BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat, misalnya penggunaan smartphone. Bagi masyarakat, smartphone

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk melakukan panggilan jarak jauh atau jarak dekat dengan teman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebutuhan, menempatkan kebutuhan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir,

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi mental remaja dan anak di Indonesia saat ini memprihatinkantebukti

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. bertukar pikiran, berbagi informasi dan cenderung memerlukan bantuan orang lain tidak terbatas

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

Bab 4. Simpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2003, UN merupakan kegiatan penilaian hasil belajar siswa yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional melalui Undang-undang Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin maju era globalisasi ini, teknologi telekomunikasi semakin gencar di kalangan masyarakat, misalnya penggunaan smartphone. Bagi masyarakat, smartphone memiliki fungsi seperti mobile phone yaitu menerima dan mengirim pesan atau menelepon serta memiliki fungsi tambahan seperti fasilitas pengambilan gambar (kamera), search engine, media sosial, aplikasi note (catatan), sementara pengaruh negatif adanya smartphone bagi penggunanya yaitu komunikasi yang sebelumnya dapat dilakukan secara langsung tatap muka atau face-to-face menjadi komunikasi melalui perantara. Hal ini mengakibatkan kualitas manusia dalam berkomunikasi antar sesama menurun. Secara umum, jumlah pengguna smartphone dapat ditunjukkan oleh sebuah statistik yang dilakukan pada tahun 2013 di beberapa negara maju mengenai pengguna smartphone. Statistik tersebut menunjukkan bahwa pengguna smartphone terbanyak adalah usia 18-24 tahun yaitu sebesar 80 % dari semua usia pengguna (Deloitte, 2014). Statistik tersebut didukung berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh Taylor Nelson Sofrens (TNS) di Indonesia, yaitu sebesar 39 % pengguna smartphone di Indonesia dikuasai oleh kalangan remaja berusia 16 hingga 21 tahun. Seiring dengan survei tersebut menggambarkan bahwa pelaku yang paling pesat dalam beradaptasi pada hal teknologi berkomunikasi adalah remaja (Perdana, 2013). Remaja merupakan masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Pada masa perkembangan, remaja mengalami perubahan secara fisik, kognitif, dan sosial-emosional. Pada perubahan secara fisik, remaja mulai mengalami pertumbuhan pada bagian-bagian tubuhnya sehingga remaja lebih memperhatikan penampilannya. Pada perubahan secara kognitif yaitu remaja mulai mengalami kematangan dalam berpikir, menalar, dan belajar. 1

Kemudian pada perubahan secara sosial yaitu remaja mulai mengalami perubahan dalam berhubungan atau bersosialisasi dengan orang lain, sedangkan secara emosional yaitu pada remaja mulai mengalami gejolak emosi (Santrock, 1983). Selama remaja mengalami proses perubahan-perubahan tersebut, remaja mulai mengevaluasi dirinya yaitu seberapa besar remaja mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang dialami. Artinya, apabila di setiap perubahan yang dialami dianggap tidak sesuai dengan diri remaja kemudian tidak mampu mengevaluasi dirinya, sehingga ini pun dapat berdampak pada harga diri remaja. Harga diri merupakan bentuk evaluasi diri yang mencakup harga diri positif maupun negatif. Pada remaja yang memiliki harga diri positif cenderung akan menciptakan pribadi yang sehat, harmonis, termotivasi, dan berperilaku maupun berpikir secara positif. Lain halnya remaja yang memiliki harga diri negatif akan mudah merasa tidak puas, tidak memiliki harapan hidup, dan cenderung merasa minder (Gilovich, Keltner, Nisbett, 2011). Harga diri remaja tidak luput dipengaruhi oleh peran lingkungan. Bagi remaja lingkungan yang paling berpengaruh adalah teman sebaya. Melalui teman sebaya, remaja mampu mengungkapkan segala kondisinya dan dapat saling berbagi serta menghargai satu sama lain. Pada hakikatnya bersama teman sebaya, remaja membentuk kelompokkelompok yang memiliki norma dan nilai yang sama di mana secara tidak langsung dalam kelompok tersebut terdapat penekanan-penekanan yang cukup berdampak pada diri remaja. Melalui penekanan tersebut, remaja akan selalu mengikuti setiap perkembangan yang dilakukan di dalam kelompok tersebut. Jika remaja mampu mengikuti perkembangan tersebut, maka remaja akan mendapatkan penerimaan dan dihargai oleh temannya, sebaliknya jika remaja tidak mampu mengikuti seperti apa yang dilakukan oleh temannya remaja cenderung akan dijauhi dan menerima penolakan (Santrock, 1983). Hal tersebut didukung oleh sebuah penelitian mengungkapkan bahwa harga diri remaja akan sensitif akibat pengaruh teman. Hal ini sangat erat kaitannya bahwa remaja sangat mudah 2

