Uji Unjuk Kerja dan Durability 5000 Km Mobil Bensin 1497 Cc Berbahan Bakar Campuran Bensin-Bioetanol

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF NABATI SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN KETAHANAN MESIN DIESEL GENERATOR SET TF55R

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

OLEH : DADANG HIDAYAT ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST., MT.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

M.Mujib Saifulloh, Bambang Sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

STUDI SIMULASI KONVERSI MOTOR BAKAR OTTO MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR CNG DENGAN VARIASI AIR FUEL RATIO DAN IGNITION TIMING

Kata kunci: campuran bioetanol-bensin, indikator kinerja mesin, emisi gas buang.

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Pengaruh Ignition Timing Mapping Terhadap Unjuk Kerja dan Emisi Engine SINJAI 650 CC Berbahan Bakar Pertalite RON 90

KAJIAN PENAMBAHAN ADITIF NABATI PADA MESIN GENERATOR SET BENSIN TYPE EC 2900L

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1

I. PENDAHULUAN. Katakunci : Electronic Control Unit, Injection Control, Maximum Best Torque (MBT), Ignition Timing, Bioetanol E100.

Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

PENGARUH CAMPURAN METANOL TERHADAP PRESTASI MESIN

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BIODIESEL BIJI NYAMPLUNG PADA MESIN DIESEL MULTI INJEKSI DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BIODIESEL DAN BIOSOLAR

Grafik bhp vs rpm BHP. BHP (hp) Putaran Engine (rpm) tanpa hho. HHO (plat) HHO (spiral) Poly. (tanpa hho) Poly. (HHO (plat)) Poly.

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS

RANCANG BANGUN POWERPLAN PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA SAPUJAGAD

KARAKTERISASI PERFORMA MESIN DIESEL DUAL FUEL SOLAR-CNG TIPE LPIG DENGAN PENGATURAN START OF INJECTION DAN DURASI INJEKSI

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

KARAKTERISASI UNJUK KERJA MESIN DIAMOND TYPE Di 800 DENGAN SISTEM INJEKSI BERTINGKAT MENGGUNAKAN BIODIESEL B-20

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

BAB I PENDAHULUAN. data tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Tabel Jumlah Kendaraan Bermotor. Tahun Sepeda Mobil

BAB III METODELOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER 4 LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN BIOGAS

I. PENDAHULUAN. Kata kunci - Bioetanol, Electronic Control Unit, Honda CB150R, rasio kompresi, RON.

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET DENGAN PENGUJIAN MENGGUNAKAN MESIN DIESEL (ENGINE TEST BED)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Jurnal Teknik Mesin UMY

KARAKTERISTIK PERFORMA MOTOR BENSIN PGMFI (PROGAMMED FUEL INJECTION) SILINDER TUNGGAL 110CC DENGAN VARIASI MAPPING PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG

BAB III METODE PENELITIAN. Daya motor dapat diketahui dari persamaan (2.5) Torsi dapat diketahui melalui persamaan (2.6)

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

Spesifikasi Bahan dan alat :

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

ANALISA DAN PEMBUATAN SISTEM WATER COOLANT INJECTION PADA MOTOR BENSIN TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG

UJI EKSPERIMENTAL BAHAN BAKAR CAMPURAN BIOSOLAR DENGAN ZAT ADITIF TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1)

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

PENGARUH KATALITIK KONVERTER KUNINGAN TERHADAP PENURUNAN EMISI HC DAN CO MESIN OTTO MULTI SILINDER. Oleh, Samuel P.

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI ELEKTRODA BUSI TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN TORAK 4 LANGKAH 1 SILINDER HONDA SUPRA-X 125 CC

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGGUNAAN PORT FUEL INJECTION (PFI) SEBAGAI SISTEM SUPLAI BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN DUA-LANGKAH SILINDER TUNGGAL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

KAJIAN TENTANG PERBANDINGAN PREMIUM-ETHANOL DENGAN PERTAMAX PLUS PADA MOTOR 4 LANGKAH 225 CC

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER EMPAT LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR GAS LPG DAN BIOGAS

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

Unjuk Kerja Motor Bakar Bensin Dengan Turbojet Accelerator

ABSTRAK. Kata kunci : Mesin diesel, minyak solar, Palm Methyl Ester, simulasi. 1. Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

