PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN AREAL STOK KARBON TINGGI UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
Pengenalan High Conservation Value (HCV)

Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat (KPS)

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

Inventarisasi hutan dalam Indentifikasi High Carbon StoCck

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI SEKTOR KEHUTANAN KEBAKARAN HUTAN PENEBANGAN POHON PERUBAHAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN (LEGAL DAN ILLEGAL)

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Deskripsi KHDTK Aek Nauli Sumatera Utara

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Studi Hutan SKT. dipresentasikan di. Seminar REDD+ Task Force. Arief Muria Perkasa Program Manager TFT

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

III. METODE PENELITIAN

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN. masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di kuasai pepohonan dan mempunyai kondisi

OVERVIEW DAN LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

RENCANA PENGELOLAAN PERIODE TAHUN PT. TELAGABAKTI PERSADA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

HIGH CARBON STOCK (HCS) Sejarah, Kebijakan dan Identifikasi

KELOLA KAWASAN AREAL PERHUTANAN SOSIAL Oleh : Edi Priyatno

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

Draft 10 November PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.30/Menhut-II/ /Menhut- II/ TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

Transkripsi:

No Dokumen Halaman 1 dari 13 AREAL STOK KARBON TINGGI UNTUK Dibuat Oleh, Direview oleh, Disahkan oleh 1

No Dokumen Halaman 2 dari 13 Riwayat Perubahan Dokumen Tanggal Uraian Oleh 2

No Dokumen Halaman 3 dari 13 Daftar Isi 1.... 4 2. Ruang Lingkup... 4 3. Referensi... 4 4. Definisi... 4 5. TanggungJawab... 6 6. Prosedur... 7 7. Lampiran... 13 3

No Dokumen Halaman 4 dari 13 1. Tujuan 1.1 Mengidentifikasi target-target konservasi SKT yang teridentifikasi di seluruh area kebun. 1.2 Mengatur tata cara pelaksanaan pengelolaan pemantauan areal SKT yang teridentifikasi di dalam area kebun. 1.3 Melindungi Mempertahankan keberadaan fungsi areal SKT. 1.4 Meningkatkan kesiapan kapasitas SDM untuk melakukan upaya-upaya dalam menjaga, memantau meningkatkan stok karbon di areal kebun. 2. Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup pengelolaan pemantauan di semua kawasan lindung areal kebun yang memiliki stok karbon tinggi masih berada di dalam wilayah operasional perusahaan. 3. Referensi 3.1 High Carbon Stock (HCS) Toolkit Version 1, March 2015. 3.2 SNI 7645 2010, Klasifikasi penutup lahan. 3.3 SNI 7724 2011. Pengukuran Penghitungan Cagan Karbon. Pengukuran Lapangan Untuk Penaksiran Cagan Karbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting) 3.4 SNI 77252011, Penyusunan persamaan alometrik untuk penaksiran cagan karbon hutan. 3.5 IPCC 2003, Good Practice Guice for Land Use, Land Use Changes and Forestry. 3.6 IPCC 2006, Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. 3.7 Peraturan Perung-ungan yang berkaitan dengan konservasi, AMDAL perlindungan ekosistem. 4. Definisi 4.1 High Carbon Stock (HCS) adalah sebuah konsep untuk membedakan area berhutan atau area berpotensi stok karbon tinggi dengan area terdegradasi atau area berstok karbon rendah. 4