terpengaruh untuk mengikuti segala sikap, minat, penampilan dan perilaku dari temannya, sehingga remaja cenderung mengikuti apa yang menjadi kesukaan temannya (Kuncoro & Cipto, 2010). Pada masa remaja, harga diri merupakan suatu pandangan mengenai diri remaja itu sendiri baik pandangan yang positif maupun negatif. Harga diri pada remaja cenderung dikaitkan dengan penampilan diri. Harga diri akan meningkat apabila penampilan mereka terlihat lebih menarik dibandingkan dengan remaja lain, begitu juga sebaliknya remaja yang tidak memperhatikan penampilan dianggap memiliki harga diri yang menurun (Steinberg, 2011). Harga diri menurut Durkin (1995) yaitu pada masa remaja menggambarkan bagaimana rasa berharga pada individu dapat diukur dan dinilai oleh diri mereka. Pada remaja, harga diri menurun secara drastis ketika perkembangan fisik mereka berkembang serta akan mudah berubah ketika perilaku teman sebayanya dan orangtua mereka pun berubah. Remaja akan cenderung lebih sensitif apabila disinggung mengenai tekanan yang diberikan dari sekolahnya atau orangtua dan keluarga mereka. Manzoni & Ricijas (2013) mengungkapkan bahwa pada masa remaja cenderung memiliki keinginan untuk disenangi dan diterima temannya. Pada saat yang sama, dapat diasumsikan bahwa keadaan tersebut remaja memiliki kerentanan terhadap penekanan dari teman sebaya sehingga hal ini pun cukup berpengaruh pada harga diri remaja. Sebab remaja yang mengalami kepuasan, kenyamanan, dan tanpa adanya tekanan dari teman dapat meningkatkan harga diri remaja. Hasil penelitian lain juga mengungkapkan harga diri remaja menurun akibat kurangnya dukungan sosial yang diberikan dari teman sebaya. Dukungan ini berupa penerimaan dan penghargaan. Semakin tinggi penerimaan teman, akan berkontribusi pada peningkatan harga diri remaja (Birkeland, Breivik, & Wold, 2014). 3

Sehubungan dengan harga diri dalam berkomunikasi, terdapat kaitannya pengaruh hubungan teman sebaya terhadap harga diri pada remaja pengguna smartphone. Teman sebaya memiliki peran terbesar dalam mempengaruhi harga diri pada remaja, sehingga hal tersebutmenggambarkanbahwa remaja pengguna smartphonecenderung memiliki harga diri rendah.(isiklar, Sar, & Durmuscelebi, 2013). Sebuah berita mengungkap bahwa seorang siswi kelas 2 SMA berinisial (N) yang merupakan pengguna smartphone merk blackberry. Siswi tersebut ingin mengganti smartphone lamanya (blackberry) menjadi smartphone android dengan alasan remaja tersebut tidak ingin dikatakan ketinggalan zaman dan kuno oleh teman-temannya, sebab temannya telah menggunakan smartphoneandroid. Siswi tersebut rela mengeluarkan uang banyak demi membeli smartphone meskipun harga smartphoneandroid terbilang mahal (Mahyuni, 2013). Berita lain mengungkap sebuah kasus yang dialami oleh seorang remaja berusia 14 tahun berinisial (NR) yang menggantung diri di kamarnya. Menurut saudara korban, ia melakukan tindakan tersebut karena orangtuanya tidak mampu membelikannya smartphone jenis blackberry seperti teman-temannya. NR pernah bercerita pada orangtuanya bahwa ia merasa malu dan minder karena smartphone yang dimiliki saat itu tidak sebanding dengan teman-teman sekelasnya (Ronal, 2014). Kedua contoh kasus dari N dan NR tersebut menggambarkan bahwa untuk menentukan harga diri remaja tidak lepas dari pengaruh teman sebaya, di mana teman sebaya berperan dalam memberikan penerimaan bahkan penolakan. Ini ditunjukkan oleh N maupun NR sebagai pengguna smartphone yang cenderung ingin mendapatkan penerimaan dari teman yaitu dengan menggunakan smartphone yang sama dengan temantemannya. 4