TUGAS AKHIR TM Ari Budi Santoso NRP : Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

KAJIAN TENTANG PERBANDINGAN PREMIUM-ETHANOL DENGAN PERTAMAX PADA MOTOR 4 LANGKAH 225 CC

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) terhadap Konsumsi Bahan Bakar, SFC dan Emisi Gas Buang Pada Mobil

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN ETANOL DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

PENGARUH PENAMBAHAN UAP AIR KERING PADA LANGKAH HISAP TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

STUDI EKSPERIMENTAL EGT DAN SMOKE OPACITY PADA MESIN DIESEL MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR CAMPURAN JATROPHA DENGAN SISTEM COLD EGR

PERBANDINGAN UNJUK KERJA GENSET 4-LANGKAH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG DENGAN PENAMBAHAN MIXER VENTURI

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL. data data dari tabel hasil pengujian performansi motor diesel. sgf = 0,845 V s =

BAB II LANDASAN TEORI

Aplikasi Penggunaan Generator Gas HHO Tipe Dry Cell Menggunakan Plat Titanium Terhadap Performa Dan Emisi Gas Buang Honda Megapro 150 cc

Transkripsi:

B-678 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Uji Unjuk Kerja dan Durability 5000 Km Mobil Bensin 1497 Cc Berbahan Bakar Campuran Bensin-Bioetanol Pasca Hariyadi Winanda & Bambang Sudarmanta Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: pascawinanda@riseup.net Abstrak Salah satu sumber energi terbarukan yang berpotensi dikembangkan di tanah air ialah etanol. Ethanol memiliki karakteristik yang mirip dengan Premium dengan nilai RON sebesar 108. Dalam penelitian ini, ingin diketahui karakteristik unjuk kerja serta emisi gas buang mesin bensin menggunakan bahan bakar campuran ethanol 99.5% dengan premium setelah uji durability selama 5000 KM. Dalam penelitian ini pula ingin diketahui pengaruh pemakaian campuran ethanol 99.5% dengan premium pada ruang bakar dan minyak pelumas setelah digunakan selama 5000 KM. Pengujian dilakukan dengan uji durability mobil sejauh 5000 km dengan bahan bakar campuran ethanol dan bensin dengan variasi campuran ethanol sebesar 5%, 10%, dan 15%, pengukuran meliputi kandungan minyak pelumas dan visualisasi ruang bakar. Selanjutnya dilakukan pengujian di Laboratorium Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar Jurusan Teknik Mesin FTI- ITS dengan menggunakan mesin bensin empat langkah Toyota Vios dengan variasi campuran ethanol sebesar 5%, 10%, dan 15% dengan putaran mesin 3000 hingga 6000 rpm. Pengukuran meliputi torsi, daya, waktu konsumsi bahan bakar, T oli, T radiator, dan T exhaust serta emisi gas HC, CO dan CO2. Hasil uji eksperimental menunjukkan penambahan bioetanol pada bahan bakar bensin premium cenderung meningkatkan densitas dan viskositas tetapi menurunkan nilai kalor. Sedangkan unjuk kerja cenderung mengalami peningkatan performa dan terjadi penurunan emisi. Torsi, daya dan bmep tertinggi didapatkan oleh campuran dengan kenaikan masingmasing sebesar 2,40%, 2,94% dan 2,72% dibandingkan dengan premium. Sedangkan konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) terendah didapatkan oleh campuran dengan penurunan sebesar 4,14% dibandingkan dengan premium. Karakteristik minyak pelumas untuk bahan bakar, dan relatif stabil seperti bahan bakar premium. Pencampuran bioetanol pada premium cenderung menurunkan suhu operasional mesin, yaitu mencapai 3,02% pada campuaran 15%. Untuk visualisasi ruang bakar pemakaian bahan bakar, dan menghasilkan pengotoran relatif lebih tipis dibandingkan bahan bakar premium. Secara akeseluruhan penambahan bioetanol sampai 15% tidak mengalami perubahan pada kondisi operasional mesin. Kata Kunci energi terbarukan, ethanol, premium, durability, unjuk kerja. K I. PENDAHULUAN etergantungan manusia terhadap energi tak terbarukan semakin lama semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia. Ditambah lagi belum optimalnya penggunaan energi terbarukan menyebabkan manusia sulit untuk lepas dari ketergantungan terhadap energi tak tebarukan. Konsekuensinya adalah semakin menipisnya cadangan energi tak terbarukan tersebut. Bahkan diperkirakan dunia akan mengalami krisis besar energi pada tahun 2050 saat cadangan minyak bumi dan batu bara yang terkandung dalam perut bumi habis. Cadangan minyak bumi di Indonesia pun cenderung semakin turun sedangkan konsumsi semakin meningkat. Hal ini yang mengakibatkan Indonesia sudah menjadi negara net importer yang berarti bahwa konsumsi bahan bakar minyak Indonesia sebagian besarnya dipasok dari negara lain. Berdasarkan keadaan tersebut, pemerintah telah membuat roadmap yang jelas terkait diversifikasi energi dengan mencanangkan BBN (Bahan Bakar Nabati) sebagai pengganti BBM, seperti yang tertera pada tabel. Guna menyikapi dan mendukung berjalannya roadmap yang telah dibuat, pemerintah mendirikan pabrik bioetanol, PT Energi Agro Nusantara (Enero) dengan kapasitas sebesar 100 ribu kiloliter per hari. Dengan berdirinya pabrik bioethanol yang berbahan dasar molases ini diharapkan dapat memenuhi kuota bioethanol dalam negeri yang nantinya dicampurkan dengan premium Pertamina, sesuai dengan yang tertuang dalam UU Energi No.30 2007. Namun dengan berbagai macam kendala, baik itu dari sisi teknis maupun dari segi kebijakan pemerintah, mengakibatkan pengembangan bioetanol ini masih jalan di tempat. Bahkan karena tidak terserapnya produksi bioetanol oleh Pertamina, PT Enero mengekspor bioetanol ke sejumlah Negara. TABEL 1. ROADMAP ENERGI TERBARUKAN NASIONAL [1] Untuk mendapatkan unjuk kerja mesin yang optimal, diperlukan persentase kadar etanol yang sesuai. Dengan persentase kadar etanol yang tepat dalam campuran dengan premium maka dapat diperoleh pembakaran yang lebih baik. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisa pengaruh penambahan kadar etanol dengan persentase 5%, 10% dan 15% terhadap unjuk kerja mobil uji 1497 cc setelah menempuh jarak sejauh 500 km. Penelitian ini juga ingin mengetahui pengotoran yang terjadi pada ruang bakar setelah uji durability sejalama 5000 km.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-679 Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui properties minyak pelumas setelah uji durability 5000 km. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental untuk mengetahui pengaruh penambahan ethanol 99.5% pada bahan bakar premium terhadap unjuk kerja da nemisi gas buang motor bensin injeksi multi silinder. Penelitian ini menggunakan tiga mobil yang mana tiap mobilnya mendapat perlakuan campuran bahan bakar yang berbeda.variasi yang digunakan adalah dengan menambahkan ethanol 99.5% pada bahan bakar premium dengan kadar 5% (), 10% (), dan 15% (), pada motor bensin 1497 cc putaran variabel (variable speed test) 3000 hingga 6000 rpm. Spesifikasi mesin tertera pada Tabel 2. TABEL 2. SPESIFIKASI MESIN UJI Tipe Mesin Isi Silinder Daya Maksimum Torsi Maksimum : 4 cylinders, in-line ; 16 valve 1497 cc 109 kw pada 6000 rpm 14.4 Nm. pada 4200 rpm Untuk mendapatkan hasil pengujian yang tepat dan akurat, dengan kondisi mobil yang telah menempuh jarak tempuh yang berbeda, maka ketiga mobil di tune up dan dilakukan pembersihan pengotoran pada ruang bakar. Kemudian pengotoran yang terjadi divisualisasikan. Setelah itu ketiga mobil menggunakan pelumas baru. Hal ini dilakukan agar kondisi mesin mobil dalam keadaan yang relatif sama. Untuk pengujian performa mobil digunakan dynamometer. Waktu konsumsi bahan bakar dihitung dengan tabung ukur bahan bakar 25 cc. Sensor AFR digunakan untuk mengetahui kesetimbangan udara pada campuran bahan bakar. Emisi gas buang diukur menggunakan STARGAS Exhaust Gas Analyzer. Termocouple digital digunakan untuk mengukur temperature pendingin, pelumas dan gas buang. Skema alat percobaan ditampilkan pada Gambar 1.1. Gambar 1. Skema Pengujian Campuran bahan bakar antara bensin dengan bioetanol disiapkan terlebih dahulu sesaat sebelum percobaan dimulai guna memperoleh campuran bahan bakar yang homogen dan mencegah bioetanol yang bereaksi terhadap air. Selain tiap mobil mendapat campuran bahan bakar bensin-bioetanol yang berbeda, ketiga mobil uji ini pun diuji dengan bahan bakar bensin murni (bioetanol 0%). Rangkaian percobaan dimulai menggunakan mobil pertama dengan kadar campuran bioetanol 5% (). Mobil ditempatkan sedemikian rupa pada alat dynamoneter. Kemudian mesin mobil dinyalakan pada putaran idle. Putaran mobil dinaikkan hingga 6000 rpm.selama kenaikan putaran mesin, tabung ukur bahan bakar, sensor AFR, Exhaust Gas Analyzer dan Termocouple digital mengukur perubahan yang terjadi. Selain itu mencatat perubahan yang terjadi pada torsi dan daya mesin pada monitor digital dynamometer. Berikutnya percobaan dilanjutkan dengan dua mobil lainnya, campuran bioetanol 10% dan 15%. Percobaan dilanjutkan dengan uji pemakaian ketahanan mobil (durability test) dengan total jarak yang ditempuh sejauh 5000 km untuk mengetahui perubahan kondisi mobil yang terjadi. Pengemudi mencatat kondisi operasional per harinya, seperti jarak tempuh, konsumsi bahan bakar, suhu mesin, kemudahan starting awal, dan kondisi akselerasi. Setelah diuji durability, mobil diuji performa kembali seperti diawal. Selanjutnya mengambil sampel oli pada setiap mobil untuk dianalisis dan memvisualisasikan pengotoran yang terjadi pada komponen piston, injektor dan kepala silinder. Setelah rangkaian pengujian dengan ketiga mobil (, dan ) selesai, maka rangkaian pengujian dilakukan kembali dengan ketiga mobil dengan menggunakan bahan bakar bensin murni (bioetanol 0%) III. URAIAN PENELITIAN Torsi merupakan ukuran kemampuan engine dalam menghasilkan kerja. Pada kehidupan sehari-hari torsi dari engine berguna untuk mengatasi hambatan di jalan atau untuk mempercepat laju kendaraan. Berdasarkan Gambar 2 s/d 4 menunjukkan bahwa adanya kecenderungan kenaikan torsi mulai dari putaran rendah hingga mencapai torsi maksimum pada putaran tertentu lalu torsi mengalami penurunan pada putaran yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi putaran engine, massa campuran yang masuk ke ruang bakar semakin besar dan turbulensi aliran juga semakin tinggi sehingga menyebabkan pencampuran udara dengan bahan bakar semakin baik atau lebih homogen. Dengan campuran yang homogen, pembakaran akan berlangsung lebih baik sehingga menghasilkan torsi yang lebih tinggi. Sebaliknya, ketika putaran engine terus meningkat, kerugian gesek (friction losses) pada engine juga semakin tinggi sehingga sejumlah torsi digunakan untuk mengkompensasi kerugian tersebut. Disamping itu, semakin tinggi putaran engine waktu pembakaran (burning duration) akan berlangsung lebih cepat sehingga dimungkinkan terdapat bahan bakar yang tidak ikut terbakar. Hal tersebut dapat diindikasikan dari komposisi unsur yang tidak terbakar, yaitu CO dan HC pada gas buang yang relatif lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan nilai torsi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2 s/d 4. Nilai torsi tertinggi terjadi pada sebesar 140 Nm pada putaran 4400 rpm Kenaikan nilai torsi rata-rata tertinggi terjadi pada sebesar 4,20 % dibanding bensin murni, sebagaimana komparasi secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 3. Sedangkan setelah diuji durability sejauh 5000 km didapatkan nilai torsi tertinggi pada sebesar 139 Nm pada putaran 4400. Kenaikan torsi rata-rata tertinggi juga terjadi pada dengan kenaikan sebesar 3,73% dibanding bensin murni. Kenaikan nilai torsi ini dikarenakan kesesuaian komposisi antara bahan bakar dan udara pembakaran serta tahapan proses yang terjadi, mulai bahan bakar diinjeksikan kedalam saluran intake manifold, bercampur

B-680 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) dengan udara pembakaran, dikompresi selama langkah kompresi, periode pengapian serta langkah buang gas hasil pembakaran. Dengan penambahan kadar bioetanol dalam campuran akan mengakibatkan campuran menjadi lebih miskin sehingga meningkatkan nilai air fue ratio. Dengan meningkatnya nilai air fuel ratio akan berpengaruh pada pembakaran yang lebih efisien. Angka oktan yang lebih tinggi dari E0 meminimalisir terjadinya knocking pada ruang bakar sehingga didapatkan tekanan pembakaran yang lebih tinggi. Meningkatnya tekanan pembakaran secara otomatis akan meningkatkan nilai torsi [2]. Daya yang dihasilkan oleh motor pembakaran dalam ada 3 jenis, yaitu indicative horse power (ihp), brake horse power (bhp), dan friction horse power (fhp). Pada putaran rendah, fhp relatif rendah dan akan semakin tinggi ketika putaran mesin semakin tinggi. Secara teoritis, ketika putaran mesin meningkat, maka daya motor juga akan meningkat karena daya merupakan perkalian antara torsi dengan putaran mesin. Akan tetapi, pada kenyataannya pada putaran engine yang tinggi tidak selalu menghasilkan daya yang tinggi. Hal ini dikarenakan pada putaran mesin yang tinggi berbagai kerugian dapat terjadi, seperti, friction losses, kenaikan temperatur overall engine, dan peristiwa overlapping. b. Gambar 3. Komparasi unjuk kerja daya dan torsi mobil 1 berbahan bakar bensin dan pada, a. kondisi awal, b. setelah 5000 km a. a. b. Gambar 2. Komparasi unjuk kerja daya dan torsi mobil 1 berbahan bakar bensin dan pada, a. kondisi awal, b. setelah 5000 km a. b. Gambar 4. Komparasi unjuk kerja daya dan torsi mobil 1 berbahan bakar bensin dan pada, a. kondisi awal, b. setelah 5000 km Kenaikan daya secara rata-rata terjadi pada sebesar 2,96% dibanding bensin murni. Sedangkan setelah diuji durability sejauh 5000 km kenaikan kenaikan daya rata-rata juga terjadi pada dengan kenaikan sebesar 3,12%. Meningkatnya nilai daya dengan penambahan bioetanol dalam campuran seperti ditunjukkan pada Gambar 3 disebabkan bioetanol memiliki nilai latent heat of evaporation yang jauh lebih tinggi dibanding bensin. Dengan nilai latent heat of evaporation yang tinggi mengakibatkan bahan bakar cenderung mengambil kalor dalam udara untuk menguap sehingga menurunkan temperatur udara pada engine. Turunnya temperatur udara (cooling effect) berpengaruh pada meningkatnya densitas campuran bahan bakar sehingga meningkatkan efisiensi volumeris. Meningkatnya efisiensi volumetris inilah yang menyebabkan daya menjadi lebih tinggi. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa tren grafik pada penggunaan bahan bakar bensin dan campuran memiliki kecenderungan pada 3000 rpm hingga 5000 rpm memiliki kecenderungan naik. Hal ini dikarenakan besarnya nilai sfc sangat ditentukan oleh besarnya flowrate bahan bakar dan daya dihasilkan oleh engine. Hal ini dikarenakan semakin besar putaran engine maka terjadinya friction loss juga semakin besar sehingga menyebabkan sfc juga meningkat. Secara umum dengan penambahan kadar bioetanol dalam campuran menyebabkan kenaikan konsumsi bahan bakar, karena untuk menghasilkan keluaran daya yang sama, dengan nilai low heating value bioetanol yang kecil

