BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Negara Indonesia masih termasuk dalam kategori negara berkembang yang terdiri dari 33 Provinsi di dalamnya. Hingga saat ini permasalahan mengenai daerah tertinggal atau yang biasa disebut dengan wilayah terbelakang masih menjadi permasalahan ruang yang cukup pelik untuk dihadapi di masing masing kabupaten yang tersebar di ke 33 provinsi tersebut. Menurut data yang diperoleh melalui website resmi pemerintahan Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal, di tahun 2013 lalu sebanyak 183 kabupaten yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia masih dikategorikan sebagai daerah tertinggal. 183 kabupaten ini tersebar di bagian wilayah Sumatera, Jawa Bali, dan di sekitar Kawasan Timur Indonesia. Persentase persebaran geografis daerah tertingal ini pun cukup beragam di masing masing daerah yakni Sumatera dengan 29%, Jawa Bali 9%, dan KTI yang memiliki persentase jumlah daerah tertinggal terbanyak yaitu sebesar 62% (Sekretariat Kabinet RI, Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal). Menurut definisinya daerah tertinggal merupakan daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lainnya dalam skala nasional ( Rencana Strategis Nasional Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal ). Penentuan 183 kabupaten yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal ini sebelumnya telah melalui hasil survey dan penggolongan berdasarkan kriteria kriteria khusus yang telah ditetapkan sebagai daerah tertinggal oleh pemerintah Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal Indonesia. Banyaknya jumlah daerah tertinggal di Indonesia tentunya menjadi hal penting yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah setempat dalam upaya pengentasan daerah tertinggal, sehingga jumlah daerah tertinggal di Indonesia dapat di minimalisir secara bertahap. Hal ini juga juga ditegaskan di dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 mengenai Rencana Pembangunan Jangka Panjang 1
Nasional bahwa keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. 183 jumlah kabupaten yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal bukanlah jumlah yang sedikit. Kriteria ketertinggalan daerah yang dialami oleh 183 daerah tertinggal tersebut juga berbeda beda. Secara umum, kriteria penggolongan wilayah tertinggal teringgal di dasarkan pada masalah ekonomi, keterbatasan fisik dan infrastruktur, aksesibilitas, sumberdaya manusia, kapasitas daerah, dan juga karakteristik daerahnya (Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal). Namun rata rata permasalahan umum yang di hadapi oleh daerah tertinggal yang ada di Indonesia terfokus pada masalah ekonomi dan juga permasalahan keterbatasan fisik dan infrastruktur yang berpengaruh terhadap kesulitan aksesibilitas suatu daerah tertinggal. Terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sumbawa adalah satu diantara 183 kabupaten yang ditetapkan sebagai kabupaten tertinggal di Indonesia. Ditetapkannya wilayah kabupaten ini sebagai kabupaten tertinggal karena kondisi wilayah sudah termasuk dalam faktor faktor yang telah di kategorikan oleh Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal sebelumnya. Sama halnya dengan wilayah kabupaten lain yang termasuk dalam ketagori kabupaten tertinggal, Sumbawa tentunya juga perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah terkait sehingga status wilayah tertinggal dapat segera dientaskan. Sumbawa memiliki luas sekitar 8.493 km², Sumbawa ini terdiri dari 24 kecamatan, dan 22 kecamatan diantaranya merupakan kecamatan yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal. Menurut Keputusan Bupati Sumbawa Nomor 611 Tentang Penetapan Desa Tertinggal Di Sumbawa, dari 22 kecamatan yang merupakan kecamatan tertinggal tersebut, sebanyak 75 desa didalamnya merupakan desa 2
tertinggal. 4 kecamatan yang di pilih sebagai lokasi penelitian adalah Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano. Pemilihan lokasi keempat kecamatan ini merupakan suatu upaya penggambaran kondisi Sumbawa sendiri yang terletak di dalam wilayah Pulau Sumbawa. Pulau Sumbawa merupakan sebuah wilayah yang kondisi fisiknya terdiri dari lautan dan juga pegunungan. Sehingga pemilihan empat lokasi kecamatan disesuaikan dengan tipologi wilayah Sumbawa. 2 kecamatan dipilih karena kondisi wilayah kecamatannya berada tepat di wilayah pegunungan dengan topografi yang berbukit bukit. Sedangkan 2 wilayah kecamatan lainnya adalah kecamatan kecamatan yang lokasinya merupakan wilayah pantai. Dari 24 kecamatan yang ada di Sumbawa, keempat kecamatan ini dapat mewakili 2 jenis tipologi yang disesuaikan dengan wilayah dan Pulau Sumbawa pada umumnya. Selain itu, pemilihan keempat lokasi penelitian ini juga di dasarkan pada pertimbangan instansi pemerintahan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumbawa. Pemerintah setempat mengharapkan agar keempat lokasi ini dapat dijadikan sebagai penelitian lanjutan terkait daerah tertinggal. Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano merupakan empat kecamatan yang ada di Sumbawa dengan status kecamatan sebagai kecamatan tertinggal karena desa desa didalamnya ditetapkan sebagai desa tertinggal. Kecamatan Batulanteh merupakan salah satu kecamatan yang hampir seluruh desanya mengalami ketertinggalan, lima diantara enam desa merupakan desa tertinggal yang kondisi fisik infrastrukturnya belum memadai. Secara fisik, sebagian besar wilayah Kecamatan Batulanteh terdiri dari hutan dengan topografi yang berbukit bukit. Kondisi fisik seperti ini juga hampir sama dengan kondisi wilayah Kecamatan Lantung yang terletak di wilayah bagian selatan Sumbawa. Berbeda dengan Kecamatan Batulanteh dan Lantung, Kecamatan Labangka yang terdiri dari lima desa didalamnya merupakan suatu kumpulan desa pantai karena lokasi kecamatan ini yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Potensi yang dimiliki oleh 3
kecamatan ini sebagai desa pantai tak sejalan dengan kondisi wilayahnya yang masih minim infrastruktur terutama permasalahan jalan dan akses. Sedangkan untuk Kecamatan Tarano yang letaknya berada di ujung timur Sumbawa ini merupakan sebuah wilayah kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Empang. Kondisi fisik kecamatan ini terdiri dari daerah hutan rimba dan sabana, namun karena letaknya yang berbatasan dengan Teluk Saleh, didalam wilayah kecamatan ini juga terdapat pantai. Dengan mengetahui secara umum mengenai empat wilayah kecamatan tertinggal yang ada di Sumbawa, NTB tentunya diharapkan agar permasalahan ketertinggalan suatu wilayah kecamatan dapat diatasi dengan baik. Persamaan dan perbedaan kondisi geografis masing masing wilayahnya diharapkan dapat mempermudah dalam menganalisis kondisi ketertinggalan keempat wilayah kecamatan ini. Masalah ketertinggalan atau terbelakangnya suatu wilayah khususnya wilayah kecamatan merupakan sebuah keterbatasan dari wilayah tersebut untuk dapat berkembang seperti wilayah lainnya, untuk itu Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal dan pemerintah setempat diharapkan mampu melakukan berbagai pertimbangan dan program program tertentu yang terkait dengan upaya pengentasan daerah tertinggal di tiap tiap wilayah kecamatan pada kabupaten tertinggal. Sesuai dengan apa yang telah di rencanakan oleh KPDT pada RPJMN 2014 diharapkan pada tahun 2014 ini 50 kabupaten tertinggal sudah dapat berstatus sebagai kabupaten terentaskan, dan diharapkan agar wilayah kecamatan dalam kabupaten Sumbawa juga termasuk didalamnya. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berikut ini merupakan pertanyaan penelitian yang akan diajukan dalam penelitian kali ini yakni : 1. Seperti apa kondisi ketertinggalan di Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano? 4
2. Seperti apa komparasi ketertinggalan di Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano dilihat dari kriteria penetuan Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal? 3. Apa saja faktor faktor di luar kriteria Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal yang dapat diduga mempengaruhi perbedaan ketertinggalan di 4 kecamatan tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Mendeskripsikan kondisi ketertinggalan di Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano. 2. Mendeskripsikan hasil komparasi kondisi ketertinggalan di Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano berdasarkan penentuan KPDT. 3. Mengidentifikasi faktor faktor lain di luar kriteria KPDT yang dapat diduga mempengaruhi perbedaan ketertinggalan di 4 kecamatan tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan terhadap evaluasi ketertinggalan wilayah kecamatan dan dugaan akan adanya faktor lain yang mempengaruhi ketertinggalan wilayah yang lokasinya berada di Sumbawa, NTB yakni Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano yang dilihat dari penentuan kriteria Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal ini diharapkan bukan hanya bermanfaat bagi peneliti, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat setempat dan juga pemerintah yang berperan penting dalam upaya pengentasan daerah tertinggal khususnya daerah didalam wilayah Sumbawa. Dengan mengetahui kondisi ketertinggalan masing masing wilayahnya di harapkan pemerintah setempat mampu bekerja sama dengan KPDT dalam menindaklanjuti hal tersebut sehingga program pengentasan 5
daerah tertinggal dapat sesuai dengan kondisi daerahnya. Selain itu, penelitian ini juga di harapkan dapat bermanfaat sebagai referensi atau acuan bagi penelitian penelitian selanjutnya yang berfokus pada evaluasi ketertinggalan suatu wilayah kecamatan maupun wilayah yang lebih luas. 1.5 Batasan Penelitian 1.5.1 Fokus Fokus penelitian ini adalah mengevaluasi ketertinggalan suatu wilayah kecamatan yang dilihat dari kriteria penentuan Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal dan juga menduga faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap ketertinggalan wilayah kecamatan diluar penetuan KPDT. 1.5.2 Lokus Lokasi penelitian ini adalah 4 Kecamatan yang ada di Sumbawa, NTB yaitu Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano. 1.6 Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian mengenai Evaluasi Ketertinggalan Wilayah Kecamatan (Studi Kasus Kecamatan Batulanteh, Labangka, Lantung, dan Tarano) di Sumbawa ini masih jarang ditemukan, namun ada beberapa penelitian yang masih berkaitan dengan penelitian ini yakni sebagai berikut : 6
No. 1 2 3 Nama Peneliti M. Yusransyah Sondang Septhiani Rosalina Perwita Sari Tabel 1.1 Keaslian Peneltian Judul Tahun Fokus Lokus Metode Evaluasi Pelaksanaan Program Analisis dan Pembangunan pengaruh Deskriptive Prasarana 2002 keberhasilan Kualitatif Pendukung Bantul program Desa Tertinggal (P3DT) Analisis Faktor Analisa Faktor tertinggal Faktor Deskriptive Penentu 2008 di wilayah penentu Kualitatif Ketertinggalan KTI dan ketertinggalan Wilayah KBI KBI dan KTI Analisis Pengaruh Program Analisa Pembangunan Pembangunan tertinggal Infrastruktur Infrastruktur Deskriptive 2011 di wilayah Terhadap dan Pengaruh Kualitatif KTI dan Penurunan Program KBI Kemiskinan di P2IPDT Tertinggal Sumber : Analisis Peneliti, 2012 7