HAK ASUH ANAK DALAM PERCERAIAN ditulis oleh Tri Budi Santoso 1 advokat & konsultan hukum Jika ada pertanyaan, Apabila terjadi perceraian, hak asuh atas anak yang masih berumur 5 (lima) tahun jatuh/diberikan pada Bapak atau Ibu nya?, maka mayoritas akan menjawab, Hak Asuh akan jatuh/diberikan pada Ibu nya. Jawaban tersebut belum tentu benar. Tulisan ini akan memberikan gambaran bahwa pemberian hak asuh adalah demi kepentingan si anak bukan untuk kepentingan Bapak atau Ibunya. Demi kepentingan anak, maka bapak dan ibu mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan hak asuh anak. Diperlukan fakta-fakta dan buktibukti yang meyakinkan hakim bahwa saya lah (dalam hal ini Penggugat atau Tergugat) yang lebih cakap untuk mendapatkan hak asuh anak demi kepentingan anak baik jasmani maupun rohani. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 2 Kenyataannya tidak semua rumah tangga bisa kekal, ada sebagian rumah tangga berakhir karena perceraian. Sengketa mengenai hak asuh anak hampir selalu menyertai perceraian, karena suami dan istri sama-sama mempunyai keinginan untuk mengasuh, merawat dan tinggal bersama dengan si anak hasil perkawinan mereka. Diantara bapak dan ibu, siapakah yang paling berhak mendapatkan hak asuh anak? 1 Penulis dapat dihubungi melalui email budi@tbs-plus.com; Sebagian tulisan-tulisan Penulis dapat diakses di www.tbs-plus.com. 2 Indonesia, Undang-Undang tentang Perkawinan, UU No.1 Tahun 1974, LN No. 1 Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal 1. lembar ke 1 dari 6 lembar
Hak Asuh Anak Penulis sering menemukan pada Gugatan Cerai baik konvensi maupun rekonvensi, salah satu tuntutan (petitum) adalah agar Majelis Hakim menetapkan hak asuh anak berada pada Penggugat (dalam hal konvensi) atau Tergugat (dalam hal rekonvensi). Dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut UU Perkawinan) tidak ditemukan definisi atau pengertian hak asuh, tetapi dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (selanjutnya disebut UU Perlindungan Anak) menyebutkan pengertian Anak Asuh dan Kuasa Asuh. Pasal 1 angka 10 UU Pelindungan Anak menyebutkan bahwa Anak Asuh adalah Anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan karena Orang Tuanya atau salah satu Orang Tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang Anak secara wajar, dan Pasal 1 angka 11 UU Perlindungan Anak menyebutkan bahwa Kuasa Asuh adalah kekuasaan Orang Tua untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina, melindungi, dan menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan sesuai dengan kemampuan, bakat, serta minatnya. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Tidak Berakhir Karena Perceraian Dalam Pasal 41 UU Perkawinan, ditentukan bahwa akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah: a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anakanaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusan. b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memberi kewajiban tersebut pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. lembar ke 2 dari 6 lembar
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri. Pasal 45 ayat (1) dan (2) UU Perkawinan menentukan, bahwa: (1) Kedua orang tua wajib memelihara dan menddidik anak-anak mereka sebaikbaiknya (2) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Berdasarkan ketentuan Pasal 41 dan Pasal 45 tersebut menunjukkan bahwa walaupun perkawinan antara kedua orang tua (Bapak dan Ibu) putus, kewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya tidak putus/berakhir, kecuali si anak telah dewasa. Meskipun Bapak atau Ibu sudah tidak tinggal bersama anak, Bapak atau Ibu tetap mempunyai kewajiban terhadap anak sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Bapak dan Ibu Mempunyai Peluang Yang Sama Kembali ke pertanyaan Diantara bapak dan ibu, siapakah yang paling berhak mendapatkan hak asuh anak?. Dalam hal terjadi perceraian, UU Perkawinan tidak menentukan hak asuh anak diberikan pada Bapak atau Ibu, Pasal 41 huruf a hanya menyebutkan,... bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusan., namun Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI) mengatur hal ini, bahwa Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Secara lengkap Pasal 105 KHI mengatakan, Dalam hal terjadinya perceraian : lembar ke 3 dari 6 lembar
a. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya; b. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya; c. biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. KHI ini tentunya tidak berlaku secara universal karena hanya berlaku bagi yang beragama Islam yang perkaranya di periksa dan diputus di Pengadilan Agama. Jika ditinjau dari beberapa ketentuan, antara lain: i. Pasal 41 huruf a UU Perkawinan,...berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak 3,... ; ii. Pasal 14 ayat (1) UU Perlindungan Anak,... bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi Anak 4 dan merupakan pertimbangan terakhir. Penjelasan Pasal 14 menyebutkan, Yang dimaksud dengan pemisahan antara lain pemisahan akibat perceraian dan... iii. Pasal 14 ayat (2) UU Perlindungan Anak, Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anak tetap berhak 5 : a...., b. mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan untuk proses tumbuh kembang dari kedua Orang Tuanya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya., maka menurut Penulis, hak asuh anak diberikan kepada siapapun (Bapak atau Ibu) pertimbangannya harus berdasarkan demi kepentingan anak, bukan demi kepentingan atau ego orang tua.. Penulis berpendapat, dalam hal ibu dinilai tidak dapat menjamin keselamatan jasmani maupun rohani anak karena tabiat jelek si ibu antara lain 3 Cetak tebal oleh Penulis. 4 Cetak tebal oleh Penulis. 5 Cetak tebal oleh Penulis. lembar ke 4 dari 6 lembar
berkata kasar, melakukan kekerasan terhadap anak dalam bentuk fisik ataupun verbal, memberi contoh yang tidak baik bagi anak secara langsung maupun tidak langsung, atau tinggal dilingkungan prostitusi, narkoba dan hal-hal yang tidak terpuji lainnya, maka hak asuh anak harus diberikan kepada bapaknya walaupun usia anak masih dibawah lima tahun. Pertimbangannya adalah demi kepentingan perkembangan jasmani dan rohani anak. Menurut Penulis, materi bukan merupakan dasar pertimbangan dalam menentukan hak asuh anak diberikan kepada bapak atau ibu, karena sesuai dengan Pasal 41 huruf b UU Perkawinan bapak wajib dan ibu dapat ikut memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak. Salah satu contoh kasus perceraian dimana hak asuh anak diberikan kepada bapak adalah kasus perceraian artis Marshanda vs Ben Kasyafani. Pengadilan Agama Jakarta Pusat memutuskan Hak Asuh Pengawasan anak dari Marshanda dan Ben Kasyafani diberikan ke Ben Kasyafani. Saat Putusan dijatuhkan/dibacakan, umur anak Marshanda dan Ben Kasyafani kurang dari empat tahun. Dalam tulisan ini, Penulis tidak membahas pertimbangan hakim dalam putusan perkara antara Marshanda vs Ben Kasyafani tersebut, Penulis sekedar memberikan contoh bahwa telah ada putusan pengadilan yang memberikan hak asuh anak kepada bapak meskipun anak masih dibawah lima tahun. Demi kepentingan anak, maka bapak dan ibu mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan hak asuh anak. Oleh karena itu, bapak atau ibu (sebagai Penggugat ataupun Tergugat) atau kuasanya perlu mengumpulkan dan menyusun fakta-fakta, bukti-bukti dan argumen yang meyakinkan hakim bahwa saya lah (dalam hal ini Penggugat atau Tergugat) yang lebih cakap untuk mendapatkan hak asuh anak demi kepentingan anak baik jasmani maupun rohani. Kepada siapapun (bapak atau ibu) hak asuh anak diberikan, orang tua tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak. Anak tetap berhak mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan untuk proses tumbuh kembang. lembar ke 5 dari 6 lembar
Bahwa anak bukan merupakan benda mati atau harta benda yang bisa dibelah. Anak bukan harta benda yang bisa dilakukan sita dan eksekusi secara paksa. --------------- DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Undang-Undang tentang Perkawinan. UU No. 1 Tahun 1974 LN No. 1 Tahun 1974, TLN No. 3019.. Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. UU No. 35 Tahun 2014 LN No. 297 Tahun 2014, TLN No. 5606. Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Ed. 1. Cet. 2. Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1995. lembar ke 6 dari 6 lembar