BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan merupakan konsep yang

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN. proses penemuan (Depdiknas, 2003(a)). Oleh karena itu, tuntutan untuk terus. melakukan aktivitas ilmiah (Hidayat, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wira Suwasti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa, menumbuhkan secara sadar Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Surabaya, 25 Pebruari 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini diuraikan hasil-hasil penelitian penerapan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JUAI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu IPA yang mempelajari tentang gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau. kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 Pendidikan tidak

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia pada era global dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan tinjauan kurikulum 2006 proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA yang diberikan pada siswa sekolah menengah, baik Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas. Mata pelajaran ini, sama halnya dengan mata pelajaran lainnya memiliki tujuan, agar berkembangnya potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 dan Penjelasan atas UU RI No.20 tahun 2003). Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika, siswa sering tidak menangkap esensi dari suatu pembelajaran Fisika, sehingga perkembangan potensi, kreatifitas, kemandirian siswa seperti yang telah tercantum dalam tujuan utama pendidikan, tidak dapat tergali dengan baik. Persepsi siswa berikutnya, Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari strategi, metode, dan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran yang ternyata lebih sering berupa ceramah. Kurangnya motivasi dalam metode ceramah menyebabkan tidak munculnya minat siswa untuk belajar Fisika. Dengan demikian, akan sulit memunculkan penguasaan konsep pada siswa yang berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Meskipun telah banyak bermunculan metode, model, maupun strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, namun dalam pelaksanaannya guru sering kali menggunakan metode, model, dan strategi pembelajaran yang sama pada setiap tahunnya bahkan pada setiap materi atau konsep yang diajarkan.

2 Padahal, apabila guru menggunakan metode, model, dan strategi pembelajaran yang sama dalam menyampaikan materi atau konsep pelajaran akan menimbulkan kebosanan pada siswa. Hal tersebut sama halnya dengan Sekolah Menengah Pertama yang merupakan tempat penelitian ini, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada bulan Februari 2012 di salah satu SMP di kota Bandung, dalam kesehariannya guru fisika di sekolah tersebut lebih sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan siswa terlihat kurang termotivasi untuk belajar. Proses pembelajaran sering kali hanya menekankan pada pengerjaan soal. Proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru menyebabkan siswa hanya terbatas pada mendengarkan, mencatat informasi dari guru dan mengerjakan soal latihan. Kegiatan praktikum di SMP tersebut juga jarang dilaksanakan sehingga kemampuan siswa dalam mengamati kurang terlatih dan kurang menjadi perhatian bagi guru. Demikian juga dengan kemampuan menjelaskan, siswa lebih banyak mendengarkan dan jarang mengemukakan pendapat. Kemampuan di atas harus dilatih dan dibiasakan agar siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran sehingga penguasaan suatu konsep Fisika dapat lebih melekat pada diri siswa dan pada akhirnya konsep tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman PLP pada bulan Februari sampai Mei 2013 di sekolah tersebut mengindikasikan siswa-siswa tidak terbiasa untuk mengamati langsung dan menyampaikan pendapatnya saat pembelajaran. Hal ini terlihat ketika pembelajaran praktikum banyak siswa yang tidak memahami penggunaan alat dan petunjuk praktikum yang diberikan. Saat diminta menjelaskan siswa banyak yang tidak mau dan enggan untuk menyampaikan pendapatnya. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan peran siswa dalam pembelajaran adalah strategi predict-observe-explain (POE). Strategi POE dapat digunakan dalam demonstrasi dan kegiatan hands-on. Champagne, Klopfer dan Anderson (1979) adalah yang pertama merancang strategi Demonstrate- Observe-Explain (DOE) untuk menyelidiki pemahaman mahasiswa Fisika tahun pertama di Universitas Pittsburg. Gunstone dan White (1981) memperbarui ide

3 'DOE' menjadi 'POE'. Dalam suatu studi penelitian, POE diterapkan pada siswa secondary science untuk menyelidiki pemahaman siswa terhadap konsep-konsep ilmu pengetahuan, (Mthembu, 2006). POE ini sering juga disebut suatu strategi pembelajaran di mana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu prediksi, observasi,dan memberikan penjelasan. Memprediksi adalah mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada. Kegiatan prediksi dilakukan berdasarkan hasil-hasil pengamatan yang sudah ada kemudian mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum di amati (Dahar, 1996). Proses-proses seperti prediksi merupakan aspek-aspek penggunaan kognitif secara umum yang dilakukan sejak masa anak-anak. Kemampuan mengamati menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan pendengar. Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan pengamatan dengan menggunakan beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka terhadap segala hal disekitarnya akan berkembang. Dalam strategi POE, tahap observasi atau mengamati dapat dilaksanakan oleh guru melalui demonstrasi atau oleh siswa sendiri melalui eksperimen. Menjelaskan merupakan bentuk kemampuan berkomunikasi. Siswa harus terbiasa mengemukakan pendapat baik berupa tulisan maupun lisan sehingga ia mampu tampil di depan umum. Ketiga kemampuan di atas penting untuk memenuhi tuntutan Standar Isi Kurikulum. Hasil penelitian Zuziwe Mthembu (2006), University of Natal, Afrika Selatan dalam jurnalnya yang berjudul Using the Predict-Observe-Explain Technique to Enhance the Students Understanding of Chemical Reactions menunjukkan bahwa POE dapat digunakan oleh guru untuk merancang kegiatan pembelajaran dan strategi dimulai dengan titik pandang siswa bukan guru atau ilmuwan. Penerapan POE mungkin menyebabkan guru lambat dalam mengajar tetapi dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses siswa. Penelitian lain tentang penggunaan strategi POE diantaranya dilakukan oleh Rani Suryani dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Strategi Prediction Observation Explanation (POE) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa

4 Dalam Penguasaan Konsep Pesawat Sederhana, Hera Nurhayati dengan judul skripsi Penerapan Strategi Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Difusi Dan Osmosis Di Kelas VIII, dan Heppy Samosir dengan judul Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write (POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Ketiga penelitian di atas menunjukkan bahwa Strategi POE dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan proses sains, dan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu materi Fisika yang harus dikuasai di tingkat SMP kelas VIII adalah materi tekanan. Materi ini merupakan materi yang menarik untuk dijadikan dasar materi penelitian strategi pembelajaran POE. Banyak peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi tekanan, baik berupa fenomena maupun berupa penerapan dalam teknologi. Peristiwa yang berhubungan dengan materi tekanan diantaranya, saat kita berjalan di tanah yang becek sebaiknya kita menggunakan sepatu yang flat agar sepatu tidak terperosok ke tanah, saat kita hendak mengganti ban mobil dongkrak hidrolik akan mempermudah kita untuk mengangkat mobil dan mengganti ban tersebut, terjadinya angin merupakan bukti adanya tekanan udara, dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru fisika di sekolah tempat penelitian, pembelajaran materi tekanan di sekolah menggunakan metode diskusi dan ceramah serta satu kali praktikum. Nilai tes tekanan siswa pada umumnya rendah dan jumlahnya kurang dari 70 %, hal itu dapat dilihat berdasarkan dokumen nilai harian siswa SMPN X Bandung pada Tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Nilai Harian Materi Tekanan Siswa Nilai Kelas VIII B Interval Nilai Kualifikasi >9,00 3 (8%) 9,00 10,00 A (Amat Baik) 7,55 8,99 4 (11%) 7,6 8,9 B (Baik) 6,00 7,54 30 (81,5%) <7,54 C (Belum Lulus) Jumlah 37 Siswa (Sumber : Dokumen Guru Fisika SMPN X Bandung)

5 Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Penggunaan Strategi Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMP. Strategi POE ini diterapkan dalam suatu model pembelajaran yaitu model pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen. Model inkuiri yaitu sebuah model pembelajaran dimana guru berusaha mengarahkan siswa untuk mampu menyadari apa yang sudah didapatkan selama belajar. Sehingga siswa mampu berfikir dan terlibat dalam kegiatan intelektual dan memproses pengalaman belajar itu menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi tekanan dengan menggunakan strategi pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)? 2. Bagaimana profil peningkatan penguasaan konsep siswa untuk setiap jenjang kognitif C1, C2, C3, dan C4 pada materi tekanan dengan menggunakan strategi pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran Predict-Observe- Explain (POE)? C. Batasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas ruang lingkupnya serta terarah kepada tujuan yang akan dicapai, maka permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi, yaitu sebagai berikut : 1. Penguasaan konsep diukur melalui tes pilihan ganda dengan jenjang kognitif C1, C2, C3, dan C4 berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi. 2. Peningkatan penguasaan konsep ditunjukkan dengan adanya perubahan positif terhadap hasil tes yang dinyatakan dengan N-gain skor pretest dan postest.

6 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui strategi POE. Sedangkan tujuan yang lebih khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi tekanan dengan menggunakan strategi POE. 2. Untuk mendeskripsikan respon siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran POE. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah diperolehnya bukti empirik tentang keunggulan strategi POE dengan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi tekanan yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini. F. Penjelasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa penjelasan istilah-istilah yang digunakan, yaitu: 1. Strategi POE POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. POE ini sering juga disebut suatu strategi pembelajaran di mana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu prediksi, observasi,dan memberikan penjelasan. Strategi pembelajaran Predict- Observe-Explain (POE) pertama kali dikembangkan oleh White dan Gunstone (Joyce, 2006). Strategi pembelajaran POE membangun pengetahuan melalui suatu urutan proses yaitu dengan terlebih dahulu meramalkan atau memprediksi solusi permasalahan, lalu melakukan eksperimen untuk membuktikan ramalan atau prediksi, dan terakhir menjelaskan hasil eksperimen yang telah dilakukan. Strategi POE diukur melalui lembar observasi. Ketiga tugas siswa dalam model pembelajaran POE yaitu (1) Predict, pada tahap ini peserta didik diminta untuk mendengarkan pertanyaan yang diajukan

7 guru kemudian mereka memprediksi jawabannya, (2) Observe, pada tahap ini siswa melakukan percobaan untuk mengamati keadaan yang sebenarnya, (3) Explain, pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan akhir dan menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuatnya dengan hasil pengamatannya. Adapun proses pembelajaran dengan strategi POE ini digunakan dalam sintaks model pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen. 2. Penguasaan Konsep Penguasaan konsep adalah kemampuan dalam memahami konsep-konsep, baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Penguasaan konsep diukur melalui tes penguasaan konsep berupa tes pilihan ganda 4 opsi yang disusun berdasarkan jenjang kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi.