PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN BENTUK STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1040 AKIBAT POLARISASI ARUS PADA PENGELASAN SMAW. Rihat Sebayang 1*

dokumen-dokumen yang mirip
Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA TEORI

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

Analisa Ketangguhan dan Struktur Mikro pada Daerah Las dan HAZ Hasil Pengelasan Sumerged Arc Welding pada Baja SM 490

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No. 01 November 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENDAHULUAN. Kata kunci : Pengaruh Arus Las,SAW,Variasi Panas.Masukan.

KAJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI MASUKAN ARUS LISTRIK

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

BAB IV DATA DAN ANALISA

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

Struktur Mikro Las Baja C-Mn Hasil Pengelasan Busur Terendam dengan Variasi Masukan Panas

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Available online at Website

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI ARUS LAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KETANGGUHAN LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA NSN308

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

ABSTRAK. Kata kunci : SMAW, Struktur Mikro, Quenching dengan Air Laut.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

PENGARUH ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 SKRIPSI

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN. Abdul Hamid

BAB I PENDAHULUAN. Suhu mempengaruhi sifat mekanik material, yaitu ketangguhan material

PENGARUH MASUKAN PANAS (HEAT INPUT) TERHADAP KETANGGUHAN IMPAK SAMBUNGAN LAS TIG Al-13,5Si

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

Transkripsi:

PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN BENTUK STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1040 AKIBAT POLARISASI ARUS PADA PENGELASAN SMAW Rihat Sebayang 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan Jl. Almamater No. 1, Kampus USU, Medan, 20155 *Email: rihat_sebayang@gmail.com, rihat.sebayang@polmed.ac.id Abstrak Dalam proses pengelasan kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh besar arus, kecepatan pengelasan, besarnya penembusan dan jarak pengelasan serta polaritas arus listrik. Penentuan besarnya arus dalam penyambungan logam menggunakan las busur mempengaruhi efisiensi pekerjaan dan bahan las. Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh tegangan busur, besar arus, kecepatan pengelasan, besarnya penembusan dan polaritas listrik. Penentuan besarnya arus dalam penyambungan logam menggunakan las busur mempengaruhi efisiensi pekerjaan dan bahan las. Pengaruh dari polaritas arus pengelasan yaitu AC dan DC mampu berdampak pada perubahan sifat mekanis material. Dari pengujian komposisi diketahui bahwa terdapat perubahan persentase dalam jumlah yang relatif kecil pada beberapa unsur yang terkandung pada Baja AISI 1040. Kekuatan mekanis berupa kekerasan diketahui bahwa material yang dilas dengan polaritas arus AC memiliki kekerasan yang cukup tinggi dibanding material yang dilas dengan polaritas arus DC yaitu sebesar 26 VHN, dan terendah pada logam induk sebesar 156 VHN. Kekuatan impak yang tertinggi terdapat pada material yang dilas dengan polaritas arus DC yaitu sebesar 68, Joule dan pada material yang dilas dengan polaritas arus AC sebesar 60,3 Joule. Struktur fase Ferrite dan Pearlite terlihat pada logam las, HAZ kasar dan Haz halus, serta pada logam induk pada material yang dilas dengan polaritas arus AC dan DC. Kata kunci : SMAW, Polaritas arus, Baja AISI 1040, Impak, Kekerasan, Struktur Mikro. Pendahuluan Pembangunan konstruksi dengan logam pada masa sekarang ini banyak melibatkan unsur pengelasan khususnya bidang rancang bangun karena sambungan las merupakan salah satu pembuatan sambungan yang secara teknis memerlukan ketrampilan yang tinggi bagi pengelasnya agar diperoleh sambungan dengan kualitas baik. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, sarana transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. Mesin las SMAW menurut arusnya dibedakan menjadi tiga macam yaitu mesin las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las arus bolakbalik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolak-balik (AC). Mesin Las arus DC dapat digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas lurus (DC) digunakan bila titik cair bahan induk tinggi dan kapasitas besar, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan kutub positif, sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub positif dan logam induk dihubungkan dengan kutub negatif. Struktur Mikro dan Sifat-Sifat Mekanik Pada proses pengelasan, transformasi (austenit) menjadi (ferit) merupakan tahap yang paling krusial karena struktur mikro logam las yang berarti juga sifat -sifat mekanisnya 2

