PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) 2 HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT

PENELITIAN KARAKTERISTIK PELINDIAN MONOLIT KERAMIK LUMPUR DARI LIMBAH KHROM INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

PEMADATAN ENDAPAN CaCO 3 MENGGUNAKAN LEMPUNG UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN LINGKUNGAN

ADITIF PB3O4 DAN TSG 107 *) Sudaryo, Risqi Asih

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

PENGARUH PENAMBAHAN MgO PADA PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LUMPUR LIMBAH Pb MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK

PENINGKATAN KUALITAS LEMPUNG KASONGAN UNTUK IMMOBILISASI LIMBAH LUMPUR HASIL PROSES ELEKTROKOAGULASI

BAB III METODE PENELITIAN. Memilih masalah. Studi pustaka. Merumuskan masalah. Merumuskan hipotesa. Memilih pendekatan -># Menentukan instrumen

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

KARAKTERISASI KADAR ZAT PADAT DALAM EFLUEN PADA PROSES SORBSI LIMBAH B3 CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT

PENGARUH PENAMBAHAN AGREGAT PASIR SILIKAT PADA SEMENTASI LIMBAH URANIUM KONSENTRAT EVAPORATOR

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN

KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR

SOLIDIFIKASI LIMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KERAMIK

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

IMOBILISASI LlMBAH SLUDGE RADIOAKTIF DARI PROSES PENGOLAHAN LlMBAH RADIOAKTIF CAIR SECARA KIMIA DENGAN KOAGULAN FERI KLORIDA MENGGUNAKANSEMEN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

STTN-BATAN, J1. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB INTISARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KANDUNGAN LIMBAH RESIN DAN BAHAN ADITIF (BETONMIX) TERHADAP KARAKTERISTIK HASIL SEMENTASI

Widiastuti HN 1, Badrus Zaman 1, Nita Anggreani 2 ABSTRACT PENDAHULUAN

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASE AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR CHROM DALAM LIMBAH CAIR

ADSORPSI LIMBAH URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG NANGGULAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

KARAKTERISASI KAPASITAS TUKAR KATION ZEOLIT UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH B3 CAIR

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB II STUDI PUSTAKA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

PENGARUH SENYAWA PENGOTOR Ca DAN Mg PADA EFISIENSI PENURUNAN KADAR U DALAM AIR LIMBAH

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Sifat Fisika Bahan Baku Keramik: Penyusutan Total dan Pengisapan Air Pada Tanah Lempung (Clay)

KARAKTERISTIK FISIK CAMPURAN BATU BATA DENGAN MEMANFAATKAN ABU SISA PEMBAKARAN LIMBAH KAYU Oleh : I Made Nada. Ida Bagus Suryatmaja.

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASA AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI DAN DAUN BAMBU

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

Pengertian Keramik. Teori Keramik

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK DENGAN VARIASI TEPUNG BERAS SEBAGAI ADITIF UNTUK PROSES MIKROFILTRASI

KARAKTERISASI MONOUT BLOK HASIL SEMENTASI UMBAH RESIN MENGGUNAKAN ADITIF NATRIUM SIUKAT ~. 'L

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

II. TINJAUAN PUSTAKA

REDUKSI LIMBAH B3 CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT DAN PASIR SILIKA

REKRISTALISASI REKRISTALISASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan

Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Uji Kuat Tekan Paving Block Menggunakan Campuran Tanah dan Semen dengan Alat Pemadat Modifikasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

RANCANG BANGUN PERANGKAT PREPARATOR SKALA LABORATORIUM PADA UNIT PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH RADIOAKTIF CAIR

KESELAMATAN STRATEGI PENYIMPANAN LIMBAH TINGKAT TINGGI

PEMANFAATAN BOTTOM ASH SEBAGAI AGREGAT BUATAN

PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

Transkripsi:

158 ISSN 16-318 Isman MT dan Sukosrono PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG Isman MT dan Sukosrono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN, Yogyakarta. ABSTRAK PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG. Telah dilakukan penelitian pemadatan sludge Ca 3 (PO 4 ) hasil pengolahan secara kimia limbah radioaktif cair yang mengandung kontaminan Uranium menggunakan bahan lempung. Tujuan penelitian adalah untuk memadatkan sludge Ca 3 (PO 4 ) hasil pengolahan secara kimia limbah radioaktif cair yang mengandung kontaminan Uranium menggunakan bahan dasar lempung dengan penambahan aditif Pb 3 O 4 + TSG Frit sehingga mobilitas Uranium ke lingkungan dapat dihambat. Peneletian dilakukan dengan cara mencampur sludge Ca 3 (PO 4 ) dengan lempung dan air serta aditif Pb 3 O 4 + TSG Frit, kemudian dipanaskan sampai terbentuk monolit keramik. Variabel yang diteliti adalah jumlah sludge Ca 3 (PO 4 ), jumlah aditif Pb 3 O 4 + TSG Frit yang ditambahkan dan suhu pemanasan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah sludge, dan aditif yang ditambahkan serta suhu pemanasan berpengaruh terhadap karakteristik monolit keramik yang dihasilkan. Kondisi optimal pemadatan terjadi pada kondisi jumlah sludge Ca 3 (PO 4 ) sebanyak 15 %, jumlah aditif Pb 3 O 4 + TSG Frit sebanyak antara 1% - 15 % dan suhu pemanasan sebesar 11 o C. Pada kondisi ini diperoleh kemampuan serap monolit keramik terhadap air sebesar,753 `%, kekuatan tekan monolit sebesar 4,47 N/mm dan laju pelindian sebesar,71x 1-4 gram cm - hari -1 pada hari ke-1. Karakteristik monolit ini adalah memenuhi syarat sebagai media pengungkung limbah radioaktif sehingga bisa menjamin keselamatan lingkungan. ABSTRACT THE IMMOBILIZATION SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) WHICH WAS RESULTED FROM THE CHEMICAL TREATMENT OF THE URANIUM CONTAMINATED RADIOACTIVE WASTES USED CLAY. The investigation of the immobilization sludge Ca 3 (PO 4 ) which was resulted from the chemical treatment of the Uranium contaminated radioactive wastes used clay has been done. The aim of this research is to immobilization of sludge Ca 3 (PO 4 ) which was contained Uranium used clay with addtive Pb 3 O 4 + TSG Frit so the mobilization Uranium to environmental can be retarded. The process was done by mixing sludge Ca 3 (PO 4 ) with clay, additive Pb 3 O 4 + TSG Frit and water, then heated it up to form the ceramic monolith. The investigated variables were concentration of the sludge Ca 3 (PO 4 ) and concentration of additive Pb 3 O 4 + TSG Frit and the heating temperature. The result showed that the monolith ceramic was effected by the concentration of sludge, concentration of additive that can be added and the heating temperature. The optimum condition of the immobilization take place on 15 % of the sludge Ca 3 (PO 4 ) concentration, 15 % of the additive Pb 3 O 4 + TSG Frit concentration, and 11 o C of the heating temperature. At this condition were the compressive strenght is 4,47 N/mm, and the sorption to water is,753 %, the leaching rate of Uranium is,71x 1-4 gram.cm -.day -1 at the 1 st days. These monolith characteristic are good as the immobilized radioactive wastes so the the environmental safety can be guaranted. PENDAHULUAN P engolahan limbah radioaktif cair aktivitas rendah yang mengandung kontaminan Uranium dapat dilakukan dengan pengolahan secara kimia. Pengolahan secara kimia ini bertujuan untuk mengkonsentrasikan atau memekatkan radionuklida Uranium menjadi endapan yang tidak larut dan dalam volume yang kecil sehingga dapat dipisahkan. Uranium sebagai nuklida pemancar α dalam limbah cair dapat konsentrasikan melalui proses koagulasi dengan posphat. Reaksi kimia yang terjadi pada proses koagulasi dengan senyawa fospat : (1,) 3CaSO + + Na SO (1) 4 Na3PO4 Ca3(PO4 ) 3 Pada proses pengolahan kimia dengan koagulasi senyawa fospat dapat menurunkan aktivitas pemancar α sampai dengan 99 %. Senyawa fospat yang digunakan dapat berupa NaH PO 4, Na HPO 4, Na 3 PO 4. (1) 4