No Dokumen Halaman 5 dari 13 4.2 Karbon adalah unsur kimia yang memiliki nomor atom 6 (C6). 4.3 Biomassa, adalah total berat kering tanur. 4.4 Biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass), adalah total berat kering tanur vegetasi di atas permukaan tanah yang meliputi seluruh bagian pohon tumbuhan bawah. 4.5 Carbon pool, adalah bagian atau tempat karbon tersimpan. 4.6 Diameter setinggi dada (diameter at breast height/dbh), adalah diameter yang diukur pada ketinggian di atas permukaan tanah atau sesuai dengan kaidah pengukuran yang ditentukan. 4.7 Tier adalah tingkat kerincian dalam perhitungan karbon. 4.8 Tier 3, adalah tingkat kerincian penghitungan cagan karbon dengan menggunakan persamaan data alometrik, hasil inventarisasi yang dilakukan lapangan, secara permodelan berulang atau dengan mempertimbangkan karakteristik tapak (sub nasional) dalam setiap Negara. Catatan Tier 3 merupakan tingkat kerincian tertinggi. 4.9 Pengukuran tumbuhan berdasarkan SKT Approach Toolkit terbagi menjadi 3 kategori yaitu a. Ukuran diameter kriteria tiang yaitu 5 14.9 cm di dalam plot kecil lingkaran dengan jari jari 5.64 m b. Ukuran diameter kriteria pohon yaitu 15 cm di dalam plot lingkaran dengan jari jari 12.61 m c. Tumbuhan bukan pohon seperti keluarga palem paleman bambu. 4.10 Stratum adalah kelompok tutupan lahan sesuai SNI 76452010 IPCC 2006. 4.11 Hutan Kerapatan (HK) adalah Hutan alam dengan tajuk tertutup beragam dari hutan kerapatan tinggi sampai rendah. Data inventarisasi menunjukkan keberadaan pohon dengan diameter >30 cm didominasi oleh spesies klimaks. 4.12 Belukar (Schrub) adalah lahan yang dahulunya berupa hutan tetapi telah dibuka dalam waktu belum terlalu lama. Didominasi oleh belukar rendah dengan penutupan tajuk yang terbatas. Mencakup lahan dengan 5

No Dokumen Halaman 6 dari 13 rerumputan tinggi tumbuhan paku pakuan serta spesies pohon pionir yang tersebar. 4.13 Lahan Terbuka (LT) adalah Lahan yang baru dibuka sebagian besar terdiri dari rerumputan atau tanaman. Sedikit tumbuhan berkayu. 4.14 Monitoring evaluasi HCV/SKT adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk mengukur kinerja pengelolaan HCV tegakan hutan alam yang dikategorikan SKT yang dilakukan oleh unit manajemen secara periodik. 5. TanggungJawab Penanggung jawab implementasi penanganan disesuaikan dengan struktur organisasi dalam perusahaan melibatkan semua bagian. 6

No Dokumen Halaman 7 dari 13 6. Prosedur Bagan Alur & Prosedur Areal Kebun Tata ruang Eksisting Studi SKT Paduserasi Tata ruang Pemetaan Partisipatif Zona Konservasi Kelola Konservasi Zona Sosial Kelola Sosial Clustering 1. Area Non-Lingkungan 2. Area SKT 1. 2. 3. 4. FGD Verifikasi Lapangan Analisis Citra Areal Rawan 1. Area Produksi Inti 2. Area Produksi Plasma 1. Area Inti Konflik 2. Area SKT Konflik 3. Area Konflik Identifikasi ancaman sumber ancaman Identifikasi intervensi untuk mitigasi ancaman Monev Efektivitas Pengelolaan Penyusunan Rencana Pengelolaan Pemantauan Monev Dampak Pengelolaan Implementasi Pengelolaan 7

No Dokumen Halaman 8 dari 13 Penjelasan Prosedur Pengelolaan Pemantauan SKT 6.1 Penyusunan Master Plan. Penyusunan rencana strategi master plan pengelolaan pemantauan SKT atau lebih dikenal dengan pengelolaan pemantauan berjangka 5 tahun sesuai dengan hasil identifikasi areal SKT. 6.2 Master Plan pengelolaan pemantaun SKT selanjutnya diajukan pengesahaannya kepada CEO atau managemen tertinggi, serta meminta arahan masukan dalam proses implementasinya. 6.3 Managemen Plan. Master plan yang telah disetujui kemudian dibuat rencana strategi pengelolaan pemantauan tahunan atau lebih dikenal managemen Plan, dalam pembuatan atau penyusunannya memperhatikan prinsip pengelolaan areal mencakup perbaikan kerusakan, menekan sumber kerusakan mencegah/mitigasi potensi ancaman. 6.4 Managemen Plan selanjutnya diajukan pengesahan kemanajemen tertinggi atau divisi/atau unit yang berkewenangan. 6.5 Pengelolaan Areal SKT. Pengelolaan Areal SKT adalah upaya perlindungan pemanfaatan areal SKT teridentifikasi dengan melakukan kegiatan dalam mempertahankan keutuhan arealnya. Pengelolaan areal SKT dilakukan oleh penanggungjawab dalam perusahaan yang mencakup beberapa kegiatan, diantara 6.5.1 Penataan batas. Penataan tanda batas areal SKT dilperlukan agar areal memiliki batas tanda lapangan yang jelas, dimana pelaksanaannya dilakukan oleh penanggung jawab dengan cara a. Penandaan batas bentuk pal batas SKT mengacu pada standarisasi atau intruksi kerja yang sudah ada. b. Peta titik koordinat lokasi pemasangan tanda batas didokumentasikan untuk memudahkan kegiatan pemantauan pemeliharaan. c. Apabila batas Areal SKT overlap dengan areal NKT, maka tidak perlu dilakukan pemasangan pal SKT, cukup mengikuti Pal batas NKT yang sudah ada. d. Apabila Batas areal SKT berbatasan langsung dengan areal persiapan lahan, maka harus diberikan penyangga selebar xxx meter, 8

