BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008

dokumen-dokumen yang mirip
PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN DUNIA (GATT/WTO)

BAHAN KULIAH. Safeguard TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum

BAB III KEBIJAKAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI DI INDONESIA. 1. Dasar Hukum Kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI)

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

CROSS-CUTTING ISSUES ANTARA SERVICES CHAPTER DAN INVESTMENT CHAPTER DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (FTA/EPA/CEPA)

IDENTITAS MATA KULIAH

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

PENGATURAN PERDAGANGAN JASA DALAM HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL 1

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.

HUKUM PERDAGANGAN BEBAS MULTILATERAL Perdagangan Internasional Dan Lingkungan Hidup

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

PRINSIP-PRINSIP GATS (GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN SERVICES) TERHADAP PERDAGANGAN JASA PENDIDIKAN TINGGI

ARAH KEBIJAKAN NASIONAL DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL PERDAGANGAN JASA DAN INVESTASI

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

ANALISIS HUKUM ATAS PEMBATASAN INVESTASI ASING PADA SEKTOR INDUSTRI JASA PERBANKAN DI INDONESIA SKRIPSI

LIBERALISASI PERDAGANGAN. Pengembangan SDM Kompeten Menghadapi Pasar Global. Urip Sedyowidodo

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai otoritas tertinggi dalam perdagangan bebas dunia, World Trade

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP NON DISKRIMINASI PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

UUPM DAN PENYELASAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PENANAMAN MODAL. Mahmul Siregar 1

PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL KAITANNYA DENGAN DOMESTIC REGULATIONS WTO T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

Naskah diterima: 07 Oktober 2013 Disetujui diterbitkan: 2 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua hal yang

ANALISIS HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KANDUNGAN LOKAL DALAM KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI BERDASARKAN KESEPAKATAN WTO SKRIPSI

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL JOINT VENTURE AGREEMENT

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

MENGINGAT LEBIH LANJUT

RELEVANSI PRINSIP NON DISKRIMINASI DALAM WTO DARI SUDUT PELAYANAN JASA PARIWISATA BALI Oleh : I Kadek Setiawan, S.H. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN (1) GLOBALISASI DAN LIBERALISASI DALAM PENDIDIKAN. Perubahan2 dalam Masyarakat: 4/7/2012 DAYA SAING PENDIDIKAN INDONESIA

PRINSIP WTO IKANINGTYAS

GLOBALISASI DAN LIBERALISASI DALAM PENDIDIKAN

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

MASIH PERLUKAH WTO BAGI NEGARA BERKEMBANG. - Zulkarnain Sitompul - Abstrak

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

PELUANG TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Oleh: Tiesnawati Wahyuningsih, SH., MH (FISIP)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan bauran...,rahmi Yuningsih, FKM UI, 2009

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan perekonomian

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

BAB I. A. Latar Belakang

Conduct dan prosedur penyelesaian sengketa. GATT terbentuk di Geneva pada tahun 1947

PROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. dengan sangat jelas dapat dilihat bahwa terdapat banyak sekali perbedaan antara

Bisnis Internasional Pertemuan Pertama Bab 1 dan 2 Globalisasi dan Perbedaan Sistem Politik Ekonomi antar Negara

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS STRATEGI KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI INDONESIA DALAM MENGHADAPI KESEPAKATAN AFTA HAKA AVESINA ASYKUR

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Peran Pemerintah Dalam Menjaga Persaingan Usaha Daging Sapi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

SINGAPURA DAFTAR PENGECUALIAN MFN. Untuk Komitmen Paket Kedelapan dalam Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan setiap perusahaan menghadapi persaingan yang ketat. Perubahan

E - Commerce. E-Commerce dalam Layanan Publik. M. Mulyana Mubarak 4/15/2015. sesi. Tujuan Pembelajaran.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB V PENUTUP. akan menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA DAN PERDAGANGAN JASA PARIWISATA

ANALISIS TENTANG SISTEM PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL DALAM WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) DAN MANFAATNYA BAGI INDONESIA TESIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan L

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

ANALISIS PENGATURAN KRITERIA FASILITAS PENANAMAN MODAL DIKAITKAN DENGAN PRINSIP MOST FAVORED NATION (MFN)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

SILABUS. : Perdagangan Pertanian Nomor Kode/SKS : ESL 314 / 3(3-0)2

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PRINSIP-PRINSIP KONTRAK INTERNASIONAL UNIDROIT (The UNIDROIT Principles of International Contracts, 1994)

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

KESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA MENGHADAPI MEA PELUANG DAN TANTANGAN. Dasril Rangkuti. Wakil KOMITE TETAP PELATIHAN KETENAGAKERJAAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

Transkripsi:

BAHAN KULIAH HUKUM PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum Staf Pengajar Fakultas Hukum USU Jl. BungaAsoka Gg. AndalasNo. 1 AsamKumbang, Medan Cellphone : 0813 62260213, 77729765 E-mail : mahmuls@yahoo.co.id PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2008

MODA PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL Trade in Services : CROSS BORDER : Jasa yang diberikan dari suatu wilayah negara ke wilayah negara lainnya, misalnya jasa yang mempergunakan media telekomunikasi; CONSUMPTION ABROAD : Jasa yang diberikan dalam suatu wilayah negara kepada konsumen dari negara lain, misalnya turisme; COMMERCIAL PRESENCE : Jasa yang diberikan melalui kehadiran badan usaha suatu negara dalam wilayah negara lain, misalnya pembukaan kantor cabang bank asing; PRESENCE OF NATURAL PERSON : Jasa yang diberikan oleh warga negara suatu negara wilayah negara lain, misalnya jasa konsultan, pengacara dan akuntan.

G E N E R A L A G R E E M E N T O N T R A D E I N S E RV I C E S ( G AT S ) GATS meletakkan aturan-aturan dasar bagi perdagangan internasional di bidang jasa menetapkan kewajiban yang berlaku bagi seluruh measures yang mempengaruhi perdagangan jasa internasional komitmen berlaku untuk sektor jasa dan sub sektor jasa yang terdaftar pada Schedule of Commitment

KOMITMEN LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL GATS (1) 1. Negara anggota World Trade Organization (WTO) dilarang untuk membatasi jumlah penyedia jasa, dalam bentuk kuota, monopoli, pemberian hak-hak eksklusif, atau karena alasan kebutuhan ekonomi mekanisme penyediaan jasa di lingkungan negara anggota World Trade Organization (WTO) terjadi semata-mata karena mekanisme pasar dan tidak diintervensi oleh peraturanperaturan yang dibuat oleh pemerintah negara setempat Tidak dibenarkan pembatasan jumlah pekerja yang boleh bekerja di suatu negara anggota.

KOMITMEN LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL GATS (2) 2. Tidak membatasi jumlah total pelayanan jasa dalam bentuk kuota atau persyaratan kebutuhan ekonomi. dilarang dilakukan pembatasan terhadap jumlah dari jenis pelayanan jasa yang akan disediakan oleh pemasok jasa dari luar negeri semua negara anggota World Trade Organization (WTO) yang memiliki potensi memasok jasa, diharapkan akan memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk dapat memasok semua jenis jasa tersebut tanpa ada hambatan kuantitatif.

KOMITMEN LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL GATS (3) 3. Tidak membatasi nilai total transaksi jasa atau kekayaan dalam bentuk kuota atau persyaratan kebutuhan ekonomi dilarang adalah menentukan batas maksimal nilai pemasokan jasa yang berasal dari suatu negara tertentu dalam suatu kurun waktu tertentu

KOMITMEN LIBERALISASI PERDAGANGAN JASA INTERNASIONAL GATS (4) 4. Tidak membatasi jumlah personel yang dipekerjakan oleh penyedia jasa atau yang dipekerjakan di sektor jasa tertentu dalam bentuk kuota atau persyaratan kebutuhan ekonomi Personel yang dipekerjakan oleh pemasok jasa jumlahnya tidak boleh dibatasi oleh negara di tempat pemasokan jasa dilakukan.

MARKET ACCESS Dilarang mengeluarkan kebijakan yang memiliki tujuan untuk: 1. Pembatasan jumlah pemasok jasa (misalnyadalambentukkebijakankuota, monopoli, pemasok jasa ekslusuif, dll) 2. Pembatasan nilai nilai transaksi jasa atau aset 3. Pembatasanjumlahjasaataukuantitasout put Hanya terikat pada Market access commitment Yang telah diberikan Negara anggota 4. Pembatasanjumlahpersonilyang dipekerjakan dalam sektor jasa tertentu atau pembatasanjumlahpekerjayang dipekerjakan oleh pemasok jasa yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan penyediaan jasa secara khusus.