Isman MT dan Sukosrono ISSN 16-318 159 Sludge Ca 3 (PO 4 ) hasil proses pengolahan kimia limbah radioaktif secara ini selanjutnya dilakukan pemadatan untuk mengungkung Uranium agar tidak mencemari lingkungan pada saat penyimpanan atau pembuangan akhir. Sebagai bahan dasar untuk untuk proses pemadatan Sludge hasil pengolahan kimia limbah radioaktif cair dapat digunakan semen, bitumen, bahan penyusun gelas/keramik dan lain-lain. Keramik sebagai media pemadat limbah mempunyai sifat lebih tahan variasi suhu, lebih tahan bahan kimia (klorida, sulfat), lebih tahan keausan, stabilitas dimensi lebih besar. Monolit keramik dapat dari tiga bahan baku (3, 4, 5, 6) utama yaitu lempung, feldspar dan pasir. Dalam pembuatan keramik, baik untuk keramik tradisional ataupun keramik modern dilakukan dengan proses kalsinasi pada suhu tinggi. Dalam proses kalsinasi ini maka akan terjadi dehidrasi air higroskopis, oksidasi dan vitrifikasi. Untuk mencapai suhu bakar yang tinggi agar proses pembakaran keramik tercapai seperti yang diinginkan merupakan pekerjaan yang sulit, oleh karena itu perlu dilakukan upaya menurunkan titik lebur dari senyawa penyusun keramik tersebut. Selain itu untuk mencapai kualitas produk yang baik dan agar proses pembakaran keramik tercapai pada suhu yang tidak terlalu tinggi, maka diperlukan bahan tambahan (aditif). Aditif ini berfungsi untuk memperbaiki sifat pemuaian, keplastisan dan proses pengerasan, disamping itu aditif dapat berfungsi juga untuk mengurangi jumlah air dalam pembentukan adonan, mempermudah pengerjaanya dan penurunan suhu (3, 7,8) pembentukan keramik. Pada penelitian ini akan diteliti penggunaan bahan aditif Pb 3 O 4 dan TSG Frit untuk pembuatan keramik dari bahan baku lempung. Tujuan penelitian ini adalah untuk memadatkan sludge Ca 3 (PO 4 ) hasil pengolahan secara kimia limbah radioaktif cair yang mengandung kontaminan Uranium menggunakan bahan dasar lempung (keramikisasi) dengan penambahan aditif Pb 3 O 4 + TSG Frit sehingga mobilitas Uranium ke lingkungan dapat dihambat. Alat Endapan hasil proses koagulasi & flokulasi dicampur dengan lempung aditif Pb 3 O 4 + TSG Frit dan air dicetak menjadi bahan monolit keramik kemudian dipanaskan pada tungku bakar (furnace) Monolit keramik yang terjadi diuji kualitasnya memakai alat uji tekan Paul Weber. Cara Kerja Untuk melakukan pemadatan endapan hasil pengolahan kimia, mula-mula lempung dihancurkan sampai didapatkan ukuran 1 sampai dengan mesh. Lempung yang sudah dikarakterisasi di Laboratorium Balai Keramik Bandung, dihaluskan selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian ditambahkan Sludge Ca 3 (PO4), aditif Pb 3 O 4 + TSG Frit, air dan diaduk sampai terbentuk adonan yang homogen. Adonan yang terjadi kemudian dicetak dalam bentuk silender dengan ukuran tinggi,5 cm, diameter,46 cm dengan diberi tekanan sebesar N/mm. Hasil cetakan yang terjadi kemudian dikeringkan pada suhu kamar sampai beratnya stabil. Hasil cetakan yang telah kering kemudian dipanaskan. Blok monolit yang terjadi setelah dingin diamati bentuknya secara visual, kemudian dilakukan uji kuat tekan, uji kemampuan serap terhadap air dan uji lindi. Uji kuat tekan dilakukan menggunakan Alat Uji Tekan Paul Weber. Uji lindi dilakukan pada medium air tawar, yaitu dengan cara merendam monolit ke dalam air tawar, selanjutnya laju lindi dihitung sesuai dengan persamaan 1. (1) A t Wo R = x (1) A S x t o R = Laju pelindian (gr.cm -. hari -1 ) S = Luas permukaan cuplikan (cm ) A t = Aktivitas pada waktu t t = Lama perendaman (hari) A o = Aktivitas awal W o = Berat cuplikan (gr) TATA KERJA Bahan Sludge Ca 3 (PO 4 ) hasil pengolahan kimia limbah cair yang mengandung kontaminan Uranium.. Selanjutnya Sludge Ca 3 (PO 4 ) dicampur dengan lempung, aditif Pb 3 O 4 + TSG Frit dan air untuk membentuk monolit keramik. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik serap air monolit keramik Pengaruh aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT, konsentrasi sludge Ca 3 (PO 4 ), dan suhu pemanasan terhadap karakteristik serap air monolit keramik dapat dilihat pada Gambar 1,, 3. Dari Gambar tersebut tampak bahwa aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT,

16 ISSN 16-318 Isman MT dan Sukosrono konsentrasi sludge Ca 3 (PO 4 ), dan suhu pemanasan berpengaruh terhadap karakteristik serap air monolit keramik yang dihasilkan. Semakin banyak aditif yang ditambahkan ke dalam monolit keramik menyebabkan nilai serap airnya semakin kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sifat dari Pb 3 O 4 dan TSG FRIT yang lebih mudah melebur dibandingkan dengan lempung sehingga semakin banyak Pb 3 O 4 dan TSG FRIT yang ditambahkan maka jumlah leburan yang terjadi juga semakin banyak. Pb 3 O 4 dan TSG FRIT yang melebur sangat mempengaruhi ukuran pori-pori monolit keramik yang terjadi, pori-pori monolit menjadi kecil. Kecilnya ukuran pori-pori akan menyebabkan rendahnya sifat serap terhadap air. Dalam penyimpanan lestari limbah radioaktif, dikondisikan agar supaya monolit limbah tidak mudah menyerap air sehingga adanya proses pelindian terhadap air bisa dikurangi. Kemampuan Serap Monolit Terhadap Air (%) 35 3 5 15 1 5 Gambar 3. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT terhadap kemampuan serap air monolit keramik pada konsentrasi sludge Ca 3 (PO 4 ) 15 % yang dibuat pada berbagai suhu pemanasan. Kemampuan Serap Monolit Terhadap Air (%) 34 3 6 18 14 Gambar 1. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT terhadap kemampuan serap air monolit keramik pada konsentrasi sludge Ca 3 (PO 4 ) 5 % yang dibuat pada berbagai suhu pemanasan. Kemampuan Serap Monolit Terhadap Air (%) 3 8 4 16 1 8 Gambar. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT terhadap kemampuan serap air monolit keramik pada konsentrasi sludge Ca 3 (PO 4 ) 1 % yang dibuat pada berbagai suhu pemanasan. Untuk suhu pemanasan yang semakin tinggi, maka semakin rendah daya serap terhadap air. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan reaksireaksi yang terjadi selama pemanasan. Reaksi air mekanis mulai terjadi pada suhu 15 o C, pada reaksi ini air yang terjerap dalam mineral akan menguap. Banyaknya air yang menguap tergantung pada ukuran mineral. Reaksi dehidrasi air kristal mulai terjadi pada suhu 45 o C sampai 7 o C. Pada reaksi ini akan terjadi dekomposisi mineral, yaitu dengan lepasnya air terhidrat dalam mineral (8, 9) seperti yang terjadi pada reaksi berikut : Al O 3.SiO.H O Al O 3.SiO + H O () (Meta kaolinit) Pada pemanasan sampai dengan 1 o C, maka (8, 9) sudah terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut : (Al O 3. SiO ) Al O 3.3SiO + SiO (3) silicon spinel trydimite Al O 3.3SiO Al O 3.SiO + SiO (4) pseudo mulite Reaksi 3 dan 4 ini merupakan reaksi kristalisasi, yaitu reaksi tranformasi senyawa-senyawa oksida membentuk senyawa-senyawa kristalin. Pemanasan sampai dengan tahap ini, lempung (Al O 3 SiO.H O) telah mengurai total menjadi alumina amorf dan silika amorf. Bentuk ini akan tetap hingga pemanasan sampai dengan 1 o C. Selain itu, juga sudah terjadi reaksi oksidasi dari