sangat ditentukan pada tahap ini. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi (austenit) (ferit) adalah masukan panas (heat input), komposisi kimia las, kecepatan pendinginan dan bentuk sambungan las seperti ditunjukkan oleh diagram CCT (Continuous Cooling Transformstion) seperti pada gambar 2. Menurut Abson dan Pargeter (186), struktur mikro logam las baja terdiri dari kombinasi dua atau lebih fasa-fasa berikut yang disususn berdasarkan suhu pembentuknya : 1. Ferit batas butir (grain boundary ferrite), terbentuk antara suhu 1000 sampai 650 o C sepanjang batas butir austenit. 2. Ferit Widmanstatten (Widmanstatten ferrite side plates), terbentuk antara suhu 1000 sampai 650 o C 3. Ferit acicular (acicular ferrite), terbentuk antara suhu 650 o C 4. Bainit,terbentuk antara suhu 500 o C 5. Martensit, terbentuk jika proses pendinginannya sangat cepat Gambar 1. Diagram CCT Dari kelima struktur mikro di atas, ferit acicular merupakan struktur mikro yang diinginkan karena dapat meningkatkan kekuatan dan ketangguhan logam las seperti yang dilaporkan oleh Harrison dan Farrar (181). Grong dan Matlock (186). Peningkatan kekuatan ini disebabkan karena ferit acicular berbutir halus sesuai dengan persamaan Hall-Petch berikut : σ = σ O + kd -1/2 (1) Dimana : tegangan luluh o : tegangan friksi (friction stress) k : koefisien penguat (strengthening coefficient) d : ukuran (diameter) butir Pada sisi lain, ketangguhan las disebabkan karena struktur ferit acicular berbentuk anyaman (interlocking structure) sehingga dapat menahan laju rambatan retak dan memberikan ketangguhan yang baik. Pengujian Ketangguhan (impact) Pengujian Impak merupakan pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan konstruksi dan treansportasi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan dating secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat kecelakaan. 30

Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi maksimum hingga mengakibatkan perpatahan. Pada pengujian impak ini banyaknya energy yang diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa mengalami retak atau deformasi dengan mudah. Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya dinyatakan dalam satuan joule dan dibaca langsung pada skala (dial) petunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy diberikan oleh HI = E/A (2) dimana E adalah energi yang diserap dalam satuan joule dan A luas penampang di bawah takik dalam satuan mm 2. E = P (H 0 -H 1 ) (3) dimana : P H0 H1 = beban yang diberikan (Newton) = ketinggian awal bandul (mm) = ketinggian akhir setelah terjadi perpatahan benda uji (mm) Benda uji impak dikelompokkan kedalam dua golongan sampel standar (ASTM E-23) yaitu batang uji Charpy ( metode Charpy - USA) dan batang uji Izod (metode Izod Inggris dan Eropa ). METODOLOGI Bahan penelitian Bahan penelitian : Pelat baja AISI 1040 Spesifikasi plat : Baja AISI 1040 uk. 100mm x mm x 40mm, sebanyak 2 piece. Baja AISI 1040 uk. 1000mm x 12mm x 12mm, sebanyak 2 piece. Proses Pengelasan Jenis elektroda yang digunakan adalah tipe E6013, dan mesin las jenis SMAW, dengan menggunakan kampuh V. 60 Panjang plat 500 mm 15 15 0 0 Gambar 2. Sambungan Las Pengujian Struktur Mikro Data alat uji yang dipergunakan untuk pengujian metallografi, adalah sebagai berikut : o Microskop Optik dengan skala pembesaran sampai dengan 1000 kali. o Kamera Wild MPS 11. o Etsa Nital 2%, consist :Alkohol 5%... 8 ml. HNO3.... 2 ml. 31

Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pengujian kekerasan mikro vickers dengan beban maksimum adalah 1 kg. Pengujian Impak Mesin uji yang digunakan adalah Impact Carphy Machine yang dilengkapi dengan alat pemukul berupa palu dengan bentuk, ukuran dan berat tertentu. Pengujian dilakukan pada temperatur kamar. Benda uji impak berbentuk persegi panjang dengan ukuran sesuai standar JIS Z 2201 180 seperti diperlihatkan pada gambar 3. Gambar 3. Spesimen Uji Impak ( JIS Z 2201 180 ) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Komposisi Pengujian komposisi kimia pada material AISI 1040 dilakukan untuk melihat unsur yang terkandung dalam material tersebut, baik diawal sebelum proses pengelasan maupun setelah dilakukannya proses pengelasan. Hal ini berguna untuk mengetahui pengaruh dari panas dan terdifusinya unsur yang terkandung didalam elektroda terhadap material khususnya pada logam hasil pengelasan. Hasil dari pengujian komposisi kimia dapat dilihat dari tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Hasil pengujian komposisi kimia pada material AISI 1040, pada logam induk, logam yang dilas pada 130A-AC, dan logam yang dilas pada 130A-DC Materials Composition C Si S P Mn Ni Cr Mo V Cu Sn Al Fe SAE/AIS I 0.43 0.2 2 Weld Metal 0.115 0.423 6 0.00 0.006 1 0.00 3 0.012 8 0.54 0.82 1 0.0 0.032 2 0.135 0.056 0.010 6 4 0.011 0.02 8 0.08 5 5 0.013 4 0.005 8 8.20 6 8.32 4 130A-AC Weld Metal 0.1223 0.540 130A-DC 6 0.00 0.55 0.038 5 0.052 1 0.011 3 0.014 2 0.108 6 0.005 5 3 8.13 25 Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan dengan menggunakan pengujian kekerasan mikro vickers dilakukan untuk mengetahui distribusi tingkat kekerasan yang berbeda dalam rentang jarak yang kecil. Hasil pengujian kekerasan dapat dilihat dari tabel 4 berikut. 32

Kekuatan Impak (J) Volume II Nomor 1, April 2016 Gambar 6. Hasil Kekerasan Mikro Vickers terhadap Titik Pengujian Kekerasan material AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan polarisasi jenis arus AC dan DC dapat diketahui dari gambar 6 diatas. Polarisasi arus AC dan DC ternyata mempengaruhi kekerasan material AISI 1040, khususnya pada pada daerah disekitaran logam las Heat Affective Zone (HAZ) kasar dan halus. Pada polarisasi arus AC terlihat terjadi perubahan kekerasan yang sangat besar dibandingkan dengan logam lasnya, kekerasan tersebut meningkat tajam dan memiliki puncak kekerasan sebesar 26 VHN, sedangkan kekerasan terendah pada material yang menggunakan arus AC yaitu pada daerah logam induk (base metal) yaitu sebesar 156 VHN. Sedangkan pada material yang dilas dengan menggunakan polarisasi arus DC nilai kekerasannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan polarisasi arus AC dan cenderung stabil. Kekerasan pada polarisasi arus DC tertinggi terdapat pada daerah HAZ kasar yaitu sebesar 224 VHN dan terendah pada daerah logam induk sebesar 168 VHN Pengujian Impak Ketangguhan material AISI 1040 dapat diketahui dengan melakukan pengujian impak. Dalam penelitian ini pengujian impak dilakukan dengan menggunakan metode Impak Charpy dan alat uji yang digunakan adalah mesin uji impak. 5 0 65 60 AC DC 55 50 1 2 3 Sampel Gambar. Ketangguhan material terhadap variasi polarisasi arus AC dan DC pada pengelasan Baja AISI 1040 Dari gambar diatas, diketahui bahwa ketangguhan material Baja AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan polarisasi arus DC memiliki kekuatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan material yang dilas dengan menggunakan polarisasi arus AC. Dari gambar tersebut ketangguhan material tertinggi pada material yang dilas dengan polarisasi arus DC memiliki ketangguhan