kg kg/ (hp-hr) kg/ (hphr) kg/ (hphr) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-681 menyebabkan konsumsi bahan bakar cenderung meningkat. Adapun kecenderungan tren grafik yang nilainya lebih rendah dibanding tren grafik sfc bensin bisa disebabkan efisiensi volumetris pada yang lebih baik sehingga efisiensi pembakaran juga akan ikut naik. Efisiensi pembakaran yang naik ini dapat diakibatkan oleh kadar oksigen dalam bioetanol yang cukup tinggi menyebabkan konsumsi bahan bakar turun. Disini bisa disimpulkan bahwa selama kadar bioetanol tidak melebihi 10%, maka naiknya konsumsi bahan bakar tidak bergantung pada kenaikan kadar bioetanol dalam campuran. Sebaliknya bila diatas 10%, maka sfc akan semakin meningkat seiring bertambahnya kadar bioetanol dalam campuran [3]. Besarnya specific fuel consumption minimum engine sebesar 0,32 kg/hp.jam pada 3000 rpm. Dibandingkan dengan bahan bakar bensin, penurunan maksimum dengan memakai bahan bakar sebesar 7,92%, sedangkan penurunan rataratanya sepanjang putaran engine mencapai 5,79%. 0.6 0.55 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.6 0.55 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.65 0.6 0.55 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 Gambar 5. Besarnya sfc mobil 1 Gambar 6. Besarnya sfc mobil 2 Gambar 7. Besarnya sfc mobil 3 Bensin Efisiensi thermal adalah ukuran besarnya pemanfaatan energi panas yang tersimpan dalam bahan bakar untuk diubah menjadi daya efektif oleh motor pembakaran dalam. Pada gambar 7 menunjukkan bahwa efisiensi optimum tertinggi didapat ketika engine menggunakan bahan bakar bensin dengan penambahan 10% sebesar 13,63% dibanding bensin pada putaran engine 3000 rpm, sedangkan efisiensi optimum terendah dihasilkan ketika engine menggunakan bahan bakar bensin dengan penambahan 5% ethanol sebesar 1,58% dibanding bensin pada putaran engine 5000 rpm. Secara rata-rata, apabila dibandingkan menggunakan engine berbahan bakar Premium murni besarnya peningkatan efisiensi thermal apabila ditambahkan 10% ethanol 99.5% adalah 14,7 %.Secara umum, dengan penambahan 5%, 10% dan 15% Bensin Bensin ethanol efisiensi thermal cenderung meningkat. Hal ini diakibatkan karena pada penambahan ethanol dengan konsentrasi tersebut akan menghasilkan campuran kimia yang tepat. Selain itu bisa juga diakibatkan oleh pengkabutan bahan bakar yang lebih baik, sehingga atomisasi bahan bakar menjadi lebih baik dan menghasilkan pembakaran yang lebih baik pula. Hal ini dapat dibuktikan dengan emisi gas buang HC, dan yang lebih rendah dibanding bensin (Gambar 12). 35 30 25 20 15 10 % Gambar 8 Perbandingan efisiensi thermal Dari grafik bmep fungsi putaran engine, terlihat adanya tren kenaikan tekanan efektif rata-rata mulai dari putaran rendah hingga mencapai tekanan efektif rata-rata maksimum pada putaran tertentu lalu bmep mengalami penurunan pada putaran engine yang lebih tinggi. Pada gambar 4.20 diatas menunjukkan bahwa tekanan effektif rata-rata maksimum yang tertinggi dihasilkan pada engine yang menggunakan bahan bakar dengan tekanan efektif rata-rata maksimum sebesar 1159,92 kpa pada putaran engine 5000 rpm. Pada pengujian unjuk kerja setelah uji durability 5000 km pada Gambar 8 tampak Bmep tertinggi terjadi pada persentase bioetanol 10% dengan nilai tertinggi pada putaran 4500 rpm dengan nilai bmep sebesar 1169,22 kpa. Pada grafik itu pula diperlihatkan nilai bmep terendah terjadi pada E0 dengan nilai bmep sebesar 1046,32 kpa pada putaran 4000 rpm. kpa 1200 1150 1100 1050 1000 950 900 1200 1150 kpa1100 1050 1000 950 900 850 5500 6000 Gambar 9 Bmep sebelum 5000 km 5500 6000 Bensi n Gambar 10. Bmep setelah 5000 km Nilai minimum emisi CO adalah pada bahan bakar campuran dan E 15, yaitu sebesar 0,5% pada putaran mesin 3000 rpm. Secara keseluruhan rata-rata emisi CO terendah terjadi pada dengan penurunan mencapai 15,30%, sedangkan untuk penurunannya 13,57%. Nilai minimum emisi HC ketika engine menggunakan bahan bakar dengan emisi HC sebesar 65 ppm. Bensi n Bensi n

B-682 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Secara rata-rata emisi HC mengalami penurunan sebesar 11,79% dibandingan bahan bakar bensin. Gambar 11. Emisi CO Mobil uji setelah uji durability Gambar 12. Emisi HC Mobil uji setelah uji durability Pada Gambar 13 di atas menunjukkan besarnya oli pelumas terhadap putaran mesin. Dari pengujian bahan bakar premium murni dan campuran premium dengan bioetanol, dan menunjukkan bahwa pemakaian campuran, dan dapat menurunkan besarnya suhu oli pelumas [4]. Dibandingkan dengan rata-rata suhu oli pelumas menggunakan premium murni, campuran mengalamai penurunan sebesar 6,55 %, campuran mengalamai penurunan 2, 98% dan campuran mengalami penurunan 8,33%. Penurunan suhu oli pelumas terjadi karena campuran bioetanol memiliki nilai kalor yang lebih rendah dibandingkan premium, sehingga pelepasan kalor selama proses pembakaran lebih rendah. Gambar 13. Suhu oli pelumas setelah uji durability Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa secara umum terjadi penurunan temperatur exhaust ketika menggunakan bahan bakar campuran dengan bioetanol, baik, maupun. Nilai temperatur maksimum exhaust ketika menggunakan bahan bakar premium mencapai 500 o C pada putaran 5000 rpm dan pada saat menggunakan bahan bakar campuran dengan bioetanol suhu exhaust dibawah 470 o C. Penurunan suhu exhaust gas terjadi karena campuran bioetanol memiliki nilai kalor yang lebih rendah dibandingkan premium, sehingga pelepasan kalor selama proses pembakaran lebih rendah [5]. Berdasarkan properties minyak pelumas untuk mobil uji setelah dioperasikan sejauh 5000 km menunjukkan bahwa pencampuran premium dengan bioetanol menyebabkan hal-hal sebagai berikut: TABEL 3. PROPERTIES MINYAK PELUMAS MOBIL BENSIN MURNI SETELAH 5000 KM PARAMETER HASIL uji Mobil 1 (bensin) Mobil 2 (bensin) Mobil 3(bensin) UNIT Kinematic Viscosity at 40 ⁰ 76,6 70 74,46 CST Kinematic Viscosity at 100 ⁰ 11,1 11,02 11,75 CST Densitas 15⁰ 0,87 0,86 0,87 g/ml Flash Point 198 206 198 C Water Content 0,22 0,32 0,12 % Fe 14,86 18,68 16,42 PPM Al 3,82 3,22 2,44 PPM Cu 0,36 0,24 0,3 PPM Ni 1,62 1,24 2,1 PPM Pb tidak teridentifikasi tidak teridentifikasi tidak teridentifikasi PPM Cr tidak teridentifikasi tidak teridentifikasi tidak teridentifikasi PPM TAN/TBN 24,2 14,8 18,24 mg KOH/g TABEL 4. PROPERTIES MINYAK PELUMAS MOBIL BENSIN-BIOETANOL SETELAH 5000 KM PARAMETER HASIL uji Mobil 1 () Mobil 2 () Mobil 3() UNIT Kinematic Viscosity at 40 ⁰ 76,91 70,08 74,83 CST Kinematic Viscosity at 100 ⁰ 12,27 11,87 12,86 CST Densitas 15⁰ 0,87 0,87 0,87 g/ml Flash Point 188 192 196 C Water Content 0,1 0,11 0,08 % Fe 15,05 17,96 15,41 PPM Al 4 2,66 2,03 PPM Cu 0,38 1,83 0,35 PPM Ni 1,32 1,43 1,29 PPM Pb tidak teridentifikasi tidak teridentifikasi tidak teridentifikasi PPM Cr tidak teridentifikasi tidak teridentifikasi tidak teridentifikasi PPM TAN/TBN 25,89 14,9 20,89 mg KOH/g Viskositas kinematis relatif lebih tahan dibandingkan dengan bahan bakar premium [1] Densitas dan flash point relatif stabil [2] Water content mengalami penurunan tipis [3] Kandungan unsur-unsur relatif tidak ada perubahan [4] TAN mengalami sedikit kenaikan Visualisasi pengotoran ruang bakar dimaksudakan untuk mengetahui pengaruh pemakaian bahan bakar campuran premium dan bioetanol dan bahan bakar murni setelah pemakaian 5.000 km. Hal ini sangat penting mengingat faktor pengotoran dapat mempengaruhi unjuk kerja dan umur mesin. Visualisasi pengotoran yang dilakukan meliputi visualisasi pada casing samping, visualisasi pada piston dan combustion chamber, visualisasi pada cylinder head pandangan atas maupun pandangan bawah serta visualisasi pada busi. Mobil 1, 2 dan 3 secara berturut-turut adalah mobil yang pada saat uji durability bioetanol menggunakan kadar 5, 10 dan 15%. Sedangkan saat uji durability bensin, semua mobil menggunakan 100% bensin. Pada pemakaian 5.000 km dengan memakai bahan bakar,, dan premium murni relatif tidak menunjukkan perbedaan yang berarti, hanya pengotoran oli pada bahan bakar premium murni lebih banyak. Sedangkan pengotoran yang menempel permanen relatif tidak ada. Gambar 14 Suhu exhaust gas setelah uji durability

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-683 Pemakaian bahan bakar, dan menghasilkan pengotoran relatif lebih tipis dibandingkan bahan bakar premium. Secara keseluruhan penambahan bioetanol sampai 15% tidak mengalami perubahan pada kondisi operasional mesin, baik itu tempertur mesin, tarikan maupun penyalaan mesin saat kondisi dingin sehingga secara teknis dapat dikatakan operasionalnya lancar dan tidak terkendala. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih pada PT PTPN X, PT Enero, Laboratorium Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar setelah seluruh teman-teman lab yang telah membantu terwujudnya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Gambar 15. Visualisasi ruang bakar a).sebelum pengujian, b).setelah pengujian 5000 km bioetanol, c). setelah pengujian 5000 km bensin, d).setelah dibersihkan IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan kenaikan tetinggi torsi rata-rata sebesar 4,2% pada, daya rata-rata tertinggi pada dengan kenaikan 2,96% dibanding bensin murni. Penurunan SFC tertinggi terjadi pada sebesar 7,92%. Bmep tertinggi pada sebesar 2,72%. Emisi gas CO terendah didapatkan oleh campuran dan dengan penurunan sebesar 15,30%. Emisi gas HC terendah didapatkan oleh campuran dengan penurunan sebesar 11,79%. Karakteristik minyak pelumas untuk bahan bakar, dan relatif stabil seperti bahan bakar premium, tidak terjadi keausan dan korosi pada mesin maupun kerusakan pada karet seal. [1] Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional, Rakornas Tentang Revitalisasi Pendidikan, Bio Energi dan Penanganan Bencana Alam, Agustus: Jakarta,2006. [2] G. Najafi, B. Ghobadian, T. Tavakoli, D.R. Buttsworth, Performance and exhaust emissions of a gasoline engine with ethanol blended gasoline fuels using artificial neural network : Elsevier, 2009. [3] Elfasakhany: Investigations on the effects of ethanolemethanolegasoline blends in a spark-ignition engine: Performance and emissions analysis: Elsevier, A. Elfasakhany: 2015. [4] Setiyawan, Atok, Kajian Eksperimental Pengaruh Etanol Pada Premium terhadap Karakteristik Pembakaran Kondisi Atmosferik Dan Bertekanan Di Motor Otto Silinder Tunggal Sistem Injeksi, Jakarta: Universitas Indonesia,2012. [5] Da Silva R., Renanto Cataluna, E.W. de Menezes, Effect additives on the antiknock properties and Reid vapour pressure og gasoline, Fuel Vol 84., pp. 951-9, Elsevier,2005.