No Dokumen Halaman 9 dari 13 hal ini untuk menghindari terbukanya areal SKT karena pembukaan persiapan lahan kebun. e. Daerah penyangga harus diberi patok dengan bentuk yang berbeda dengan pal batas areal SKT, hal ini untuk memudahkan dalam membedakan batas areal SKT batas areal penyangga. f. Bentuk pal batas daerah penyangga mengikuti intruksi kerja atau panduan yang sudah ada. g. Pemeliharaan pemeriksaan batas areal SKT batas daerah penyangga di lapangan yang dilakukan secara berkala dengan mendokumentasikan secara lengkap kegiatannya. 6.5.2 Solialisasi. Keberadaan manfaat dari aya areal SKT perlu diketahui dipahami oleh semua pihak dalam perusahaan maupun stakeholder (masyarakat, kontaktor, pemerintah lain-lain) yang berada di sekitar kebun dengan melakukan sosialisasi secara langsung tidak langsung. a. Sosialisasi Langsung. Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui pertemuan. Sasaran sosialisasi adalah staff/karyawan kebun serta stakeholder (masyarakat, kontraktor, pemerintah lain-lain) di sekitar areal kebun. Sosialisasi kepada stakeholder pihak terkait, karyawan dilakukan operasional oleh unit kebun kebun didokumentasikan dalam bentuk notulensi, daftar hadir foto. b. Sosialisasi Tidak Langsung. Sosialisasi secara tidak langsung disampaikan melalui pemasangan papan amaran /atau media sosialisasi lainnya (poster, leaflet, lain-lain). Pembuatan pemasangan papan amaran dibuat sesuai dengan instruksi kerja pembuatan papan amaran SKT. Peta titik koordinat lokasi pemasangan papan amaran didokumentasikan untuk memudahkan kegiatan pemantauan pemeliharaan. 9

No Dokumen Halaman 10 dari 13 Pemasangan papan amaran yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dilakukan secara partisipatif semua proses pelaksanaannya dilakukan pendokumentasian. Pemeliharaan papan amaran dilakukan secara berkala yang dilakukan oleh penanggungjawab semua pelaksanannya dilakukan pendokumentasian. 6.5.3 Restorasi, Rehabilitasi atau Pengkayaan Jenis. upaya ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut a. Restorasi/rehabilitasi dilakukan pada areal SKT yang kondisinya rusak atau lahan terbuka/kosong yang diakibatkan karena kebakaran atau kondisi lainnya. b. Pengkayaan dilakukan pada kawasan yang kondisi tegakannya kurang atau areal belukar yang berada di antara belukar tua hutan kerapatan. c. Kegiatan rehabilitasi pengkayaan menggunakan jenis-jenis tanaman setempat (Local Species). d. Pemilihan jenis tanaman lokal diprioritaskan yang memiliki fungsi sebagai sumber pakan /atau habitat/sarang satwa yang dilindungi yang dikelola, jenis tanaman yang dilindungi, memiliki fungsi konservasi tanah air, dll. e. Tidak menggunakan jenis eksotik (jenis tanaman asing/bukan jenis tanaman lokal untuk kegiatan restorasi, rehabilitasi ataupun pengkayaan jenis. f. Pelibatan masyarakat setempat dalam kegiatan rehabilitasi atau pengkayaan di areal yang berdekatan dengan desa. 6.5.4 Pengamanan SKT. Menekan segala bentuk gangguan terhadap kawasan SKT melalui kegiatan pengamanan a. Pengamanan rutin secara berkala di areal SKT yang dilakukan oleh bagian keamanan atau pengamanan bersama, terkait pencurian pohon, penggarapan liar, perburuan satwa, pengambilan rumput, semak daun untuk pakan ternak, penggunaan bahan kimia, pembakaran hutan, dll. 10