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN JASA (1) Most-favoured-nation treatment (nondiscrimination); Protection through specific commitment (termasuk market acces), Transparansi; Peningkatan partisipasi negara sedang berkembang; Integrasi ekonomi; Liberalisasi bertahap ; dan Keadaan darurat

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN JASA (1) ❶ Most-favoured-nation (non-discrimination) perlakuan yang sama harus diberikan terhadap services supplier dari suatu negara dengan negara lainnya. Tidak ada perbedaan perlakuan services supplier berdasarkan asal negara

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN JASA (2) ❷ national treatment (non-discrimination) perlakuan yang diberikan terhadap domestic services supplier dengan foreign services supplier dalam market acces pengertiannya adalah perlakuan yang diberikan terhadap foreign services supplier oleh suatu negara harus sesuai dengan persyaratan dan pembatasan yang tercantum di dalam Schedule of Commitments (SOC) negara itu

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN JASA (3) ❸ Protecting Through Specific Commitments proteksi yang dapat dilakukan dalam perdagangan jasa adalah dalam bentuk SoC yang dibuat masing-masing negara sesuai dengan keadaan negara tersebut SoC dirundingkan dengan mitra dagang. Positive list dipergunakan di dalam membuka sektor/sub-sektor maupun transaksi kepada foreign services supplier. Artinya hanya sektor/subsektor/transaksi yang dibuat dalam SOC yang dapat dimasuki oleh foreign services supplier sesuai dengan persyaratan atau pembatasan yang ada

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN JASA (4) ❹ Transparansi semua anggota mempublikasikan semua peraturan perundangan, pedoman pelaksanaan, serta semua keputusan dan ketentuan yang berlaku secara umum yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang mempunyai dampak pada pelaksanaan GATS memberitahukan Council for Trade in Services(salah satu badan dalam WTO) atas setiap perubahan atau dikeluarkannyaperaturanperundanganyang baruyang berdampakterhadapperdaganganjasayang dicantumkandalamsoc.

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN JASA (5) ❺ Peningkatan Partisipasi Negara Sedang Berkembang dalam kondisi-kondisi tertentu WTO memberikan perlakuan khusus kepada negara berkembang kepada negara sedang berkembang juga diberi kemudahan dalam rangkameningkatkanpartisipasinyamelaluiperundingansoc yang menyangkut: a) Peningkatan kapasitas jasa dalam negeri dan efisiensi serta daya saing sektor jasa dalam negeri antara lain melalui akses kepada teknologi secara komersial; b) Perbaikan akses terhadap jaringan distribusi dan informasi; dan c) Liberalisasi akses pasar untuk sektor-sektor dan cara pemasokan yang menjadikepentinganbagiekspornegaraberkembang(pasaliv (1) GATS)

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN JASA (6) ❻ Integrasi Ekonomi GATS secara prinsip tidak melarang Negara anggota untuk bergabung dengan organisasi kerjasama ekonomi regional Persyaratan yang ditentukan oleh Pasal V GATS tersebut adalah sebagai berikut: Harus meliputi banyak sektor; Penghapusan ketentuan diskriminatif yang ada dan/atau pelarangan tindakan baru yang diskriminatif; Tidak meningkatkan hambatan perdagangan jasa secara keseluruhan pada sektor atau subsektor dibandingkan dengan tingkat hambatan yang ada sebelum diadakannya kerjasama; Pemasok jasa yang berbentuk badan hukum milik negara bukan anggota kerjasama yang berusaha di banyak sektor harus diperlakukan sama dengan ketentuan kerjasama Apabila kerjasama regional tersebut dibentuk antara sesama negara berkembang, kepada mereka harus diberikan fleksibilitas sesuai dengan tingkat pembangunannya. Apabilasuatunegaramemperolehkeuntungandenganadanyakerjasamaregional yang dibentuk, anggota kerjasama tersebut tidak boleh meminta kompensasi dari anggota yang memperoleh keuntungan itu.

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN JASA (7) ❼ Liberalisasi Bertahap Untuk mencapai liberalisasi perdagangan jasa total cara yang ditempuh adalah secara bertahap, mengingat tidak samanya tingkat pertumbuhan masing-masing anggota WTO. mewajibkan semua anggota WTO untuk melakukan putaran negosiasi secara berkesinambungan.

PRINSIP-PRINSIP PERDAGANGAN JASA (8) ❽Keadaan Darurat Dalam keadaan darurat dibenarkan untuk melakukan penyimpangan sementara dari komitmen yang diberikan Penyimpangan tersebut dapat dilakukan dalam hal kesulitan negara pembayaran. Dalam kondisi seperti ini anggota diperkenankan melakukan pembatasan- pembatasan di dalam perdagangan jasa yang telah dicantumkan dalam SOC-nya. Pembatasan tersebut harus dilakukan dengan syarat : a. Tidak menimbulkan diskriminasi di antara sesama anggota ; b. Konsisten dengan ketentuan International Monetary Fund (IMF); c. Menghindarkan kerugian komersial, ekonomi dan keuangan anggota lainnya; d. Tidak melebihi hal-hal yang perlu untuk mengatasi keadaan ; e. Harus bersifat sementara dan dihapuskan secara bertahap.

TERIMA KASIH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum