jam. Obat ini dimetabolisme di hati menjadi metabolit utama dan diekskresi melalui ginjal (Widodo, 1993). 2.4.5 Efek yang tidak diharapkan Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama penggunaan obat yang mengandung metampiron kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis fatal. Untuk mendeteksi hal tersebut, selama penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur (Lukmanto, 1986). Efek samping lain yang mungkin terjadi ialah urtikaria, leukopenia, trombopenia. Terutama pada pasien usia lanjut terjadi retensi Na dan air dengan edema. Pada kelebihan dosis, terjadi hipotensi, nafas terengah-engah, torus otot meninggi, rahang menutup, kehilangan kesadaran dan serangan kram/kejang cerebral (Widodo, 1993).

2.5 Metode Penetapan Kadar 2.5.1 Iodimetri Penetapan kadar antalgin dilakukan secara iodimetri. Metode ini cukup akurat karena titik akhirnya cukup jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan titer yang encer. Iodimetri dilakukan terhadap zat yang potensial reduksi lebih tinggi dari sistem larutan iodin. Iodin merupakan oksidator yang lemah dengan nilai potensial oksidasi sebesar +0,535 V. Pada saat reaksi oksidasi, iodin akan direduksi menjadi iodida (Rohman, 2007). 2.5.2 Prinsip Iodimetri Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodine sebagai pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida dimana sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (ph: 5-8). Pada antalgin, gugus SO3Na dioksidasi oleh I2 menjadi SO4Na (Alamsyah, 2007). 2.5.3 Larutan Pentiter Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan pentiter. Iodin adalah oksidator lemah sedangkan iodida merupakan reduktor lemah. Iodin hanya larut sedikit dalam air, namun larut dalam larutan yang mengandug ion iodida. Larutan iodin standar dapat dibuat dengan melarutkan iodin dengan larutan KI pekat. Ditambahkan kalium iodida berlebih untuk meningkatkan kelarutan dan menurunkan penguapan iod. Biasanya ditambahkan 3% sampai 4% bobot KI

kedalam larutan 0,1N dan kemudian wadahnya disumbat baik-baik (Day dan Underwood, 2002). Kelemahan pelarut beriodida adalah ion ini dapat teroksidasi oleh O2 dari udara yang dipercepat reaksinya dalam suasana asam atau oleh adanya cahaya, tetapi bersifat lambat dalam suasana netral. Selain itu, senyawa iodida (biasanya KI) yang digunakan dipersyaratkan agar bebas iodat (karena iodat bereaksi dengan I - dalam suasana asam dengan membentuk I2). Persyaratan harus dipenuhi bila larutan I2 dalam KI akan digunakan sebagai larutan baku (Mulyono, 2006). 2.5.4 Indikator Sebagai indikator biasanya digunakan suatu larutan dispersi koloid kanji, karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat dihambat dengan sterilisasi atau dengan penambahan suatu pengawet. Merkurium (II) iodida, asam borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet (Day dan Underwood, 2002). Larutan kanji harus dibuat segar. Jika larutan kanji sudah lama, maka ikatan antara amilum dengan iodium tidak lagi reversible. Larutan kanji tidak tahan asam dan alkohol yang tinggi batas 5% (Alamsyah, 2007).