No Dokumen Halaman 11 dari 13 b. Bilamana ada perambahan, perburuan atau peluang terjadinya kebakaran harus segera dilakukan upaya pencegahan pengendalian sesuai dengan Intruksi kerja yang ada. c. Mengimplementasikan peraturan desa partisipatif. d. Pendokumentasian pemantauan intensitas gangguan terhadap kawasan (tegakan, satwaliar, lahan) penggunaan bahan kimia. e. Memberikan penyuluhan sadar hukum terkait pelanggaran/perusakan SKT kepada masyarakat para pihak. 6.5.5 Areal SKT yang masih belum di ganti rugi atau berpotensi konflik, maka prioritas pengelolaannya dengan melakukan penyelesaian ganti rugi atau konflik yang mengacu pada prosedur penyelesaian ganti rugi konflik perusahaan yang telah dibuat. 6.6 Pemantauan Areal SKT. Upaya pemantauan areal SKT dilakukan oleh penanggungjawab dalam perusahaan yang mencakup beberapa kegiatan, diantara 6.6.1 Atribut SKT. Pemasangan atribut SKT dilakukan di lokasi yang strategis yang sering di pergunakan sebagai jalur mobilitas/melintas baik oleh perusahaan stake holder yang berada disekitar kebun, dimana a. Atribut SKT yang dipasang harus sesuai dengan rencana pengelolaan (jumlah, letak tulisan tanda batas). b. Atribut SKT dipantau secara berkala untuk memastikan keberadaan kondisinya. c. Pemeliharaan pemantauan Atribut dilakukan oleh staf penanggung jawab dengan memperhatikan kebersihan kondisi sekitar atribut SKT harus bersih dari tumb uhan bawah dengan radius 1 (satu) meter. 6.6.2 Kondisi areal SKT. Pemantauan kondisi areal SKT dilakukan untuk dapat mendapatkan update kondisi luasan tutupan lahan. Pemantauan kondisi dapat dilakukan secara langsung tidak langsung. a. Pemantauan langsung dilakukan dengan verifikasi secara berkala tutupan lahan areal SKT di lapangan dengan parameter yang 11

No Dokumen Halaman 12 dari 13 dipantau dalam kegiatan ini adalah deskripsi kondisi SKT yang meliputi gangguan ancamannya. b. Pemantauan tidak langsung dilakukan mengggunakan pengindraan jarak jauh dengan pertimbangan Areal SKT yang memiliki luasan > 100 ha dalam satu hamparan, di pantau secara berkala setiap 6 bulan sekali. Areal SKT yang memiliki luasan < 100 ha dalam satu hamparan, dipantau secara berkala setiap 3 bulan sekali. 6.6.3 Restorasi, Rehabilitasi Pengkayaan Jenis. Pemantauan restorasi, rehabilitasi atau pengkayaan jenis dapat dilakukan secara berkala oleh staf yang bertanggung jawab dengan parameter yang dipantau adalah kesesuaian jenis pohon, jarak tanam, perlakuan lainnya persentase perkembangan kegiatan restorasi, rehabilitasi atau pengkayaan jenis. 6.6.4 Pemanfaatan SKT. Pemanfaatan dilakukan secara lestari tidak melakukan eksploitasi berlebihan yang dapat mengganggu/merusak fungsinya dimana jenis pemanfaatan berupa Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), seperti buah-buahan, obat-obatan, madu, rotan, lain-lain, yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat lokal. Jika terdapat pemanfaatan kayu untuk kepentingan pembangunan rumah atau sarana umum masyarakat bukan untuk tujuan komersil, maka pemanfaatan harus mengikuti aturan masyarakat adat setempat dikoordinasikan dengan perusahaan. 6.7 Pengelolaan pemantauan areal SKT dalam rencana pengelolaan, pelaksanaan pengawasannya dapat perlu dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan masyarakat setempat. 6.8 Penyusunan Pelaporan. Pelaporan kegiatan pengelolaan pemantauan dilakukan secara periodik sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali oleh staf yang bertanggungjawab. Data hasil monitoring evaluasi dibuat secara lengkap berurutan dari tahun ke tahun berupa data series time series oleh penanggungjawab sebagai bahan dalam menyusun rekomendasi secara teknis rencana tindaklanjut kedepan. Laporan tahunan yang 12

No Dokumen Halaman 13 dari 13 sudah disusun kemudian diajukan untuk ditandatangani oleh manajemen tertinggi. Laparan yang telah disetujui oleh managemen tertinggi, kemudian didistribusikan kesetiap unit kebun yang ada. 7. Lampiran 13