I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara mengkaji dan mendeskripsikan dari bahan- bahan pustaka

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

KOMPARASI ANTARA SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DENGAN AKTA NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

TINJAUAN MENGENAI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN HAK TANGGUNGAN ABSTRAK. Keywords: Credit Agreement, Bail Right, Banking ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mendorong dan menggairahkan dunia usaha, Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa bank sangat penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR TERHADAP KREDIT MACET DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan kuantitas barang / jasa yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara kesinambungan perkembangan tersebut, para pelakunya meliputi baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perorangan dan badan hukum, sangat memerlukan dana dalam jumlah yang besar. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam pengadaan dana tersebut adalah Perbankan. Berbagai lembaga keuangan, terutama bank konvensional, telah membantu pemenuhan kebutuhan dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan pinjaman uang antara lain dalam bentuk kredit perbankan. Kredit perbankan merupakan salah satu usaha bank konvensional yang telah banyak dimanfaatkan oleh anggota masyarakat yang memerlukan dana. Pasal 3 dan 4 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 juncto Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia menyebutkan bahwa bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional ke arah peningkatan kesejahteraan

2 rakyat banyak, dalam menjalankan fungsinya, maka bank melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dalam hal ini bank juga menyalurkan dana yang berasal dari masayarakat dengan cara memberikan berbagai macam kredit. Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan ketentuan itu dalam pembukaan kredit perbankan harus didasarkan pada persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam atau dengan istilah lain harus didahului dengan adanya perjanjian kredit. Suatu kredit baru diluncurkan setelah ada suatu kesepakatan tertulis, walaupun mungkin dalam bentuk yang sangat sederhana antara pihak kreditur sebagai pemberi kredit dengan pihak debitur sebagai penerima kredit. Kesepakatan tertulis ini sering disebut juga dengan perjanjian kredit (credit agreement, loan agreement). Praktik perbankan, tidak ada ketentuan perundang-undangan yang mengharuskan perjajian kredit dibuat dengan akta otentik. Perjanjian kredit dapat dibuat baik dengan akta di bawah tangan maupun akta otentik (akta notaris). Praktik yang berlaku untuk kredit-kredit berjumlah besar biasanya perjanjian kreditnya dibuat dengan akta notaris. Adapun untuk kredit-kredit berjumlah kecil, cukup dibuat dengan akta di bawah tangan saja.

3 Perjanjian kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah bukanlah tanpa risiko, karena suatu risiko mungkin saja terjadi. Risiko yang umumnya terjadi adalah risiko kegagalan atau kemacetan pelunasan. Keadaan demikian sangatlah berpengaruh kepada kesehatan bank, karena uang yang dipinjamkan kepada debitur berasal atau bersumber dari uang masyarakat yang disimpan pada bank itu, sehingga risiko sangat berpengaruh atas kepercayaan masyarakat kepada bank yang sekaligus kepada keamanan dana masayarakat. Perjanjian kredit harus mempertimbangkan jaminan yang diberikan oleh pemohon kredit. Sebab kredit yang tidak mempunyai jaminan yang cukup akan mengandung risiko yang besar. Untuk itu dalam rangka penyaluran kredit oleh perbankan perlu adanya jaminan dari debitur. Jaminan yang sering digunakan dalam perjanjian kredit adalah tanah, tetapi tanah yang dimaksud adalah hak atas tanah bukan tanah secara fisik. Jaminan yang ditumpukan pada hak atas tanah merupakan jaminan hak tanggungan. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah menyatakan bahwa hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelusanan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Objek hak tanggungan diantaranya adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah negara, yang menurut ketentuan yang berlaku

4 wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan, dan hak-hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau yang akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah. Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian kredit. Perjanjian hak tanggungan bukan merupakan perjanjian yang berdiri sendiri, melainkan karena adanya perjanjian lain yang disebut perjanjian induk. Perjanjian induk bagi hak tanggungan adalah perjanjian kredit yang menimbulkan utang yang dijamin, dengan kata lain, hak tanggungan adalah suatu perjanjian accessoir. Hak tanggungan timbul hanyalah dimungkinkan apabila sebelumnya telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit yang menjadi dasar pemberian kredit atau timbul karena adanya perjanjian pokok. Pemberian hak tanggungan itu sendiri nantinya dilakukan dengan pembuatan perjanjian tersendiri oleh PPAT yang disebut Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). Setiap perbuatan hukum yang bertujuan untuk pemindahan atau peralihan hak atas tanah, pemberian sesuatu hak baru atas tanah, penggadaian tanah, dan pembebanan hak atas tanah sebagai tanggungan utang, harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berwenang, jadi, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) merupakan pejabat yang berwenang untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah.

5 Tahap pemberian hak tanggungan oleh pemberi hak tanggungan kepada keditor, hak tanggungan yang bersangkutan belum lahir. Hak tanggungan itu baru lahir pada saat dibukukannya dalam buku tanah di Kantor Pertanahan. Pemberian hak tanggungan yang dituangkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) harus diikuti dengan kewajiban pendaftaran dengan cara dibukukan dalam buku tanah di Kantor Pertanahan yang sekaligus menentukan saat lahirnya hak tanggungan. Pendaftaran hak tanggungan dalam buku tanah di Kantor Pertanahan tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi asas publisitas, karena pada saat penandatangan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), hak tanggungan masih belum lahir, yang baru lahir janji untuk memberikan hak tanggungan, untuk pemberian hak tanggungan wajib diikuti dengan tindakan pendaftaran dalam buku tanah di Kantor Pertanahan, yang merupakan prasyarat mutlak bagi lahirnya hak tanggungan dan sekaligus mengikatnya hak tanggungan terhadap pihak ketiga. Kebutuhan hukum dalam masyarakat dapat dilihat dengan semakin banyaknya bentuk perjanjian yang dituangkan dalam suatu akta notaris, dimana notaris merupakan salah satu pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang. Keberadaan akta otentik yang dibuat oleh notaris digunakan untuk melindungi dan menjamin hak dan kewajiban dari para pihak yang mengadakan perjanjian sehingga apabila di kemudian hari ada salah satu pihak yang melanggarnya maka dapat dikenakan sanksi atau hukuman, hal ini yang membuat masyarakat percaya, bahwa notaris dapat menuangkan kehendak mereka dalam bentuk akta notaris serta memberikan perlindungan hukum.

6 Bapak Zulkifli Sabkie, S.H. merupakan salah satu notaris yang dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan hukum untuk membuat perjanjian kredit dan perjanjian hak tanggungan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 15 Juli 1999, Nomor C-1547.HT.03.01 tahun 1999 bapak Zulkfli Sabkie, S.H. diangkat sebagai notaris, kabupaten Tulang Bawang dan berkantor di Jalan Lintas Timur 443 Unit II Banjar Agung, Tulang Bawang, Lampung. Notaris Zulkifli Sabkie, S.H membantu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Tulang Bawang selaku keditur membuat perjanjian hak tanggungan yang tertuang dalam Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) dengan dasar perjanjian kredit. Tahap pemberian hak tanggungan didahului dengan adanya Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang dibuat oleh Notaris Zulkifli Sabkie, S.H. atas permintaan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Tulang Bawang yang diwakili oleh seorang direksi bernama bapak Soesilo Wibowo. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) meliputi kuasa menghadap dimana perlu, memberikan pernyataan bahwa objek hak tanggungan betul milik pemberi kuasa yang tidak tersangkut sengketa dan bebas dari sitaan, menandatangani Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) serta surat-surat lain yang diperlukan, mendaftarkan hak tanggungan. Tahap selanjutnya, pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berkantor dimana letak objek hak tanggungan

7 berada. Dalam penelitian ini, objek hak tanggunan berada di Banjar Agung, kabupaten Tulang Bawang, provinsi Lampung. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Tulang Bawang yang diwakili oleh seorang direksi bernama bapak Soesilo Wibowo memberikan wewenang pada Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Zulkifli Sabkie, S.H. unuk membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional tanggal 13 Oktober 2000 nomor 32-XI-2000 bapak Zulkifli Sabkie, S.H. diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah yang selanjutnya disebut PPAT, yang dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dengan daerah kerja Kabupaten Tulang Bawang dan berkantor di Jalan Lintas Timur 443 Unit II, Banjar Agung. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) berisi perjanjian pemberian hak tanggungan yang mencakup hak dan kewajiban para pihak yang disetujui oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Tulang Bawang yang diwakili oleh seorang direksi bernama bapak Soesilo Wibowo selaku kreditor dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Tulang Bawang yang diwakili oleh seorang direksi bernama bapak Soesilo Wibowo mewakilkan debitur. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Zulkifli Sabkie, S.H. mendaftarkan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) pada Kantor Pertanahan Tulang Bawang guna lahirnya hak tanggungan yang mengikat para pihak yang tertuang dalam Sertifikat Hak Tanggungan (SHT).

8 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mendeskripsikan tata cara pemberian dan hak dan kewajiban para pihak yang tertuang dalam perjanjian hak tanggungan, oleh karena itu penulis tertarik membuat judul dalam penelitian ini adalah: Perjanjian Pemberian Hak Tanggungan antara PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Tulang Bawang dengan Debitur B. Permasalahan dan Pokok Bahasan 1. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini ada beberapa masalah yang dirumuskan dan dicari penyelesainnya secara ilmiah. Beberapa masalah tersebut sebagai berikut: a. Bagaimanakah tata cara pemberian hak tanggungan dari perjanjian kredit ke Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)? b. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak sebagaimana tertuang dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)? 2. Pokok Bahasan Berdasarkan permasalahan, maka yang menjadi pokok bahasan dalam penulisan ini adalah: a. Tata cara pemberian hak tanggungan dari perjanjian kredit ke Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT).

9 b. Hak dan kewajiban para pihak yang tertuang dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). C. Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah tata cara pemberian hak tanggungan dan hak dan kewajiban para pihak di lihat isi perjanjian antara PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Tulang Bawang dengan debitur berdasarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). Bidang ilmu ini adalah hukum keperdataan, khususnya hukum perjanjian. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai tata cara pemberian hak tanggungan. 2. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai hak dan kewajiban para pihak yang tertuang dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). E. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum keperdataan dalam lebih khususnya dalam lingkup hukum perjanjian. Serta memberikan gambaran isi dari perjanjian hak tanggungan yang ada.

10 2. Kegunaan Praktis a. Mendeskripsikan isi perjanjian hak tanggungan antara PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Tulang Bawang dengan debitur yang tertuang dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT). b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan saran kepada setiap orang yang ingin melakukan pemberian hak tanggungan. c. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mengetahui dan mempelajari hak dan kewajiban para pihak yang telah diatur dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) tersebut. d. Memberikan informasi dan gambaran kepada pembaca bagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Hak Tanggungan mengatur tentang perjanjian hak tanggungan tersebut. e. Sebagai pemenuhan salah satu syarat akademik bagi peneliti untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.