sebesar 1 Joule dan terendah sebesar 64 Jooule. Sementara Baja AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan polarisasi arus AC ketangguhan impak tertingginya adalah sebesar 62 Joule dan terendah sebesar 58 Joule. Pengamatan Struktur Mikro Pengamatan pada material yang dilas dengan polarisasi arus 130A (Arus AC) Pengamatan struktur mikro dilakukan untuk melihat perubahan struktur mikro yang terjadi pada material Baja AISI 1040. Pengamatan menggunakan mikroskop optic dengan pembesaran yang bervariasi, yaitu pembesaran 200x dan 400x pada lokasi atau titik pengamatan yang sama. Pengambilan titik pengamatan dilakukan pada empat titik pengamatan yang berbeda yaitu pada logam lasan, HAZ kasar, HAZ halus dan logam induk (base metal). (a) (b) Ferrite Ferrite Pearlite (c) (d) Gambar 8. Pengamatan struktur mikro pada material Baja AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan polarisasi arus AC (a) Weld metal (b) HAZ Kasar (c) HAZ Halus (d) Base Metal dengan pembesaran 400X Pengamatan yang dilakukan pada material dengan polarisasi arus AC diiketahui bahwa logam induk memiliki struktur mikro yang terdiri dari ferrite dan pearlite. Ferrite adalah fase larutan padat yang memiliki struktur BCC (body centered cubic). Ferrite dalam keadaan setimbang dapat ditemukan pada temperatur ruang, yaitu alpha- ferrite atau pada temperatur tinggi, yaitu deltaferrite. Secara umum fase ini bersifat lunak (soft), ulet (ductile), dan magnetik (magnetic) hingga temperatur tertentu. Kelarutan karbon di dalam fase ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelarutan karbon di dalam fase larutan padat lain di dalam baja, yaitu fase Austenite. Pada temperatur ruang, kelarutan karbon di dalam alpha-ferrite hanyalah sekitar 0,05%. Sementara Pearlite adalah suatu campuran lamellar dari ferrite dan cementite. Konstituen ini terbentuk dari dekomposisi Austenite melalui reaksi eutectoid pada keadaan setimbang, di mana lapisan ferrite dan cementite terbentuk secara bergantian untuk menjaga keadaan kesetimbangan komposisi eutectoid. Pearlite memiliki struktur yang lebih keras daripada ferrite, yang terutama disebabkan oleh adanya fase cementite atau carbide dalam bentuk lamel-lamel.