Berdasarkan kedua kasus sebelumnya, didukung oleh sebuah jurnal yang mengatakan bahwa harga diri remaja pengguna smartphone cenderung meningkat apabila alat komunikasinya sesuai dengan kalangannya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penekanan dari luar dalam diri remaja yang seolah-olah tidak mampu untuk diatasi (Isiklar, Sar, & Durmuscelebi, 2013). Terkait dengan harga diri, Rohmah (2004) menuturkan, harga diri dapat diperbaiki atau ditingkatkan apabila individu mampu mengelola emosinya. Emosi merupakan suatu reaksi bagaimana individu melakukan seusatu untuk mempertahankan diri berdasarkan apa yang diinginkan. Emosi tersebut terdiri dari emosi positif (misalnya: gembira, senang, tertawa) dan emosi negatif (misalnya: marah, sedih, takut, malu, cemas, khawatir). Oleh karena remaja mengalami perubahan dalam kematangan berpikir, perubahan bentuk tubuh, dan cara bersosialisasi sehingga perubahan tersebut merangsang remaja untuk mengeluarkan emosi negatif mereka terutama apabila perubahan tersebut tidak sesuai dengan diri remaja, sehingga ini berdampak menimbulkan kecemasan pada remaja. Kecemasan merupakan respon di mana individu mengalami kondisi yang tidak menyenangkan, mengancam, serta tidak mendapatkan dukungan sosial (Lazarus, 1991). Sebuah penelitian menunjukkan, pada masa remaja sangat mudah mengalami kecemasan karena adanya tekanan yang berasal dari faktor lingkungan (Erath, Flanagan, & Bierman, 2007). Apabila remaja mudah atau mampu untuk mengatasi tekanan tersebut, remaja akan cenderung siap untuk menghadapi segala situasi sehingga remaja tidak mudah untuk mengalami kecemasan (Hidayati & Mastuti, 2012). Sebuah artikel mengungkapkan bahwa di Singapura sebagian besar masyarakat mengalami kecemasan karena tidak dapat meninggalkan smartphone mereka. Masyarakat yang menggunakan smartphone juga mengalami sakit fisik seperti sakit leher akibat smartphone digunakan secara menundukkan kepala secara terus-menerus (Astuti, 2014). 5

Artikel lain mengungkapkan pengguna smartphone yang terpisah dari smartphone-nya tidak mampu bekerja secara optimal. Pada artikel tersebut menjelaskan mengenai sebuah riset di University of Missouri yaitu pengguna mengalami kecemasan yang ditandai oleh degup jantung yang semakin cepat ketika pengguna ditugaskan untuk menjawab tugas yang diberikan dengan keadaan pengguna tersebut dipisahkan dengan smartphone-nya (TIS, 2015). Berdasarkan artikel di atas, peneliti berasumsi bahwa remaja tidak dapat mengontrol emosinya, yang dalam hal ini adalah rasa cemas yang muncul akibat smartphone mereka berada jauh dari penggunanya. Smartphone merupakan salah satu alat komunikasi penting yang digunakan sebagai media komunikasi. Kecemasan yang dialami oleh masyarakat remaja berakibat pada menurunnya kondisi mental, kognitif, tidak konsentrasi dalam bekerja melakukan aktivitas dan dapat ditandai dengan jantung berdegup lebih cepat ketika masyarakat diharuskan untuk tidak menggunakan smartphone mereka. Peneliti berasumsi bahwa terdapat kaitan antara kecemasan dengan harga diri pada remaja pengguna phone yang didukung berdasar hasil penelitian oleh Zulkefly & Baharudin (2009) menjelaskan bahwa remaja pengguna mobile phone menggunakan fasilitas di dalamnya seperti telepon, messaging, MMS, internet, dan lain-lain. Penggunaan pada mobile phone mereka berdampak pada harga diri remaja. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya harga diri ditentukan oleh faktor yang muncul ketika remaja menggunakan phone mereka. Remaja yang memiliki harga diri rendah cenderung menggunakannya lebih intensif. Remaja menganggap bahwa mereka lebih merasa nyaman apabila berkomunikasi dengan teman atau keluarganya melalui phone mereka dibanding dengan komunikasi tatap muka. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa tinggi maupun rendah harga diri pada remaja bergantung pada tingkat gangguan psikologis khususnya kecemasan pada remaja. 6

B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menduga kecemasan mempengaruhi harga diri pada remaja pengguna smartphone. Oleh karena itu, muncul pertanyaan peneliti, Apakah ada hubungan antara kecemasan dan harga diri pada remaja pengguna smartphone? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan harga diri pada remaja pengguna smartphone. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis: Penelitian ini dilakukan untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi perkembangan mengenai kecemasan dan harga diri yang dialami pada remaja pengguna smartphone. 2. Secara praktis: Penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan pada remaja mengenai bagaimana pengaruhnya kecemasan dalam menentukan tinggi rendahnya harga diri, khususnya kepada remaja yang menggunakan smartphone. 7