Isman MT dan Sukosrono ISSN 16-318 161 senyawa-senyawa pengotor yang mudah teroksidasi pada suhu tinggi. Adanya oksidasi ini akan berpengaruh positif terhadap pembentukan monolit keramik. Sampai dengan tahapan ini, sudah mulai terjadi vitrifikasi dari mineral yang dipanaskan. Ruang-ruang kosong yang terjadi karena ditinggal oleh air dan senyawa organik yang terbakar (teroksidasi) akibat adanya reaksi dehidrasi dan oksidasi sudah mulai merapat. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyusutan volume monolit keramik. Sebagai akibat terjadinya vitrifikasi ini dapat dilihat dari kemampuan serapnya terhadap air. Dari Gambar 1,, 3 tampak bahwa untuk jumlah konsentrasi sludge Ca 3 (PO 4 ), semakin yang banyak maka semakin rendah kemampuan serapnya terhadap air. Hal ini mengindikasikan bahwa sludge Ca 3 (PO 4 ), juga dapat berfungsi sebagai bahan pelebur. Untuk jumlah sludge Ca 3 (PO 4 ) sebanyak 15 %, jumlah Aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT 15 % dan suhu pemanasan sebesar 11 o C diperoleh harga kemampuan serap monolit terhadap yang terendah.. Karakteristik kuat tekan monolit keramik Pengaruh aditif terhadap karakteristik kuat tekan monolit keramik limbah pada berbagai kondisi suhu pemanasan dapat dilihat pada Gambar 4, 5, 6. Dari Gambar tersebut tampak bahwa penambahan aditif dan suhu pemanasan berpengaruh terhadap karakteristik kuat tekan monolit keramik yang dihasilkan. Semakin banyak aditif yang ditambahkan ke dalam monolit keramik menyebabkan nilai kuat tekan yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena keberadaan aditif yang melebur pada saat pemanasan dan akan menutup pori monolit, sehingga nilai kuat tekannya akan menjadi tinggi. Untuk suhu pemanasan yang semakin tinggi akan memberikan nilai kuat tekan yang semakin besar. Hal ini disebabkan karena terjadi peleburan lempung sesuai reaksi, 3, 4 di atas, sehingga apabila monolit keramik semakin mampat (kemampuan serap terrhadap air semakin rendah) maka kuat tekan monolit semakin besar. Dengan kata lain kuat tekan monolit berbanding terbalik dengan kemampuan serap terhadap air. Kuat Tekan Monolit (N/mm ).6.4. 1.8 Gambar 4. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT terhadap kuat tekan monolit keramik pada konsentrasi sludge Ca 3 (PO 4 ) 5 % yang dibuat pada berbagai suhu pemanasan. Kuat Tekan Monolit (N/mm ).8.6.4.. Gambar 5. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT terhadap kuat tekan monolit keramik pada konsentrasi sludge Ca 3 (PO 4 ) 1 % yang dibuat pada berbagai suhu pemanasan. Kuat Tekan Monolit (N/mm ) 4.5 4. 3.5 3..5. Gambar 6. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT terhadap kuat tekan monolit keramik pada konsentrasi sludge Ca 3 (PO 4 ) 15 % yang dibuat pada berbagai suhu pemanasan.