Pengamatan pada material yang dilas dengan polarisasi arus 130A (Arus DC) (a) (b) Pearlite Ferrite (c) (d) Gambar. Pengamatan struktur mikro pada material Baja AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan polarisasi arus DC (a) Weld metal (b) HAZ Kasar (c) HAZ Halus (d) Base Metal dengan pembesaran 400X Pengamatan struktur mikro pada material yang dilas dengan polarisasi arus DC dapat dilhat pada gambar 10 diatas. Struktur mikro pada logam induk, HAZ kasar, HAZ halus dan logam las merupakan hasil pengamatan dengan mikroskop optik pada pembesaran yaitu 400x pembesaran seperti ditunjukkan pada gambar di atas terdiri dari pearlite dan ferrite. Pembahasan Dari beberapa pengujian yang dilakukan terhadap material Baja AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan arus las 130A dengan polaritas arus yang berbeda yaitu AC dan DC diketahui bahwa terjadi perubahan-perubahan yang sangat besar antara kedua jenis polaritas arus tersebut. Hal pertama yaitu diketahui bahwa adanya perubahan unsur akibat proses pengelasan yang dilakukan, hal ini diakibatkan oleh penggunaan elektroda sebagai bahan tambah serta terdifusinya unsur-unsur tersebut kedalam logam atau material, khususnya pada daerah logam las. Perubahan unsur tersebut mampu mempengaruhi bentuk dari struktur mikro dan perubahan sifat mekanis. Pada pengujian kekerasan yang dilakukan, diketahui bahwa terjadi perubahan tingkat kekerasan pada beberapa daerah pantauan atau daerah indentasi pengujian, yaitu daerah logam las, daerah HAZ kasar, HAZ halus dan logam induk. Dari pengujian kekerasan tersebut diketahui bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada daerah HAZ kasar, dan daerah terlunak yaitu pada daerah logam induk. Hal ini dikarenakan pada daerah HAZ merupakan daerah dimana logam induk terkena panas paling tinggi pada saat proses pengelasan berlangsung dibandingkan dengan daerah lainnya. Pada pengujian impak, diketahui bahwa material yang memiliki tingkat kekerasan tinggi maka akan memiliki kekuatan impak yang lebih kecil, atau berbanding terbalik. Pada pengujian impak ini diketahui bahwa kekerasan pada Baja AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan arus polaritas AC memiliki kekerasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

material yang dilas dengan polaritas arus DC, dan kemudian material tersebut memiliki kekuatan impak yang jauh lebih rendah. KESIMPULAN Dari pengujian yang dilakukan terhadap material AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan polarisasi arus yang berbeda yaitu AC dan DC, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terjadinya perubahan unsur pada logam hasil pengelasan, akibat terdifusinya unsurunsur kedalam logam las. 2. Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada daerah HAZ kasar dan terlunak pada daerah logam induk. Dari dua material tersebut diketahui bahwa material Baja AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan arus polaritas AC memiliki kekerasan paling tinggi yaitu sebesar 26 VHN, dan tingkat kekerasan paling rendah terdapat pada daerah logam induk yaitu sebesar 156 VHN. 3. Nilai ketangguhan impak rata-rata pada material yang dilas dengan arus AC yaitu sebesar 60,3 Joule dan pada arus DC sebesar 68, Joule. 4. Bentuk struktur mikro material pada baja AISI 1040 yang dilas dengan menggunakan polaritas arus AC dan DC cenderung sama yaitu ferrite dan pearlite. DAFTAR PUSTAKA Alip, M., (18), Teori dan Praktik Las, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Arifin, S., (1), Las Listrik dan Otogen, Ghalia Indonesia, Jakarta. Carry, Howard., (14), Modern Welding Technology, Prentice Hall, New Jersey Inc.,New Jersey. Esterling, K.E., (13), Introduction to the Phisical Metallurgy of Welding, Sutterworths, pp. 115-123. Evens, G.M., (183), Effect of heat input on the microstructure and properties of C-Mn all weld metal deposits, Welding Industries Oerlikon, Zurich. Dolby, R.E., (183), Advances in Welding Metallurgy of Steel, Metals Teknology, Vol.10, pp.34-3 Harrison, P.L., and Farrar, R.A., (181), Influence oxygen-rich inclusion on γ α phase transformation in high strength low alloy (HSLA) steel weld metal, Journal of Material Science, 16, pp 2218-2226. Johnson, M.Q., Evens, G.M., Edwards, G.P., (15), The influence of the Titanium additions and interpass temperature on the microstructure and mechanical properties of high strength SMA weld metal, ISIJ international, 35, pp 1222-1231. Smith, L., (2002), Sensitization of Martensitic Stainless Steels, Journals of Materials Performances, P54-55. Widharto, S., (2001), Petunjuk Kerja Las, Pradnya Paramita, Jakarta. Wiryosumarto, H., dan Okumura, T., (186), Teknologi Pengelasan Logam, edisi 8, Pradnya Paramita, Jakarta.