16 ISSN 16-318 Isman MT dan Sukosrono Dari perhitungan ANAVA dengan tingkat keyakinan 95 % (α =,5 ) menunjukan bahwa suhu pemanasan, penambahan aditif, konsentrasi sludge berpengaruh terhadap karakteristik kuat tekan dari monolit limbah yang dihasilkan. Dari hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pemadatan sludge Ca 3 (PO 4 ) dengan aditif Pb 3 O 4 dan TSG FRIT akan menghasil kuat tekan monolit keramik yang optimal terjadi pada sludge Ca 3 (PO 4 ) yang dipadatkan sebanyak 15 %, suhu pemanasan 11 C, jumlah aditif Pb 3 O 4 dan TSG FRIT antara 1 % - 15 %. 4.8 4 3..4 1.6.8 3. Laju lindi U dalam monolit keramik Pengaruh penambahan aditif terhadap laju lindi U dalam media aquades dapat dilihat pada Gambar 7, 8, 9, 1. Dari gambar tersebut tampak bahwa penambahan aditif dan suhu pemanasan berpengaruh terhadap laju lindi Uranium dari monolit keramik. Semakin banyak aditif yang ditambahkan ke dalam adonan keramik menyebabkan kadar Uranium yang terlindi semakin kecil. Semakin tinggi suhu pemanasan semakin yang dilakukan, laju lindi Uranium semakin rendah. Pelindian U dalam medium air dapat terjadi apabila ada kontak monolit dengan air. Untuk monolit yang kemampuan serapnya terhadap air semakin rendah, maka akan menyebabkan luasan monolit yang bisa kontak dengan air juga semakin sedikit, akibatnya laju lindi yang terjadi semakin kecil. Dari hasil yang diperoleh, laju lindi Uranium tertinggi diberikan oleh monolit keramik dengan penambahan aditif 5 % pada hari ke-7 dan pada suhu 8 C yaitu sebesar 6,74 x 1-3 gr.cm - hari -1 sedangkan laju lindi Uranium terendah diberikan oleh sampel 7 14 1 Gambar 8. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 pemanasan 9 C untuk berbagai 3.5 3.5 1.5 1.5 7 14 1 6.4 5.6 4.8 4 3..4 1.6 Gambar 9. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 pemanasan 1 C untuk berbagai.8 7 14 1 Gambar 7. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 pemanasan 8 C untuk berbagai

Isman MT dan Sukosrono ISSN 16-318 163 3.5 1.5 1.5 7 14 1 Gambar 1. Pengaruh penambahan aditif Pb 3 O 4 pemanasan 11 C untuk berbagai uji monolit keramik pada penambahan aditif 15 % pada hari ke -1 dan pada suhu 11 C yaitu sebesar,71 x 1-3 gr.cm - hari -1. Laju lindi yang diijinkan sesuai dengan standar Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sebesar 1-3 gr.cm -.hari -1 pada hari ke -9 Dari perhitungan ANAVA dengan tingkat keyakinan 95 % yang dilanjutkan dengan uji Duncan menunjukkan bahwa laju lindi Uranium yang terendah berada pada suhu 11 C, penambahan aditif antara 1% - 15 %. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa Aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT berpengaruh positif dalam pemadatan Sludge Ca 3 (PO 4 ) yang mengandung kontaminan Uranium menggunakan lempung. Kondisi optimal pemadatan terjadi pada jumlah sludge Ca 3 (PO 4 ) sebanyak 15 %, Aditif Pb 3 O 4 + TSG FRIT yang ditambahkan antara 1 % -15 %, suhu pemanasan sebesar 11 o C. Pada kondisi ini akan diperoleh kemampuan serap monolit keramik terhadap air sebesar,753 `% %, kuat tekan monolit sebesar 4,47 N/mm, laju lindi U sebesar,71x 1-4 gram cm - hari -1 pada hari ke-1. DAFTAR PUSTAKA 1. IAEA,, Treatment of Low and Intermediete Level Liquid Waste, Technical Report Saeries No. 36, IAEA, Vienna, (1984).. RONODIRDJO, S., Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah Radioaktif (Radioaktive Wastes Management), Bagian Teknik Nuklir Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta, (1981). 3. AUSTIN, G.T., Shreve s Chemical Process Industries, 5 th Edition, Mc Grow- Hill Book Company, New York, (1984). 4. DLOUHY, Z, Disposal Of Radioaktive Waste, Elsiever Scientific Publishing Company, Amsterdam, (198) 5. ZANGE, E., Immobilization of Residue By Embedding Into Concrete, Proceeding of Symposium Conditioning of Radioactive Waste For Storage and Disposal, (1983). 6. IAEA,1983, Conditioning of Radioaktive For Storage and Disposal, IAEA, Vienna. 7. BARABA, W, Membangun Struktur Keramik Maju Indonesia Berbasis Sumber Daya Lokal, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Keramik, Bandung, (1999) 8. HARTONO, JMV., Teori Pembakaran Bagian I dan II, Informasi Teknologi Keramik dan Gelas, (1991). 9. MEDA SAGALA, Perubahan Fisika-Kimia dan Mineral Pada Pembakaran Lempung, Informasi Teknologi Keramik dan gelas, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Balai Besar Keramik, Bandung, ().